Pendekar Hina Kelana Bab 34 - Merebut Jabatan Ketua

   << Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>

Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana

oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.

[Zuo Lengchan perlahan mengangkat pedangnya dan mengarahkan pedangnya ke dada Yue Buqun. Yu Buqun menyilangkan lengannya di belakang punggung dan menatap ujung pedang tanpa berkedip. Lengan baju kanan Zuo Lengchan mulai berkibar seperti layar yang mulai mendapat angin.]


Smiling Proud Wanderer Jilid 4

Bab XXXIV Merebut Jabatan Ketua

Bagian Pertama

Di tengah suara percakapan para hadirin, sebuah suara yang nyaring berkata, "Huashan Pai, dibawah pimpinan Tuan Yue telah dengan seksama mempelajari ilmu pedang perguruan-perguruan lain, telah menguasai ilmu pedang Taishan, Heng Shan dan Hengshan Pai, dan bahkan tak sekadar menguasainya, tapi juga menguasainya dengan sempurna, sehingga orang menjadi kagum. Jabatan ketua Wuyue Pai ini kalau tak dijabat oleh Tuan Yue, di dunia ini tak ada orang lain yang pantas menjabatnya". Orang yang berbicara itu pakaiannya compang camping, ia adalah ketua Gaibang, Ketua Jie. Ia mempunyai pikiran yang sama dengan Fang Zheng dan Chong Xu, yaitu  kalau Zuo Lengchan sampai dapat mempersatukan Wuyue Jianpai, keadaan dunia persilatan akan menjadi runyam, dan cepat atau lambat masalah ini akan menimpa Gaibang. Lebih baik kalau si budiman yang anggun Yue Buqun menjadi ketua Wuyue Pai, daripada Zuo Lengchan yang ambisius. Sejak dahulu, kekuatan Gaibang di dunia persilatan sangat besar, kalau ketua Gaibang sudah berkata demikian, orang-orang biasa tak akan berani sembarangan membangkang. 

Mendadak terdengar sebuah suara yang dingin dan menyeramkan berkata, "Nona Yue dapat menguasai ilmu pedang Taishan, Heng Shan dan Hengshan Pai, hal ini benar-benar sukar dilakukan dan patut dipuji, kalau ia dapat mengalahkan pedang yang berada di tanganku dengan ilmu pedang Songshan, seluruh Songshan Pai kami akan memberikan jabatan ketua pada Tuan Yue". Orang yang berbicara ini adalah Zuo Lengchan. Sambil berbicara ia melangkah ke tengah gelanggang, tangan kirinya menekan sarung pedang, "Sret!", pedang melompat keluar dari sarungnya dengan sendirinya, sinar biru berkilauan, pedang terangkat, tangan kanannya mengangsur dan menarik gagang pedang. Gerakan tangannya ini amat indah dipandang, sedangkan  tangan kirinya menekan sarung pedang, dengan tenaga dalamnya ia menekan pedang hingga keluar. Kekuatan tenaga dalam seperti ini benar-benar jarang terlihat atau terdengar. Murid-murid Songshan tentu saja bersorak sorai memuji, namun para hadirin dari perguruan-perguruan lain juga ikut bersorak sorai. 

Yue Lingshan berkata, "Aku.....aku hanya akan memakai tiga belas jurus, kalau dalam tiga belas jurus aku tak bisa mengalahkan Paman Guru Zuo......" Dalam hati Zuo Lengchan merasa amat gusar, "Kau bocah perempuan ingusan ini berani dengan terang-terangan menyambut jurus-jurus pedangku saja sudah sangat berani, tapi ternyata kau masih menetapkan batas tiga belas jurus lagi. Kalau kau berkata demikian, berarti kau memandang enteng si marga Zuo ini". Dengan dingin Zuo Lengchan berkata, "Kalau dalam tiga belas jurus kau tak mampu mengambil kepala si marga Zuo ini, lantas bagaimana?" Yue Lingshan berkata, "Aku......aku mana bisa menandingi Paman Guru Zuo? Keponakan hanya pernah mempelajari tiga belas jurus ilmu pedang Songshan Pai saja, ayah sendirilah yang mengajarkannya padaku, aku ingin minta Paman Guru Zuo mengujinya". Zuo Lengchan mendengus. Yue Lingshan berkata, "Kata ayahku, walaupun ketiga belas jurus ini adalah jurus-jurus cemerlang Songshan Pai, tapi di tanganku, jangan-jangan di jurus pertama saja pedangku sudah akan dibuat melayang oleh Paman Guru Zuo, dan setelah itu sukar untuk melancarkan jurus kedua". Zuo Lengchan kembali mendengus, namun sama sekali tak berkata apa-apa. 

Saat mulai berbicara, suara Yue Lingshan gemetar, entah karena kehabisan tenaga, atau ketakutan karena harus berbicara dengan tokoh besar dunia persilatan seperti Zuo Lengchan, namun ketika berbicara sampai disini, suaranya sedikit demi sedikit menjadi tenang, ia meneruskan berbicara, "Aku berkata pada ayah, 'Paman Guru Zuo adalah jago nomor satu di Songshan, hal ini tak perlu dipertanyakan lagi, tapi ia belum tentu jago nomor satu di Wuyue Jianpai kita. Walaupun ilmu silatnya tinggi, namun ia belum tentu bisa seperti ayah ini yang dapat menguasai seluruh ilmu pedang Wuyue Jianpai'. Ayahku berkata, 'Kata 'menguasai' itu, bukankah lebih mudah dikatakan daripada dilakukan? Ayah hanya mengetahui kulitnya saja, kalau kau tak percaya, setelah mempelajari ilmu silat kucing kaki tiga Songshan Pai ini, kau boleh bertanding melawan tiga jurus ilmu pedang Songshan Pai Paman Guru Zuo yang menggetarkan langit dan bumi, nanti aku akan memujimu sebagai putriku yang manis". 

Zuo Lengchan tertawa dingin dan berkata, "Kalau kau bisa mengalahkan si marga Zuo dalam tiga jurus, kau akan menjadi putri Tuan Yue yang lebih manis lagi".

Yue Lingshan berkata, "Ilmu silat Paman Guru Zuo bagai dewa, bakat seperti itu sukar ditemui selama ratusan tahun di Songshan, keponakan baru mempelajari beberapa jurus ilmu pedang Songshan yang diajarkan ayah, mana berani berharap dapat mengalahkan Paman Guru Zuo? Ayah hanya menyuruhku menyambut tiga jurus dari Paman Guru Zuo, tapi keponakan mimpi di siang bolong, hendak menggunakan tiga belas jurus ilmu pedang Songshan Pai di hadapan Paman Guru Zuo, namun aku juga tak tahu apakah aku akan dapat memenuhi keinginanku ini atau tidak". 

Zuo Lengchan berpikir, "Jangankan tiga belas jurus, kalau aku sampai membiarkanmu memainkan tiga jurus saja, muka si marga Zuo ini akan suram". Ia menjulurkan ibu jari, telunjuk dan jari tengahnya, lalu memegang ujung pedang dengan ketiga jarinya itu, sedangkan tangan kanannya melepaskan pegangannya, pedang itu mendadak melesat, gagangnya berada di depan dan tak henti-hentinya bergoyang-goyang, katanya, "Silahkan mulai!" Ketika Zuo Lengchan mempertunjukkan kepandaiannya yang luar biasa ini, para hadirin menjadi gempar. Zuo Lengchan tak sekedar menggunakan pedang dengan tangan kiri saja, tapi ia juga menggunakan tiga jari untuk memegang ujung pedang sehingga gagang pedang menghadap ke arah musuh, dibandingkan dengan melawan senjata dengan tangan kosong, perbuatannya ini sepuluh kali lebih sukar. Kalau ia menggunakan jari untuk memegang ujung pedang, pedang tentu akan terguncang-guncang dan jarinya akan teriris, lalu bagaimana ia akan 
dapat menggunakan pedang itu? Ia menggunakan kepandaian itu tentunya karena ia memandang remeh Yue Lingshan, namun dalam hati ia merasa amat geram dan hendak membuat semua orang terkejut dengan memperlihatkan kesaktiannya. 

Ketika Yue Lingshan melihat caranya mengenggam pedang, hatinya terasa dingin, pikirnya, "Ilmu silatnya ini belum pernah diajarkan ayah padaku". Dalam hatinya timbul perasaan jeri, namun ia kembali berpikir, "Karena keadaan sudah seperti ini, untuk apa takut?" Di tengah keramaian ia melirik ke arah murid-murid Hengshan, ia melihat bahwa mereka masih terus berkerumun, namun tak menangis, maka ia menduga bahwa walaupun luka Linghu Chong parah, namun nyawanya tak berada dalam bahaya. Ia segera mengangkat pedangnya ke atas kepala, menyoja memberi hormat, lalu melancarkan jurus 'Selaksa Gunung Menghadap Leluhur', jurus ini adalah ilmu pedang warisan leluhur Songshan. 

Jurus ini mengandung makna menghormat, maka para murid Songshan menjadi gempar dan merasa cukup puas. Kalau para murid Songshan bertanding dengan sesepuh mereka, mereka harus melancarkan jurus ini terlebih dahulu, untuk menyatakan bahwa mereka sama sekali tak berani berkelahi dengan sesepuh mereka, namun hanya mohon petunjuk beliau saja. Zuo Lengchan sedikit mengangguk seraya berkata dalam hati, "Ternyata kau paham jurus ini, kau memang pintar, dengan memandang jurus ini, aku tak akan mempermalukanmu". 

Setelah Yue Lingshan melancarkan jurus 'Selaksa Gunung Menghadap Leluhur', mendadak sinar pedangnya berkilauan, pedangnya berubah menjadi seberkas pelangi putih dan menebas ke arah Zuo Lengchan. Jurus ini terlihat megah dan mengandung intisari ilmu pedang Songshan. Namun walaupun Zuo Lengchan sangat memahami kekuatan dan kelemahan, serta kecepatan tujuh belas jurus ilmu pedang 'Delapan Jalan Dalam, Sembilan Jalan Luar' Songshan Pai, ia belum pernah melihatnya. Hatinya terkesiap, "Jurus ini jurus apa? Diantara ketujuh belas jurus ilmu pedang Songshan kami, sepertinya tak ada yang dapat mengungguli jurus ini, ini aneh". Ia tak cuma guru besar Songshan Pai, namun juga seorang tokoh besar dunia persilatan generasi ini, begitu melihat jurus yang hebat dan aneh dari perguruannya sendiri itu, ia ingin melihatnya dengan jelas. Ia melihat bahwa ketika Yue Lingshan melancarkan jurus ini, tenaga dalamnya tidak kuat, jadi begitu pedangnya tinggal berjarak beberapa cun saja dari tubuhnya, ia akan dapat menyentilnya dengan jarinya dan membuat pedangnya melayang, maka tak ada jeleknya kalau ia menyaksikan bagian belakang jurus ini, kalau-kalau masih mengandung perubahan yang aneh. Begitu pedang Yue Lingshan tinggal berjarak satu chi lebih dari dadanya, ia menarik pedangnya, pedangnya lalu berputar dan menebas ke arah bahu kirinya. 

Jurus ini seperti jurus 'Selamanya Menjadi Naga', namun jurus 'Selamanya Menjadi Naga' itu mulus, tidak kasar dan sederhana seperti ini; juga mirip dengan jurus 'Burung Pekakak Melayang', namun lebih ringan dan cepat; selain itu juga mirip dengan jurus 'Sumur Kumala Telaga Langit', jurus 'Sumur Kumala Telaga Langit' ini amat berwibawa, namun jurus ini ketika dimainkan oleh seorang gadis seperti Yue Lingshan menjadi anggun. 

Pandangan mata Zuo Lengchan amat tajam, dan ia juga telah seumur hidup mempelajari ilmu pedang Songshan, ia telah hafal diluar kepala segala kekurangan dan kelebihan setiap jurus serta segala seluk beluknya yang rumit, saat ini ia tiba-tiba melihat bahwa dalam satu jurus itu Yue Lingshan telah berhasil mengabungkan kekuatan jurus-jurus terkemuka ilmu pedang Songshan, seakan dapat menutupi kelemahan jurus-jurus itu, maka mau tak mau telapak tangannya terasa panas, ia merasa heran sekaligus girang, seakan melihat harta karun jatuh dari angkasa saja. 

Bertahun-tahun silam, ketika Wuyue Jianpai dua kali bertarung dengan sepuluh tetua Mo Jiao di Huashan, hampir semua jago-jago kelima perguruan itu tewas, sehingga banyak ilmu-ilmu simpanan mereka juga ikut musnah bersama para jago itu. Zuo Lengchan mengumpulkan orang-orang tua yang masih tersisa di perguruannya dan mencatat semua jurus yang mereka ingat, tak perduli apakah jurus itu hebat atau tidak, lalu menuliskannya dalam sebuah kitab ilmu pedang. Beberapa puluh tahun belakangan ini, ia mengambil intisari jurus-jurus itu, dan mengubah jurus-jurus yang kurang ganas atau megah, lalu menggunakannya untuk menyempurnakan jurus-jurus  ilmu pedang tujuh belas jalan perguruannya. Walaupun ia tidak menciptakan ilmu pedang baru, namun ia dianggap berjasa mengembangkan ilmu pedang Songshan Pai. Saat ini ketika melihat Yue Lingshan memainkan ilmu pedang Songshan yang tak terdapat dalam kitab itu, dan yang jelas lebih tinggi dan mendalam dari jurus-jurus ilmu pedang Songshan yang sekarang ada, mau tak mau ia merasa girang dan kagum. 

Kalau ilmu pedang ini dilancarkan oleh musuh tangguh, misalnya Ren Woxing atau Linghu Chong, atau bahkan Fang Zheng Dashi atau Pendeta Chong Xu, Zuo Lengchan harus memusatkan perhatiannya untuk menyambut serangan, ia mana punya kesempatan untuk memperhatikan kehebatan jurus-jurus pedang lawan itu? Namun tenaga dalam Yue Lingshan lemah dan tak perlu ditakuti. Dalam keadaan genting, ia tinggal menguncangkan pedangnya hingga terjatuh, maka ia sekarang ia memusatkan perhatiannya pada perubahan jurus-jurus pedangnya. 

Para hadirin menyaksikan pedang Yue Lingshan menari-nari bagai terbang, setiap jurusnya berhenti ketika masih berjarak sekitar satu chi dari tubuh lawan, seakan ia sengaja mengalah atau merasa jeri kepada lawan, namun Zuo Lengchan tak bergeming, ekspresi wajahnya terkadang girang terkadang cemas, seakan sedang hilang ingatan. Pertandingan semacam ini belum pernah terjadi sebelumnya. Para hadirin saling memandang, mereka semua merasa amat terkejut. 

Hanya para murid Songshan Pai yang masing-masing menonton dengan penuh perhatian karena khawatir tak sempat melihat jurus-jurus itu. Yue Lingshan memang telah mempelajari jurus-jurus ini dari dinding gua belakang Siguoya. Di gua belakang itu terukir enam sampai tujuh puluh jurus, setelah Yue Buqun mempelajarinya dengan seksama, ia menduga bahwa Zuo Lengchan dapat memainkan empat puluh jurus lebih diantaranya, beberapa jurus lainnya, walaupun cemerlang, namun tak cukup menarik untuk mengerakkan hatinya. Tinggal tiga belas jurus ini, yang kalau mendadak digunakan, pasti akan membuat mulutnya ternganga, dan bagaimanapun juga harus dilihatnya. Jurus-jurus yang terukir di dinding tebing itu memang mati dan tak dapat diubah-ubah, Yue Lingshan hanya sekedar memainkannya sesuai dengan gerakan-gerakan yang terukir di dinding itu, namun setelah Zuo Lengchan melihatnya, ia akan dapat membayangkan bagaimana jurus-jurus itu dapat dikombinasikan, dan semakin lama ia memikirkannya, ia makin merasa bahwa di dalamnya terkandung potensi yang tak terbatas. 

Yue Lingshan memainkan ketiga belas jurus itu, lalu mengulanginya lagi dari depan pada jurus keempat belas, Zuo Lengchan berpikir, "Apakah aku akan terus menonton, atau akan kuguncang pedangnya hingga melayang?" Kedua hal ini dapat dilakukannya dengan amat mudah. Kalau ia masih ingin terus menonton, walaupun jurus-jurus Yue Lingshan hebat, namun Yue Lingshan tak akan dapat melukainya; kalau ia hendak menguncangkan pedangnya, ia tinggal mengangkat tangannya saja. Namun untuk memilih diantara dua pilihan ini sungguh tak mudah. Dalam sekejap dalam benaknya timbul berbagai macam pikiran, "Ilmu pedang Songshan ini begitu hebat, setelah ini, jangan-jangan aku tak akan mempunyai kesempatan untuk melihatnya lagi. Membunuh gadis kecil ini gampang, tapi dimana lagi aku dapat melihat ilmu pedang ini? Mana bisa aku minta Tuan Yue memperagakannya? Tapi kalau aku membiarkannya terus bermain pedang, si Zuo ini akan nampak tak bisa mengatasi seorang gadis murid Huashan Pai, lantas mukaku mau ditaruh dimana? Aiyo, jangan-jangan tiga belas jurus itu sudah lewat!" 

Begitu memikirkan 'tiga belas jurus' itu, hasrat untuk menjadi pemimpin dunia persilatan mengalahkan maksud untuk mempelajari ilmu silat itu dengan seksama, ketiga jari tangan kirinya berputar, pedang di tangannya berbalik, "Trang!", pedangnya membentur pedang Yue Lingshan, terdengar suara bergemerincing sepuluh kali lebih, di tangan Yue Lingshan hanya tersisa gagang pedang, badan pedang telah hancur berkeping-keping dan jatuh ke atas tanah.

Yue Lingshan melompat beberapa zhang ke belakang, lalu berkata dengan lantang, "Paman Guru Zuo, keponakan sudah menggunakan berapa jurus ilmu pedang Songshan Pai di hadapanmu?" Zuo Lengchan memejamkan sepasang matanya, lalu mengingat-ingat satu persatu jurus-jurus yang telah dipakai oleh Yue Lingshan itu, ia membuka matanya, lalu berkata, "Kau telah menggunakan tiga belas jurus! Bagus sekali, hal ini tidak mudah!" Yue Lingshan menyoja memberi hormat, lalu berkata, "Terima kasih banyak karena Paman Guru Zuo telah bermurah hati, dan telah membiarkan keponakan unjuk kebodohan di depan Paman Guru dan menggunakan tiga belas jurus ilmu pedang Songshan Pai". 

Dengan ilmu saktinya yang tak tertandingi, Zuo Lengchan telah menggetarkan pedang di tangan Yue Lingshan hingga hancur berkeping-keping, para hadirin semuanya merasa kagum. Hanya saja sebelumnya Yue Lingshan telah berkata bahwa ia hendak menggunakan tiga belas jurus ilmu pedang Songshan Pai di hadapan Zuo Lengchan. Banyak orang yang berpikir bahwa kalau ia hendak menggunakan tiga jurus saja, hal ini tidaklah mudah, apalagi tiga belas jurus. Tak nyana Zuo Lengchan seperti linglung dan membiarkannya melancarkan jurus keempat belas sebelum turun tangan. Diam-diam semua orang merasa terkejut, ada pula orang yang berpikiran buruk, dan menduga bahwa Zuo Lengchan suka main perempuan, ketika melihat lawannya adalah seorang nyonya muda yang cantik, ia begitu terpesona pada paras cantiknya sehingga hilang ingatan, kalau tidak, kenapa ia kelihatan begitu linglung?

* * * 

Seorang tua kurus kering dari Songshan Pai maju ke depan, ia adalah si 'Tapak Bangau Sakti' Lu Bai, dengan lantang ia berkata, "Ilmu sakti Ketua Zuo tak tertandingi, semua orang telah melihatnya, selain itu beliau juga murah hati dan bijaksana. Nona Besar Yue ini baru mempelajari sedikit ilmu pedang Songshan kami secara dangkal, tapi sudah berani unjuk gigi di hadapan beliau. Ketua Zuo menunggu sampai dia kehabisan jurus, lalu baru meringkusnya dengan satu jurus saja. Hal ini menunjukkan bahwa dalam ilmu silat, kualitas lebih penting dari kuantitas, tak perduli ilmu silat perguruan atau aliran apapun, kau harus mempelajarinya dengan sempurna, baru dapat berdiri dengan kedua kaki sendiri di dunia persilatan......" 

Ketika ia berbicara demikian, para hadirin mau tak mau mengangguk. Perkataan ini sesuai dengan pikiran mereka sendiri. Para pendekar ini, kecuali beberapa orang jago, semuanya hanya mempelajari ilmu silat dari satu aliran saja, ketika Lu Bai mengatakan bahwa dalam ilmu silat, kualitas lebih penting dari kuantitas, mereka setuju. Apakah orang-orang ini mampu mempelajari ilmu silat dengan sempurna sukar dikatakan, akan tetapi mereka pasti belum pernah mempelajari banyak macam ilmu silat. 

Lu Bai meneruskan berbicara, "Nona Yue ini cukup pintar, ketika murid-murid perguruan lain sedang berlatih, ia diam-diam mengintip mereka, ia cuma mencuri belajar sedikit ilmu silat, tapi sudah berani menyebut dirinya mahir ilmu pedang masing-masing perguruan Wuyue Jianpai. Namun sebenarnya setiap perguruan mempunyai rahasia yang diwariskan secara turun temurun, kalau ia cuma mencuri lihat beberapa jurus saja, bagaimana ia bisa mengatakan bahwa ia telah 'menguasainya'?" Para hadirin kembali mengangguk, mereka semua berpikir, "Mencuri lihat ilmu silat perguruan lain adalah pantangan besar di di dunia persilatan. Yue Buqun harus bertanggung jawab atas semua ini". Lu Bai kembali berkata, "Kalau hanya mencuri lihat beberapa jurus yang hebat lantas menyebut diri sendiri telah menguasai ilmu silat sebuah perguruan, di dunia persilatan mana ada ilmu simpanan atau jurus hebat yang hanya diketahui oleh suatu perguruan? Kau mencuri ilmuku, aku mencuri ilmumu, bukankah keadaan akan menjadi sangat kacau?" 

Ketika ia berbicara sampai disini, para hadirin tertawa. Saat Yue Lingshan mengalahkan Tuan Mo Da dengan ilmu pedang Heng Shan dan mengalahkan Linghu Chong dengan ilmu pedang Hengshan, lawan-lawannya itu nampaknya bermaksud mengalah padanya, namun ketika ia menggunakan ilmu pedang Taishan untuk mengalahkan Yuqing Zi dan Yuyin Zi, ia benar-benar menggunakan kepandaian ilmu silatnya. Ilmu pedang yang dipelajarinya dari dinding tebing memang lebih hebat dari ilmu pedang Yuqing Zi dan Yuyin Zi, ia menyerang mereka secara tiba-tiba, namun ia tak bermaksud untuk memakai tipu muslihat, kalau dilihat dari ilmu pedangnya yang lebih unggul, ia memang sudah sepantasnya menang. Ia hanya berpura-pura memakai jurus 'Jalan Daizhong', namun selain murid-murid Taishan Pai dan beberapa jago, tak seorangpun mengetahui hal ini. Akan tetapi para hadirin tak suka kalau ada orang yang menguasai ilmu silat perguruan lain, oleh karenanya ketika Lu Bai menyuarakan isi hati mereka itu, banyak orang segera ikut bersuara mendukung murid-murid Songshan. 

Lu Bai melihat bahwa perkataannya itu di dukung orang banyak, maka dengan puas diri ia berkata dengan nyaring, "Kalau begitu, kedudukan ketua Wuyue Pai ini sepantasnya diduduki oleh Ketua Zuo. Juga harus diketahui bahwa mempelajari ilmu silat sampai mahir jauh lebih baik daripada mempelajari berbagai ilmu silat secara dangkal". Perkataannya ini jelas menunjuk pada Yue Buqun. Puluhan murid Songshan yang masih muda bersorak sorai membenarkan. Lu Bai berkata, "Di dalam Wuyue Pai, kalau ada yang ilmu silatnya lebih unggul dari Ketua Zuo, silahkan maju ke depan untuk mempertunjukkan kepandaiannya". Ia mengulangi perkataannya itu dua kali, namun tak ada orang yang menyambutnya. 

Seharusnya Taogu Liuxian dapat mengoceh tak keruan lagi, namun saat itu Yingying sedang sibuk merawat Linghu Chong sehingga ia tak punya waktu untuk memberi petunjuk kepada mereka guna membuat susah Songshan Pai. Taogen Xian berenam saling manatap dengan putus asa, untuk sesaat mereka tak tahu harus berbuat apa. 

'Tapak Pengusung Pagoda' Ding Mian berkata dengan lantang, "Karena sudah tak ada orang yang menantang Ketua Zuo, Ketua Zuo telah mendapatkan dukungan orang banyak untuk menjabat sebagai ketua Wuyue Pai kita". Zuo Lengchan berlagak rendah hati dan berkata, "Dalam Wuyue Pai banyak orang-orang berbakat, caixia tak punya budi serta kepandaian dan tak berani menanggung beban berat ini". Pelindung Keenam Songshan Pai Tang Yinge berseru, "Kedudukan ketua Wuyue Pai tinggi dan berat tanggung jawabnya, namun kita harus memohon Ketua Zuo untuk melakukan tugas berat ini semampu beliau, supaya dapat berfaedah bagi ribuan murid Wuyue Pai dan kawan-kawan seperjuangan di dunia persilatan. Mohon Ketua Zuo naik ke atas panggung!" 

Terdengar gong dan genderang ramai bergaung, petasanpun berbunyi riuh rendah, semuanya itu telah dipersiapkan terlebih dahulu oleh para murid Songshan.

Di tengah suara petasan yang mulai mereda, murid-murid Songshan Pai dan kawan-kawan yang diundang Zuo Lengchan untuk mendukungnya berseru keras-keras, "Mohon Ketua Zuo naik ke atas panggung! Mohon Ketua Zuo naik ke atas panggung!" 

Zuo Lengchan melompat dan mendarat dengan enteng di atas Panggung Fengshan. Ia mengenakan jubah kuning tua, saat itu sang mentari telah terbenam di balik gunung, cahayanya menyinarinya dengan miring, sinarnya yang keemasan nampak begitu indah, menambah kemegahan suasana saat itu. Ia merangkap tangannya dan berbalik, lalu menjura memberi hormat kepada para hadirin di bawah panggung seraya berkata, "Karena desakan kawan-kawan semua, kalau caixia tak menerima jabatan ini, aku akan nampak terlalu mementingkan diri sendiri dan tak berusaha sekuat tenaga bagi kawan-kawan seperjuangan di dunia persilatan". Ratusan murid-murid Songshan bersorak-sorai bagai guntur sambil bertepuk tangan dengan penuh semangat. 

Sekonyong-konyong terdengar suara seorang wanita berkata, "Paman Guru Zuo, kau telah mematahkan pedangku, namun dengan hanya mematahkan pedangku, apakah kau sudah dianggap ketua Wuyue Pai?" Orang yang berbicara itu ialah Yue Lingshan. 
Zuo Lengchan berkata, "Semua pendekar di kolong langit ini berkata bahwa kita akan bertanding untuk memperebutkan jabatan ketua. Kalau Nona Yue dapat mematahkan pedang yang berada di tanganku, semua orang akan memberikan jabatan ketua Wuyue Pai pada Nona Yue". 

Yue Lingshan berkata, "Keponakan tentu saja tak punya mampu untuk mengunguli Paman Guru Zuo, namun di dalam Wuyue Pai kita belum tentu tak ada orang yang dapat mengungguli Paman Guru Zuo". 

Diantara orang-orang Wuyue Pai, Zuo Lengchan hanya merasa jeri pada Linghu Chong seorang, setelah melihat bahwa ia terluka parah ketika bertanding dengan Yue Lingshan, hatinya terasa lega, sekarang ketika mendengar Yue Lingshan berkata demikian, ia berkata, "Dalam pandangan Nona Yue, apakah orang yang dapat mengungguli caixia di Wuyue Pai ini adalah ayahmu, ibumu atau suamimu yang terhormat?" Murid-murid Songshan tertawa. 

Yue Lingshan berkata, "Suamiku angkatan muda, dibandingkan dengan Paman Guru Zuo, kepandaiannya masih kalah setingkat. Ilmu pedang ibuku dapat disejajarkan dengan Paman Guru Zuo. Namun ayahku sepertinya lebih unggul sedikit dibandingkan dengan Paman Guru Zuo". 

Para murid Songshan berteriak-teriak, ada yang bersuit-suit, dan ada juga yang menghentakkan kaki mereka ke tanah. 

Zuo Lengchan berkata kepada Yue Buqun, "Tuan Yue, putrimu sangat memuji ilmu silatmu". 

Yue Buqun berkata, "Putriku terlalu banyak bicara. Saudara Zuo tak usah menganggapnya serius. Ilmu silat dan ilmu pedang caixia sangat terbelakang kalau dibandingkan dengan Fang Zheng Dashi dari Shaolin dan Chong Xu Daozhang dari Wudang, serta Ketua Jie dari Gaibang dan para pendekar senior lain". Raut wajah Zuo Lengchan langsung berubah. Yue Buqun menyebut nama Fang Zheng Dashi bertiga, namun tak menyebut nama Zuo Lengchan, dan semua orang mendengarnya, jelas bahwa ia menganggap dirinya lebih unggul. Ding Mian berkata, "Tapi bagaimana kalau dibandingkan dengan Ketua Zuo?" Yue Buqun berkata, "Caixia sudah bertahun-tahun bersahabat dengan Ketua Zuo dan saling menghormati. Ilmu pedang Huashan dan Songshan Pai masing-masing memiliki ciri khas tersendiri, dan selama ratusan tahun tak bisa ditentukan siapa yang lebih unggul. Pertanyaan Saudara Ding ini amat sukar caixia jawab". Ding Mian berkata, "Mendengar nada bicara Tuan Yue, agaknya tuan menganggap diri tuan sedikit lebih unggul dari Ketua Zuo?" 

Yue Buqun berkata, "Konghucu berkata 'Seorang budiman tak mencari pertengkaran, namun kalau harus bertarung, ia akan bertarung'. Sejak zaman dahulu, mengadu kepandaian untuk menentukan siapa yang lebih unggul sulit dihindari, caixia sudah lama ingin mohon petunjuk Saudara Zuo. Hanya saja hari ini Wuyue Pai baru saja didirikan, ketuanya belum dipilih, kalau caixia bertanding pedang dengan Saudara Zuo, kita akan seperti berebut jabatan ketua, hal ini akan mengundang gunjingan orang". Zuo Lengchan berkata, "Saudara Yue hanya perlu mengalahkan pedang di tanganku ini, maka jabatan ketua Wuyue Pai akan menjadi milikmu". Yue Buqun mengoyang-goyangkan tangannya seraya berkata, "Orang yang ilmu silatnya tinggi, belum tentu luhur budinya dan berwawasan luas. Kalaupun caixia daat mengalahkan Saudara Zuo, aku belum tentu dapat mengalahkan jago-jago lain di Wuyue Pai". Perkataannya ini terdengar rendah hati, namun dari perkataannya ini jelas bahwa ia mengangap dirinya lebih unggul dari Zuo Lengchan. 

Semakin lama mendengarkan perkataanya, Zuo Lengchan semakin gusar, ia berkata, "Nama besar Saudara Yue sebagai si 'Pedang Budiman' mengguncangkan dunia. Perkataan 'budiman' itu sudah didengar semua orang, namun 'pedang' ini sering terdengar tapi jarang terlihat. Hari ini semua pendekar berkumpul disini, aku hendak mempersilahkan Tuan Yue mempertunjukkan ilmu pedangnya yang hebat agar mata kita semua terbuka lebar-lebar!" 

Banyak orang berseru, "Naik ke panggung dan bertarung! Naik ke panggung dan bertarung!" "Terlalu banyak omong dan tak bertarung, orang gagah macam apa itu?" "Ayo naik panggung dan beradu pedang, supaya tahu siapa yang menang dan kalah, untuk apa memuji-muji diri sendiri saja?" 

Yue Buqun melipat sepasang tangannya di balik punggung, namun sama sekali tak bersuara, wajahnya nampak serius dan dahinya sedikit berkerut karena khawatir. 

Saat Zuo Lengchan membuat rencana untuk mempersatukan kelima perguruan, ia sudah hafal ilmu silat para jago dari keempat perguruan lain, ia yakin bahwa di keempat perguruan itu tak ada seorangpun yang dapat mengunggulinya, oleh karena itu ia berusaha sebisanya untuk mendorong terjadinya peleburan perguruan itu. Kalau tidak, seandainya ada orang yang ilmu silatnya lebih tinggi darinya, setelah peleburan perguruan, kedudukan ketua malah akan direbut oleh orang lain, bukankah kalau begitu ia hanya akan menguntungkan orang lain saja? Ilmu pedang Yue Buqun cemerlang, ia telah berlatih 'Ilmu Awan Lembayung' sampai ke tingkat yang tidak rendah, Zuo Lengchan sudah tahu mengenai kedua hal ini. Oleh karenanya ia menghasut Feng Buping, Cheng Buyou dan jago-jago Faksi Pedang lain naik ke Huashan untuk membuat gara-gara, dan mengirim belasan jago-jago perguruan lain untuk menyergap Yue Buqun di kuil dewa obat. Walaupun kedua serangan itu tak berhasil, namun ia sudah berhasil mengetahui tinggi rendahnya ilmu silat Yue Buqun. Ketika ia menyaksikannya bertarung dengan Linghu Chong di Biara Shaolin, ia bertambah lega lagi, walaupun ilmu pedang Yue Buqun hebat, namun ia bukan tandingan dirinya. Ketika Yue Buqun menendang Linghu Chong, ia malah mematahkan kaki kanannya sendiri, hal ini menunjukkan bahwa tenaga dalamnya biasa-biasa saja. Hanya saja si bocah Linghu Chong ini mendadak ilmu pedangnya berkembang dengan pesat, hal ini sama sekali diluar dugaannya, akan tetapi ia tak dapat membatalkan rencana yang sudah disusunnya selama sepuluh tahun lebih hanya karena jeri kepada si berandalan itu. Lagipula Linghu Chong hanya hebat dalam ilmu pedang saja, ilmu silat tangan kosongnya sangat biasa, kalau mereka benar-benar bertarung, walaupun ia tak bisa mengungguli jurus-jurus pedangnya, ia akan dapat menggunakan tangan kosong untuk mencabut nyawanya. Ketika ia melihat Linghu Chong bersedia terluka di bawah pedang Yue Lingshan, ia sudah tak mengkhawatirkan apapun lagi. 

Saat ini ketika Zuo Lengchan mendengar Yue Buqun ayah beranak berbicara dengan begitu yakin, ia berpikir, "Entah dengan cara bagaimana kau bisa mempelajari ilmu-ilmu Wuyue Jianpai yang hilang, lantas menjadi sombong. Kalau kita bertarung dan kau tiba-tiba menggunakan jurus-jurus itu, aku akan ketakutan, tapi kau telah mengambil langkah yang salah dengan menyuruh putrimu mempertunjukkannya terlebih dahulu, sehingga aku sudah bersiap-siap, apa gunanya melakukan hal itu?" Ia kembali berpikir, "Orang ini sangat licik, aku harus memukulnya di depan para hadirin sampai ia tak bisa mengangkat kepalanya lagi, kalau tidak selama orang ini ada di dalam Wuyue Pai, ia akan kembali membuat masalah". Maka ia berkata, "Saudara Yue, semua pendekar di kolong langit ini mempersilahkanmu naik ke panggung untuk mempertunjukkan kepandaianmu, masa kau tak memberi mereka muka?" 

Yue Buqun berkata, "Karena Saudara Zuo sudah berkata demikian, aku tak bisa menolak". Ia segera melangkah ke atas panggung.

Ketika para hadirin tahu bahwa mereka akan menyaksikan sebuah tontonan yang seru, mereka bertepuk tangan dan bersorak sorai. 

Yue Buqun merangkap tangannya seraya berkata, "Saudara Zuo, hari ini kita telah menjadi saudara seperguruan, saat kita bertukar jurus, menyentuh saja sudah cukup, bagaimana?" 

Zuo Lengchan berkata, "Xiongdi akan berhati-hati supaya tak melukai Saudara Yue". 

Para murid Songshan berseru, "Kalau sebelum bertarung sudah minta ampun, lebih baik tak usah bertarung saja". "Pedang dan golok tak punya mata, sekali bergerak, siapa yang bisa menjamin kau tak akan terluka atau tewas?" "Kalau kau takut, cepat-cepatlah mengaku kalah dan turun dari panggung selagi masih ada waktu". 

Yue Buqun tersenyum simpul, lalu berkata dengan lantang, "Pedang dan golok tak punya mata, sekali bergerak, sukar untuk tak melukai atau menewaskan orang, perkataan ini tak salah". Ia berpaling ke arah murid-murid Huashan dan berkata, "Para murid Huashan dengarlah: aku dan Saudara Zuo hanya saling menguji kepandaian, kami sama sekali tak bermusuhan, kalau Saudara Zuo kelepasan tangan dan membunuhku, atau memukulku hingga luka parah, hal ini hanya semata-mata disebabkan karena kami bertarung dengan sekuat tenaga dan sukar menahan diri, kita tak boleh mendendam pada Paman Guru Zuo, dan terlebih lagi tak boleh mencari gara-gara dengan murid-murid Songshan Pai, dan merusak rasa persaudaraan dalam Wuyue Pai kita". Yue Lingshan dan yang lainnya berseru setuju. 

Zuo Lengchan tak menduga ia akan berkata demikian, maka ia berkata, "Saudara Yue sangat teguh memegang prinsip dan mementingkan rasa persaudaraan dalam Wuyue Pai kita, hal ini sangatlah baik". 

Yue Buqun tersenyum dan berkata, "Kelima perguruan kita telah dilebur menjadi satu, hal ini adalah suatu perkara besar yang sukar dilakukan. Kalau karena kita berdua menguji kepandaian lalu rasa persaudaraan diantara kita sampai cedera dan para saudara seperguruan berkelahi, hal ini akan bertentangan dengan tujuan peleburan perguruan kita". 

Zuo Lengchan berkata, "Benar!" Pikirnya, "Orang ini mulai jeri, aku harus memakai kesempatan ini dan menundukkannya sekarang". 

Ketika para jago bertarung, selain tenaga dalam, jurus-jurus yang mereka lancarkan tentunya penting, akan tetapi menang atau kalah sering ditentukan oleh kekuatan tekad. Ketika Zuo Lengchan melihat bahwa ia nampak lemah, diam-diam ia merasa girang, "Trang!", ia menghunus pedangnya. Saat pedang keluar dari sarungnya, suaranya mengetarkan lembah. Rupanya ia diam-diam mengerahkan tenaga dalam, sehingga ketika pedang keluar dari sarungnya, mata pedang bergesekan dengan bagian dalam sarung pedang dan mengeluarkan suara nyaring. Orang-orang yang tak paham duduk perkaranya semuanya terkejut. Namun orang-orang Songshan bersorak-sorai dengan gegap gempita. 

Yue Buqun menarik pedang berikut sarungnya dari ikat pinggangnya, menaruhnya di sudut Panggung Fengshan, lalu perlahan-lahan menarik pedangnya keluar. Dari cara mereka berdua menghunus pedang masing-masing, boleh dibilang dapat diketahui siapa yang unggul dalam pertandingan itu. 

* * *  
Tulang selangka Linghu Chong tertembus pedang, pedang itu menembus punggung sampai ke dadanya, lukanya parah. Setelah menyaksikan Linghu Chong terluka, Yingying merasa amat cemas dan tanpa memperdulikan penyamarannya, ia menerjang ke depan sambil menghunus pedang, lalu membopongnya. Murid-murid perempuan Hengshan mengerumuninya. Yihe mengeluarkan 'Pil Empedu Beruang Awan Putih', dan cepat-cepat meminumkan enam atau tujuh butir pil kepada Linghu Chong. Yingying telah terlebih dahulu menotok titik-titik jalan darah di dada dan punggungnya untuk menghentikan aliran darah. Yiqing dan Zheng E masing-masing mengoleskan 'Perekat Penyambung Langit Harum' ke lukanya. Ketika sang ketua terluka, bagaimana mereka bisa pelit memberikan obat luka mereka? Mereka memakai begitu banyak obat yang begitu berharga, seakan obat mujarab itu hanya lumpur belaka. 

Walaupun Linghu Chong terluka parah, namun pikirannya masih terang, ketika ia melihat Yingying dan murid-murid Hengshan begitu mengkhawatirkan dirinya ia merasa menyesal, "Untuk membuat xiao shimei tersenyum aku membuat Yingying dan saudari-saudari seperguruan Hengshan begitu cemas". Ia segera tersenyum dan berkata, "Entah bagaimana, aku tak berhati-hati, sehingga......sehingga aku terluka. Tidak.....tidak apa-apa. Tak usah....." 

Yingying berkata, "Jangan bicara". Walaupun ia berusaha sebisanya membuat suaranya kasar, namun bagaimanapun juga suara wanitanya sulit untuk disembunyikan. Ketika para murid Hengshan mendengar bahwa suara lelaki bercambang ikal itu lembut, mereka semua terkejut. 

Linghu Chong berkata, "Aku......aku ingin melihat....." Yiqing menjawab, "Baik". Ia segera menarik minggir dua adik seperguruan yang berada di depan mereka, sehingga Linghu Chong dapat menyaksikan Yue Lingshan beradu pedang dengan Zuo Lengchan. Setelah itu ia dengan samar-samar melihat Yue Lingshan memakai ilmu pedang Songshan, Zuo Lengchan mematahkan pedangnya, dan juga Yue Buqun dan Zuo Lengchan bersama-sama naik ke atas panggung. Pedang Yue Buqun menuding ke tanah, ia berbalik dan tersenyum, ia berdiri sekitar dua zhang jauhnya dari Zuo Lengchan. 

Saat itu semua orang menahan napas, untuk sesaat di puncak Songshan suasana menjadi sunyi senyap. 

Linghu Chong sayup-sayup mendengar sebuah suara lembut membaca kitab suci, " "Apabila binatang buas mengepung dengan gigi dan cakar mereka yang tajam, panggillah nama Guanyin, maka mereka akan berpencar. Apabila kau bertemu dengan ular sanca, kalajengking dan binatang beracun lain, panggillah nama Guanyin, maka mereka akan kembali ke sarangnya. Apabila guntur dan kilat mengelegar, hujan es dan hujan deras menimpa, panggillah nama Guanyin, maka cuaca buruk akan segera berlalu. Semua makhluk berada dalam marabahaya, menderita kesulitan yang tak tertahankan, namun kebijaksanaan dan kekuatan Guanyin dapat menyelamatkan dunia dari penderitaan......" Ketika Linghu Chong mendengar bahwa suara orang yang membaca kitab suci itu begitu saleh dan bersungguh-sungguh, ia tahu bahwa Yilinlah yang sedang berdoa pada Guanyin demi dirinya, dengan tulus ia memohon pada sang bodhisatwa penolong umat manusia untuk meringankan penderitaannya. Dahulu, di luar Kota Heng Shan, Yilin pernah membacakan doa ini untuknya. Kali ini tanpa berpaling pandangan mata Yilin yang lembut dan penuh kasih serta raut wajahnya yang halus dan anggun langsung terbayang dengan jelas di depan matanya. Dalam hatinya muncul perasaan sayang, "Tak hanya Yingying, namun Yilin Shimei ini juga lebih mementingkan diriku daripada hidup mereka sendiri. Walaupun tubuhku hancur berkeping-keping, aku sukar dapat membalas budi mereka". 

Zuo Lengchan melihat Yue Buqun melintangkan pedang di depan dadanya, sedangkan tangan kirinya seakan sedang memegang kuas untuk menulis. Ia tahu bahwa ini adalah jurus ilmu pedang Huashan yang bernama 'Menemui Sahabat Dengan Puisi Dan Pedang', jurus ini adalah jurus pembukaan Huashan apabila mereka bertarung dengan sesama pengikut aliran lurus, maksudnya ialah apabila seorang sastrawan bertemu dengan seorang sahabat, mereka akan bersama-sama menulis puisi, sedangkan apabila dua orang pesilat bertemu, mereka akan saling bertukar jurus. Kalau seseorang memakai jurus ini, ia hendak memberitahukan pada lawannya bahwa ia sama sekali tak punya rasa permusuhan dengannya, dan tak hendak saling membunuh. Ujung bibir Zuo Lengchan terangkat membentuk seulas senyum tipis, lalu ia berkata, "Tak usah sungkan-sungkan". Ia berpikir, "Yue Buqun disebut seorang budiman, tapi menurutku ia lebih banyak sifat munafiknya. Ia sama sekali tak memperlihatkan sikap bermusuhan denganku, tapi ia belum tentu bermaksud baik. Pertama, dalam hati ia merasa jeri, kedua, ia hendak menakut-nakutiku, supaya dapat membunuhku ketika aku tak menduganya". Tangan kirinya segera membuka ke samping, sedangkan pedang di tangan kanannya mengayun ke kanan, jurus yang digunakannya adalah ilmu pedang Songshan Pai yang bernama 'Membuka Gerbang Melihat Gunung'. Ia melancarkan jurus tersebut karena hendak mengatakan bahwa kalau ingin bertarung sebaiknya langsung mulai saja, tak usah berpura-pura. Dengan jurus ini ia bermaksud menyindir lawannya sebagai seorang budiman palsu. 

Yue Buqun menarik napas, pedangnya mengarah ke tengah, ujung pedangnya tak henti-hentinya bergetar, setelah setengah jalan, mendadak pedangnya menyungkit ke atas, ini adalah jurus pedang Huashan yang bernama 'Gunung Hijau Terlihat Samar-Samar', jurus ini seakan ada dan tiada, berubah-ubah tanpa bisa ditebak. 

Zuo Lengchan menebas dari atas ke bawah, tenaga yang digunakannya seakan menguncang langit. ""Ah!", tak sedikit penonton yang berseru. Sebenarnya dalam ilmu pedang Songshan tak terdapat jurus seperti ini, Zuo Lengchan meminjam jurus ilmu silat tangan kosong dan menggunakan pedangnya seperti telapak. Jurus 'Sekali Membelah Huashan' ini biasa-biasa saja, suatu jurus ilmu silat tangan kosong yang diketahui semua orang. Wuyue Jianpai telah saling berhubungan selama ratusan tahun, dalam ilmu pedang Songshan tak ada jurus ini, namun kalaupun ada, nama jurus yang menghina Huashan Pai itu tentunya sudah diubah atau tak digunakan, atau gerakannya yang diubah. Kali ini Zuo Lengchan sengaja menggunakan jurus ilmu silat tangan kosong ini untuk membuat Yue Buqun marah. Ciri khas ilmu pedang Songshan adalah kemegahannya, walaupun jurus 'Sekali Membelah Huashan' ini biasa saja dan tak ada istimewanya, namun ketika Zuo Lengchan menebas ke bawah dari angkasa dengan suara berdesir, jurus itu nampak bagai dapat membelah gunung dan menunjukkan ciri khas ilmu pedang Songshan.

Yue Buqun mengegos untuk menghindar sambil menikamkan pedangnya dengan miring, inilah jurus 'Pohon Bai Tua Yang Rimbun'. Zuo Lengchan melihat bahwa gerakannya ketat dan hati-hati, tidak untuk mencari kemenangan, melainkan hanya berusaha untuk tak membuat kesalahan, jelas bahwa ia telah merencanakan sebuah pertarungan yang lama. Ia tak nampak gusar disindir dengan kedua jurus 'Membuka Gerbang Melihat Gunung' dan 'Sekali Membelah Huashan' yang dilancarkannya, maka ia berpikir bahwa orang ini benar-benar seorang musuh tangguh, kalau ia menyepelekannya dan dengan sembarangan menggunakan jurus-jurus baru, ia akan memberinya kesempatan untuk mengambil inisiatif, pedangnya segera menebas ke kiri dan ke kanan, inilah jurus pedang asli Songshan Pai yang bernama 'Naga Kumala Di Angkasa'. 

Semua murid Songshan sudah pernah mempelajari jurus ini, tapi siapa yang dapat menggunakannya dengan begitu lancar dan kuat? Ketika para hadirin melihat bagaimana pedangnya membelah angkasa, sedangkan badan pedangnya terkadang bengkok terkadang lurus, sesaat meliuk-liuk sesaat menerjang ke depan, sehingga pedangnya nampak seperti makhluk hidup, sorak sorai segera berkumandang.  

Setelah para hadirin dari perguruan-perguruan lain tiba di Songshan, mereka telah menyaksikan murid-murid Songshan menabuh gong dan genderang, menyalakan petasan, dan tak perduli Zuo apa yang dikatakan Lengchan, selalu bertepuk tangan dan bersorak sorai membenarkan, maka semua orang mau tak mau merasa muak. Namun saat ini ketika mereka mendengar murid-murid Songshan bersorak sorai dengan gegap gempita, mereka merasa bahwa hal itu memang sudah sepantasnya, maka mereka juga ikut bersorak sorai. Dengan menggunakan jurus 'Naga Kumala Di Angkasa' ini, di tangan Zuo Lengchan pedang yang mati seakan berubah menjadi ular atau naga yang sakti. Para hadirin, tak perduli apakah mereka menggunakan pedang atau senjata lain, semua mengaguminya. Begitu para jago Taishan, Heng Shan Pai dan yang lain-lain melihat jurus ini, mereka semua diam-diam merasa girang dan berpikir, "Untung saja yang bertarung dengannya di atas Panggung Fengshan ini adalah Yue Buqun dan bukan diriku!" 

Terlihat bahwa Yue dan Zuo berdua menggunakan ilmu pedang perguruan masing-masing untuk bertarung. Gaya ilmu pedang Songshan penuh wibawa, bagai laksaan penunggang kuda yang berderap sambil membawa tombak dan kapak di atas pasir kuning yang membentang sejauh ribuan li; ilmu pedang Huashan ringan dan lincah, bagai sepasang burung layang-layang yang terbang menari-nari diantara ranting-ranting pohon Liu yang disinari mentari musim semi, naik turun, bergerak ke kiri dan ke kanan, serta berputar-putar sesuka hati. Saat itu walaupun Yue Buqun tak nampak kalah, namun di atas Panggung Fengshan itu ilmu pedang Songshanlah yang hampir selalu nampak menyerang. Yue Buqun sebisanya menghindari pedangnya bersentuhan dengan pedang lawan, ia hanya menghindar saja, kelihatannya walaupun ilmu pedangnya tinggi, ia hanya mengandalkan kelincahan belaka dan tak bisa menandingi kekuatan ilmu pedang Songshan. 

Karena keduanya adalah jago-jago ilmu silat terkemuka, saat bertanding mereka tak mengikuti suatu aturan yang baku. Zuo Lengchan mencampur ketujuh belas macam ilmu pedang Songshan. Yue Buqun tak banyak mencampur ilmu pedang, namun keistimewaan ilmu silat Huashan memang terletak pada perubahan-perubahannya yang rumit, maka jurus-jurusnya mengalir bagai air sungai. Setelah melancarkan dua puluh jurus lebih, Zuo Lengchan mendadak mengangkat pedang di tangan kanannya, lalu menyerang dengan telapak kirinya. Gerakan telapaknya ini mengurung tiga puluh enam titik jalan darah di bagian atas tubuh musuh, kalau Yue Buqun menghindar, ia akan langsung terluka parah. Wajah Yue Buqun nampak keunguan, ia mengangsurkan telapak kirinya dan memukul balik telapak tangan Zuo Lengchan, "Plak!", kedua telapak itu beradu. Yue Buqun melayang menghindar, namun Zuo Lengchan tetap berdiri tak bergeming. Yue Buqun berseru, "Apakah ilmu telapak ini ilmu silat Songshan Pai?" 

"Ah!", seru Linghu Chong ketika ia melihat telapak mereka beradu, seruannya itu penuh rasa khawatir. Ia tahu bahwa tenaga dalam Yinhan Zuo Lengchan amat lihai. Ren Woxing yang tenaga dalamnya melimpah saja begitu terkena pukulannya kondisinya menjadi amat kritis, sehingga mereka berempat harus menjadi manusia salju. Walaupun Yue Buqun sudah lama berlatih qiqong, namun ia masih kalah dari Ren Woxing, mereka hanya perlu beradu telapak beberapa kali saja, walaupun ia tak akan langsung kaku membeku, namun ia pasti akan menggigil kedinginan tanpa henti. 

Zuo Lengchan tertawa dan berkata, "Ini adalah ilmu telapak ciptaan caixia sendiri, di masa depan aku akan memilih seorang murid Wuyue Pai dan mengajarkannya padanya". Yue Buqun berkata, "Kalau begitu, aku hendak minta pelajaran beberapa jurusnya dari Saudara Zuo". Zuo Lengchan berkata, "Bagus sekali". Ia berpikir, "Ternyata 'Ilmu Awan Lembayung' sangat hebat, setelah terkena pukulan 'Tapak Sakti Es Dingin' milikku, ia masih dapat berbicara tanpa gemetar". Ia segera mengayunkan pedangnya dan menusuk ke arah Yue Buqun. 

Yue Buqun menangkis serangan itu dengan pedangnya, setelah beberapa jurus, "Plak!", kedua telapak mereka beradu. Pedang Yue Buqun bergerak melingkar dan menikam ke arah pinggang Zuo Lengchan. Zuo Lengchan mengangkat pedangnya untuk menangkis sambil mengerahkan tenaga dalam ke tangan kirinya dan memukul punggung Yue Buqun. Tebasan telapak dari atas ini amat kuat. Yue Buqun membalikkan telapak kirinya, "Plak!", kedua telapak mereka untuk ketiga kalinya bertemu. Yue Buqun merunduk, lalu melompat keluar. Namun telapak tangan kiri Zuo Lengchan terasa nyeri, ketika ia mengangkat tangannya untuk melihat, ternyata di telapak tangannya telah ada sebuah lubang kecil yang samar-samar mengeluarkan darah. Ia terkejut sekaligus gusar dan memaki, "Dasar pengkhianat, tak punya muka!" Ia menduga bahwa Yue Buqun telah menyembunyikan jarum beracun di telapaknya, lalu tiba-tiba menusukannya ke telapaknya sendiri, darah yang keluar sekarang telah berwarna hitam, tentunya jarum itu mengandung racun. Ia tak menyangka bahwa orang yang dijuluki si 'Pedang Budiman' ini ternyata kelakuannya begitu rendah. Ia menarik napas, lalu menjulurkan jari-jari tangan kanannya untuk menotok bahu kirinya tiga kali, supaya darahnya yang telah terkena racun tak mengalir ke atas, pikirnya, "Jarum beracun sepele seperti ini mana bisa menghentikanku? Hanya saja sekarang aku harus berkelahi dengan cepat, dan tak boleh membiarkannya mengulur-ulur waktu". Pedangnya segera menyerang bagai angin ribut. Yue Buqun mengayunkan pedangnya untuk balas menyerang, jurus-jurusnya berubah menjadi ganas dan kejam. 

Saat itu matahari mulai terbenam, namun kedua orang itu masih terus bertarung tanpa diketahui siapa pemenangnya, tapi mereka sekarang bertarung mati-matian, semua orang di bawah panggung dapat melihat hal itu. Fang Zheng Dashi berkata, "Shancai, shancai! Kenapa tiba-tiba memakai kekerasan seperti ini?" 

Setelah puluhan jurus berlalu, Zuo Lengchan merasa bahwa pertahanan lawan sangat ketat, ia khawatir kalau racun di telapaknya menyebar, maka ia terus menambah kekuatan di pedangnya. Yue Buqun kerepotan, nampaknya ia tak bisa menangkis serangan, mendadak ilmu pedangnya berubah, pedangnya terkadang menjulur dan terkadang tertarik ke belakang, jurus-jurusnya sangat aneh. 

Para hadirin di bawah panggung tercengang, mereka saling bertanya, "Ini ilmu pedang apa?" Namun orang yang mereka tanyai tak ada yang bisa menjawab dan hanya menggeleng saja. 

Linghu Chong yang sedang bersandar di tubuh Yingying mendadak melihat bahwa ilmu pedang yang sedang dilancarkan sang guru sebat sekaligus aneh, dibandingkan dengan ilmu pedang Huashan bagai langit dan bumi, maka ia merasa amat heran, ketika ia kembali memandang mereka, ia melihat bahwa ilmu pedang Zuo Lengchan juga berubah, jurus-jurus pedangnya menjadi mirip dengan milik sang guru. 

Mereka berdua saling menyerang dan bertahan serta menghindar, koordinasi mereka amat mulus, seakan mereka berdua adalah saudara seperguruan yang telah bersama mempelajari ilmu pedang itu selama puluhan tahun dan sekarang sedang bertukar jurus. Setelah dua puluh jurus lebih, Zuo Lengchan sejurus demi sejurus terus maju, sedangkan Yue Buqun terus mundur. Linghu Chong paling pandai mencari kelemahan ilmu silat orang lain, ketika ia melihat kelemahan ilmu pedang sang guru makin lama makin besar dan keadaan makin berbahaya, ia tak kuasa menahan rasa cemas dalam hatinya. Ketika melihat Zuo Lengchan pasti akan meraih kemenangan, murid-murid Songshan bersorak sorai dengan gegap gempita. Zuo Lengchan terus menyerang dengan sebat, ia melihat bahwa permainan pedang lawan menjadi kacau, dan bahwa ia akan bisa memukul pedang lawan hingga melayang dalam sepuluh jurus, maka diam-diam ia merasa girang dan terus menambah kekuatan di tangannya. Benar saja, ketika ia menebas dan Yue Buqun mengangkat pedangnya untuk menangkis tebasan itu, tenaga tangannya terasa lemah. Zuo Lengchan menarik pedangnya dan menyungkit, pegangan Yue Buqun terlepas dan pedangnya melayang ke angkasa. Sorak sorai murid-murid Songshan terdengar bagai guntur. 

Sekonyong-konyong Yue Buqun menerjang ke depan dengan tangan kosong, sepasang tangannya menangkap dan menotok, serangannya ini luar biasa sebat. Sosoknya berkelebat dengan gesit bagai setan, ia berbalik beberapa kali, lalu bergerak ke arah barat, gerakannya luar biasa cepatnya, aneh bin ajaib. Zuo Lengchan tercengang, ia berseru, "Ini......ini......ini......" Ia mengangkat pedangnya untuk menangkis serangan. Pedang Yue Buqun telah terjatuh, menancap di atas panggung, namun tak seorangpun menghiraukannya. 

Yingying berkata dengan lirih, "Dongfang Bubai!" Linghu Chong juga berpikiran sama, jurus Yue Buqun ini adalah jurus yang dipakai Dongfang Bubai untuk memegang jarum sulamnya ketika mereka berempat bertarung dengannya. Ia begitu tercengang sehingga ia melupakan rasa sakit lukanya dan bangkit. Sebuah tangan kecil yang langsing di sisinya mengangsur dan menyokong ketiaknya, namun ia sama sekali tak merasakannya; ketika sepasang mata yang cantik memandanginya, iapun sama sekali tak menyadarinya. 

Saat itu di puncak Songshan, diantara ribuan pasang mata, hanya ada sepasang mata yang tak memperhatikan pertarungan diantara Yue dan Zuo, dari awal sampai akhir, pandangan mata Yilin tak pernah meninggalkan Linghu Chong. 

Tiba-tiba terdengar Zuo Lengchan menjerit panjang, Yue Buqun melompat keluar dan berdiri di sudut barat daya Panggung Fengshan, ia berdiri tak sampai satu chi dari tepi panggung, tubuhnya terhuyung-huyung, seakan akan jatuh ke bawah panggung. Tangan kanan Zuo Lengchan mengayunkan pedang, makin lama gerakannya makin cepat, semua jurus yang dipakainya adalah jurus-jurus ilmu pedang Songshan Pai, seluruh gerakannya melindungi titik-titik jalan darah penting di sekujur tubuhnya. Ilmu pedangnya ini hebat dan tenaganya kuat, setiap jurusnya menimbulkan suara kesiuran angin, sehingga banyak orang yang bersorak sorai memuji. 

Setelah beberapa saat, terlihat bahwa ia hanya sendirian menarikan sebuah tarian pedang, dan sama sekali tak menyerang Yue Buqun, nampaknya ada sesuatu yang tidak beres. 

Jurus-jurus pedangnya hanya bertahan semata, sama sekali tak menyerang Yue Buqun, dengan demikian ia seperti hanya berlatih seorang diri saja, bagaimana ia bisa mengatasi seorang musuh tangguh? Mendadak Zuo Lengchan menikam ke depan, lalu berhenti di tengah jalan dan tak menariknya kembali, ia sedikit menelengkan kepalanya, seakan sedang mendengarkan suara yang aneh dengan seksama. Nampak dua buah aliran darah yang tipis mengalir dari sepasang matanya, meleleh melewati pipinya, lalu mengantung di dagunya. 

Seseorang diantara para hadirin berseru, "Matanya buta!" 

Suara itu tak terlalu keras, namun Zuo Lengchan amat gusar, teriaknya, "Aku tidak buta, aku tidak buta! Anjing siapa yang berkata aku buta? Yue Buqun kau pengkhianat, kalau kau punya nyali, ayo bertarung tiga ratus ronde lagi dengan kakekmu ini". Semakin lama suaranya semakin keras, suaranya itu penuh amarah, rasa sakit dan putus asa, seperti seekor binatang buas yang terluka parah dan melolong-lolong sebelum mati. 

Yue Buqun berdiri di sudut panggung dan hanya tersenyum saja. 

Ketika semua orang menyadari bahwa mata Zuo Lengchan memang telah dibutakan oleh Yue Buqun, mereka amat terkejut.

Hanya Yingying dan Linghu Chong yang tak terkejut melihat akhir pertarungan itu. Setelah pedang Yue Buqun terjatuh dari tangannya, ilmu pedang yang digunakannya hampir sama dengan ilmu silat yang digunakan oleh Dongfang Bubai. Hari itu di Heimuya, Ren Woxing, Linghu Chong, Xiang Wentian dan Shangguan Yun berempat bergabung untuk melawan Dongfang Bubai, namun mereka masih tak bisa menandinginya dan terluka terkena tusukan jarum, sampai Yingying berbalik menyerang Yang Lianting, barulah mereka beruntung dapat berhasil mengalahkannya, namun sebuah mata Ren Woxing masih dapat dibutakan olehnya, saat itu hidup mereka benar-benar berada di ujung tanduk. Tubuh Yue Buqun bergerak dengan amat sebat, walaupun masih kalah cepat dibandingkan dengan Dongfang Bubai, namun begitu Zuo Lengchan bertarung satu lawan satu dengannya, ia niscaya akan kalah. Benar saja, tak lama kemudian mata Zuo Lengchan telah buta terkena tusukan jarum. 

Linghu Chong melihat sang guru menang, tapi ia sama sekali tak merasa senang, malah sebaliknya merasakan suatu rasa takut yang sulit dilukiskan. Watak Yue Buqun tenang dan ia selalu memperlakukannya dengan ramah, sejak kecil ia selalu mencintai dan mengagumi gurunya. Setelah sang guru mengeluarkannya dari perguruan, ia sadar bahwa ia sendiri yang keras kepala dan bertindak keterlaluan, ia suka bertindak sesuka hati dan berbuat onar, maka hukuman itu memang sudah sepantasnya diterimanya. Ia hanya berharap agar sang shifu dan shiniang dapat memaafkannya dan sama sekali tak pernah mendendam pada mereka. Namun saat ini ketika ia memandang sang guru yang sedang berdiri di tepi panggung dengan lengan jubahnya yang berkibar-kibar, raut wajahnya yang halus dan terpelajar berseri-seri, entah bagaimana dalam hatinya timbul perasaan benci yang amat sangat. Mungkin karena ilmu silat yang dipakainya mengingatkannya pada penampilan Dongfang Bubai yang ganjil, atau mungkin karena ia merasa bahwa kemenangan sang guru tak diraih dengan cara yang jujur. Untuk sesaat ia tertegun, rasa sakit dari lukanya kembali muncul, dan iapun terduduk dengan kecewa. Yingying dan Yilin serentak menyokongnya sambil bertanya, "Ada apa?" 

Linghu Chong menggeleng-geleng, ia memaksakan dirinya untuk tersenyum, lalu berkata, "Tidak.....tidak apa-apa". 

Kembali terdengar Zuo Lengchan meraung, "Yue Buqun, kau pengkhianat, kalau punya nyali ayo kemari dan bertarung sampai mati. Kau bertindak sembunyi-sembunyi, benar-benar manusia rendah! Kau.....kau kemarilah, ayo bertarung lagi". 

Tang Yinge dari Songshan Pai berkata, "Kalian papahlah guru turun panggung". 

Dua orang murid senior yaitu Shi Dengda dan Di Xiu menjawab, "Baik!" Mereka melompat ke atas panggung bagai terbang, lalu berkata, "Shifu, ayo turun!" 

Zuo Lengchan berkata, "Yue Buqun, kau berani kemari atau tidak?" 

Shi Dengda memapahnya seraya berkata, "Shi......" 

Sekonyong-konyong sinar pedang berkilauan, pedang Zuo Lengchan menebas dari bahu kiri Shi Dengda sampai ke pinggang kanannya, lalu sinar pedang kembali berkelebat, dan dada Di Xiupun tertebas putus. Tenaga yang dipakai untuk menebas sebat dan kuat, sangat aneh, bagai sambaran geledek, sehingga kedua murid Songshan itu langsung terpotong menjadi empat bagian. 

Para hadirin yang berada di bawah panggung berteriak kaget, mereka semua tercengang. 

Yue Buqun berjalan dengan perlahan ke tengah panggung, lalu berkata, "Saudara Zuo, karena kau telah menjadi seorang cacat, aku tak lagi bisa bertanding denganmu. Apakah sampai sekarang kau masih ingin memperebutkan kedudukan ketua Wuyue Pai ini denganku?" 

Zuo Lengchan perlahan-lahan mengangkat pedangnya, ujung pedangnya mengarah ke dada Yue Buqun. Di tangan Yue Buqun sama sekali tak ada senjata, setelah pedangnya terjatuh dari angkasa, pedang itu masih menancap di sebongkah batu, bergoyang-goyang ditiup angin. Yue Buqun menyembunyikan sepasang tangannya di balik lengan jubahnya, matanya menatap ujung pedang yang hanya berjarak tiga chi dari dadanya. Darah segar menetes-netes dari ujung pedang ke tanah sehingga menitik-nitik pelan, lengan baju kanan Zuo Lengchan mengembang seperti layar kapal yang tertiup angin, sedangkan lengan baju kirinya hanya mengantung seperti biasa saja, nampaknya ia mengkonsentrasikan seluruh tenaga di lengan kanannya. Karena aliran tenaga dalamnya, bahkan lengan bajunyapun mengembang, hal ini bukanlah sesuatu yang sepele, serangannya ini akan sekuat guntur. 

Mendadak sebuah cahaya putih berkelebat, Yue Buqun meluncur ke belakang sejauh satu zhang lebih, lalu kembali ke tempatnya semula, ia mundur dalam sekejap mata. Untuk sesaat ia berdiri, meluncur ke belakang kiri sejauh satu zhang lebih, lalu kembali ke tempatnya semula dengan luar biasa cepatnya sehingga ujung pedang Zuo Lengchan menuding ke depan dadanya. Semua orang dapat melihat dengan jelas, tak perduli betapa lihainya serangan Zuo Lengchan itu, ia tak akan dapat menyentuh Yue Buqun. 

Dalam benak Zuo Lengchan berbagai pikiran berkecamuk, kalau pedangnya tak bisa menembus dada Yue Buqun dan ia dapat menghindari serangannya, dengan kedua matanya yang sudah buta, keadaan dirinya akan menjadi runyam. Ia mengingat usahanya yang begitu keras untuk merencanakan dan mengatur peleburan kelima perguruan, tak nyana akhirnya semuanya sia-sia belaka, ia gagal saat hampir meraih keberhasilan dan malah terkena tipu muslihat. Mendadak hatinya terasa pedih, darahnya bergejolak, "Ah!", iapun memuntahkan darah segar. 

Yue Buqun sedikit bergeser ke samping dan menghindar, namun ia tak kuasa menahan seulas senyum muncul di wajahnya. 

Tangan kanan Zuo Lengchan bergetar, ia mematahkan pedangnya sendiri, lalu ia melemparkan patahan pedang itu, mendongak dan tertawa terbahak-bahak, suaranya terdengar sampai jauh dan mengema di lembah itu. Di tengah suara tawa, ia berbalik, dengan langkah-langkah besar ia turun dari panggung, namun diam-diam ia sudah bersiap-siap, kaki kanannya menendang dan iapun melayang turun dari panggung. 

Beberapa murid Songshan Pai cepat-cepat memburu ke depan seraya berteriak, "Shifu, ayo lawan mereka, kita cincang semua orang Huashan Pai". 

Zuo Lengchan berkata dengan lantang, "Lelaki sejati harus menepati janji! Sebelumnya sudah ditentukan bahwa kita akan bertanding untuk memperebutkan jabatan, setiap orang harus mengandalkan ilmu silatnya sendiri untuk meraih kemenangan. Ilmu silat Tuan Yue jauh melebihi si Zuo ini, maka kita semua harus mengangkatnya menjadi ketua, kita mana boleh ingkar janji?" 

Saat sepasang matanya menjadi buta, ia terkejut sekaligus gusar, sehingga mau tak mau ia memaki-maki, namun setelah menenangkan diri, ia kembali menjadi seorang guru besar ilmu silat yang berwibawa. Ketika para hadirin melihatnya dapat menerima keadaaan itu dengan tenang dan bersikap ksatria, mereka semua merasa kagum. Kalau tidak, dengan murid-murid Songshan yang banyak jumlahnya dan para pembantu mereka yang juga banyak, serta tempat yang menguntungkan mereka, kalau mereka sampai bertarung dengan Huashan Pai, walaupun ilmu silat Yue Buqun tinggi, pihak Huashan akan sukar melawan musuh. 

* * * 

Diantara para anggota Wuyue Jianpai dan orang-orang yang datang ke Songshan untuk melihat keramaian, tak sedikit orang yang ingin mencari muka, begitu mereka mendengar Zuo Lengchan berkata demikian, mereka segera bersorak sorai dengan gegap gempita, "Tuan Yue menjadi ketua Wuyue Pai! Tuan Yue menjadi ketua Wuyue Pai!" Murid-murid Huashanlah yang paling bersemangat berteriak-teriak, hanya saja perubahan ini begitu tak terduga sehingga para murid Huashan sukar untuk mempercayai kenyataan yang berada di depan mata mereka. 

Yue Buqun melangkah ke sisi panggung, merangkap tangan dan berkata, "Ketika caixia saling menguji kepandaian bersama Saudara Zuo, tadinya aku berharap agar hanya perlu saling menyentuh saja. Akan tetapi ilmu silat Saudara Zuo terlalu tinggi, ia berhasil menggetarkan pedang di tanganku hingga terjatuh, dalam keadaan yang sangat genting, caixia terpaksa harus membela diri, namun tindakanku itu berlebihan, sehingga kedua mata Saudara Zuo terluka. Caixia amat menyesal. Mari kita cari seorang tabib, supaya pengelihatan Saudara Zuo dapat dipulihkan". 

Dari bawah panggung seseorang berkata, "Pedang dan golok tak bermata, tak ada yang bisa menjamin bahwa tak akan ada yang terluka". Seseorang lain berkata, "Tuan tak membunuhnya, hal ini menunjukkan bahwa tuan telah bermurah hati". Yue Buqun berkata, "Benar!" Ia merangkap tangannya namun tak bermaksud turun dari panggung. Dari bawah panggung seseorang berseru, "Barangsiapa yang hendak menjadi ketua, naiklah ke atas panggung untuk menjajal kepandaiannya". Seseorang lain berkata, "Barangsiapa yang matanya terlalu terang, silahkan naik ke panggung supaya Tuan Yue dapat mencungkilnya". Ratusan orang serentak berseru-seru, "Tuan Yue menjadi ketua Wuyue Pai! Tuan Yue menjadi ketua Wuyue Pai!" 

Yue Buqun menunggu sampai para hadirin agak tenang, lalu berkata, "Karena semua orang menginginkannya, caixia tak berani menolak. Pada hari ini Wuyue Pai baru saja terbentuk, masih banyak hal yang harus diatur, caixia hanya bisa mengatur urusan yang umum saja. Heng Shan Pai mohon supaya tetap diurus oleh Tuan Mo Da, sedangkan Hengshan Pai tetap diurus oleh Linghu Chong Xiandi. Aku hendak mohon Pendeta Yuqing dan Yuyin bersama murid senior Saudara Tianmen mengurus Taishan Pai, mereka bertiga akan bersama-sama mengurus perguruan. Mengenai Songshan Pai, karena mata Saudara Zuo sudah tak dapat melihat, hal ini harus dipertimbangkan lebih lanjut......" 

Yue Buqun berhenti sejenak, matanya memandang ke arah para murid Songshan, lalu perlahan-lahan berkata, "Menurut pendapat caixia, untuk sementara ini mohon Saudara Ding Mian, Saudara Lu Bai, Saudara Tang Yinge dan Saudara Zuo berempat untuk bersama mengurus urusan sehari-hari". Dengan kaget Lu Bai berkata, "Hal ini.....hal ini....." Orang-orang Songshan dan perguruan-perguruan lain juga merasa heran. Ding Mian memang sudah lama menjadi asisten Zuo Lengchan, sedangkan beberapa tahun belakangan ini Tang Yinge telah menjadi orang kepercayaan Zuo Lengchan, namun Lu Bai barusan ini selalu mengucapkan perkataan-perkataan yang membuat susah Yue Buqun dengan dingin dan sinis, sikapnya benar-benar kurang ajar. Tak nyana Yue Buqun tak memperhitungkan dendam lama dan malah menyuruhnya mengurus Songshan Pai bersama yang lainnya. Sebelumnya para murid Songshan sangat marah karena mata Zuo Lengchan dibutakan olehnya, banyak diantara mereka yang menunggu kesempatan untuk mencari gara-gara, tapi setelah mereka mendengar Yue Buqun menyuruh Ding Mian, Lu Bai, Tang Yinge dan Zuo Lengchan berempat mengurus Songshan Pai, sehingga keadaan di Songshan Pai sama seperti sediakala, dan Yue Buqun tak mencampuri urusan mereka, amarah mereka sedikit mereda. 

Yue Buqun berkata, "Hari ini kelima perguruan kita telah bergabung, kalau kita tidak bersatu, pengabungan perguruan kita ini hanya nama belaka. Sejak saat ini kita semua akan menjadi saudara seperguruan, dan kita tak boleh saling membeda-bedakan. Caixia tak berbudi luhur dan tak punya kepandaian, namun untuk sementara ini aku memimpin perguruan kita. Banyak masalah yang harus dibicarakan dengan saudara-saudara sekalian, caixia tak berani mengambil keputusan secara sepihak. Saat ini sudah menjelang petang, kita semua telah bekerja keras, silahkan menuju ke halaman utama Songshan untuk beristirahat, minum arak dan makan!" Para hadirin bersorak sorai, lalu berebutan menuruni puncak gunung. 

Yue Buqun menuruni panggung, Fang Zheng Dashi, Chong Xu Daozhang dan yang lainnya mendatanginya dan memberi selamat kepadanya. Sebelumnya Fang Zheng dan Chong Xu khawatir bahwa setelah pengabungan perguruan, Zuo Lengchan akan menjadi makin ambisius dan makin ingin mencaplok Shaolin dan Wudang, sehingga menimbulkan bencana bagi dunia persilatan, namun mereka tahu bahwa Yue Buqun adalah seorang budiman yang rendah hati, maka mereka merasa lega karena ialah yang akhirnya memimpin Wuyue Pai, oleh karena itu mereka memberinya selamat dengan tulus. 

Fang Zheng Dashi berkata dengan lirih, "Tuan Yue, jangan-jangan orang-orang Songshan Pai saat ini menyimpan maksud buruk, dan hendak mencelakai tuan. Pepatah berkata, kita tak boleh mempunyai maksud untuk mencelakai orang, namun kita harus berjaga-jaga. Selama berada di Songshan tuan harus berhati-hati". Yue Buqun berkata, "Baik. Terima kasih atas petunjuk Fang Zheng Dashi". Fang Zheng berkata, "Gunung Saoshi sangat dekat jaraknya dari sini, pangillah kami kalau kau perlu bantuan". Yue Buqun menjura dalam-dalam seraya berkata, "Si Yue ini amat berterima kasih atas kebaikan Fang Zheng Dashi". 

Ia kembali berbicara dengan Pendeta Chong Xu, Ketua Jie dari Gaibang dan yang lainnya, lalu dengan cepat ia melangkah ke hadapan Linghu Chong dan bertanya, "Chong er, bagaimana lukamu?" Sejak ia mengeluarkan Linghu Chong dari Huashan Pai, baru kali ini ia menyapanya dengan ramah dan memanggilnya 'Chong er'. Hati Linghu Chong terasa dingin, dengan suara gemetar ia berkata, "Tidak.....tidak apa-apa". Yue Buqun berkata, "Kau ikutlah bersama kami ke Huashan untuk menyembuhkan luka, dan berkumpul dengan shiniangmu, bagaimana?" Sebelumnya kalau Yue Buqun menyebut hal ini, Linghu Chong tentu akan girang bukan kepalang dan langsung menyetujuinya, namun saat ini ia bimbang dan agak takut naik ke Huashan. Yue Buqun berkata, "Bagaimana?" Linghu Chong berkata, "Obat luka Hengshan sangat mujarab, setelah luka murid sembuh, murid......murid akan menghadap shifu dan shiniang". 

Yue Buqun menelengkan kepalanya dan menatap wajahnya tanpa berkedip, seakan hendak mengetahui isi hatinya yang sebenarnya, setelah beberapa lama, ia baru berkata, "Begitu juga baik! Sembuhkanlah lukamu dengan tenang, kuharap kau dapat cepat datang ke Huashan". Linghu Chong berkata, "Baik!" Ia berusaha keras untuk bangkit dan memberi hormat. Yue Buqun menyokong lengan kirinya sambil berkata dengan hangat, "Tak usah repot-repot!" Tubuh Linghu Chong mengkerut, mau tak mau air mukanya menunjukkan rasa jeri. Yue Buqun mendengus dan mengerutkan dahinya dengan gusar, namun setelah itu ia tersenyum, sambil menghela napas ia berkata, "Xiao shimeimu masih seperti dahulu, kalau bertanding ia tak bisa menahan diri, untung saja ia tak melukai titik-titik pentingmu". Setelah itu ia menganggukan kepalanya dan menyapa kedua murid senior Hengshan, yaitu Yihe dan Yiqing, lalu ia berbalik dan perlahan-lahan melangkah pergi. 

Beberapa zhang di depan, ratusan orang menunggunya, setelah ia berjalan mendekat, mereka ramai-ramai mengerumuninya, memuji-muji ilmu silatnya yang hebat, budinya yang luhur, dan kepandaiannya menangani masalah, di tengah-tengah jilatan dan puja puji itu ia menuruni gunung. Linghu Chong memandangi punggung sang guru sampai menghilang di balik lereng gunung, orang-orang dari setiap perguruanpun ikut turun gunung, mendadak ia mendengar suara seorang wanita berkata dengan penuh rasa benci dari belakang punggungnya, "Budiman palsu!" 

Tubuh Linghu Chong bergoyang-goyang, lukanya terasa amat nyeri, perkataan 'budiman palsu' itu seakan bagai sebuah godam besi yang menghantam dadanya keras-keras, seketika itu juga ia merasa tak bisa bernapas. 

No Comment
Add Comment
comment url