[Pahlawan Shenzhou] Bab 7: Golok dan Pedang, Iblis Kembar
Sha Yun, Sha Lei, Sha Dian bersiap hendak menyerang, serangan kali ini adalah pukulan mematikan!
Ibu dan anak keluarga Xiao sudah tak ada lagi jalan untuk mundur, bahkan tenaga untuk menangkis maupun senjata pun sudah tak ada!
Sha Yun, Sha Lei, Sha Dian serentak berseru:
“Satu Pedang Putus Jiwa!”
Tepat pada saat itu, satu bayangan manusia, satu kilatan pedang, tiba-tiba datang!
Cahaya pedang begitu cepat, ketika Sha Yun melihat cahaya pedang itu, pedang sudah menembus pertahanannya, menghunjam ke dalam dada dan perutnya!
Ketika Sha Dian melihat cahaya pedang itu, ujung pedang sudah muncul dari belakang punggung Sha Yun! Pedang ini menembus tubuh Sha Yun dari belakang, tetapi lajunya tetap sama cepatnya!
Sha Dian terkenal karena kilatan pedangnya secepat halilintar. Ia segera menebas sekali, tetapi pedangnya justru menancap pada punggung Sha Yun, sementara cahaya pedang secepat kilat kembali “craaak” menusuk dadanya!
Sha Dian mengerang panjang penuh derita, menjelang ajal pun ia belum sempat melihat jelas wajah lawannya.
Bayangan manusia itu langsung menerjang Sha Lei!
Sha Lei segera menebaskan satu pedang!
Pedang itu memang mengenai tubuh lawan, tetapi orang itu tetap menerjang dengan tangan dan kaki, Sha Lei tak sempat menghindar, “BUK!” mereka berdua jatuh bergulingan, wajahnya benjut penuh lebam.
Saat ia berhasil membuka mata, mendorong tubuh yang menindihnya, barulah ia sadar bahwa yang menindihnya hanyalah sebuah mayat.
Mayat itu adalah mayat Sha Feng.
Sha Feng sebelum sempat terkena pisau terbangnya, sudah lebih dulu tewas, lehernya ditembus lubang besar, ditebas pedang oleh seseorang.
Sha Lei terkejut berseru: “Kakak! Adik Keempat! Lihatlah Adik Kedua…” Namun suara itu tiba-tiba tercekik, karena ia melihat Sha Yun dan Sha Dian sudah bukan lagi orang hidup.
Hanya dalam sekejap, empat bersaudara Sha yang sebelumnya tak terkalahkan, kini ternyata tinggal satu orang dirinya. Perubahan mendadak ini terlalu cepat, terlalu tiba-tiba, sampai-sampai Sha Lei lupa berduka, hanya tersisa rasa ngeri mencekam!
Hanya dalam sekejap, empat bersaudara Sha yang tak terkalahkan, kini ternyata tinggal satu dirinya saja. Perubahan mendadak ini terlalu cepat, terlalu tiba-tiba, membuat Sha Lei lupa berduka—hanya tersisa rasa ngeri yang mengguncang!
Sha Lei melihat di tengah arena tiba-tiba muncul seorang, dalam cahaya bulan tampak seorang perempuan tinggi besar, sedikit bungkuk, berusia tua, berdiri di sana.
Sekujur tubuh Sha Lei tiba-tiba merinding, rambut berdiri. Sebab perempuan yang kelihatan biasa-biasa saja ini, bahkan wajahnya agak tampak bodoh, ternyata menggenggam sebilah pedang di tangan.
Dengan pedang itu di tangannya, perempuan itu tampak seperti orang yang sama sekali berbeda. Wajah yang sama, namun membawa nuansa menggetarkan jiwa.
Bukan hanya Sha Lei yang terkejut, bahkan Madam Xiao dan Xiao Qiushui pun tak bisa tak merasa heran.
Mereka sama sekali tak menyangka, orang yang datang menyelamatkan mereka, dengan satu pedang membunuh dua Sha, membuat tiga mati satu terluka, pedangnya secepat kilat, ternyata adalah pelayan tua yang canggung dan pendiam di kamar Sang Nyonya Tua—Zhang Ma!
Saat Zhang Ma mengeluarkan pedang, cahaya pedangnya putih menyilau; tetapi kini ketika berdiri diam, bilah pedang itu hitam seluruhnya. Di dunia persilatan hanya ada sebilah pedang semacam ini, bernama Pedang Yin-Yang.
Pedang Yin-Yang ringan bak bulu; karenanya bisa dimainkan sepuasnya. Orang yang menggunakan pedang ini adalah seorang pendekar tersembunyi, bernama Zhang Lin Yi.
Kepandaian Zhang Lin Yi amat tinggi; dikatakan jurus pedangnya semua diciptakan dan improvisasi langsung saat menghadapi lawan, dimainkan secara bebas, ditambah lagi dengan pedang Yin-Yang yang luar biasa, ibarat harimau tumbuh sayap. Ada yang mengatakan ilmu pedangnya bahkan sudah berada di atas Tujuh Pendekar Pedang Terbesar masa kini.
Zhang Lin Yi muncul di dunia persilatan sangat dini, namun wataknya amat aneh, tangannya amat kejam; di usia pertengahan karena terlalu tergila pada pedang, ia melupakan kasih, sampai-sampai saat berlatih pedang secara tak sengaja membunuh istri tercintanya. Sesudahnya menyesal tiada henti, hampir jadi gila, kerap berdandan dengan busana mendiang istrinya, berkelana liar di dunia persilatan. Kemudian menghilang tanpa kabar; konon akhirnya ditampung seorang tokoh terkenal, kebengisannya lenyap. Tetapi tujuh huruf “Pendekar Pedang Yin-Yang Zhang Lin Yi” masih membuat segenap dunia persilatan Bergetar bila mendengarnya.
Namun siapa sangka, pelayan tua yang besar, bungkuk, jinak, ini ternyata adalah Zhang Lin Yi yang dahulu pernah mengguncang persilatan!
Sang Nyonya Tua tidak bisa ilmu silat, tetapi pelayannya justru seorang mahaguru dunia persilatan. Bahkan Madam Xiao pun sama sekali tak menyangka hal ini.
Karena itu seketika, bahkan Madam Xiao pun tak tahu harus berkata apa.
Zhang Lin Yi berdiri kaku di bawah sinar bulan, lalu perlahan berbalik menatap Sha Lei!
Nyawa Sha Lei serasa sedang tercabut, ia mengeluarkan sebilah pisau terbang, namun hatinya gentar, sampai-sampai pisaunya jatuh ke tanah.
Pisau terbang macam itu, bagaimana mungkin bisa melukai orang ini?
Tiba-tiba terdengar sebuah suara, lembut penuh kasih namun sarat wibawa:
“Zhang Ma, biarkan dia hidup, jangan bunuh.”
Orang ini tetap memanggil pendekar besar Zhang Lin Yi dengan sebutan “Zhang Ma”. Tetapi begitu mendengar suara itu, Zhang Lin Yi segera menurunkan tangan, juga menundukkan kepala, pedang pun tiba-tiba lenyap, kembali jadi pelayan tua yang kaku, tumpul, dan berhati-hati. Ia membungkuk hormat dan berkata:
“Baik.”
Yang bicara adalah Sang Nyonya Tua.
Nyonya Tua perlahan berjalan keluar, melihat Madam Xiao, lalu melangkah mendekat untuk menopangnya, dengan penuh kasih berkata:
“Madam Xiao, demi diri saya yang tua ini, membuatmu sampai terluka, sungguh tiada balasan yang bisa kuberi…”
Madam Xiao memaksakan senyum:
“Junior-junior ini melindungi Nyonya dengan tidak becus, beruntung Zhang Ma… Zhang Senior turun tangan dengan pedang, junior benar-benar merasa malu sekali…”
Sampai saat ini barulah Xiao Qiushui bisa memastikan satu hal:
Bahwa “Perkumpulan Kekuasaan” (Quan Li Bang) ternyata tidak sepenuhnya datang karena dirinya, bahkan bukan semata-mata demi dendam pada dirinya sampai ingin memusnahkan Perguruan Pedang Huan Hua. Tujuan utama mereka tampaknya adalah demi orang tua yang penuh wibawa, dihormati, dan penuh kasih ini. Maka itu Perkumpulan Kekuasaan tak segan mengerahkan pasukan besar, menarik perhatian sebagian besar pendekar di luar sana, lalu mengutus ahli tangguh menyusup ke dalam, untuk menculik Sang Nyonya Tua… Setelah yakin akan hal ini, barulah hati Xiao Qiushui agak sedikit lega.
Siapakah sebenarnya Nyonya Tua ini?
Nyonya Tua berkata:
“Zhang Ma, mintalah anak muda ini bicara beberapa kalimat.”
Zhang Ma membungkuk:
“Baik.” Lalu berbalik bertanya kepada Sha Lei:
“Kalian datang berapa orang semuanya?”
Sha Lei menggertakkan gigi, tidak menjawab.
Zhang Ma tidak memaksa, hanya mengulang dengan suara datar:
“Kalian datang berapa orang?”
Nada suaranya sama sekali biasa, namun tiba-tiba menimbulkan aura membunuh yang membuat bulu roma berdiri. Sha Lei pun gemetar dan menjawab dengan suara bergetar:
“Tiga ratus… tiga ratus enam puluh lebih orang.”
Zhang Ma berkata:
“Orang macam apa mereka?”
Sha Lei menjawab:
“Guru kami, Pelindung Kong, Pelindung Hua masing-masing membawa seratus murid, ditambah enam puluh lebih orang, yaitu kami empat bersaudara, Saudara Nangong, serta tiga murid Pelindung Kong.”
Zhang Ma berkata:
“Jadi panglima mereka hanya Sha Qian Deng, Kong Yang Qin, Hua Gu Fen, bertiga saja?”
Sha Lei menjawab:
“Benar.”
Zhang Ma tiba-tiba melangkah maju. Sha Lei terkejut besar, segera mengeluarkan pisau, tetapi pedang Zhang Ma sudah menempel di perutnya. Sha Lei merintih kesakitan, pisaunya terlepas, kedua tangannya menekan perut, nyeri tak tertahankan, teriakannya serak:
“Zhang Lin Yi…”
Zhang Lin Yi berkata:
“Kau berbohong.”
Lalu berkata lagi:
“Tak seorang pun bisa berbohong kepadaku.”
Kemudian berkata:
“Aku tanya sekali lagi, *‘Sembilan Langit Sepuluh Bumi, Sembilan Belas Iblis’, ada berapa yang sudah datang?’”
Sha Lei mendongak, melihat sorot mata Zhang Lin Yi, tiba-tiba tubuhnya menggigil hebat, berkata:
“Sudah datang empat orang…”
Zhang Lin Yi membentak:
“Lalu yang akan datang?”
Sha Lei menundukkan kepala:
“Masih ada satu lagi.”
Zhang Lin Yi mengangguk:
“Benar. Aku sudah menduga Li Chen Zhou hendak menghancurkan Perguruan Huan Hua, menculik Nyonya Tua, mana mungkin hanya mengirim tiga orang saja… Jadi yang dua lagi siapa?”
Tubuh Sha Lei bergetar keras, berkata:
“Aku tidak tahu.”
Zhang Linyi tiba-tiba terdiam. Begitu ia hening, Sha Lei seperti tersambar petir, panik dan buru-buru berseru:
"Aku... aku benar-benar tidak tahu!" Aku hanya tahu bahwa yang sudah ada di sini adalah 'Dewa Iblis Tanpa Nama' dan yang akan datang adalah 'Dewa Iblis Satu Gua.' Aku belum pernah melihat mereka berdua!"
Sebenarnya, para Pelindung adalah iblis berwujud manusia. Di dunia persilatan, mereka dikenal sebagai "Sembilan Belas Iblis Manusia," tetapi di dalam Aliansi Quanli, mereka disebut "Sembilan Belas Iblis dari Sembilan Langit, Sepuluh Bumi."
Di antara sembilan belas iblis manusia ini, ada dua yang identitasnya masih menjadi misteri. Satu tidak memiliki nama, tidak ada jejak—tak seorang pun di luar kelompok itu yang tahu siapa dia.
Ia dikenal sebagai "Dewa Iblis Tanpa Nama."
Yang tak bernama seringkali lebih menakutkan daripada yang dikenal.
Yang bernama, kalau ia membunuh orang, bagaimana cara membunuhnya, siapa yang ia bunuh, selalu ada orang yang tahu;
tetapi yang tak bernama, bahkan kalau ia sudah membunuhmu, kau pun belum tentu tahu siapa yang menghabisimu.
Adapun “Dewa Iblis Satu Gua”, semua orang tahu ia bernama Zuo Changsheng, hanya saja tak seorang pun tahu mengapa ia dijuluki “Satu Gua”.
Karena semua yang pernah berhadapan dengannya, semuanya sudah mati.
Zhang Ma segera bertanya lagi:
“Yang telah datang itu siapa?”
Sha Lei menjawab:
“Dewa Iblis Tak Bernama.”
Kalau begitu, yang akan datang berikutnya adalah ‘Dewa Iblis Satu Gua’.
Wajah Zhang Linyi tiba-tiba menjadi berat. Apakah karena lawan yang satu ini memang terlalu menakutkan?
Akhirnya Zhang Linyi berkata:
“Pergilah kau.”
Sha Lei berdiri, hanya merasa bintang-bintang turun seperti hujan, rembulan terang benderang, namun di dunia yang begitu luas, tak ada tempat baginya untuk bernaung.
Ia sudah membocorkan rahasia Perkumpulan Kekuasaan, bahkan gurunya Sha Qiandeng pun takkan bisa memaafkannya.
Saat itu, Nyonya Tua berkata dengan datar:
“Kalau kau merasa tak ada tempat tujuan, maka tinggallah di sisiku saja.”
Kalimat sederhana yang diucapkan lembut itu, bagaikan sebuah magnet yang langsung menyedot semua pisau terbang dari hati Sha Lei.
Hanya karena satu kalimat itu, yang jernih bagaikan langit cerah, yang menggema bagaikan halilintar, Sha Lei langsung berlutut di hadapan Nyonya Tua, seakan menemukan sandaran sejati, dan tidak ingin pergi lagi.
Nyonya Tua hanya tersenyum tipis, lalu perlahan menolongnya berdiri.
Apakah Sha Lei akan berkhianat setelah tinggal di sisi Nyonya Tua?
Semua orang justru merasa, karena hanya satu kalimat lembut penuh wibawa dari Nyonya Tua itu, mereka tak perlu mencurigainya sama sekali.
Kata-kata Nyonya Tua memang mengandung kekuatan sebesar itu.
Sebenarnya, siapakah Nyonya Tua ini?
Nyonya Tua berkata:
“Zhang Ma, Ny. Xiao terluka, kau obati dia.”
Obat ‘Tianxiang Xuming Jiao’ (Pill Harum Langit yang Menyambung Hidup) dari Zhang Linyi memang terkenal di seluruh Jianghu.
Zhang Ma menjawab hormat:
“Baik.”
Wajah Ny. Xiao pucat seperti kertas, namun tetap memaksakan senyum:
“Aku tak apa-apa. Di dalam ‘Paviliun Guan Yu’ masih ada seorang Tuan Kang yang terkena racun Hua Gufen, mohon senior Zhang juga sudi menolongnya.”
Zhang Linyi berkata:
“Baik.”
Namun tampak sedikit ragu.
Nyonya Tua berkata dengan suara lembut namun mantap:
“Pergilah, musuh sudah mundur, kau tak perlu selalu menjaga aku.”
Zhang Ma tetap menjawab hormat:
“Ya.”
Nyonya Tua lalu melambaikan tangan ke arah Sha Lei:
“Kau ikut aku…”
Xiao Qiushui akhirnya tak tahan lagi bertanya pada ibunya:
“Ibu, sebenarnya siapakah Nyonya Tua ini?”
Namun Ny. Xiao tiba-tiba justru berkata pada Zhang Linyi:
“ senior Zhang… ‘Paviliun Guan Yu’ ada di depan koridor sebelah kiri, belok lalu sampai…”
Belum selesai bicara, ia langsung mendongak dan jatuh pingsan.
Xiao Qiushui segera menopangnya, berseru panik:
“Ibu!”
Zhang Linyi hanya sekilas memandang, lalu berkata:
“Aku akan menolongnya dulu, baru ke ‘paviliun Guan Yu’. Kau bawa ibumu masuk ke ‘Paviliun Zhen Mei’ lebih dahulu.”
Antara pria dan wanita ada batas, meskipun umur dan nama besar Zhang Linyi cukup untuk dipandang sebagai seorang senior, namun untuk mengobati luka, tetap lebih baik ada Nyonya Tua yang mendampingi.
Ny. Xiao sebelumnya sudah terkena dua lemparan pisau terbang. Tadi ia hanya memaksakan diri menahan hingga akhir, akhirnya benar-benar jatuh pingsan.
--
Pada saat itu, Xiao Xilou dan Zhu Xiawu berdiri sejajar, berjarak tujuh chi.
Xiao Xilou berhadapan dengan Kong Yangqin, sedangkan Zhu Xiawu berhadapan dengan Sha Qiandeng, jarak mereka pun sama tujuh chi.
Sha Qiandeng dan Kong Yangqin berdiri sejajar, juga berjarak tujuh chi.
Empat orang itu berdiri, tak seorang pun mengucapkan sepatah kata.
Keempatnya berdiri diam, dalam keheningan.
Apa yang ada dibalik lentera merah?
Manusia? Setan? Atau hantu?
Dua puluh delapan tahun yang lalu, sejak sebuah Biaojü (kantor pengawalan barang) yang damai tenteram, dalam semalam delapan belas anggota keluarga semuanya ditembusi pisau terbang pada tubuh mereka, sejak saat itu ia menaruh mata pada Sha Qiandeng.
Bagi orang seperti Sha Qiandeng, hanya ada dua pilihan:
merekrutnya, atau membunuhnya.
Bersahabat dengannya sama saja tidur bersama harimau.
Hingga kini, dua puluh delapan tahun lamanya, orang yang mati di tangan Sha Qiandeng, entah sudah berapa banyak,
lebih dari cukup untuk memadamkan seribu lebih lentera terang di malam-malam yang gelap.
Wajah Zhu Xiawu kelam seperti besi timah.
Sha Qiandeng juga amat cerdas, tujuh tahun yang lalu, ia pun bergabung ke dalam Perkumpulan Kekuasaan.
Sejak bergabung dengan Perkumpulan Kekuasaan, Sha Qiandeng bukan hanya mendapat kekuasaan, tetapi juga kedudukan, bahkan kekuatan bela dirinya pun meningkat banyak.
Mampukah Zhu Xiawu membunuh Sha Qiandeng sebelum pisau terbangnya menancap ke jantungnya?
Sha Qiandeng:
“Serigala Langit Menerkam Bulan, Setengah Pisau Menentukan Hidup-Mati; Bayangan Setan di Balik Lentera Merah, Satu Pisau Merenggut Jiwa!”
Empat tahun lalu, Sha Qiandeng membunuh pahlawan bela diri yang dihormati, Liang Fa, yang dikenal sebagai “Master Kembar Matahari dan Bulan.”
Dua tahun yang lalu, Sha Qiandeng juga dengan sebilah pisau terbang berhasil membantai “Pedang Abadi” Shao Huangyan.
Namun kesaktian Shao Huangyan dan Liang Fa tidaklah jauh berbeda dari Zhu Xiawu yang tersohor dalam legenda.
Lentera merah… di balik lentera merah, sebenarnya apa yang tersembunyi?
Wajah besi.
Apa yang sedang dipikirkan oleh hati yang tersembunyi di balik wajah besi itu?
Takutkah?
Gentar?
Ataukah… hanya ingin membunuh?!
Dua puluh delapan tahun yang lalu, sejak pertama kali ia menghunus senjata, ia sudah tahu dirinya telah diperhatikan oleh seorang lawan yang amat berbahaya.
Lawan itu adalah Zhu Xiawu.
Ia dan Zhu Xiawu sebenarnya tidak punya dendam pribadi, ia tidak tahu mengapa Zhu Xiawu begitu ngotot memburunya.
Namun ilmu silat Zhu Xiawu begitu dalam tak tertebak, dan ia sendiri paling banter hanya punya lima puluh persen kepastian untuk bisa membunuhnya dalam sekali gebrak.
Bagi Sha Qiandeng, urusan yang tidak punya delapan puluh persen kepastian, ia sama sekali tidak akan berani lakukan.
Pernah ada masa, di bawah kejaran “Baju Besi, Tangan Besi, Wajah Besi, dan Jaring Besi”, ia hampir runtuh dan menjadi gila. Tetapi ia tidak sampai gila, justru malah memilih masuk ke dalam Perkumpulan Kekuasaan.
Dengan Perkumpulan Kekuasaan, ia merasa ada jaminan keselamatan, akhirnya bisa menghela napas lega.
Tetapi kemudian ia sadar, Zhu Xiawu tetap tidak melepaskannya, hanya saja kini lebih berhati-hati.
Sampai hari ini ia masih tidak mengerti, mengapa Zhu Xiawu harus menentangnya. Ia yakin dirinya tidak pernah salah bunuh orang yang ada hubungannya dengan Zhu Xiawu.
Kali ini, saat Perkumpulan Kekuasaan menyerang besar-besaran hendak memusnahkan keluarga Xiao dari Huanhua, ia dengan sukarela maju. Sebab ia tahu, Xiao Xilou dan Zhu Xiawu punya persahabatan dekat.
Ia tidak lagi sanggup menahan keberadaan musuh seperti itu. Maka ia ingin menghancurkan musuhnya terlebih dahulu.
Bukan hanya musuh itu, bahkan juga sayap dan cakar musuh itu, semua harus dihancurkan!
Namun… apakah ia benar-benar sanggup menghancurkannya?
Zhu Xiawu berdiri di sana, tidak bergerak sedikit pun.
Siapa yang tahu apa yang dipikirkannya?
Di balik wajah besi itu, sesungguhnya apa yang ia pikirkan?
Xiao Xilou berdiri santai, pedangnya masih tergantung di pinggang, bilahnya tetap tersarung, belum ditarik keluar.
Tetapi Kong Yangqin tahu, Xiao Xilou sebenarnya sudah mencabut pedangnya!
Karena Xiao Xilou sendiri adalah pedang; tubuhnya memancarkan qi pedang!
Ia berdiri santai begitu saja, tetapi bila lawan salah setengah langkah, pedangnya bisa dalam sekejap menembus tiga sampai empat puluh lubang di tubuhmu!
Kong Yangqin berdiri menunduk, termenung.
Pedangnya sudah keluar sarung, ujungnya menyentuh tanah, tampak bagaikan seorang pertapa agung yang sedang termenung bersama pedangnya.
Bilah pedang itu berkilau seputih salju.
Namun Xiao Xilou tahu, sikap seperti itu setiap saat bisa berubah menjadi serangan maut tak terelakkan, atau bisa pula menjadi pertahanan sempurna tanpa celah!
Xiao Xilou menguasai tiga puluh tujuh teknik ilmu pedang di kolong langit, pernah menggunakan empat puluh dua pedang terkenal, menciptakan tujuh set jurus pedang, tetapi tetap saja ia tak dapat memikirkan satu pun jurus, satu pedang, satu gaya yang bisa menembus posisi lawan ini.
Api menjulang ke langit!
Api itu menyembur dari hutan, merambat ke Paviliun Pedang keluarga Xiao, cepatnya tak tertahan, derasnya tak terbendung.
Sorak pertempuran mengguncang langit, bayangan manusia berhamburan menyerbu ke atas menara, menerobos ke dalam pintu gerbang.
jelas sekali, inilah serangan pamungkas dari Perkumpulan Kekuasaan!
Xiao Xilou dan Zhu Xiawu kini benar-benar menghadapi musuh besar.
Ny. Xiao, Tang Da, dan Kang Chuyu semuanya sudah terluka dan beracun.
Mungkinkah sekte pedang Huanhua sanggup menahan serangan besar Perkumpulan Kekuasaan kali ini?
Api sudah menyala di empat penjuru.
Namun wajah Xiao Xilou dan Zhu Xiawu tetap tidak berubah.
Xiao Qiushui keluar dari Paviliun Zhenmei bersama Zhang Linyi.
Begitu mendongak, ia melihat api membubung ke langit, sorak tempur mengguncang bumi.
Xiao Qiushui menghentikan langkah.
Zhang Linyi hanya menengadah sedikit, lalu berkata datar:
“Ayahmu akan mengurusinya. Jika Sekte pedang Huanhua pun tak sanggup menghadapi ini, berarti memang takdirnya musnah. Kau cepat bawa aku ke paviliun Guan Yu.”
Xiao Qiushui merasa hatinya kecut sekaligus marah.
Tiba-tiba ia mengambil keputusan, lalu berkata:
“senior Zhang, izinkan saya lebih dulu menuntun Anda mengobati Tuan Kang. Adapun urusan perguruan Huanhua, meski sekiranya kami masih mampu menghadapinya, namun sebagai murid Huanhua, saya tentu wajib ikut menanggung. Walau mati pun pantang mundur. Mana mungkin hanya seorang diri mencari selamat?”
Zhang Linyi menoleh, melirik Xiao Qiushui sekejap, menyipitkan mata sambil tersenyum:
“Bagus. Dalam sepuluh tahun terakhir, kaulah satu-satunya junior yang berani melawan aku.”
--
Xiao Xilou bergerak, melangkah ke depan satu langkah.
Langkah itu tiga puluh persen mantap, tujuh puluh persen ringan—jari-jari kaki mengarah ke dalam, tumit condong ke luar.
Sebaliknya, Kong Yangqin melangkah mundur.
Kemundurannya tujuh puluh persen ringan, tiga puluh persen mantap—telapak kakinya mengerahkan tenaga, jari-jari kakinya mengetuk-ngetuk ringan.
Xiao Xilou maju selangkah, Kong Yangqin mundur selangkah, tetapi postur tubuh keduanya tetap, sama sekali tidak berubah.
Xiao Xilou tiba-tiba melangkah ke posisi “Gong”, lalu berputar ke posisi “Nan”.
Kong Yangqin seketika masuk ke posisi “Zhen”, lalu berpindah ke posisi “Qian”.
Xiao Xilou maju tiga langkah, mundur setengah langkah, lalu cepat berjalan lima langkah ke depan, kemudian mundur dua setengah langkah.
Kong Yangqin bergegas melangkah tujuh langkah, berdiri dengan satu kaki, meloncat, berlutut, lalu tiba-tiba berdiri lagi.
Langkah mereka semakin cepat, cepat hingga orang tak bisa melihat jelas, makin lama makin rumit. Namun tubuh bagian atas mereka sama sekali tidak berubah, dan sama sekali tidak bersentuhan dengan pihak lain, juga tidak mengusik Zhu Xiawu dan Sha Qiandeng.
Keduanya tiba-tiba berhenti. Kong Yangqin mengeluarkan lengking aneh, tubuhnya menukik ke belakang, seperti burung kembali ke hutan, melesat masuk ke dalam rimbun pepohonan yang gelap, dan lenyap.
Mengapa hutan itu gelap? Bukankah barusan api menjulang ke langit?
Saat Xiao Xilou dan Kong Yangqin saling adu langkah, Zhu Xiawu dan Sha Qiandeng masih saling berhadapan.
Lentera merah semakin membara: Zhu Xiawu, mengapa kau masih belum tumbang?!
Api semakin menyala: Zhu Xiawu, mengapa kau masih belum bergerak?!
Sha Qiandeng menunggu Zhu Xiawu goyah, begitu hati goyah, ia akan bertindak. Saat musuh hendak bergerak, itulah titik paling lemah antara serang dan bertahan, saat itu Sha Qiandeng yakin bisa menebas Zhu Xiawu dengan sekali sabetan, memutus jiwa dan mengakhiri nyawanya!
Namun wajah besi Zhu Xiawu dalam cahaya api tetap tanpa ekspresi.
Dia seakan menatap ke lentera, juga seperti menatap yang dibalik lentera itu. Cahaya merah yang makin menyala, nyala api yang makin hebat, seakan sama sekali tak berpengaruh pada matanya.
Tapi Sha Qiandeng tahu, lentera di tangannya itu pernah membuat sembilan belas ahli top Wulin terpesona. Tujuh di antaranya bahkan buta seketika, lalu ditebasnya dengan sekali sabetan, jiwa lenyap, nyawa terputus!
Namun mengapa Zhu Xiawu tak terpengaruh?!
Cahaya makin terang dan panas, di samping dia, Xiao Xilou dan Kong Yangqin kian melangkah cepat, membuat hati Sha Qiandeng sendiri malah kacau.
Saat itu terjadi lagi sesuatu.
Api di Jianlu (Paviliun Pedang) tiba-tiba padam, seolah-olah keajaiban.
Api itu dipadamkan.
Air berhamburan ke mana-mana. Jelas sekali sekte pedang Huanhua sudah menyiapkan diri sejak awal, ada tujuh delapan puluh perempuan bersenjata pedang, masing-masing menenteng ember, menyiramkan air ke segala penjuru.
Sementara kelompok orang yang menyerbu masuk, kini malah berebut lari keluar, jumlah yang keluar bahkan tak sampai setengah dari yang masuk tadi!
Sha Qiandeng makin kacau hatinya:
Empat muridku, kenapa belum juga keluar?!
Kami di sini menahan dua monster tua ini, sampai kapan lagi harus bertahan?!
Api di Jianlu (paviliun pedang) padam. Api di hutan juga padam.
Sha Qiandeng menemukan sesuatu yang lebih mengerikan, lentera merah yang semula hendak ia gunakan untuk menarik perhatian Zhu Xiawu, kini malah jadi beban. Dalam kegelapan, Zhu Xiawu hanya perlu konsentrasi mengincar titik di belakang lentera merah itu.
Ketika pikirannya barusan kacau, situasi sudah terbalik. Kini keadaan telah ditentukan, tak mungkin lagi ia balikkan.
Lebih menakutkan lagi, Sha Qiandeng baru sadar sesuatu:
Kong Yangqin sudah pergi.
Yang tersisa di lapangan hanya dia sendiri.
Xiao Xilou pun perlahan memutar tubuhnya.
Dia tak bisa bergerak, tak bisa berbalik menghadapi Xiao Xilou.
Karena dia tahu, begitu ia berbalik, jaring besi Zhu Xiawu akan menutupinya; tangan besi Zhu Xiawu akan mencekik kerongkongannya.
Namun bila ia tak berbalik, bagaimana ia menghadapi pedang Xiao Xilou, pedang sang kepala aliran pedang Huanhua!
Zhu Xiawu hendak bergerak. Dia tahu hati Sha Qiandeng sudah kacau.
Ia pernah menyaksikan seorang ahli pedang luar biasa, bahkan reputasinya di atas “Tujuh Pendekar Pedang Agung Dunia”, si “Naga Sembilan Langit” Wen Shangfang. Namun hanya karena istrinya sedang ngambek di sampingnya, pikirannya kacau, akhirnya ia tumbang oleh seorang bar-bar yang sama sekali tak paham ilmu silat.
Saat ini Zhu Xiawu sudah memiliki keyakinan mutlak.
Namun tepat ketika itu
Terdengar suara “boh!”, darah muncrat, langit menghitam!
Lampion merah di tangan Sha Qiandeng tiba-tiba meledak, menyembur cairan kental berwarna hitam pekat. Terdengar Xiao Xilou berseru kaget sambil melesat menghindar:
“Racun darah lima bisa!”
“Suarr!” Sekejap cahaya menyala kembali.
Cahaya itu berasal dari api lipat di tangan Xiao Xilou.
Sha Qiandeng sudah tak ada lagi. Dia mengorbankan lampion merah andalannya, dan ketika Xiao Xilou serta Zhu Xiawu sibuk menghindar dari cairan busuk mematikan itu, Sha Qiandeng telah kabur.
Zhu Xiawu dan Xiao Xilou saling berpandangan sebentar, tanpa sepatah kata. Lalu mereka berjalan santai kembali menuju Jianlu (paviliun pedang).
Namun di dalam hati, mereka sama-sama merasa
angin malam terasa luar biasa dingin,
langit berbintang terasa luar biasa indah,
dan Paviliun Pedang Keluarga Xiao terasa lebih ramah dari yang sebelumnya.
Karena mereka baru saja menyingkirkan musuh besar seumur hidup, dan bisa kembali dengan selamat.
Hidup dan bertahan, pada akhirnya memang sesuatu yang pantas dirayakan dengan nyanyian.
Xiao Xilou dan Kong Yangqin sama-sama adalah salah satu dari “Tujuh Ahli Pendekar Pedang Dunia”, sejajar dengan Kang Chuyu, Xin Huqiu, dan lainnya.
Namun dalam pertempuran kali ini, baik Xiao Xilou maupun Kong Yangqin tidak pernah benar-benar menghunus pedang.
Yang mereka gerakkan hanyalah langkah kaki. Karena bagi seorang ahli pedang sejati, yang dimainkan tentu bukan hanya pedang, tetapi juga langkah kaki, gerak tubuh, sikap, sorot mata… setiap hal harus berpadu sempurna tanpa cela.
Satu saja tidak selaras, maka hasilnya hanya kematian. Dalam pertarungan antar ahli, tidak pernah boleh ada sedikit pun kelengahan.
Dalam duel antara Xiao Xilou dan Kong Yangqin kali ini, jelas Kong Yangqin yang kalah. Namun ia bukan kalah pada langkah kakinya, melainkan kalah pada inisiatif.
Xiao Xilou lebih cepat setapak darinya. Maka setiap kali Xiao Xilou melangkah, Kong Yangqin hanya bisa mengikuti. Satu pihak yang memimpin, satu pihak yang terpaksa mengikuti. Kalau terus begini, celah pasti akan terbuka.
Namun karena Xiao Xilou sudah lebih dulu bergerak, Kong Yangqin hanya punya dua pilihan: ikut, atau mati cepat.
Ikut terus? Itu pun akan mati juga.
Xiao Xilou bisa segera merebut inisiatif karena Kong Yangqin terlalu terikat pada pedang yang belum dihunus Xiao Xilou, sehingga justru langkah kaki Xiao Xilou yang mengekangnya.
Seorang ahli pedang sejati, mana bisa hanya terpaku pada pedang lawan semata?
Maka Kong Yangqin hanya bisa kalah.
Ia langsung membalikkan tubuh dan kabur, tanpa menoleh sekalipun.
Keputusan itu, andai terlambat setengah langkah saja, begitu momentum sepenuhnya sudah dikuasai Xiao Xilou, sekalipun ingin kabur sudah tak akan sempat lagi.
Mampu mengambil keputusan tepat di saat genting, itulah ciri khas seorang ahli pedang sejati.
Duel antara Xiao Xilou dan Kong Yangqin, dua ahli pedang terbesar di dunia, akhirnya berlangsung tanpa sehelai pedang pun benar-benar terhunus. Sementara di sisi lain, duel antara Zhu Xiawu dan Sha Qiandeng, dua tokoh besar jalur ortodoks dan jalur sesat, bahkan tidak sampai bergerak sedikit pun.
Namun Sha Qiandeng tetaplah kalah.
Sikap tubuhnya masih tanpa cela, pisaunya masih sebuah lemparan mematikan, tetapi hatinya sudah kacau.
Begitu hatinya kacau, maka justru serangan mematikan itu akan datang dari Zhu Xiawu.
Saat ia menyadari hal ini, segera ia menghancurkan lampion merahnya dan kabur!
Mampu mengambil keputusan tepat di saat genting, itulah pula tanda seorang ahli pisau terbang.
Yang benar-benar bertempur sengit, justru para anggota Perkumpulan Kekuasaan dan murid-murid partai Huanhua.
Perkumpulan Kekuasaan mengerahkan sisa tenaga, mengandalkan serangan api. Namun Keluarga Xiao dari Huanhua sudah menduganya sejak awal, mengerahkan semua kekuatan, dan sejak lama sudah menimbun air. Api datang, air langsung memadamkan. Begitu api padam, Perkumpulan Kekuasaan bagaikan dihujani air deras, menjadi sirna, padam.
Walau murid-murid sekte pedang Huanhua Jianpai banyak yang gugur dan terluka, serangan besar Perkumpulan Kekuasaan kali ini akhirnya berhasil dipukul balik dan tercerai-berai.
Mereka sudah tak punya kemampuan untuk mengumpulkan pasukan, bangkit lagi, apalagi melancarkan serangan baru.
Saat Xiao Xilou dan Zhu Xiawu kembali ke Tingyu Lou (Paviliun Mendengar Hujan), mereka memandang Zuo Qiu Chaoran yang lelah karena bertempur. Di wajah mereka terlihat perasaan puas dan gembira.
Para murid partai Huanhua Jianpai tidak mengecewakan, saat mereka berdua tidak ada, anggota aliran Huanhua tetap bertempur dengan gagah berani dan memenangkan pertempuran dengan gemilang.
Wajah Kang Chuyu semakin pucat, di antara alisnya, asap ungu-hitam semakin pekat. Racun dari “Dewa Seratus Racun” Hua Gufen benar-benar mengerikan!
Mata Kang Jiesheng merah dan bengkak, ketika berbicara dengan Zhang Linyi, air matanya hampir jatuh:
“Zhang Qianbei (Sesepuh Zhang), kau harus menemukan cara untuk menyelamatkan Shifu-ku!”
Zhang Linyi melambaikan tangan dengan jengkel. Xiao Qiushui segera maju menopang Kang Jiesheng, sementara Kang Jiesheng menutup wajahnya sambil menangis tersedu-sedu!
Zhang Linyi terus memeriksa nadi Kang Chuyu. Ia memegang lama sekali, lalu melepas, merenung lama, kemudian kembali memeriksa nadinya lagi. Setelah cukup lama, ia kembali melepas, lalu termenung lagi.
Zhang Linyi merenung cukup lama, akhirnya menghela napas panjang dan bertanya:
“Apakah ia terkena racun dari Hua Gufen?”
Kang Jiesheng mengangguk dengan pasti. Zhang Linyi kembali menghela napas:
“Racun Seratus Racun dari Hua Gufen ternyata semakin dalam dan rumit.”
Ia lalu memeriksa nadi lagi beberapa saat, akhirnya melepaskan tangannya, mengambil tiga pil berwarna merah, putih, dan hitam dari dalam jubahnya, lalu berkata:
“Tidak ada cara lain, biarkan ia lebih dulu meminum San Sheng Cao Huandan (Pil Ramuan Pemulihan Rumput Tiga Kehidupan) ini. Rendam dalam arak, panaskan hingga merata, barulah bisa diminum.”
Ketika Xiao Qiushui dan Zhang Linyi keluar dari Guan Yu Ge (Paviliun Mengamati Ikan), hati mereka sama-sama terasa berat.
Mereka berpisah di Qi Huilang (Koridor Tujuh Belokan). Zhang Linyi bergegas menuju Paviliun Zhen Mei Ge, sementara Xiao Qiushui menuju Ting Yu Lou (Paviliun Mendengar Hujan).
Kediaman Keluarga Xiao Huanhua, Chengdu, menempati tanah seluas 224,5 mu di hulu Sungai Huanhua. Area itu amat luas, dengan paviliun, menara, dan taman bersambung tanpa putus. Jadi ketika dua pasukan saling bertempur, dalam penyergapan semua sisi dari Sekte Pedang Huanhua, selain empat murid langsung Sha Qiandeng, orang lain sama sekali tak mampu menyerbu masuk, juga tak tersentuh oleh kobaran api.
Untuk mencapai Ting Yu Lou, Xiao Qiushui masih harus menempuh sedikit jalan.
Tepat ketika melewati Jian Tian Dong (Gua Melihat Langit), tiba-tiba Xiao Qiushui merasakan sesuatu yang amat aneh.
Perasaan itu begitu unik, begitu halus, mirip dengan perasaan Deng Yuhan ketika berhadapan dengan NanGong Songhuang, namun sulit dijelaskan dengan kata-kata.
Saat itu Xiao Qiushui tepat berada di tikungan koridor!
Mendadak, seberkas cahaya pedang berkilat!
Malam pekat, namun pedang itu bagaikan matahari terbit!
Pedang Tajam bagaikan kilatan petir, cepat tak tertandingi!
Tusukan itu begitu mendadak, begitu cepat, menurut logika Xiao Qiushui sama sekali mustahil bisa menghindarinya.
Namun karena firasat aneh itu, ia sudah sedikit waspada. Ketika pedang menyambar ke arah antara kedua alisnya, Xiao Qiushui tak sempat mencabut pedang, tak sempat menghindar, tak sempat mundur, namun masih sempat menengadah ke belakang, ia menghindari tusukan itu dengan tipis sekali!
Kecepatan Orang itu menyerang tak kalah seperti kemampuan Xiao Qiushui.
Walau pedangnya tak sempat ditarik keluar, gerakan menengadah ke belakang itu tetap berhasil dilakukan!
Tetapi serangan berikutnya tak mungkin sempat ia hindari!
Orang itu segera menusukkan pedang kedua!
Xiao Qiushui tak bisa menangkis, juga tak mampu mengelak karena momentum sudah habis. Dalam keadaan terdesak, timbul akal nekat, ia membuka mulut, langsung menggigit bilah pedang!
Orang itu terkejut besar, tak pernah menyangka Xiao Qiushui bisa menahan serangan itu. Seketika panik, ia buru-buru menarik pedangnya mundur!
Sesungguhnya momen itu amat berbahaya. Xiao Qiushui menggigit pedang adalah langkah nekad terakhir. Lawan yakin tusukan itu tak mungkin terhindarkan, sehingga tidak mengerahkan tenaga penuh. Karena itu Xiao Qiushui masih bisa menggigit bilahnya. Tetapi jika lawan sedikit saja menggerakkan pergelangan atau menekan lebih keras, dengan tenaga Xiao Qiushui, gigi pasti tak sanggup menahan, dan ia akan mati seketika.
Namun lawan melihat Xiao Qiushui begitu tenang, menggigit bilah pedang dengan santai, merasa tak terduga, sehingga timbul gentar di hati. Akhirnya ia mencabut pedang, menyarungkannya kembali, lalu berbalik melarikan diri!
Orang itu menyerang secepat kilat, namun tubuhnya bergerak lebih cepat lagi. Begitu berputar, ia sudah lenyap dalam kegelapan. Xiao Qiushui baru bangkit bangun dari posisinya yang menengadah ke belakang, tubuhnya berpeluh dingin.
Selain rasa kebingungan dan curiga, hatinya kini menetapkan sebuah tekad, seumur hidup, ia harus menciptakan satu jurus pedang aneh, yang dalam keadaan seperti tadi tetap bisa dikeluarkan, dan membalik keadaan untuk menang.
Orang itu menyerang di tikungan. Saat itu gelap gulita tanpa cahaya api. Satu jurus gagal, jurus kedua menyusul, lalu segera pergi tanpa meninggalkan jejak. Dalam keadaan terkejut, Xiao Qiushui pun tak sempat melihat siapa orang itu, bahkan apakah lelaki atau perempuan pun tak jelas.
Segera ia menemukan pos pengintai rahasia di tempat itu, dua pendekar dari kelompok Anjing (unit penjaga) telah terbunuh, jasad mereka tertusuk pedang di bawah koridor.
Siapakah orang ini sebenarnya?
Xiao Qiushui terus menuju paviliun mendengar hujan (Ting Yu Lou). Melewati Huang He Xiao Xuan (Paviliun Sungai Kuning Kecil) adalah jalur yang wajib dilalui. Ia berjalan seorang diri, namun sadar dirinya tidak benar-benar sendirian, para ahli dari kelompok Harimau Sekte Pedang Huanhua tersembunyi di setiap sudut sekitar.
Sekte Pedang Huanhua bisa masuk dalam tiga besar sekte pedang dunia persilatan saat ini, jelas bukan karena keberuntungan.
Ketika memikirkan hal itu, tiba-tiba terdengar jeritan ngeri!
Suara itu datang dari arah Huang He Xiao Xuan (paviliun Yangtze)!
Xiao Qiushui segera melesat dengan kecepatan penuh. Pada saat bersamaan, terdengar suara bentakan marah bercampur dengan suara bentrokan senjata.
Saat bentakan ketiga bergema, Xiao Qiushui sudah sampai di tempat kejadian!
Dan di sana, ia benar-benar terperanjat!
