Pendekar Hina Kelana Bab 15 - Menuang Obat
<< Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>
Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana
oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Berdasarkan novel edisi ketiga.
Smiling Proud Wanderer Jilid 2
Bab XV MENUANG OBAT
Bagian Pertama
Lao Denuo pergi menyewa sebuah perahu lain dan menaikkan barang-barang ke atasnya. Linghu Chong mengambil beberapa tahil perak yang entah pemberian siapa dan memberikannya pada nakhoda kapal yang dasarnya pecah sebagai ganti kerugian. Yue Buqun merasa bahwa sangat banyak tokoh luar biasa muncul tanpa diketahui maksud kedatangannya, berbagai hal aneh bin ajaib muncul tanpa henti, lebih baik mereka meninggalkan tempat ini secepatnya, hanya saja hari sudah gelap dan arus sungai sedang deras, berlayar pada malam hari sulit, maka akhirnya mereka hanya beristirahat di perahu saja.
Lima Dewa Enam Persik telah dua kali kehilangan tawanan mereka, berturut-turut kehilangan Zu Qianqiu dan si bola daging yang melarikan diri, suatu hal yang sangat jarang terjadi dalam hidup mereka. Keenam bersaudara itu berusaha untuk meniup terompet mereka sendiri guna mempertahankan muka mereka. Namun biar bagaimanapun juga, mereka tak dapat membenarkan diri mereka sendiri. Maka mereka berenam minum-minum sejenak untuk menghibur diri, lalu tidur.
Yue Buqun berbaring di kabin kapal sambil mendengarkan suara air memukul tepi sungai, berbagai pikiran bergolak dalam benaknya bagai ombak. Setelah beberapa lama, sayup-sayup terdengar suara langkah kaki dari tepi sungai yang datang dari kejauhan lalu mendekat. Ia segera bangkit untuk duduk dan memandang keluar dari sela-sela jendela kapal. Dibawah cahaya rembulan ia melihat dua sosok manusia berlari mendekat dengan cepat, tiba-tiba tangan kanan salah seorang dari antara mereka terangkat, kedua orang itu lalu berdiri beberapa zhang jauhnya dari kapal.
Yue Buqun tahu bahwa kalau kedua orang itu berbicara, suaranya akan sangat lirih, maka ia segera mengerahkan 'Ilmu Awan Lembayung' sehingga mata dan telinganya menjadi dua kali lebih peka, serta pendengaran dan penglihatannya dapat menjangkau tempat yang jauh. Ia mendengar seseorang berkata, "Itu kapalnya, begitu si tua dari Perguruan Huashan itu menyewa perahu, aku langsung membuat tanda di atapnya, tak mungkin salah". Seseorang lain berkata, "Baik, ayo kita lapor pada Paman Guru Zhu. Kakak, kapan 'Perkumpulan Seratus Obat' kita bermusuhan dengan Perguruan Huashan? Kenapa Paman Guru Zhu repot-repot menghadang perahu mereka ini dengan mengerahkan begitu banyak tenaga?"
Begitu Yue Buqun mendengar perkataan 'Perkumpulan Seratus Obat', ia langsung merasa terkejut. Tubuhnya agak gemetar dan perhatiannya terpecah sehingga keampuhan Ilmu Awan Lembayungnya agak menurun. Terdengar orang yang sebelumnya berbicara berkata, "......bukan menghadang......Paman Guru Zhu menerima amanat seseorang karena ia berhutang budi padanya, orang itu hendak bertanya tentang seseorang......sama sekali bukan....." Suara orang itu amat lirih, sering tak terdengar dengan jelas, ketika ia telah mengerahkan ilmunya kembali, ia hanya mendengar langkah kaki mereka menjauh, rupanya kedua orang itu telah pergi.
Yue Buqun berpikir, "Perguruan Huashan kami bagaimana bisa punya permusuhan dengan Perkumpulan Seratus Obat? Paman Guru Zhu ini tentunya adalah Zhu Caoxian yang sudah bertahun-tahun menjadi ketua Perkumpulan Seratus Obat. Orang ini julukannya ialah 'Peracun Yang Tak Bisa Membunuh', kabarnya ilmu meracunnya sangat hebat, kalau hanya meracun orang hingga mati, semua orang juga bisa, sama sekali tak ada anehnya. Namun setelah diracun orang ini, orang yang terkena racun tidak mati mengenaskan, tapi tubuhnya akan seperti diiris-iris ribuan pisau, atau seperti digigiti oleh laksaan serangga atau binatang pengerat. Pendeknya ia lebih baik mati daripada hidup, tapi ingin mati pun tak bisa, kecuali kalau ia mau menerima perintah sang ketua, ia tak punya jalan lain. Di dunia persilatan 'Perkumpulan Seratus Obat' dan 'Sekte Lima Dewi' dari Yunnan disebut-sebut sebagai dua kelompok peracun besar, walaupun kata orang 'Perkumpulan Seratus Obat' masih tak sehebat 'Sekte Lima Dewi', namun mereka tak bisa diremehkan. Si marga Zhu itu ingin membuat kita susah. Ia 'menerima amanat seseorang', menerima amanat siapa?" Ia memikirkannya bolak-balik dan hanya menemukan dua alasan: pertama, Perkumpulan Seratus Obat diminta Feng Buping dan kawan-kawannya dari Faksi Pedang untuk membuatnya susah; kedua, diantara kelima belas orang yang dibutakan matanya oleh Linghu Chong, terdapat anggota Perkumpulan Seratus Obat.
Mendadak terdengar suara seorang wanita berbicara dengan lirih dari tepi sungai, "Sebenarnya keluargamu punya Kitab Pedang Penakluk Kejahatan atau tidak?" Dia adalah putrinya, Yue Lingshan, ia tak perlu mendengar orang yang satunya berbicara, tentunya ia adalah Lin Pingzhi, entah kapan kedua orang itu pergi ke tepi sungai. Yue Buqun tiba-tiba sadar bahwa putrinya dan Lin Pingzhi akhir-akhir ini makin dekat, di siang hari mereka tak berani memperlihatkan perasaan mereka yang sesungguhnya di depan orang lain supaya tak diolok-olok, namun ketika malam telah larut mereka berkencan di tepi sungai. Kebetulan ia tahu ada musuh datang di tepi sungai dan lantas mengerahkan tenaga dalam untuk menyelidikinya, mengerahkan Ilmu Awan Lembayung itu memakan banyak tenaga dalam, ia tidak sembarangan mengerahkannya. Tak nyana bahwa selain menyelidiki asal-usul musuh, ia juga menemukan rahasia putrinya.
Terdengar Lin Pingzhi berkata, "Ilmu Pedang Penakluk Kejahatan memang ada, sebelumnya aku sudah pernah beberapa kali memperlihatkannya padamu ketika kita berlatih, namun kitab pedangnya memang benar-benar tak ada". Yue Lingshan berkata, "Kalau begitu, kenapa kakek luar dan kedua pamanmu selalu mencurigai kakak pertama menggelapkan kitab pedang itu?" Lin Pingzhi berkata, "Merekalah yang curiga, tapi aku tidak". Yue Lingshan berkata, "Hah, kau benar-benar orang baik! Kau membiarkan orang lain curiga, tapi kau sendiri tidak tak sedikitpun curiga". Lin Pingzhi menghela napas dan berkata, "Kalau keluargaku benar-benar punya kitab pedang yang hebat itu, Biro Pengawalan Fu Wei kami tidak akan dianianya sedemikian rupa oleh Perguruan Qingcheng hingga keluarga kami tercerai berai". Yue Lingshan berkata, "Perkataanmu ini masuk akal. Tapi kenapa ketika kakek luar dan paman-pamanmu mencurigai kakak pertama, kau tak membelanya?" Lin Pingzhi berkata, "Sebenarnya aku tidak mendengar sendiri kata-kata terakhir ayah dan ibu, kalaupun aku ingin membelanya, aku tak punya dasar untuk melakukannya". Yue Lingshan berkata, "Kalau begitu, dalam hatimu ada sedikit kecurigaan".
Lin Pingzhi berkata, "Kau sama sekali tak boleh berkata begitu, kalau kakak pertama mendengarnya, bukankah hal ini akan melukai rasa persaudaraan di kalangan saudara seperguruan?" Yue Lingshan tertawa dingin, "Ternyata kau begitu penuh kepura-puraan! Kalau kau curiga, ya curiga saja, kalau kau tak curiga, ya kau tak curiga. Kalau aku jadi kau, aku sudah dari dahulu menanyai kakak pertama secara langsung". Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan berbicara, "Ternyata sifatmu mirip dengan ayah, kalian berdua mencurigai kakak pertama......curiga kalau ia diam-diam menggelapkan kitab pedang itu......" Lin Pingzhi menyela, "Guru juga curiga?" Yue Lingshan tertawa sinis, lalu berkata, "Kalau kau tak curiga, kenapa kau memakai kata 'juga' itu? Menurutku sifatmu sangat mirip dengan ayah, kalian menyimpan apa-apa dalam pikiran kalian sendiri dan sama sekali tak mengatakannya pada siapa-siapa".
Sekonyong-konyong dari perahu yang berlayar di samping perahu yang ditumpangi para murid Perguruan Huashan, terdengar sebuah suara yang seperti gong sumbang berseru, "Perempuan dan lelaki anjing yang tak tahu malu! Omong kosong. Linghu Chong adalah seorang gagah, untuk apa dia menginginkan kitab pedang kalian? Kalian menjelek-jelekkannya di balik punggungnya, si tua ini tak akan memperbolehkannya!" Suaranya terdengar dari jarak sepuluh zhang lebih jauhnya, tak hanya para penumpang perahu di sungai itu yang terbangun dari mimpi, bahkan burung-burung yang bertengger di pucuk-pucuk pohon di tepi sungai juga ikut mencicit dengan riuh. Menyusul sesosok tubuh raksasa melompat ke atas perahu, lalu menerjang dengan cepat ke arah Lin Pingzhi dan Yue Lingshan.
Lin dan Yue berdua sama sekali tidak membawa pedang ketika mereka pergi ke tepi sungai, maka mereka segera menyiapkan kuda-kuda untuk menangkis serangan.
Begitu Yue Buqun mendengar suara teriakan itu, ia langsung tahu bahwa tenaga dalam orang itu hebat, dari caranya menerjang dan melompat, jelas bahwa ilmu luarnya juga tinggi. Ketika ia melihat orang itu menyerang putrinya, ia berteriak dengan cemas, "Jangan sakiti dia!"
Ia mendobrak jendela dan melompat keluar, ketika ia sedang melompat ke tepi sungai dan tubuhnya berada di udara, ia melihat raksasa itu telah mencengkeram kerah Lin Pingzhi dan Yue Lingshan, lalu melarikan diri. Yue Buqun sangat terkejut, kaki kanannya menjejak tanah dan ia segera melompat ke depan, pedang di tangannya menikam ke punggung orang itu dengan jurus 'Pelangi Melintasi Mentari'.
Sosok orang itu tinggi besar, langkah kakinyapun amat lebar, begitu ia mengambil satu langkah, tikaman Yue Buqun hanya mengenai udara kosong. Ia segera melancarkan jurus 'Pedang Zhongping' ke arah depan. Raksasa itu kebetulan melangkah ke depan dan tikaman inipun juga mengenai udara kosong. Yue Buqun membentak, "Awas serangan!" Ia menikam dengan cepat menggunakan jurus 'Buaian Angin Sepoi'. Ia melihat bahwa ujung pedangnya hanya kurang dari satu chi jauhnya dari punggung orang itu, namun tiba-tiba angin berkesiuran, ada seseorang yang menerjang dari samping, kedua jarinya menusuk ke sepasang mata Yue Buqun.
Tempat itu adalah ujung jalan di tepi sungai, sebaris rumah menghalangi cahaya rembulan, Yue Buqun segera bergeser untuk menghindar, ia mengayunkan pedangnya untuk menebas dengan miring, tanpa melihat musuh, ia langsung menyerang. Orang itu menundukkan kepalanya, lalu menerjang ke depan dan meninju titik zhongwan di perutnya. Yue Buqun melayangkan kakinya untuk menendang, orang itu berputar dengan lincah dan menyerang punggungnya. Yue Buqun tidak berbalik, ia membalikkan tangannya dan menebas kebelakang. Orang itu menghindar sambil memukul ke arah dada. Yue Buqun merasa orang itu sangat kurang ajar, berani menghadapi pedangnya dengan tangan kosong, dan juga terus menerus menyerang. Dalam hati ia merasa geram, pedangnya berputar, lalu tiba-tiba menusuk ke dahi lawan. Orang itu cepat-cepat menjulurkan jarinya dan menyentil badan pedang, sehingga pedang agak miring. Dengan memanfaatkan gerakan itu, Yue Buqun merubahnya menjadi sebuah tebasan, "Sret!", topi di kepala orang itu agak bergeser, memperlihatkan kepalanya yang botak. Tak nyana orang itu seorang biksu. Darah segar muncrat dari ubun-ubunya, rupanya ia telah terluka.
Kedua kaki orang itu menghentak, ia cepat-cepat melompat ke belakang. Yue Buqun melihat bahwa ia melarikan diri ke arah yang berlawanan dari raksasa yang menculik Yue Lingshan, maka ia tidak mengejar. Nyonya Yue buru-buru datang dengan pedang terhunus, ia cepat-cepat bertanya, "Mana Shan er?" Yue Buqun menunjuk dengan tangan kirinya, "Kejar!" Suami istri itu mengejar sang raksasa, namun tak lama kemudian, mereka tiba pada sebuah persimpangan dan tak tahu jalan mana yang diambil oleh musuh.
Nyonya Yue amat cemas, ia berkali-kali berseru, "Bagaimana ini?" Yue Buqun berkata, "Orang yang menculik Shan er adalah teman Chong er, mereka tak mungkin.....tak mungkin mencelakai Shan er. Ayo kita tanyai Chong er untuk mencari tahu duduk perkara masalah ini". Nyonya Yue mengangguk sambil berkata, "Benar, orang itu berteriak bahwa Shan er dan Ping er memfitnah Chong er, entah apa alasannya?" Yue Buqun berkata, "Pasti ada hubungannya dengan Kitab Pedang Penakluk Kejahatan".
Ketika suami istri itu kembali ke kapal, mereka melihat Linghu Chong dan murid-murid lain berdiri di tepi sungai, wajah mereka amat khawatir. Yue Buqun dan Nyonya Yue masuk ke dalam kabin kapal dan baru saja hendak memanggil Linghu Chong ketika tiba-tiba terdengar seseorang berteriak dari tepi sungai, "Ada surat untuk Yue Buqun!"
Lao Denuo dan beberapa murid lelaki menghunus pedang dan naik ke tepi sungai. Setelah beberapa lama, Lao Denuo masuk ke kabin kembali dan berkata, "Guru, saputangan ini ditindih dengan batu di atas tanah, orang yang mengantar surat sudah pergi". Sambil berbicara ia mengangsurkan saputangan itu. Yue Buqun menyambut dan memperhatikannya, rupanya sapu tangan itu dirobek dari jubah sesorang, diatasnya seseorang menulis dengan jari yang berlumuran darah segar, "Di atas Wubagang, kami akan kembalikan putrimu yag bau".
Yue Buqun memberikan saputangan itu kepada Nyonya Yue sambil berkata dengan hambar, "Ini ditulis oleh biksu itu". Nyonya Yue bertanya dengan cemas, "Ia.....ia menulisnya dengan darah siapa?" Yue Buqun berkata, "Jangan khawatir, aku telah melukai kulit kepalanya". Ia bertanya pada nakhoda kapal, "Dari sini ke Wubagang, berapa jauhnya?" Sang nakhoda berkata, "Kalau kita berlayar pagi-pagi besok, setelah melewati Kota Dongwa dan Jiuhe, kita akan sampai di Dongming. Wubagang ada di timur Dongming, dekat Heze. Letaknya di perbatasan Propinsi Henan dan Shandong. Kalau tuan ingin kesana, besok malam kita akan sampai".
Yue Buqun mendehem, ia berpikir, "Musuh membuat janji untuk bertemu di Wubagang, mau tak mau kita harus datang. Namun kita tak tahu berapa orang dari pihak musuh yang akan hadir, lagipula Shan er ada di tangan mereka, nampaknya kita ditakdirkan untuk kalah". Selagi ia bimbang, tiba-tiba terdengar seseorang berteriak dari tepi sungai, "Enam setan lembah persik sialan, kakekmu Zhong Gui datang untuk menangkap setan!"
* * *
Begitu mendengarnya, bagaimana Enam Dewa Lembah Persik tak murka? Dewa Biji Persik tergeletak tak berdaya, namun ia masih berteriak-teriak, kelima dewa lainnya serentak melompat ke tepi sungai. Mereka melihat bahwa orang yang berbicara itu memakai topi runcing, tangannya mengenggam panji-panji putih[1]. Orang itu berbalik dan pergi sambil berkata, "Enam setan lembah persik penakut seperti tikus, pasti tak berani ikut!" Dewa Cabang Persik meraung-raung dan mengejar dengan cepat. Ilmu ringan tubuh orang itu tinggi, dalam sekejap, beberapa orang yang saling kejar mengejar itu telah hilang ditelan kegelapan malam.
Saat itu Yue Buqun dan yang lain-lain telah tiba di tepi sungai. Yue Buqun berseru, "Ini adalah tipuan musuh untuk memancing harimau turun gunung, semua naik ke kapal".
Ketika mereka semua hendak naik ke kapal, tiba-tiba di tepi sungai nampak sebuah sosok manusia yang bulat menggelinding mendekat, ia menarik baju di dada Linghu Chong sambil berkata, "Ikut aku!" Ia adalah si buntak yang mirip bola daging itu. Linghu Chong sama sekali tak berdaya melepaskan diri dari orang itu.
Mendadak terdengar sebuah teriakan, seseorang menerjang dari balik sebuah rumah dan menendang si bola daging, ia adalah Dewa Cabang Persik. Ternyata setelah mengejar sepuluh zhang lebih, ia teringat bahwa sang adik Dewa Biji Persik masih tergeletak di kapal, dan dapat ditangkap oleh si 'Kakek Zhongkui' keparat itu, maka ia segera kembali untuk melindunginya. Begitu ia melihat si bola daging menangkap Linghu Chong, ia segera menolongnya.
Si bola daging segera melepaskan Linghu Chong, tubuhnya berkelebat menyusup ke dalam kabin kapal dan melompat ke depan ranjang Dewa Biji Persik, ia mengangkat kaki kanannya seakan hendak mendepak dada Dewa Biji Persik. Dewa Cabang Persik sangat terkejut, ia berseru, "Jangan lukai adikku". Si bola daging berkata, "Kalau si tua ini ingin melukainya, akan kulukai, kau mau apa?" Bagai terbang Dewa Cabang Persik melompat masuk ke kabin kapal, lalu membawa keluar Dewa Biji Persik berikut alas ranjangnya.
Si bola daging itu sebenarnya cuma ingin memancingnya supaya pergi, ia kembali ke tepian, menarik Linghu Chong dan membawanya lari sambil menggendongnya di bahunya.
Dewa Cabang Persik segera teringat bahwa Ping Yizhi memerintahkan mereka lima bersaudara untuk menjaga Linghu Chong, kalau dia sampai diculik orang, bagaimana mereka akan menjelaskannya di kemudian hari? Tabib Ping tentu akan menyuruh mereka untuk membunuh Dewa Biji Persik sebagai hukuman. Namun kalau ia meninggalkan Dewa Biji Persik, ia khawatir kalau ia tak akan dapat membela diri jika musuh tiba-tiba menyerang, maka ia segera mengendongnya dan mengejar.
Yue Buqun memberi isyarat pada istrinya seraya berkata, "Kau urus para murid, aku aku akan pergi menyelidik". Nyonya Yue mangangguk-angguk. Mereka berdua sama-sama tahu bahwa musuh tangguh mengelilingi mereka, kalau mereka suami istri bersama-sama mengejar musuh, bisa-bisa murid-murid lelaki dan perempuan di kapal akan dicelakai musuh.
Ilmu ringan tubuh si bola daging jauh di bawah Dewa Cabang Persik, namun ia menggendong Linghu Chong di bahunya dan berlari sekuat tenaga, sedangkan Dewa Cabang Persik khawatir kalau ia akan membentur sesuatu dan memperparah luka Dewa Biji Persik, kedua tangannya membopong Dewa Biji Persik, ia hanya dapat berjalan cepat sehingga ia tak dapat mengejar. Yue Buqun mengerahkan ilmu ringan tubuhnya dan sedikit demi sedikit berhasil mengejar, ia mendengar Dewa Cabang Persik berteriak-teriak supaya si bola daging membebaskan Linghu Chong, kalau tidak ia tidak akan tinggal diam.
Walaupun Dewa Biji Persik tak dapat bergerak, namun mulutnya masih bawel dan tak henti-hentinya berdebat dengan Dewa Cabang Persik, katanya, "Kakak ketiga, kakak pertama tak ada disini, tapi kau mengejar bola daging itu, kau tak bisa mengatasi dia sendirian. Kau bilang kau tak akan tinggal diam membiarkan dia, itu cuma omong kosong saja". Dewa Cabang Persik berkata, "Kalaupun cuma omong kosong saja, paling tidak akan bisa membuat musuh jeri, daripada sama sekali tidak bicara apa-apa". Dewa Biji Persik berkata, "Kulihat bola daging itu larinya masih sangat cepat, sama sekali tidak melambat, kata 'jeri' dari 'membuat jeri' ini kurang tepat". Dewa Cabang Persik berkata, "Sekarang larinya belum bertambah perlahan, tapi sebentar lagi pasti akan melambat". Dewa Biji Persik berkata, "Kau cuma membuat larinya bertambah lambat, tapi tidak menghentikannya, oleh karena itu seharusnya kau berkata 'membuat lambat' bukan 'membuat jeri' ". Dewa Cabang Persik berkata, "Pokoknya, kata 'membuat' itu benar". Ia menggendong seseorang dan mulutnya tak henti-hentinya berdebat, namun langkah kakinya sama sekali tak melambat.
Ketiga orang itu berlari ke arah timur laut dalam sebuah garis lurus, jalan makin lama makin berbatu-batu, dan merekapun sampai di sebuah jalan pegunungan. Tiba-tiba Yue Buqun sadar, " Kalau bola daging ini menyembunyikan jago-jago di pegunungan ini lalu mengepungku, keadaan akan sangat berbahaya". Ia berhenti, ketika ia sedang bimbang, terlihat bahwa bola daging itu sudah mengendong Linghu Chong ke arah sebuah rumah beratap genting di sisi bukit, ia lantas melompati tembok dan masuk ke dalam. Yue Buqun melihat ke sekelilingnya dengan seksama, lalu mengikutinya.
Dewa Cabang Persik yang membopong Dewa Biji Persik juga ikut melompati tembok dan masuk, tiba-tiba terdengar seruan keras, rupanya ia terkena jebakan.
Yue Buqun bersembunyi di samping tembok, terdengar suara Dewa Biji Persik berbicara, "Aku sudah bilang padamu sebelumnya, minta supaya kau sedikit berhati-hati, kau lihat, sekarang kita kena diikat oleh seseorang dengan jaring ikan seperti seekor ikan besar, apa bagusnya?" Dewa Cabang Persik berkata, "Pertama, dua ekor ikan besar, bukan seekor ikan besar. Kedua, kapan kau minta aku supaya sedikit berhati-hati?" Dewa Biji Persik berkata, "Waktu kita kecil, kau dan aku mencuri buah delima dari pohon di kebun orang, aku minta supaya kau sedikit berhati-hati, masa kau sudah lupa?" Dewa Cabang Persik berkata, "Itu kejadian lebih dari tiga puluh tahun berselang, apa hubungannya dengan kejadian sekarang ini?" Dewa Biji Persik berkata, "Tentunya ada hubungannya. Waktu itu kau tidak berhati-hati, kau jatuh dari pohon dan kena pukul orang, setelah itu kakak pertama, kakak kedua dan kakak keempat buru-buru datang dan membunuh habis orang itu dan keluarganya. Kali ini kau juga tidak hati-hati sehingga kena tangkap orang". Dewa Cabang Persik berkata, "Memangnya kenapa? Aku tinggal panggil kakak pertama, kakak kedua dan kakak keempat untuk membunuh habis keluarga ini saja".
Bola daging itu tertawa dingin, "Kalian kedua setan lembah persik dalam sekejap akan mati, tapi masih ingin membunuh orang. Kalian tak boleh bicara supaya telinggaku bisa merasakan ketenangan". "Plak, plak!", terdengar suara nyaring dua kali, seakan si bola daging sedang menampar Dewa Biji Persik dan Dewa Cabang Persik keras-keras, agaknya mereka berdua begitu takut sehingga untuk sementara mereka tak berani bersuara.
Yue Buqun mendengarkan dengan seksama, untuk waktu yang lama, di balik tembok sama sekali tak terdengar suara. Ia memutar sampai ke belakang tembok dan melihat bahwa di luar tembok tumbuh sebatang pohon angco, dengan enteng ia melompat ke atas pohon angco itu dan memandang ke balik tembok, di dalam tembok itu terdapat sebuah rumah mungil yang berjarak sekitar satu zhang dari tembok. Ia berpikir bahwa karena Dewa Cabang Persik masuk ke dalam jaring ikan ketika melompat ke balik tembok, kemungkinan besar dalam ruang kosong selebar satu zhang itu ada jebakannya. Ia segera bersembunyi di belakang ranting dan daun pohon angco yang lebat itu, lalu mengerahkan 'Ilmu Awan Lembayung' untuk mendengarkan dengan seksama.
* * *
Si bola daging menaruh Linghu Chong di kursi dan bertanya dengan suara berat, "Sebenarnya apa hubunganmu dengan si maling tua Zu Qianqiu itu?" Linghu Chong berkata, "Aku baru pertama kali melihat si Zu Qianqiu itu hari ini, dia dan aku mana ada hubungannya?" Si bola daging berkata dengan gusar, "Bahkan sampai sekarang kau masih berbohong! Kau sudah jatuh ke tanganku, aku ingin membuatmu mati dengan sangat mengenaskan".
Linghu Chong tertawa dan berkata, "Aku tak sengaja makan obat ajaibmu, sudah pantas kalau kau marah besar. Akan tetapi obatmu itu sepertinya tidak mujarab, setelah aku meminumnya, sama sekali tak ada khasiatnya". Si bola daging berkata dengan gusar, "Khasiatnya mana bisa muncul dengan begitu cepat? Kata pepatah, penyakit datang bagai gunung, pergi bagai benang sutra. Khasiat obat ini baru perlahan-lahan muncul setelah sepuluh hari sampai setengah bulan berlalu". Linghu Chong berkata, "Kalau begitu, kita tunggu saja sampai sepuluh hari atau setengah bulan berlalu, baru kita lihat keadaanku!" Si bola daging berkata dengan geram, "Kentut makmu! Kau telah mencuri delapan 'Pil Penyambung Nyawa' milikku, si tua ini akan membunuhmu sekarang juga". Linghu Chong tertawa, "Kalau kau bunuh aku sekarang, nyawaku akan melayang dan hal ini akan membuktikan bahwa 'Pil Penyambung Nyawamu' ternyata tak bisa menyambung nyawa". Si bola daging berkata, "Pokoknya aku akan bunuh kau, ini tak ada hubungannya dengan 'Pil Penyambung Nyawaku' ". Linghu Chong menghela napas, "Kalau kau ingin bunuh aku, silahkan turun tangan, karena seluruh tubuhku tak berdaya, aku toh sama sekali tak bisa melawan".
Si bola daging berkata, "Hah, kau ingin mati dengan cepat, tidak segampang itu! Sebelumnya aku ingin menanyaimu dengan jelas. Nenekmu, Zu Qianqiu dengan si tua ini sudah berteman puluhan tahun, tak nyana kali ini ia menjual teman sendiri, pasti di dalamnya ada sebab lain. Perguruan Huashanmu di mata 'Leluhur Tua Sungai Kuning' nilainya tidak ada setengah kepeng, pasti bukan karena kau murid Perguruan Huashan dia lantas mencuri delapan 'Pil Penyambung Nyawaku' itu dan memberikannya padamu. Benar-benar aneh". Sambil berbicara pada dirinya sendiri, ia menghentakkan kakinya hingga bunyinya berdebam, amarahnya memuncak.
Linghu Chong berkata, "Tuan yang terhormat ternyata julukannya si 'Leluhur Tua Sungai Kuning', mohon maaf karena aku tidak mengenali anda". Si bola daging berkata dengan gusar, "Omong kosong! Aku seorang diri mana bisa menyandang julukan 'Leluhur Tua Sungai Kuning' itu?" Linghu Chong bertanya, "Kenapa seorang diri tak bisa menyandangnya?" Si bola daging berkata, " 'Leluhur Tua Sungai Kuning', yang satu marga Lao[2], yang satu marga Zu[3], tentu saja ada dua orang. Bahkan hal seperti ini saja kau tak mengerti, dasar goblok. Aku Lao Ye[4] Lao Touzi[5], Zu Zong[6] Zu Qianqiu. Kami berdua bersemayam di tepi Sungai Kuning sehingga kami berdua dipanggil 'Leluhur Tua Sungai Kuning' ".
Linghu Chong berkata, "Kenapa yang seorang bisa disebut Lao Ye dan yang satu disebut Zu Zong?" Si bola daging berkata, "Kau memang tak tahu apa-apa, kau tak tahu kalau di dunia ini ada orang yang bermarga Lao dan Zu. Aku bermarga Lao, namaku 'Ye', alias 'Touzi'. Kalau orang tidak memanggilku Lao Ye, mereka memanggil aku Lao Touzi......" Linghu Chong tak bisa menahan tawa, tanyanya, "Kalau begitu si Zu Qianqiu itu marganya Zu dan namanya Zong?"
Si bola daging Lao Touzi itu berkata, "Benar." Ia berhenti sejenak, lalu berkata dengan heran, "Eh! Kau tak tahu nama Zu Qianqiu, mungkin kau benar-benar tak ada hubungannya dengan dia. Aiyo, kau bukannya putra Zu Qianqiu?" Linghu Chong makin geli, ia berkata, "Bagaimana aku bisa jadi putranya? Dia marga Zu, marga kembarku Linghu, apa hubungannya?"
Lao Touzi mengumam pada dirinya sendiri, "Benar-benar aneh. Aku bersusah payah dengan mencuri-curi dan akhirnya aku berhasil membuat delapan 'Pil Penyambung Nyawa' yang sedianya akan kugunakan untuk menyembuhkan penyakit putriku yang tercinta, kalau kau bukan putra Zu Qianqiu, untuk apa dia mencuri pilku untuk kau makan?"
Linghu Chong tiba-tiba sadar, ia berkata, "Ternyata pil itu akan tuan gunakan untuk mengobati putrimu, tapi secara keliru dimakan olehku, aku sungguh merasa tak enak hati. Aku tak tahu penyakit apa yang diderita putrimu, kenapa tidak mohon Tabib Pembunuh Ping untuk berusaha menyembuhkannya?"
"Bah!", Lao Touzi mencemooh, "Di dunia ini kalau ada orang yang menderita penyakit yang sulit disembuhkan, pasti mohon pertolongan Ping Yizhi. Lao Touzi tinggal di Kaifeng, masa tidak tahu? Ia punya aturan bahwa kalau ia menyembuhkan seseorang, ia harus membunuh seseorang lain. Karena aku khawatir dia tak mau menyembuhkan putriku, aku sebelumnya sudah membunuh lima anggota keluarga istrinya, setelah itu ia tak punya muka lagi, mau tak mau ia berusaha dengan sungguh-sungguh untuk memeriksa putriku. Ia mengetahui bahwa sejak putriku berada dalam kandungan ibunya, ia sudah punya penyakit aneh, oleh karena itu ia menulis resep untuk delapan 'Pil Penyambung Nyawa' ini. Kalau tidak, dari mana aku tahu cara membuat pil-pil itu?"
Makin lama mendengarkan, Linghu Chong makin heran, ia bertanya, "Sesepuh, kalau anda ingin mohon Tabib Ping untuk menyembuhkan putrimu, kenapa anda membunuh seluruh keluarga mertuanya?"
Lao Touzi berkata, "Kau memang goblok, kau sama sekali tak tahu apa-apa. Musuh pribadi Ping Yizhi memang tak banyak, sebelumnya mereka sudah dibunuh habis oleh para pasiennya. Orang yang paling dibenci Ping Yizhi seumur hidupnya adalah ibu mertuanya, hanya saja karena dia takut istri, ia tak bisa membunuh ibu mertuanya sendiri, dan juga tak berani menyuruh orang untuk membunuhnya. Lao Touzi ini tetangganya, dan sama-sama orang dunia persilatan, masa aku tak tahu apa yang diinginkannya? Maka aku mewakilinya melakukannya. Setelah aku membunuh seluruh keluarga ibu mertuanya, Ping Yizhi sangat senang dan dengan sungguh-sungguh memeriksa dan mengobati putriku".
Linghu Chong mengangguk, "Ternyata begitu. Walaupun obat sesepuh mujarab, namun tidak cocok dengan penyakitku. Entah bagaimana keadaan putrimu sekarang? Apa kau masih dapat membuat obat baru?"
Lao Touzi berkata dengan gusar, "Putriku paling banyak hanya punya waktu setahun lagi, lalu nyawanya akan melayang, mana ada waktu untuk membuat obat ajaib seperti itu lagi? Sekarang aku terpaksa melakukan segala cara".
Ia mengambil beberapa utas tali tambang, mengikat tangan dan kaki Linghu Chong erat-erat ke kursi, lalu merobek bajunya sehingga dadanya terlihat. Linghu Chong bertanya, "Kau mau apa?" Lao Touzi menyeringai menyeramkan seraya berkata, "Sabar saja, nanti kau juga tahu". Ia mengangkat Linghu Chong sekaligus kursinya melewati dua buah ruangan, menyibakkan sebuah tirai katun, lalu masuk ke dalam sebuah kamar tidur.
Begitu masuk ke dalam kamar, Linghu Chong merasa amat gerah dan sumpek. Ia melihat bahwa sela-sela jendela kamar itu disumpal dengan kertas tisu sehingga tak bisa dimasuki angin, di tengah ruangan ada dua buah anglo besar yang penuh bara api, kelambu katun ranjang tergantung rendah, kamar itu penuh bau obat.
Lao Touzi menaruh kursi di depan ranjang, lalu membuka kelambu sambil berkata dengan lembut, "Busi[7] anakku sayang, bagaimana perasaanmu hari ini?"
Linghu Chong merasa heran, "Apa? Nama putri Lao Touzi 'Busi'? Bukankah itu berarti bahwa nama lengkapnya adalah Lao Busi[8]? Ah, aku tahu, ia berkata bahwa ketika masih di dalam kandungan ibunya, putrinya ini sudah menderita sakit aneh. Sepertinya dia sangat khawatir kalau putrinya meninggal, oleh karena itu ia memberinya nama 'Busi', kalau sampai tua tidak mati, ini adalah keberuntungan yang sangat besar. Dia angkatan 'bu', berarti satu angkatan dengan guruku". Makin lama berpikir tentang hal itu ia makin geli.
Ia melihat bahwa di atas bantal terbaring sebuah wajah bulat telur yang seluruhnya pucat pasi, rambutnya yang panjangnya tiga chi tergerai diatas sehelai kain katun, rambutnya itu jarang-jarang dan nampak menguning. Nona itu berusia kira-kira tujuh atau delapan belas tahun, wajahnya halus dan cantik, sepasang matanya terpejam rapat, bulu matanya amat lentik, ia berseru dengan lirih, "Ayah!" Namun ia tak membuka matanya.
Lao Touzi berkata, "Bu er, ayah sudah berhasil membuat delapan 'Pil Penyambung Nyawa' untukmu, hari ini sudah dapat kau minum, setelah kau minum nanti, penyakitmu akan sembuh, kau bisa bangkit dari ranjang dan bermain-main". "Hmm", gadis itu mendehem, seakan tak perduli.
Linghu Chong melihat bahwa sakit yang diderita gadis itu amat parah, dalam hatinya ia merasa kasihan, pikirnya, "Lao Touzi sangat menyayangi putrinya, oleh karena itu ia terpaksa membohonginya".
Lao Touzi membantu anak gadisnya bangkit sambil berkata, "Kau duduklah sebentar untuk minum obat, memperoleh obat ini tidaklah mudah, tak boleh disia-siakan". Gadis itu perlahan-lahan duduk, Lao Touzi mengambil dua buah bantal untuk menganjal punggungnya. Gadis itu membuka matanya dan melihat Linghu Chong, ia amat terkejut, bola matanya tak henti-hentinya bergerak-gerak, sambil memandangi Linghu Chong, ia bertanya, "Ayah, dia......dia siapa?"
Lao Touzi tersenyum kecil, "Dia? Dia bukan manusia, dia obat". Gadis itu sama sekali tak mengerti, tanyanya, "Dia obat?" Lao Touzi berkata, "Benar. Dia obat. Pil Penyambung Nyawa itu sangat ampuh, anakku, kau tak boleh langsung meminumnya. Oleh karena itu aku memberikannya pada orang ini dahulu, lalu akan kuambil darahnya untuk kau minum". Gadis itu berkata, "Mengambil darahnya? Nanti dia kesakitan, itu......itu tidak baik". Lao Touzi berkata, "Orang ini seorang dungu, dia tak bisa merasa sakit". Gadis itu mendehem, lalu memejamkan matanya.
Linghu Chong terkejut sekaligus gusar, ia hendak memaki-maki, namun ia berubah pikiran, "Aku telah minum obat penyelamat nyawa gadis ini, walaupun aku tak sengaja, namun aku telah mengacaukan segalanya dan menghilangkan nyawanya. Lagipula aku memang sudah tak ingin hidup lagi, kalau aku menyelamatkan nyawanya dengan darahku, apa jeleknya?" Ia tertawa pedih dan tak berbicara lagi.
Lao Touzi berdiri di sisinya, begitu Linghu Chong memaki, ia akan menotok titik bisunya, namun ternyata raut wajahnya tenang dan ia sepertinya tak perduli suatu apa. Ia tak tahu bahwa setelah Yue Lingshan mengalihkan rasa cintanya, ia telah kehilangan harapan. Malam ini ketika ia mendengar si lelaki tinggi besar menegur Yue Lingshan dan Lin Pingzhi dengan suara keras, memaki mereka berdua karena berburuk sangka padanya, dan juga melihat dengan mata kepalanya sendiri bagaimana kedua sejoli itu berjanji untuk bertemu di bawah pepohonan di tepi sungai itu, ia makin tak ingin hidup lagi, sebelumnya ia sudah tak memperdulikan hidup atau matinya lagi.
Lao Touzi bertanya, "Aku akan membelah jantungmu dan mengambil darah hangatmu untuk mengobati penyakit putriku, kau takut tidak?" Linghu Chong berkata dengan acuh tak acuh, "Kenapa aku harus takut?" Lao Touzi meliriknya tanpa berkedip, ia melihat bahwa ia memang sama sekali tak nampak jeri, maka ia berkata, "Setelah aku membelah jantungmu dan mengambil darahmu, hidupmu tak akan dapat dipertahankan lagi. Aku sudah memperingatkanmu, jangan salahkan aku karena aku tidak memberitahumu terlebih dahulu". Linghu Chong tersenyum hambar, lalu berkata, "Semua orang toh akhirnya harus mati, mati beberapa tahun lebih dahulu atau lebih lambat, tak banyak bedanya. Kalau darahku dapat menyelamatkan nyawa nona, hal ini sangat baik, lebih baik daripada kalau aku mati begitu saja dan tak membawa kebaikan bagi siapa-siapa". Ia menduga bahwa ketika Yue Lingshan mendengar kabar kematiannya, gadis itu akan sama sekali tidak merasa sedih, mungkin malah memaki, "Rasakan!" Mau tak mau ia merasa kasihan pada dirinya sendiri.
Lao Touzi mengacungkan jempolnya seraya memuji, "Lelaki yang tak takut mati seperti ini sungguh jarang ditemui! Sayang sekali kalau putriku tak minum darahmu, ia tak bisa hidup, kalau tidak aku benar-benar ingin mengampunimu".
Ia pergi ke dapur dan mengambil sebuah baskom yang penuh berisi air panas yang masih mendidih, tangan kanannya mengenggam sebilah pisau tajam, dengan tangan kirinya ia merendam sebuah handuk dalam air panas itu, lalu menaruhnya di ulu hati Linghu Chong.
Tepat pada saat itu, terdengar Zu Qianqiu berteriak dari balik pintu, "Lao Touzi, cepat buka pintu, aku punya beberapa barang bagus untuk nona Busimu". Lao Touzi mengerutkan keningnya, pisau di tangan kanannya mengayun dan memotong handuk menjadi dua, lalu menjejalkannya ke mulut Linghu Chong, katanya, "Barang bagus apa?" Ia meletakkan pisaunya, membuka pintu dan membiarkan Zu Qianqiu masuk ke kamar.
Zu Qianqiu berkata, "Lao Touzi, bagaimana kau akan berterima kasih padaku untuk perbuatanku ini? Waktu itu keadaan sangat genting dan aku tak bisa menemukanmu. Aku terpaksa mengambil delapan 'Pil Penyambung Nyawamu' dan menipu dia supaya memakannya. Kalau kau sendiri tahu, kau pasti akan memberikan pil mujarab itu padanya, tapi ia belum tentu sudi memakannya". Lao Touzi berkata dengan gusar, "Omong kosong......"
Zu Qianqiu menempelkan mulutnya ke telinganya, lalu mengucapkan beberapa kalimat dengan lirih. Lao Touzi tiba-tiba melompat berdiri sambil berseru, "Yang benar? Kau......kau tidak membohongiku?" Zu Qianqiu berkata, "Untuk apa aku membohongimu? Hal yang kudengar itu pasti benar adanya. Lao Touzi, kita sudah berteman puluhan tahun lamanya, saling mengerti isi hati masing-masing, perbuatanku ini, sesuai dengan keinginanmu atau tidak?" Lao Touzi menghentakkan kakinya, "Benar, benar! Sial, sial!"
Zu Qianqiu berkata dengan heran, "Benar tapi kok sial?" Lao Touzi berkata, "Kau benar, tapi aku sial!" Zu Qianqiu bertambah heran, "Kenapa kau sial?"
Lao Touzi menarik tangannya dan mengajaknya masuk ke kamar anaknya, lalu menyoja dengan hormat ke arah Linghu Chong sambil berseru, "Tuan Muda Linghu, Kakek Linghu, hari ini hamba telah berbuat salah padamu. Untung saja Zu Qianqiu buru-buru datang, kalau aku sampai menusukmu sampai mati, kalaupun seluruh dagingku direbus menjadi lemak, masih tak cukup untuk menebus kesalahanku". Sambil berbicara ia berulang-ulang bersujud.
Mulut Linghu Chong tersumpal potongan handuk, ia hanya dapat ber-ah-eh-oh saja, tak bisa berbicara.
Zu Qianqiu cepat-cepat menarik keluar handuk dari dalam mulutnya seraya bertanya, "Tuan Muda Linghu, bagaimana kau bisa sampai disini?" Linghu Chong segera berkata, "Sesepuh Lao, cepatlah berdiri. Aku tak berani menerima penghormatan seperti ini". Lao Touzi berkata, "Si tua ini tak tahu bahwa Tuan Muda Linghu punya hubungan erat dengan penyelamatku yang berbudi, aku telah membuatmu susah, ai, ai, sial, sial! Aku benar-benar tak tahu apa-apa! Kalaupun aku punya seratus putri dan semuanya akan mati, aku tak akan berani minta Tuan Muda Linghu mengalirkan setetespun darah untuk
menyelamatkan nyawanya yang tak berarti".
Zu Qianqiu membelalakkan matanya seraya bertanya, "Lao Touzi, untuk apa kau mengikat Tuan Muda Linghu disini?" Lao Touzi berkata, "Ai, pendeknya aku telah melakukan segala macam perbuatan yang tak pantas. Kau tak usah tanyai aku, ya?" Zu Qianqiu lagi-lagi berkata, "Baskom air panas dan pisau tajam yang ada disini ini untuk apa?" "Plak, plak, plak, plak!", terdengar suara Lao Touzi menggaploki pipinya sendiri. Pipinya yang memang sudah seperti labu, setelah kena pukul beberapa kali, bertambah bengkak tak keruan.
Linghu Chong berkata, "Semua hal ini tidak jelas bagiku, aku sama sekali tak mengerti duduk perkaranya, aku harap sesepuh berdua sudi menjelaskannya". Lao Touzi dan Zu Qianqiu buru-buru melepaskan ikatannya sambil berkata, "Mari kita minum arak sambil membicarakannya". Linghu Chong memandang ke arah gadis yang terbaring di ranjang sambil bertanya, "Apa keadaan putrimu akan berubah?"
Lao Touzi berkata, "Tidak, tak bisa berubah, kalaupun berubah, ai, ini......ini juga......" Ia mengoceh, tapi tak jelas apa yang dikatakannya. Ia mengajak Zu Qianqiu dan Linghu Chong ke ruang tamu, lalu mengambil tiga cawan arak dan sepiring daging babi untuk teman minum arak. Dengan sangat hormat ia mengangkat cawan arak dan mengajak Linghu Chong bersulang. Linghu Chong menenggaknya, arak itu rasanya hambar, biasa-biasa saja tak ada istimewanya, namun dibandingkan dengan arak yang ada dalam cawan Zu Qianqiu, rasanya sepuluh kali lebih lezat.
Lao Touzi berkata, "Tuan Muda Linghu, si tua ini benar-benar bodoh, telah menyinggung tuan muda, ai, ini.......ini benar-benar..... " Wajahnya ketakutan, ia tak tahu harus bicara apa untuk menunjukkan rasa bersalahnya. Zu Qianqiu berkata, "Tuan Muda Linghu orang besar yang berjiwa besar, beliau tak akan menyalahkanmu. Lagipula, delapan 'Pil Penyambung Nyawamu' itu kalau ada khasiatnya dan dapat bermanfaat bagi kesehatan Tuan Muda Linghu, kaulah yang malah akan berjasa". Lao Touzi berkata, "Berjasa.....aku tak berani menerimanya. Adik Zu, kaulah yang berjasa besar". Zu Qianqiu berkata, "Aku telah mengambil delapan pilmu, jangan-jangan hal ini akan menganggu kesehatan Keponakan Busi, ini ada sedikit ginseng, berikanlah padanya untuk memperkuat tubuhnya". Sambil berbicara ia membungkuk dan mengambil sebuah keranjang bambu, membuka tutupnya dan mengeluarkan beberapa batang ginseng, ada yang tebal dan ada yang tipis, semuanya tak sampai sepuluh jin beratnya, namun ada sekitar delapan jin.
Lao Touzi berkata, "Darimana kau dapat begitu banyak ginseng?" Zu Qianqiu tersenyum, " Tentu saja dari toko bahan obat, aku pinjam dari mereka". Lao Touzi tertawa terbahak-bahak, "Liu Bei meminjam Jingzhou, entah kapan akan mengembalikannya[9]".
Linghu Chong melihat bahwa walaupun Lao Touzi berusaha untuk kelihatan gembira, namun ia tak dapat menyembunyikan rasa sedihnya, maka ia berkata, "Tuan Lao, Tuan Zu, anda berdua hendak menyembuhkan lukaku, kalian bermaksud baik, namun yang seorang sebelumnya menipuku, sedangkan yang seorang lagi belakangan menculik dan mengikatku, kalian agak memandang rendah aku".
Ketika mendengar perkataan itu, keduanya segera berdiri dan berulang kali menjura seraya bersama-sama berkata, "Tuan Muda Linghu, kami tua bangka ini telah melakukan dosa yang tak berampun. Apapun hukuman yang akan tuan muda jatuhkan, kami akan menerimanya dengan senang hati". Linghu Chong berkata, "Baiklah. Ada satu hal yang tidak kumengerti, kalian harus memberitahuku dengan terus terang. Mohon beritahu aku kalian berdua sebenarnya memandang muka siapa sehingga begitu hormat padaku?"
Lao dan Zu berdua saling melirik. Lao Touzi berkata, "Ini......ini......ini pertanyaannya?" Zu Qianqiu berkata, "Tuan muda yang mulia tentu sudah tahu. Nama orang ini, kami tak berani menyebutnya".
Linghu Chong berkata, "Aku benar-benar tak tahu". Diam-diam ia berpikir, "Apa dia Kakek Guru Feng? Atau Biksu Bujie? Atau Tian Boguang? Atau Luzhuweng? Tapi sepertinya bukan mereka semua. Kakek Guru Feng punya kepandaian tinggi sehingga ia bisa disegani seperti itu, tapi beliau hidup menyepi dan tak memperbolehkan aku membocorkan keberadaannya, mana mungkin dia turun gunung dan melakukan hal seperti ini? Biksu Bujie, Tian Boguang dan Luzhuweng berwatak terus terang, tak mungkin mereka melakukan sesuatu dengan sembunyi-sembunyi seperti ini".
Zu Qianqiu berkata, "Tuan muda yang mulia, kalau tuan muda menanyakan hal ini, aku dan kakak Lao berdua sudah tentu tak berani menjawab, walaupun anda membunuh kami berdua, kami juga masih tak bisa menjawab. Tentunya di dalam hati, tuan muda yang mulia sudah tahu, kenapa tuan muda menyuruh kami untuk mengatakannya?"
Linghu Chong melihat bahwa nada bicaranya sangat pasti, jelas bahwa bagaimanapun juga mereka tak akan bicara, maka ia berkata, "Baik. Karena kalian tak mau bicara, rasa dongkol dalam hatiku sulit dilenyapkan. Tuan Lao, barusan ini kau mengikatku di kursi dan membuatku ketakutan setengah mati, sekarang aku juga ingin mengikat-ikat kalian berdua, mungkin nanti kalau hatiku tak senang, aku akan mengorek keluar hati kalian dengan pisau tajam ini".
Lao dan Zu saling memandang lagi, lalu serentak berkata, "Kalau tuan muda ingin mengikat kami, kami tentunya tak berani melawan". Lao Touzi mengambil dua buah kursi dan juga tujuh atau delapan utas tambang. Kedua orang itu lantas mengikat sepasang kaki mereka sendiri ke kaki kursi erat-erat tiga kali, setelah itu mereka menaruh tangan mereka di belakang punggung seraya berkata, "Tuan muda, silahkan ikat". Mereka berpikir, "Pemuda ini belum tentu benar-benar ingin mengikat kami untuk melampiaskan amarahnya, kemungkinan besar ia cuma ingin bercanda".
Ternyata Linghu Chong benar-benar mengambil tali dan mengikat tangan mereka erat-erat di balik punggung, lalu memunggut pisau Lao Touzi, katanya, "Aku sudah tak punya tenaga dalam, tak bisa menotok dengan jari, aku khawatir kalian akan berusaha membebaskan diri, maka aku terpaksa memakai gagang pisau untuk menotok jalan darah kalian". Ia segera membalik pisau, lalu dengan sekuat tenaga memukul titik-titik huantiao, tianzhu, shaohai dan lain-lain, sehingga jalan darah mereka berdua tertotok. Lao Touzi dan Zu Qianqiu saling memandang dengan putus asa, mereka amat tercengang, mau tak mau mereka merasa jeri karena mereka tak tahu apa maksud Linghu Chong. Terdengar ia berkata, "Kalian tunggu disini dulu". Ia berbalik dan masuk ke dalam ruang tamu.
* * *
Linghu Chong membawa pisau itu dan pergi ke depan kamar sang gadis, ia batuk, lalu berkata, "Lao......eh, nona, bagaimana keadaanmu?" Tadinya ia ingin memanggil gadis itu 'Nona Lao', namun ia berpikir bahwa nona ini masih belia, walaupun ia memang bermarga Lao, namun kalau ia memanggilnya 'Nona Lao'[10], sepertinya tak pantas. Nona itu mendehem, namun sama sekali tak menjawab.
Linghu Chong menyibakkan tirai katun dan masuk ke dalam kamar, terlihat nona itu masih duduk sambil bersandar pada bantal, setengah tidur setengah bangun, matanya agak terbuka. Ketika Linghu Chong mendekatinya, ia melihat kulit wajahnya bagai tembus pandang, dibalik kulitnya yang kuning muda nampak pembuluh-pembuluh darah kebiruan, seakan ia samar-samar bisa melihat darah mengalir di dalamnya. Kamar itu sunyi senyap, sama sekali tiada hembusan angin, seakan darah segar dalam tubuhnya setetes demi setetes membeku. Ia menghembuskan napas, lalu menarik napas sedikit, sepertinya napas yang dihembuskannya lebih banyak dari yang ditariknya.
Linghu Chong berpikir, "Sebenarnya nona ini dapat hidup, namun karena obatnya keliru kumakan, ia jadi celaka. Aku memang sudah akan mati, mau hidup beberapa hari lebih panjang atau lebih pendek, apa bedanya?" Ia mengambil sebuah mangkuk porselen dan menaruhnya di atas meja teh, ia menjulurkan pergelangan kirinya, lalu tangan kanannya mengiris nadinya dengan pisau, darah segarpun mengalir deras ke dalam mangkuk. Ia melihat bahwa baskom berisi air panas yang diambil Lao Touzi tadi masih mengepulkan uap, ia segera meletakkan pisau dan membasahi lukanya dengan air panas itu supaya darahnya tidak cepat membeku. Dalam sekejap, darah segar telah memenuhi setengah mangkuk.
Gadis itu samar-samar mencium bau anyir darah, ia membuka matanya, melihat pergelangan tangan Linghu Chong bersimbah darah, ia terkejut dan menjerit.
Ketika Linghu Chong melihat mangkuk itu sudah penuh dengan darah, ia membawanya ke depan ranjang gadis itu dan menyorongkannya ke depan mulutnya, lalu berkata dengan lembut, "Cepatlah minum, darah ini mengandung obat mujarab yang dapat menyembuhkan penyakitmu". Gadis itu berkata, "Aku......aku takut, aku tak mau minum". Setelah mengucurkan darah semangkuk penuh, Linghu Chong merasa otaknya kosong dan seluruh anggota tubuhnya lemas tak berdaya, pikirnya, "Ia takut dan tak mau minum. Masa darah ini telah dikucurkan dengan sia-sia?" Tangan kirinya mengambil pisau dan ia membentak, "Kau tak menurut, akan kubunuh kau dengan pisau ini". Ia menempelkan ujung pisau yang tajam di tenggorokan gadis itu.
Gadis itu ketakutan dan bangkit, lalu menenggak semangkuk darah segar itu sampai tandas, ia beberapa kali merasa mual dan hampir muntah, namun melihat pisau Linghu Chong yang berkilauan, ia tak berani muntah.
Linghu Chong melihatnya minum semangkuk darah itu sampai habis, darahnya sendiri yang berada dalam mangkuk itu perlahan-lahan membeku, pikirnya, "Aku telah minum delapan 'Pil Penyambung Nyawa' Lao Touzi, tapi obat dari darah yang ditelan gadis ini jangan-jangan tak ada sepersepuluhnya, setelah aku pergi ke kakus, mau tak mau akan lebih banyak lagi yang hilang, aku harus segera meminumkan beberapa mangkuk darah segar lagi kepadanya, sampai aku tak bisa bergerak lagi". Ia segera memotong nadi pergelangan kanannya, setelah darah segar terkumpul setengah mangkuk lebih, ia meminumkannya pada gadis itu.
Gadis itu mengerutkan keningnya dan memohon, "Kau......kau jangan paksa aku, aku benar-benar tak sanggup lagi". Linghu Chong berkata, "Sanggup atau tidak, kau tetap harus melakukannya, ayo minum, cepat". Nona itu dengan susah payah berhasil minum beberapa teguk, setelah terengah-engah beberapa saat, ia berkata, "Kau......kau kenapa berbuat begini? Perbuatanmu ini melukai dirimu sendiri". Linghu Chong tersenyum getir dan berkata, "Tak apa aku melukai diriku sendiri, asalkan demi kebaikanmu".
* * *
Catatan Kaki Penerjemah
[1] Perlengkapan yang biasa dipakai oleh pengiring jenazah.
[2] Berarti 'tua'.
[3] Berarti 'leluhur'.
[4] Berarti 'tuan besar'.
[5] Berarti 'orang tua' atau 'kakek'.
[6] Berarti 'leluhur'.
[7] Berarti 'tidak mati'.
[8] Berarti 'si tua yang tak mati' atau 'sampai tua tak akan mati'.
[9] Pepatah ini berasal dari Kisah Tiga Negara (San Guo) (Hokkian: Sam Kok). Liu Bei meminjam kota Jingzhou tanpa berniat menggembalikannya.
[10] Berarti 'Nona Tua'.
Bagian Kedua
Setelah Dewa Cabang Persik dan Dewa Biji Persik terperangkap oleh jaring ikan Lao Touzi, semakin kuat mereka meronta, semakin eratlah jeratan jaring ikan itu, sampai akhirnya mereka tak bisa menggerakkan tangan dan kaki mereka, walaupun hanya beberapa cunsaja. Tubuh mereka tak bisa berkutik, namun mata dan kuping mereka masih tajam, mulut mereka berdebat tiada henti. Ketika Linghu Chong mengikat Lao dan Zu berdua, Dewa Cabang Persik menduga bahwa ia pasti ingin membunuh mereka berdua, sedangkan Dewa Biji Persik menduga bahwa ia pasti akan membebaskan mereka kakak beradik terlebih dahulu. Ternyata kedua orang itu berdebat dengan sia-sia, dugaan mereka berdua salah, Linghu Chong malah masuk ke dalam kamar gadis itu.
Karena kamar gadis itu tertutup rapat, ketika kedua orang itu berbicara di dalamnya, suara mereka hanya sayup-sayup terdengar di luar. Walaupun tenaga dalam Dewa Cabang Persik, Dewa Biji Persik, Yue Buqun, Lao Touzi dan Zu Qianqiu berlima hebat, namun mereka hanya dapat membayangkan apa yang diperbuat Linghu Chong dalam kamar gadis itu. Tiba-tiba terdengar jeritan melengking gadis itu, wajah kelima orang itu serta merta berubah.
Dewa Cabang Persik berkata, "Linghu Chong adalah seorang lelaki dewasa, untuk apa dia masuk ke kamar anak perawan orang lain?" Dewa Biji Persik berkata, "Kau dengarlah! Nona itu sangat takut, ia berkata, 'Aku......aku takut!' Linghu Chong berkata, 'Kau tak menurut, akan kubunuh kau dengan pisau ini'. Katanya, 'Kau tak menurut', Linghu Chong mau ia menuruti apa?" Dewa Cabang Persik berkata, "Pasti bukan untuk melakukan perbuatan baik. Tentunya ia ingin memaksa nona itu menjadi istrinya". Dewa Biji Persik berkata, "Hahaha, lucu sekali! Putri si labu buntak itu tentunya juga buntak seperti labu atau bola karet, kenapa Linghu Chong ingin memaksanya menjadi istrinya?" Dewa Cabang Persik berkata, "Ada orang yang suka lobak, ada yang suka bokchoy. Mungkin Linghu Chong sangat suka pada gadis gembrot. Begitu melihat gadis gembrot, jiwanya langsung melayang ke langit ketujuh". Dewa Biji Persik berkata, "Benar! Dengarlah! Dengarlah! Gadis gembrot itu minta ampun, katanya 'Kau......kau jangan paksa aku, aku benar-benar tak sanggup lagi' ". Dewa Cabang Persik berkata, "Benar. Tapi si bocah Linghu Chong ini sungguh perkasa, katanya, 'Sanggup atau tidak, kau tetap harus melakukannya, cepat, cepat!"
Dewa Biji Persik berkata, "Kenapa Linghu Chong menyuruh dia cepat-cepat? Apanya yang cepat?" Dewa Cabang Persik berkata, "Kau belum pernah menikah, masih perjaka tingting, tentu saja kau tak tahu!" Dewa Biji Persik berkata, "Memangnya kau sudah pernah menikah? Tak tahu malu!" Dewa Cabang Persik berkata, "Kau sudah tahu jelas aku belum pernah menikah, kenapa kau tanya aku lagi?" Dewa Biji Persik berteriak keras-keras, "Hei, hei, Lao Touzi, Linghu Chong sedang memaksa putrimu menjadi istrinya, kenapa kau tak menolongnya?" Dewa Cabang Persik berkata, "Untuk apa kau mengurusi urusan orang lain? Dari mana kau tahu kalau gadis gembrot itu akan mati? Di dunia ini ada berapa banyak perempuan yang menjadi istri, mereka kan tidak mati? Lagipula nama putrinya 'Lao Busi', masa dia bisa mati?"
* * *
Sejak Lao Touzi dan Zu Qianqiu diikat di kursi dan ditotok jalan darahnya, mereka telah mendengar Nona Lao yang berada di dalam kamar menjerit kaget dan minta ampun, mereka berdua saling berpandangan dengan putus asa, tak tahu harus berbuat apa. Mereka berdua memang sebelumnya sudah curiga, namun setelah mendengar perdebatan kedua dewa Lembah Persik, mereka makin curiga lagi.
Zu Qianqiu berkata, "Kakak Lao, kita harus menghentikan perbuatan ini. Tak nyana Tuan Muda Linghu ternyata suka main perempuan. Aku khawatir akan terjadi bencana". Lao Touzi berkata, "Ai, kalau dia memperkosa anakku si Busi, mau apa lagi? Tapi......tapi ia akan mengecewakan seseorang lain". Zu Qianqiu berkata, "Dengarlah, dengarlah. Nona Busimu suka padanya, ia berkata, 'Kau berbuat begini, kau akan melukai tubuhmu sendiri'. Linghu Chong bicara apa? Kau dengar tidak?" Lao Touzi berkata, "Katanya, 'Tak apa aku melukai diriku sendiri, asalkan demi kebaikanmu!' Nenekmu, dua bocah itu!" Zu Qianqiu tertawa terbahak-bahak, "Kakak Lao, selamat, selamat!" Lao Touzi berkata dengan gusar, "Selamat nenekmu!" Zu Qianqiu tersenyum, "Kenapa marah-marah? Selamat karena mendapatkan menantu yang baik!"
Lao Touzi membentak dengan keras, "Jangan bicara sembarangan! Kalau hal ini sampai tersebar keluar, apa kau dan aku masih bisa hidup?" Ketika ia mengucapkan kedua kalimat itu, nada suaranya mengandung rasa jeri yang amat sangat. Zu Qianqiu berkata, "Baik, baik!" Namun suaranya gemetar.
Yue Buqun berada di atas pohon dibalik tembok, jaraknya lebih jauh, namun dengan mengerahkan 'Ilmu Awan Lembayung', ia dapat mendengar percakapan itu dengan sepotong-sepotong. Mula-mula ketika ia mendengar bahwa Linghu Chong memaksa nona itu, ia hendak menerjang ke dalam kamar untuk menghentikannya, namun ia berubah pikiran. Orang-orang itu, termasuk Linghu Chong, semuanya penuh rahasia dan bersikap aneh, entah tipu muslihat apa yang sedang mereka rencanakan. Ia tak boleh bertindak semberono, ia harus memperhatikan dengan seksama kemana angin bertiup, maka ia terus mendengarkan dengan seksama menggunakan ilmu tenaga dalamnya. Pembicaraan diantara kedua dewa Lembah Persik serta Zu dan Lao berdua terus mengalir ke dalam telinganya. Ia menduga bahwa Linghu Chong benar-benar telah menggunakan kesempatan dalam kesempitan dan melecehkan nona itu. Setelah ia mendengar percakapan diantara Lao dan Zu berdua, ia berpikir bahwa Linghu Chong adalah seorang pemuda yang suka berbuat sekehendak hatinya, sedangkan nona itu kemungkinan besar mirip dengan ayahnya, seorang perempuan jelek yang buntak seperti labu atau bola karet, tidak aneh kalau setelah kehilangan kegadisannya, ia lantas jatuh cinta pada Linghu Chong. Mau tak mau ia menggeleng-gelengkan kepalanya.
Terdengar nona itu lagi-lagi menjerit, "Jangan......jangan......banyak sekali darah, aku mohon kau......"
Tiba-tiba dari balik tembok terdengar seseorang berseru, "Lao Touzi, akhirnya aku berhasil membebaskan diri dari empat setan Lembah Persik itu". Dengan suara berdebam yang enteng, seseorang melompat masuk dari balik tembok, lalu mendorong pintu dan masuk kedalam, ia adalah lelaki yang tadi membawa bendera putih dan mengoda empat dewa Lembah Persik.
Kerika ia melihat Lao Touzi dan Zu Qianqiu terikat di kursi, ia terkejut dan berteriak, "Kenapa kalian?" Tangan kanannya membalik, di gengamannya sudah ada sebilah pisau yang berkilauan, lengannya lantas mengayun dan memotong tambang yang mengikat tangan dan kaki kedua orang itu.
Dari dalam kamar, nona itu menjerit lagi dengan suara melengking, "Kau......kau......aku mohon.....jangan begitu lagi".
Ketika lelaki itu mendengarnya menjerit seperti dalam keadaan genting, ia berseru dengan kaget, "Itu Nona Lao Busi!" Ia menerjang masuk ke dalam kamar.
Lao Touzi menarik lengannya sambil berseru, "Kau tak boleh masuk!" Lelaki itu tertegun sejenak, lalu berhenti.
Terdengar Dewa Cabang Persik yang berada di kebun berkata, "Kurasa si labu buntak itu sangat senang mendapat menantu seperti Linghu Chong". Dewa Biji Persik berkata, "Tak lama lagi Linghu Chong mati, kalau mendapat menantu yang setengah hidup dan setengah mati, masa ia senang?" Dewa Biji Persik berkata, "Anak gadisnya juga sebentar lagi mati, suami istri sama-sama setengah hidup dan setengah mati". Dewa Biji Persik berkata, "Siapa yang mati? Siapa yang hidup?" Dewa Cabang Persik berkata, "Kenapa mesti ditanyakan? Tentunya Linghu Chong yang akan mati. Nona Lao Busi namanya Lao Busi, bagaimana ia bisa mati?" Dewa Biji Persik berkata, "Belum tentu. Memangnya kalau namanya begitu, lantas benar-benar terjadi seperti itu? Kalau setiap orang di kolong langit ini dinamai Lao Busi, apa setiap orang lantas tidak ada yang mati walaupun sudah tua? Kalau begitu untuk apa kita belajar ilmu silat?"
Ketika kedua bersaudara itu sedang berdebat, tiba-tiba terdengar suara berdebam dari dalam kamar, rupanya ada sesuatu yang terjatuh ke lantai. Nona Lao berteriak, walaupun suaranya lemah, namun nadanya penuh rasa panik, "Ayah, ayah! Cepat masuk!"
Begitu Lao Touzi mendengar teriakan putrinya, ia langsung masuk ke kamar, ia melihat Linghu Chong tergeletak di lantai, mangkuk porselen tertelungkup di dadanya, sekujur tubuhnya bersimbah darah segar. Nona Lao bersandar dengan miring di ranjang, bibirnya berlepotan darah. Zu Qianqiu dan lelaki itu berdiri di sisi Lao Touzi, mereka memandang Linghu Chong, lalu memandang Nona Lao, benak mereka penuh pertanyaan.
Nona Lao berkata, "Ayah, dia......dia memotong tangannya sendiri hingga mengeluarkan banyak darah, lalu memaksa aku minum dua mangkuk.....dia.....dia masih memotong......"
Lao Touzi sangat terkejut, ia cepat-cepat membungkuk untuk memapah Linghu Chong, ia melihat bahwa nadi di kedua pergelangan tangannya terluka, darah segar masih mengalir dengan deras. Lao Touzi bergegas keluar ruangan dan mengambil obat luka, ia merasa amat gugup dan cemas, walaupun ia berada di rumah sendiri, namun dahinya masih membentur kusen pintu sehingga benjol besar, kusen yang terkena benturanpun ambruk separuh.
Ketika Dewa Cabang Persik mendengar suara benturan itu, mereka mengira bahwa ia sedang memukuli Linghu Chong, maka mereka berseru, "Hei, Lao Touzi, Linghu Chong adalah teman baik Enam Dewa Lembah Persik, kau tak boleh memukul dia. Kalau kau memukul dia sampai mati, Enam Dewa Lembah Persik akan mencabik-cabik dagingmu yang penuh gajih menjadi irisan-irisan panjang". Dewa Biji Persik berkata, "Salah, salah!" Dewa Cabang Persik berkata, "Apanya yang salah?" Dewa Biji Persik berkata, "Kalau tubuhnya kurus kering, kita bisa mencabiknya jadi irisan-irisan panjang, tapi dia gendut, kalau kita cabik-cabik ia akan menjadi bola-bola daging yang berlepotan lemak, bagaimana kita bisa mencabik-cabiknya menjadi irisan-irisan panjang?"
Lao Touzi mengoleskan obat luka di pergelangan tangan Linghu Chong, lalu mengurut-urut beberapa titik jalan darah di dada dan perut Linghu Chong untuk beberapa saat, setelah lama, Linghu Chongpun sadar. Rasa takut Lao Touzi agak berkurang, ia merasa
sangat berterima kasih, dengan suara gemetar ia berkata, "Tuan Muda Linghu, kau......kau....walaupun tubuh kami harus hancur lebur, namun masih......ai......namun masih......" Zu Qianqiu berkata, "Tuan Muda Linghu, Lao Touzi barusan ini mengikatmu semata-mata karena salah paham, kenapa kau masukkan dalam hati? Bukankah ini membuat dia merasa sangat bersalah?"
Linghu Chong tersenyum lemah, lalu berkata, "Luka dalamku tak bisa disembuhkan dengan obat ajaib apapun. Sesepuh Zu berniat baik dengan mengambil delapan 'Pil Penyambung Nyawa' milik Sesepuh Lao dan meminumkannya padaku, namun sia-sia......Aku harap nona ini bisa sembuh sepenuhnya dari sakitnya......" Ketika berbicara sampai disini, karena ia sudah kehilangan banyak darah, kepalanya pusing dan iapun jatuh pingsan.
Lao Touzi membopong Linghu Chong keluar dari kamar anak gadisnya dan menaruhnya di ranjangnya sendiri, dengan wajah cemas ia berkata, "Sekarang bagaimana? Sekarang bagaimana?" Zu Qianqiu berkata, "Tuan Muda Linghu kehilangan banyak sekali darah, jangan-jangan hidupnya berada di ujung tanduk, bagaimana kalau kita memasukkan tenaga dalam kita bertiga yang sudah kita latih seumur hidup ke dalam tubuhnya?" Lao Touzi berkata, "Tentu saja". Dengan hati-hati ia mendudukkan Linghu Chong, lalu menempelkan telapak tangannya di titik dazhui di punggung Linghu Chong. Ketika ia baru saja mulai mengerahkan tenaga, seluruh tubuhnya terguncang, "Krek!", kursi yang didudukinya hancur berkeping-keping.
Dewa Cabang Persik tertawa terbahak-bahak, lalu berseru, "Luka dalam Linghu Chong disebabkan karena kami enam bersaudara berusaha menyembuhkan dia dengan menyalurkan tenaga dalam kami, si labu buntak ini sekarang hendak meniru kami, luka Linghu Chong bagaimana tak menjadi tambah parah!" Dewa Biji Persik berkata, "Dengarlah suara "krek" itu, si labu buntak pasti tergetar terkena tenaga dalam Linghu Chong dan membentur sesuatu. Tenaga dalam Linghu Chong adalah tenaga dalam kita, kali ini si labu buntak telah makan pil pahit dari Enam Dewa Lembah Persik! Bagus sekali! Bagus sekali!"
Lao Touzi menghela napas, lalu berkata, "Ai, kalau Tuan Muda Linghu sampai luka begitu parah dan tak bisa sadar lagi, aku Lao Touzi terpaksa bunuh diri".
* * *
Lelaki itu tiba-tiba berteriak keras-keras, "Yang berada di atas pohon angco dibalik tembok, apakah ketua Perguran Huashan Tuan Yue adanya?"
Yue Buqun sangat terkejut, pikirnya, "Ternyata jejakku sudah terendus olehnya sebelumnya". Terdengar lelaki itu berkata lagi, "Tuan Yue, karena anda seorang tamu yang sudah datang dari jauh, kenapa anda tak datang kemari untuk bertemu muka?" Yue Buqun merasa amat kikuk, ia merasa bahwa saat itu ia lebih baik tidak masuk dahulu, namun ia juga tak dapat terus duduk diam di atas pohon. Lelaki itu berkata, "Muridmu yang terhormat Tuan Muda Linghu pingsan, silahkan melihat keadaannya".
Yue Buqun mendehem, lalu melompat turun, setelah melewati tanah kosong selebar satu zhang lebih di kebun, ia tiba di sebuah lorong dibawah teritisan atap yang mengalirkan air. Lao Touzi telah keluar dari dalam rumah, sambil menjura ia berkata, "Tuan Yue, silahkan masuk". Yue Buqun berkata, "Aku mengkhawatirkan keselamatan muridku, sehingga aku berbuat lancang". Lao Touzi berkata, "Aku patut mati. Ai, kalau saja......kalau saja......"
Dewa Cabang Persik berkata dengan lantang, "Kau tak usah khawatir, Linghu Chong tak akan mati". Lao Touzi amat girang, ia bertanya, "Bagaimana kau tahu kalau ia tak akan mati?" Dewa Cabang Persik berkata, "Dia jauh lebih muda darimu, dan juga jauh lebih muda dariku, benar tidak?" Lao Touzi berkata, "Benar. Memangnya kenapa?" Dewa Cabang Persik berkata, "Orang yang lebih tua yang lebih dahulu mati, atau orang yang lebih muda? Tentu saja yang tua akan mati lebih dahulu. Kau belum mati, aku juga belum mati, bagaimana Linghu Chong bisa mati?" Tadinya Lao Touzi mengira bahwa ia punya gagasan baru, tapi ternyata ia hanya bicara sembarangan, maka Lao Touzipun hanya tertawa getir. Dewa Biji Persik berkata, "Aku punya sebuah gagasan yang cemerlang, mari kita bersatu dengan sepenuh hati untuk merubah nama Linghu Chong menjadi 'Linghu Busi'[1]......"
Yue Buqun masuk ke dalam kamar dan melihat Linghu Chong terbaring di ranjang dalam keadaan pingsan, pikirnya, "Kalau aku tidak mempertunjukkan 'Ilmu Awan Lembayung', orang-orang ini akan memandang rendah Perguruan Huashan". Ia segera dengan diam-diam mengerahkan tenaga dalamnya, wajahnya menghadap ke dalam ranjang, sehingga kalau warna ungu muncul di wajahnya tak ada orang melihat, lalu ia mengangsurkan telapak tangannya untuk menekan titik dazhui di punggung Linghu Chong. Ia sudah tahu bahwa dalam tubuh Linghu Chong ada berbagai hawa murni yang bergejolak, maka ia tidak mengerahkan banyak tenaga, melainkan hanya perlahan-lahan memasukkan tenaga dalam saja. Begitu ia merasakan hawa murni dalam tubuh Linghu Chong bergolak, ia segera menarik telapaknya sehingga berjarak setengah cun dari tubuh Linghu Chong. Setelah berhenti sebentar, ia kembali menempelkan telapaknya. Benar saja, tak lama kemudian Linghu Chong perlahan-lahan mulai sadar, katanya, "Guru, kau......kau sudah datang".
Ketika Lao Touzi dan kawan-kawannya bertiga melihat bagaimana Yue Buqun dapat menyadarkan Linghu Chong tanpa mengerahkan banyak tenaga, mereka semua sangat kagum.
Yue Buqun berpikir, “Tempat ini berbahaya, aku tak bisa berlama-lama tinggal disini, selain itu aku juga tak tahu bagaimana keadaan istri dan para muridku di kapal”. Ia menjura seraya berkata, “Terima kasih atas kebaikan tuan-tuan sekalian kepada kami guru dan murid, kami tak berani menerimanya. Kami mohon diri dahulu”. Lao Touzi berkata, “Baik, baik! Tuan Muda Linghu sedang sakit, kami seharusnya memperlakukannya dengan lebih baik, namun saat ini kami tak dapat melakukannya, mohon supaya kalian berdua memaafkan kelancangan kami”.
Yue Buqun berkata, “Tak usah sungkan-sungkan”. Di bawah cahaya lentera yang remang-remang kedua biji mata lelaki itu nampak bersinar-sinar, sebuah pikiran muncul di benaknya, ia menjura dan berkata, “Siapa marga dan nama yang mulia kawan ini?” Zu Qianqiu tersenyum, “Rupanya Tuan Yue tidak mengenal burung hantu malam kami, si ‘Kehabisan Akal’ Ji Wushi[2]. Dalam hati Yue Buqun merasa jeri, “Burung Hantu Malam ji Wushi? Kabarnya orang ini dikaruniai kemampuan melihat yang luar biasa, tingkah lakunya terkadang baik terkadang jahat, entah baik atau jahat, walaupun namanya Ji Wushi, namun ia sebenarnya penuh tipu muslihat, seorang tokoh yang sangat lihai. Tak nyana ia bergaul dengan orang semacam Lao Touzi dan kawan-kawannya”. Ia cepat-cepat menjura dan berkata, “Aku sudah lama mendengar tentang nama besar Tuan Ji yang benar-benar berkumandang bagai guntur, hari ini aku beruntung dapat bertemu dengan anda”.
Ji Wushi tersenyum kecil, “Hari ini kita bertemu muka, besok kita akan bertemu lagi di Wubagang”.
Hati Yue Buqun lagi-lagi terasa jeri, walaupun ia merasa tak pantas untuk banyak bertanya karena mereka baru pertama kalinya bertemu, namun ia merasa sangat khawatir akan nasib putrinya yang diculik, maka ia berkata, “Aku tak tahu bagaimana kami telah menyinggung teman-teman dunia persilatan disini, kemungkinan besar karena kami melewati daerah kalian namun belum berkunjung, benar-benar tak tahu tata krama. Aku tak tahu siapa gerangan kawan yang telah mengundang putri dan muridku yang bermarga Lin, apakah Tuan Ji sudi memberikan petunjuk?”
Ji Wushi menyeringai, “Benarkah? Aku tak tahu banyak mengenai hal itu”.
Dengan bertanya pada Ji Wushi tentang keberadaaan putrinya, Yue Buqun telah merendahkan kedudukannya sebagai ketua perguruan, ketika mendengar bahwa Ji Wushi tak mau memberitahunya, walaupun ia gusar dan khawatir, namun ia tak dapat bertanya-tanya lagi. Dengan hambar ia berkata, “Kami mohon maaf karena telah menganggu kalian di malam yang telah larut ini, kami mohon diri dahulu”. Ia memapah berdiri Linghu Chong dan hendak menggendongnya.
Lao Touzi menjulurkan kepalanya diantara guru dan murid itu dan cepat-cepat menggendong Linghu Chong sambil berkata, “Akulah yang mengundang Tuan Muda Linghu, maka akulah yang harus membawanya pulang”. Ia mengambil sehelai selimut tipis untuk menyelimuti Linghu Chong, lalu berjalan ke pintu dengan langkah-langkah lebar.
Dewa Cabang Persik berseru, “Hei, kami kedua ekor ikan besar ini, kalau kalian tinggalkan disini nanti jadi apa?” Lao Touzi mengumam, “Ini……” Ia berpikir bahwa mengikat harimau mudah, namun melepaskannya sukar, kalau ia membebaskan kedua bersaudara itu dan Enam Dewa Lembah Persik lalu mendatanginya untuk balas dendam, ia akan sulit menghindar. Namun kalau ia menyandera mereka berdua, keempat orang lainnya akan agak merasa jeri.
Linghu Chong tahu jalan pikirannya, ia berkata, “Sesepuh Lao, mohon bebaskan mereka berdua. Dua dewa Lembah Persik, setelah ini kalian tak boleh cari gara-gara dengan Tuan Lao dan Zu berdua, bagaimana kalau kalian dari lawan menjadi kawan saja?” Dewa Cabang Persik berkata, “Hanya ada kami berdua, kami tak dapat mencari gara-gara dengan mereka untuk balas dendam”. Linghu Chong berkata, “Tentu saja keenam dewa Lembah Persik juga termasuk di dalamnya”.
Dewa Biji Persik berkata, “Kami bisa saja tak membalas dendam kepada mereka; namun tak mungkin kami dapat berubah dari lawan menjadi kawan, walaupun kalian memenggal kepala kami juga masih tak mungkin”. Lao Touzi dan Zu Qianqiu mendengus, mereka berdua berpikir, “Kalau kami tak memandang muka Tuan Muda Linghu, kami tak akan memperdulikan kalian, memangnya kami takut pada kalian Enam Dewa Lembah Persik?”
Linghu Chong berkata, “Kenapa begitu?” Dewa Cabang Persik berkata, “Pada dasarnya Enam Dewa Lembah Persik dan mereka Leluhur Tua Sungai Kuning tak punya permusuhan, karena dari dulu kami bukan musuh mereka, bagaimana kami bisa merubah permusuhan menjadi persahabatan? Jadi bisa saja kita bersahabat, namun kami tak bisa menjadikan lawan sebagai kawan”. Ketika semua orang mendengarnya, mereka tertawa terbahak-bahak.
Zu Qianqiu membungkuk dan mengurai simpul jala ikan itu. Jaring-jaring jala ikan itu dibuat dari rambut manusia, benang sutra dari ulat sutra liar dan benang emas murni yang dianyam menjadi satu sehingga sangat liat dan ulet, serta tak bisa dipotong dengan golok mustika maupun pedang tajam. Setelah masuk ke dalam jeratannya, harus ada seseorang yang mengurai simpul jala dari luar, kalau tidak, semakin keras mereka meronta, semakin erat jeratannya.
Dewa Cabang Persik berdiri, lalu membuka celananya dan mengencingi jala ikan itu. Zu Qianqiu bertanya dengan kaget, “Kau……kau berbuat apa?” Dewa Cabang Persik berkata, “Kalau aku tidak mengencingi jala ikan bau ini, aku si tua ini sulit melampiaskan amarahku”.
Mereka bertujuh kembali ke dermaga di tepi sungai. Dari kejauhan Yue Buqun melihat kedua muridnya Lao Denuo dan Gao Genming berjaga dengan membawa senjata di haluan kapal, ia tahu bahwa semua orang baik-baik saja, maka hatinya lantas menjadi lega. Lao Touzi membawa Linghu Chong masuk ke dalam kabin kapal, dengan hormat ia menjura dalam-dalam sambil berkata, “Tuan Muda Linghu, budi luhurmu seluas langit, si tua ini sangat berterima kasih. Sekarang aku mohon diri dahulu, tak lama lagi kita akan berjumpa kembali”.
Di sepanjang jalan Linghu Chong terguncang-guncang sehingga ia hampir pingsan, ia tak tahu apa yang dikatakan oleh Lao Touzi dan hanya mendehem saja.
Ketika Nyonya Yue dan yang lain-lain menyaksikan si bola daging yang tadinya congkak menjadi rendah hati dan amat hormat pada Linghu Chong, mereka amat heran.
Lao Touzi dan Zu Qianqiu khawatir kalau Dewa Cabang Persik dan yang lainnya kembali, mereka tak berani berlama-lama tinggal disitu, maka merekapun menjura pada Yue Buqun dan minta diri.
Dewa Akar Persik melambai-lambaikan tangannya ke arah Zu Qianqiu sambil berkata, "Saudara Zu, tunggu sebentar". Zu Qianqiu berkata, "Kenapa?" Dewa Akar Persik berkata, "Karena ini!" Ia berlutut, lalu tiba-tiba menerjang ke dada Zu Qianqiu dengan bahunya. Tindakannya ini tak terduga dan gerakannya amat sebat, Zu Qianqiu tak sempat menghindar, ia cepat-cepat mengerahkan tenaga dalamnya, dalam sekejap qi memenuhi dantiannya sehingga perutnya menjadi sekeras besi atau batu. "Krek! Prang! Duk!", serentak terdengar berbagai macam suara, lalu Dewa Akar Persik mundur beberapa zhang sambil tertawa terbahak-bahak.
Zu Qianqiu berteriak, "Aiyo!" Ia meraba-raba kantong dadanya dan mendapati kepingan-kepingan yang tak terhitung jumlahnya, ada yang terbuat dari porselen dan ada yang terbuat dari batu kumala, ada yang terbuat dari bambu dan ada yang terbuat dari kayu, lebih dari dua puluh cawan arak berharga yang disembunyikan di saku dadanya hampir semuanya telah hancur berkeping-keping, sedangkan cawan emas, perak dan jue perunggu telah tertumbuk hingga pipih. Ia menyesal sekaligus gusar, lantas mengayunkan tangannya dan melemparkan puluhan kepingan ke arah Dewa Akar Persik.
Dewa Akar Persik sudah bersiap, ia bergeser ke samping untuk menghindar sambil berseru, "Linghu Chong menyuruh kita berubah dari lawan ke kawan, kata-katanya harus dituruti, kita menjadi lawan dulu, baru menjadi kawan".
Zu Qianqiu telah mengumpulkan cawan-cawan itu dengan susah payah selama beberapa puluh tahun, lalu dihancurkan oleh Dewa Akar Persik dengan sekali gebrak, bagaimana ia tak gusar? Tadinya ia ingin membalas, akan tetapi setelah mendengar perkataan Dewa Akar Persik ia berhenti. Ia memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata, "Benar. Dari lawan menjadi kawan. Dari lawan menjadi kawan!" Bersama Lao Touzi dan Ji Wushi, ia berbalik dan pergi.
Dalam keadaan setengah sadar, Linghu Chong mengkhawatirkan keselamatan Yue Lingshan, ia berkata, "Dewa Akar Persik, mohonlah pada mereka supaya......supaya tak mencelakai adik seperguruan Yueku". Dewa Akar Persik berkata, "Baik". Dengan suara lantang ia berkata, "Hei! Hei! Kawan-kawan Lao Touzi, Burung Hantu Malam dan Zu Qianqiu, dengarlah, Linghu Chong berkata bahwa kalian tak boleh mencelakai adik seperguruannya yang tercinta!"
Ji Wushi dan yang lain-lain sudah berjalan jauh, ketika mereka mendengar perkataan itu, mereka segera berhenti. Lao Touzi berpaling dan berkata dengan lantang, "Perintah Tuan Muda Linghu akan kami taati". Mereka bertiga membicarakannya dengan suara lirih, lalu pergi.
Ketika Yue Buqun sedang menceritakan tentang kejadian di rumah Lao Touzi kepada sang istri, tiba-tiba dari tepi sungai terdengat teriakan keras, rupanya Dewa Akar Persik dan keempat orang lainnya telah kembali.
Keempat dewa Lembah Persik sibuk memuji-muji diri mereka sendiri, berkata bahwa mereka empat bersaudara telah berhasil menangkap orang yang membawa bendera putih, lalu mencabiknya menjadi empat potong. Dewa Biji Persik tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Lihai, lihai sekali! Keempat kakak ini memang hebat". Dewa Cabang Persik berkata, "Kalian telah mencabik orang itu menjadi empat potong, apa kalian tahu siapa namanya?" Dewa Batang Persik berkata, "Dia sudah mati, siapa yang perduli siapa namanya? Memangnya kau tahu?" Dewa Cabang Persik berkata, "Tentu saja aku tahu. Dia marganya Ji, namanya Ji Wushi, dan juga punya julukan, yaitu Burung Hantu Malam". Dewa Daun Persik bertepuk tangan, "Marganya bagus, namanya juga bagus, ternyata dia bisa meramal, ia tahu bahwa di kemudian hari setelah ditangkap Enam Dewa Lembah Persik, dia akan kehabisan akal, tak bisa menghindar dari takdir dicabik menjadi empat potong, oleh karena itu ia dari jauh-jauh hari memakai nama seperti itu".
Dewa Biji Persik berkata, "Si Burung Hantu Malam Ji Wushi itu kungfunya memang lebih dari rata-rata, benar-benar luar biasa". Dewa Akar Persik berkata, "Benar. kungfunya memang hebat, kalau dia tidak bertemu Enam Dewa Lembah Persik, hanya berdasarkan ilmu ringan tubuhnya saja ia dapat dianggap jago dunia persilatan". Dewa Biji Persik berkata, "Kungfu ringan tubuhnya memang hebat, setelah dicabik menjadi empat potong, ia ternyata bisa merekatkan dirinya kembali, ia bangkit dari mati dan hidup kembali seperti biasanya. Baru-baru ini ia datang kemari untuk mengobrol".
Dewa Akar Persik dan yang lain-lain sadar bahwa kebohongan mereka telah terbongkar, namun mereka tak perduli, bahkan mereka berpura-pura memasang tampang heran. Dewa Bunga Persik berkata, "Ternyata Ji Wushi punya kungfu ajaib semacam ini, ini namanya orang tak bisa dinilai hanya dari tampangnya saja, air laut tak dapat diukur kedalamannya, mengagumkan, benar-benar mengagumkan!" Dewa Batang Persik berkata, "Kalau tubuh orang yang sudah dicabik menjadi empat dapat merekatkan dirinya sendiri kembali, lalu langsung bisa bergerak seperti biasa lagi, kata orang itu adalah 'Ilmu Sakti Merubah Potongan Menjadi Utuh'. Kungfu ini sudah lama tak diturunkan, namun ternyata si Ji Wushi ini menguasainya, ia benar-benar seorang tokoh luar biasa di dunia persilatan, kalau lain kali kita bertemu dengannya, kita bisa bersahabat dengannya".
Yue Buqun dan Nyonya Yue merasa cemas, putri kesayangan mereka diculik, bahkan siapa musuh sebenarnya mereka juga tak tahu. Nama besar Perguruan Huashan menggetarkan dunia persilatan, namun tak nyana di tepi Sungai Kuning harus terjungkal seperti ini, akan tetapi karena mereka khawatir para murid akan takut dan panik, mereka sama sekali tak menunjukkan suatu tanda kekhawatiran apapun. Suami istri itu juga tidak membicarakan berbagai hal yang membingungkan dan sukar dimengerti itu, hanya diam-diam memikirkannya sendiri-sendiri. Di kapal itu hanya terdengar suara omong kosong Enam Dewa Lembah Persik saja.
* * *
Satu shichen kemudian, fajarpun tiba, tiba-tiba terdengar suara langkah kaki di tepi sungai, tak lama kemudian dua buah joli tiba di tepi sungai. Seorang tukang joli yang berada paling depan berseru dengan lantang, "Tuan Muda Linghu memerintahkan supaya kita tidak membuat takut Nona Yue. Atasan kami telah berbuat lancang, mohon agar Tuan Muda Linghu sudi memaafkannya". Keempat tukang joli itu meletakkan joli di tanah, menghormat ke arah kapal, lalu berbalik dan pergi.
Dari dalam joli terdengar suara Yue Lingshan berteriak, "Ayah, Ibu!"
Suami istri Yue Buqun terkejut sekaligus girang, mereka melompat ke tepi sungai dan membuka tirai joli, mereka melihat bahwa putri kesayangan mereka duduk di dalam joli tanpa kurang suatu apa, hanya titik jalan darah di kakinya terkena totok sehingga ia tak bisa bergerak. Yang duduk di dalam joli yang lain ialah Lin Pingzhi. Yue Buqun menepuk-nepuk titik-titik huantiao, jizhong dan weizhong putrinya untuk membuka jalan darahnya, lalu bertanya, "Siapa orang yang tinggi besar itu?"
Yue Lingshan berkata, "Orang yang tinggi besar itu, dia......dia......dia......" Bibirnya menurun, tak kuasa menahan tangis. Nyonya Yue memeluk dan menyokongnya dengan lembut, lalu membawanya ke dalam kabin kapal, dengan suara pelan ia bertanya, "Apakah ada orang yang berbuat kasar padamu?" Begitu mendengar pertanyaan ibunya, Yue Lingshan tersedan dan menangis. Nyonya Yue amat terkejut, pikirnya, "Tingkah laku orang-orang itu tidak beres, Yue Lingshan berada di tangan mereka selama beberapa shichen, jangan-jangan dia telah dilecehkan oleh mereka." Ia cepat-cepat bertanya, "Ada apa? Katakanlah pada Ma". Yue Lingshan hanya menangis tanpa henti.
Nyonya Yue merasa amat cemas, di kapal banyak orang, ia tak berani bertanya lagi. Ia membaringkan putrinya di bangku panjang dan menyelimutinya.
Yue Lingshan mendadak berseru sambil tersedu sedan, "Ma, orang tinggi besar itu memakiku, huhuhu!"
Ketika mendengarnya, beban berat seakan terlepas dari pikiran Nyonya Yue, sambil tersenyum ia berkata, "Kalau hanya kena maki orang, kenapa kau begitu sedih?" Yue Lingshan berkata sambil menangis, "Dia mengangkat tangannya, pura-pura akan memukulku, menakut-nakuti aku". Nyonya Yue tersenyum, "Baik, baik! Lain kali kalau kita bertemu dia, kita maki dia supaya dia takut". Yue Lingshan berkata, "Aku tidak menjelek-jelekkan kakak pertama, si Lin Kecil juga tidak. Orang yang tinggi besar itu sangat keras dan ganas, katanya hal yang paling dibencinya seumur hidupnya ialah kalau ada orang yang menjelek-jelekkan Linghu Chong. Aku bilang aku juga tidak suka kalau ada orang yang berbuat seperti itu. Dia berkata bahwa kalau ia tak suka pada seseorang, ia akan memasak dan memakannya. Ma, ketika ia berbicara sampai disitu, ia memamerkan giginya yang putih berderet-deret untuk menakut-nakuti aku. Huhuhu!"
Nyonya Yue berkata, "Orang itu memang benar-benar jahat. Chong er, siapa orang yang tinggi besar itu?"
Pikiran Linghu Chong belum sepenuhnya terang, dengan bingung ia menjawab, "Orang tinggi besar? Aku......aku......"
Pada saat itu, titik jalan darah Lin Pingzhi telah dibuka oleh sang guru, ia masuk ke dalam kabin dan menyela, "Ibu guru, orang yang tinggi besar dan biksu itu benar-benar makan daging manusia, itu bukan cuma omong kosong untuk menakut-nakuti orang". Nyonya Yue terkejut, tanyanya, "Mereka berdua makan daging manusia? Kau tahu dari mana?" Lin Pingzhi berkata, "Biksu itu menanyaiku tentang Kitab Pedang Penakluk Kejahatan, setelah menanyaiku selama beberapa saat, ia mengambil sesuatu dari saku dadanya lalu mengigitinya. Ia mengigitinya dengan sangat asyik, lalu menyorongkannya ke depan mulutku sambil bertanya apa aku ingin mengincipi rasanya. Ternyata......ternyata benda itu adalah sebuah tangan manusia". Yue Lingshan berseru kaget, lalu bertanya, "Kenapa tadi kau tidak menceritakannya padaku?" Lin Pingzhi berkata, "Aku takut kau kaget, jadi aku tak berani bercerita padamu".
Sekonyong-konyong Yue Buqun berkata, "Ah, aku ingat. Mereka adalah 'Sepasang Beruang Gurun Utara'. Orang yang tinggi besar itu kulitnya amat putih, sedangkan si biksu kulitnya amat hitam, benar tidak?" Yue Lingshan berkata, "Benar. Ayah, kau kenal mereka?" Yue Buqun menggeleng, "Aku tak kenal mereka. Cuma pernah mendengar kata orang bahwa di gurun utara di balik Tembok Besar, ada dua orang perampok besar, yang seorang dipanggil Beruang Putih, yang seorang lagi disebut Beruang Hitam. Beruang Putih tinggi besar, sedangkan Beruang Hitam adalah seorang biksu. Kalau si korban membawa barang-barangnya sendiri, sepasang beruang itu hanya akan merampok hartanya, akan tetapi kalau barang-barang itu dikawal oleh biro pengawalan, sepasang beruang itu sering memasak dan memakan para pengawal itu. Menurut mereka, daging pesilat lebih liat dan rasanya dua kali lebih enak". "Ah!", jerit Yue Lingshan.
Nyonya Yue berkata, "Kakak, kau ini bagaimana, masa "rasanya dua kali lebih enak", kata-kata seperti itu membuat orang ingin muntah". Yue Buqun tersenyum kecil, setelah berhenti sejenak, ia berkata lagi, "Kabarnya 'Sepasang Beruang Gurun Utara' tak pernah masuk ke dalam Tembok Besar, kenapa kali ini mereka datang ke tepi Sungai Kuning? Chong er, bagaimana kau bisa kenal dengan Sepasang Beruang Gurun Utara?"
Linghu Chong berkata, " 'Sepasang Pahlawan Gurun Utara'[3]?" Ia tidak mendengar dengan jelas paruh pertama perkataan sang guru, ia pikir 'xiong' dalam nama itu adalah 'xiong' yang berarti 'pahlawan', tak nyana 'xiong' yang dimaksud adalah 'xiong' yang berarti 'beruang', setelah beberapa saat, ia berkata, "Aku tak kenal mereka".
Mendadak Yue Lingshan berkata, "Eh Lin Kecil, ketika biksu itu menyuruhmu mengigit telapak tangan itu, kau gigit atau tidak?" Lin Pingzhi berkata, "Tentu saja tidak". Yue Lingshan berkata, "Ya sudah kalau kau tak mengigitnya. Tapi andaikan kau mengigitnya, hah, setelah itu kalau aku melihatmu, aku tak akan memperdulikanmu".
Dari luar kabin, Dewa Batang Persik sekonyong-konyong berkata, "Makanan yang paling lezat di kolong langit ini adalah daging manusia. Si Lin Kecil pasti telah mencuri-curi memakannya, tapi tak mengakuinya". Dewa Daun Persik berkata, "Kalau dia tak memakannya, kenapa ia tak bilang sebelumnya, lalu baru mati-matian menyangkal sekarang?"
Sejak bencana menimpa dirinya, Lin Pingzhi banyak berubah, sikap dan cara bicaranya sangat berhati-hati, mendengar perkataan kedua orang itu, ia tertegun dan tak bisa menjawab.
Dewa Bunga Persik berkata, "Lihatlah. Dia diam saja, itu berarti ia diam-diam mengiyakan. Nona Yue, orang ini tidak mengaku telah makan daging manusia, dia sangat tidak jujur, bagaimana kau bisa menikah dengannya dan menjadi istrinya? Setelah kau menikah dengannya, dia pasti akan main gila dengan perempuan lain. Kalau setelah pulang ke rumah kau tanyai, dia pasti akan menyangkal mati-matian dan tak mau mengaku". Dewa Daun Persik berkata, "Dan masih ada satu hal lagi yang sangat berbahaya, dia sudah kecanduan daging manusia, kalau suatu hari kau tidur seranjang dengannya, saat tengah malam, tiba-tiba jarimu sakit, lalu terdengar suara 'kres, kres' seseorang yang sedang mengunyah. Setelah kau selidiki, ternyata apa yang terjadi? Ternyata si Lin Kecil ini sedang makan jari tanganmu". Dewa Biji Persik berkata, "Nona Yue, walaupun dengan menghitung jari kaki, seseorang hanya punya tak lebih dari dua puluh jari. Kalau si Lin Kecil ini makan beberapa jari hari ini, lalu besok makan beberapa jari lagi, dalam sekejap seluruh jari tangan dan kakimu akan habis dimakan".
Sejak Enam Dewa Lembah Persik menjalin persahabatan dengan Linghu Chong di puncak Huashan, mereka sudah menganggapnya seorang sahabat. Walaupun keenam bersaudara itu bawel, namun mereka bukannya sama sekali tak punya otak. Mereka berenam sudah lama melihat keadaan diantara Linghu Chong dan Yue Lingshan, yang bagai sebatang pohon yang sengaja meluruhkan bunga-bunganya, namun mata air di sisinya tetap mengalir tanpa perasaan. Sekarang mereka menggunakan kelemahan kecil Lin Pingzhi untuk menciptakan gesekan diantaranya dan Yue Lingshan.
Yue Lingshan menutup telinganya dengan jarinya sambil berteriak, "Kalian bicara sembarangan, aku tak mau dengar! Aku tak mau dengar!"
Dewa Akar Persik berkata, "Nona Yue, tak ada jeleknya kalau kau ingin menikah dengan Si Lin Kecil ini, tapi ada suatu macam kungfu yang harus kau pelajari. Kungfu ini sangat penting, kalau kau kehilangan kesempatan untuk mempelajarinya, kau akan menyesal seumur hidup".
Ketika Yue Lingshan mendengar bahwa ia berbicara dengan sungguh-sungguh, ia bertanya, "Kungfu apa itu yang begitu penting?"
Dewa Akar Persik berkata, "Si Burung Hantu Malam Ji Wushi punya ilmu yang namanya 'Ilmu Sakti Merubah Potongan Menjadi Utuh'. Di kemudian hari kalau kuping, hidung, jari tangan dan kakimu sudah habis dimakan si Lin Kecil, kau tinggal mengerahkan kungfu ini, jangan takut, bedah saja perutnya, ambil bagian-bagian tubuh itu, tempelkan kembali di badanmu, dan ubahlah potongan-potongan itu menjadi utuh".