Pendekar Hina Kelana Bab 28 - Manusia Salju

     << Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>

Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana

oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.

["Saya ingin menulis beberapa kata pada empat manusia salju ini," kata Yue Lingshan. Dia menghunus pedangnya dan mulai menulis pada manusia salju dengan ujung pedangnya.]


Smiling Proud Wanderer Jilid 3

Bab XXVIII Manusia Salju

Bagian Pertama

Entah berapa lama waktu yang telah berlalu, Linghu Chong merasa tubuhnya membeku 
kedinginan, ia perlahan-lahan membuka matanya namun ia merasa silau karena cahaya api, maka ia cepat-cepat memejamkan matanya lagi, ia mendengar Yingying berseru dengan girang, "Kau.....kau sudah sadar!" 

Linghu Chong membuka matanya lagi, ia melihat sepasang mata Yingying yang jeli sedang memandangi dirinya tanpa berkedip, wajahnya penuh rasa girang. Linghu Chong ingin duduk, namun Yingying mengoyang-goyangkan tangannya seraya berkata, "Berbaring dan beristirahatlah sebentar lagi". Linghu Chong melihat ke sekelilingnya, ternyata ia berada di dalam sebuah gua, sedangkan di luar gua terdapat api unggun besar yang berkobar-kobar, ia lalu teringat bahwa ia telah ditendang oleh sang guru, maka ia bertanya, "Bagaimana dengan guru dan ibu guruku?" 

Yingying mencibir, lalu berkata, "Kau masih memanggil dia shifu? Si dunia ini tak ada guru yang begitu tak tahu malu seperti itu. Kau sudah terang-terangan mengalah padanya, tapi ia tak tahu diri, akhirnya ia tak bisa keluar dari situasi yang memalukan, dan malah menendangmu dengan begitu telengas. Kalau tulang kakinya patah, memang sudah sepantasnya". 

Linghu Chong berkata dengan terkejut, "Tulang kaki guruku patah?" Yingying tertawa kecil, "Masih untung dia tak terguncang sampai mati, bukan? Kata ayah, kau belum tahu cara memakai Xixing Dafa, kalau tidak, kau tak akan terluka". Linghu Chong mengumam, lalu berkata, "Aku telah melukai guru dan mematahkan kakinya, ini benar-benar......benar-benar......" Yingying berkata, "Apa kau menyesal?" Linghu Chong merasa amat cemas dan malu, katanya, "Seharusnya aku tak boleh melakukannya. Dahulu kalau bukan shifu dan shiniang yang membesarkanku, mungkin aku sudah lama mati, mana ada hari ini? Aku membalas air susu dengan air tuba, aku benar-benar lebih rendah dari binatang". 

Yingying berkata, "Ia berkali-kali menyakitimu dan hendak membunuhmu, tapi kau hanya mengalah saja, kau benar-benar telah membalas budinya. Orang sepertimu ini dimanapun tak akan mati, kalaupun suami istri Yue tak membesarkanmu dan kau menjadi pengemis kecil di dunia persilatan, kau juga tak akan mati. Sejak dia mengeluarkanmu dari Huashan Pai, hubungan guru dan murid diantara kalian sudah putus, untuk apa memikirkannya lagi?" Ketika berbicara sampai disini, ia memelankan suaranya, "Chong Ge, demi aku kau telah menyinggung guru dan ibu gurumu, aku.....aku merasa......" Sambil berbicara ia menundukkan kepalanya, kedua pipinya merona merah. 

Linghu Chong melihat bahwa di wajahnya muncul ekspresi malu-malu kucing seorang gadis kecil, cahaya api yang berkobar-kobar di luar gua menyinari wajahnya dan membuatnya bertambah cantik jelita, mau tak mau hatinya tergerak, ia mengangsurkan tangannya dan mengenggam tangan kiri Yingying seraya menghela napas, ia tak tahu sebaiknya harus berbicara apa. 

Yingying berkata dengan lembut, "Kenapa kau menghela napas?" Linghu Chong berkata, "Tidak, tidak! Bagaimana aku bisa menyesal? Demi aku, kau rela menghantarkan nyawamu di Biara Shaolin, kalau tubuhku hancur berkeping-kepingpun aku masih tak bisa membalas budimu". Yingying menatap sepasang matanya dan berkata, "Kenapa kau berkata begitu? Sampai sekarang dalam hatimu kau masih menganggapku orang luar saja".   

Linghu Chong diam-diam merasa malu, dalam hati ia memang merasa bahwa ia masih asing baginya, katanya, "Akulah yang salah bicara, sejak hari ini aku akan memperlakukanmu dengan baik dengan sepenuh hatiku". Begitu perkataan itu keluar dari mulutnya, mau tak mau ia berkata dalam hati, "Bagaimana dengan xiao shimei? Xiao shimei? Apakah sejak saat ini aku akan melupakan xiao shimei?"

Dalam pandangan mata Yingying muncul rasa girang, katanya, "Chong Ge, apakah kau berkata dengan sungguh-sungguh, atau kau cuma membohongi diriku saja?" 

Seketika itu juga, Linghu Chong tak lagi memikirkan cinta bertepuk sebelah tangannya pada Yue Lingshan yang sudah terukir dalam hatinya, dengan sepenuh hati ia berkata, "Kalau aku membohongimu, biar aku disambar geledek dan tak bisa mati dengan tenang!" 

Tangan kiri Yingying perlahan-lahan berbalik dan mengenggam tangan Linghu Chong, ia merasa bahwa sepanjang hidupnya, saat ini adalah saat yang paling berharga, sekujur tubuhnya terasa hangat dan nyaman, namun hatinya seakan sedang melayang-layang di atas awan, kalau saja selamanya ia dapat seperti ini, kekal abadi bagai alam semesta. Setelah beberapa saat, perlahan-lahan ia berkata, "Kita orang dunia persilatan jangan-jangan memang ditakdirkan untuk tak bisa mati dengan tenang. Kelak jika kau ternyata mensia-siakanku aku tak berharap kau akan disambar geledek, aku......aku......lebih baik aku menikammu sendiri sampai mati". 

Pikiran Linghu Chong terguncang, ia sama sekali tak mengira bahwa ia akan dapat berkata begitu. Ia tertegun, lalu tertawa dan berkata, "Kaulah yang menyelamatkan selembar nyawaku ini, dari dulu hidupku ini sudah menjadi milikmu. Kapan saja kau hendak mengambilnya, silahkan mencabutnya". Yingying tersenyum simpul dan berkata, "Kata orang kau adalah berandal licin yang suka berbuat seenaknya, ternyata kau memang pandai bersilat lidah, sama sekali tak pantas. Entah takdir apa yang membuatku......membuatku menyukai seorang berandal yang suka usil sepertimu". Linghu Chong tertawa dan berkata, "Kapan aku pernah mengusilimu? Kalau kau bilang begitu padaku, aku akan berbuat usil padamu". Sambil berbicara ia bangkit untuk duduk. 

Sepasang kaki Yingying bergerak dan ia melompat hingga beberapa chi jauhnya, dengan wajah serius ia berkata, "Aku suka padamu, tapi kita harus menuruti aturan. Kalau kau pikir aku ini perempuan murahan yang bisa kau perlakukan sesuka hatimu, kau sudah salah menilaiku". 

Dengan bersungguh-sungguh Linghu Chong berkata, "Aku mana berani mengangapmu perempuan murahan? Kau adalah seorang nenek berusia lanjut dan berbudi luhur yang melarangku berpaling untuk melihatmu". 

Yingying tertawa cekikikan, ia teringat ketika pertama kali berkenalan dengan Linghu Chong, pemuda itu memanggilnya 'popo' dengan ekspresi yang penuh rasa hormat, ia tak kuasa menahan tawa hingga lesung pipit muncul di wajahnya yang jelita, ia lalu kembali duduk, namun masih berjarak tiga atau empat chi dari Linghu Chong. 

Linghu Chong tertawa dan berkata, "Kau melarangku berbuat usil padamu, maka sejak ini aku akan memangilmu nenek saja". Yingying tertawa dan berkata, "Baiklah, cucu yang manis". Linghu Chong berkata, "Popo, aku merasa....." Yingying berkata, "Tak usah memanggilku nenek lagi, tunggulah enam puluh tahun lagi, baru panggil aku nenek". Linghu Chong berkata, "Kalau aku bisa memangilmu begitu mulai dari sekarang sampai enam puluh tahun lagi, hidupku ini tak sia-sia". 

Hati Yingying tersentuh, pikirnya, "Kalau aku bisa bersamanya selama enam puluh tahun lagi, aku akan lebih bahagia dibandingkan dengan dewata di langit ketujuh". 

Linghu Chong memperhatikannya dari samping, hidungnya mancung, bulu matanya yang lentik tergantung ke bawah, raut wajahnya halus dan cantik, roman mukamya lembut, pikirnya, "Seorang gadis yang cantik jelita seperti ini, kenapa bisa begitu dihormati dan ditakuti oleh begitu banyak bandit dunia persilatan yang tak bisa diatur, hingga mereka rela menempuh bahaya demi dirinya?" Ia ingin bertanya, namun ia merasa kalau ia sekarang melakukannya, ia hanya akan merusak suasana saja, maka ia mengurungkan niatnya. 

Yingying berkata, "Kalau kau ingin mengatakan sesuatu, katakan saja". Linghu Chong berkata, "Aku selalu merasa heran, kenapa Lao Touzi, Zu Qianqiu dan yang lainnya bisa begitu takut padamu". Yingying tersenyum menawan, lalu berkata, "Aku tahu bahwa kalau kau tak menanyakan hal ini sampai jelas, kau tak akan merasa lega. Jangan-jangan dalam hatimu kau selalu mengangapku seperti monster saja". Linghu Chong berkata, "Tidak, tidak, aku menganggapmu sebagai seorang dewi yang mempunyai kekuatan gaib".  

Yingying tersenyum dan berkata, "Kau baru mengucapkan tiga kalimat saja, tapi sudah bisa bicara tak keruan. Sebenarnya kau ini belum tentu seorang berandal yang suka usil, tapi kau memang suka bermulut manis, sehingga orang berkata bahwa kau adalah seorang bergajul". Linghu Chong berkata, "Ketika aku memanggilmu popo, apa aku suka bermulut manis?" Yingying berkata, "Kalau begitu pangillah aku popo seumur hidupmu". Linghu Chong berkata, "Aku ingin memanggilmu seumur hidupku, tapi bukan memanggilmu nenek". 

Wajah Yingying merona merah, hatinya terasa amat manis, dengan lirih ia berkata, "Kuharap kau tak hanya bermulut manis saja". Linghu Chong berkata, "Kalau kau takut aku bermulut manis, untuk seumur hidup, kalau kau memasak untukku, jangan tambahkan minyak"[1]. Yingying tersenyum simpul dan berkata, "Aku tak bisa masak, bahkan memanggang kodok saja bisa sampai gosong". 

Linghu Chong mengenang hari itu ketika mereka memanggang kodok di tepi kali di hutan belantara, ia merasa bahwa saat ini mereka telah kembali memasuki suasana saat itu, ia merasa tersentuh. 

Yingying berkata dengan lirih, "Asal kau tak takut makan nasi gosongku, aku akan memasak untukmu seumur hidupku". Linghu Chong berkata, "Asalkan kau yang memasaknya, setiap hari aku akan makan tiga mangkuk besar nasi gosong, kenapa tidak?" Yingying berkata dengan pelan, "Kau suka bergurau dan berbicara sesuka hatimu. Sebenarnya kau mengodaku supaya aku senang, aku sangat senang mendengarnya". 

Keempat mata keduanya saling berpandangan, untuk beberapa lama mereka tak bersuara. Setelah beberapa saat, Yingying berkata, "Ayahku tadinya adalah jiaozhu Riyue Shenjiao, kau sudah tahu tentang hal ini. Lalu Paman Dongfang......bukan, Dongfang Bubai, aku selalu memanggilnya paman, boleh dibilang sudah terbiasa, menjalankan sebuah tipu muslihat dan mengurung ayah, ia menipu semua orang dengan berkata bahwa ayah telah meninggal dunia dengan meninggalkan wasiat supaya ia mengantikannya sebagai ketua. Ketika itu aku masih kecil, Dongfang Bubai amat waspada dan licik, rencananya ini tak ada kelemahannya, aku juga sama sekali tak curiga. Untuk mengelabui orang, Dongfang Bubai amat memanjakan dan menghormatiku, apapun yang kukatakan, ia tak pernah menolaknya, oleh karena itu kedudukanku dalam agama kami sangat terhormat". Linghu Chong berkata, "Apakah bandit-bandit dunia persilatan itu semuanya bawahan Riyue Shenjiao?" Yingying berkata, "Mereka sebenarnya tak semuanya anggota resmi agama kami, kebanyakan cuma punya hubungan dengan Riyue Shenjiao saja, mereka sebelumnya telah menundukkan diri pada agama kami, para pemimpin mereka sebagian besar telah minum Sanshi Naoshen Dan kami". 

Linghu Chong mendengus. Saat itu di Mei Zhuang di Bukit Gu, ia telah melihat bagaimana tetua Sekte Iblis Bao Dachu, San Sanniang dan yang lainnya begitu melihat Sanshi Naoshen Dan berwarna merah menyala yang dibawa Ren Woxing, langsung ketakutan setengah mati, ketika mengingat kejadian saat itu, mau tak mau dahinya agak berkerut. 

Yingying meneruskan berbicara, "Setelah seseorang minum Sanshi Naoshen Dan ini, setiap tahun orang itu harus minum obat penawarnya, kalau racunnya sampai beraksi, orang itu akan mati dengan sangat mengenaskan. Dongfang Bubai bersikap amat bengis pada pendekar-pendekar dunia persilatan itu, begitu mereka sedikit tak menurut padanya saja, ia langsung menahan obat penawarnya, setiap kali hal itu terjadi, akulah yang harus mohon pengampunan untuk mereka supaya mereka bisa mendapatkan obat penawar itu". Linghu Chong berkata, "Kalau begitu kau adalah dewi penolong mereka". 

Yingying berkata, "Aku bukan dewi penolong segala, mereka datang memohon-mohon padaku sambil bersujud, aku tak tega untuk tak menghiraukan mereka. Ternyata ini juga bagian dari rencana Dongfang Bubai untuk mengelabui orang, ia ingin agar semua orang tahu bahwa ia amat menyayangi dan menghormatiku, dengan demikian tak ada orang yang curiga bahwa ia telah merebut jabatan ketua". 

Linghu Chong mengangguk dan berkata, "Orang ini memang benar-benar pandai bermuslihat". Yingying berkata, "Tapi kalau aku harus selalu memohon belas kasihan pada Dongfang Bubai, benar-benar menjemukan. Lagipula, keadaan di agama kami juga sangat berbeda dibandingkan dengan dahulu. Semua orang yang menemui Dongfang Bubai harus memuji-mujinya, benar-benar memuakkan. Musim semi tahun lalu, aku minta Keponakan Luzhuweng untuk menemaniku keluar bertamasya, ketika aku melihat Luchu Xiang di Luoyang yang tetap tenang di tengah keramaian, aku merasa bahwa tempat itu enak ditinggali dan akupun menyepi disana untuk beberapa waktu. Aku tak lagi harus mengurus urusan yang bukan urusanku dan juga tak usah mengucapkan perkataan-perkataan yang memalukan kepada Dongfang Bubai. Tak nyana aku malah berjumpa denganmu". Ia melirik Linghu Chong sambil mengenang pertemuan pertama mereka di Luchu Xiang, dengan pelan ia menghela napas, hatinya terasa hangat. Setelah beberapa lama, ia berkata, "Ribuan orang gagah yang datang ke Shaolin itu, tentu saja tak semuanya telah minum obat pemunah yang kumohonkan untuk mereka. Tapi asalkan ada seseorang yang telah menerima kebaikanku, sanak saudara, sahabat, saudara seperguruan, murid, bawahan dan anggota partai mereka tentu saja juga telah ikut menerima budiku. Lagipula, mereka datang ke Shaolin belum tentu demi diriku semata, kemungkinan besar mereka juga mendengar panggilan  Linghu Saoxia dan tak berani mangkir". Ketika berbicara sampai disini, ia mengerucutkan bibirnya. 

Linghu Chong menghela napas, lalu berkata, "Tak ada bagusnya kau mengikutiku, baru sebentar saja kau sudah pintar bersilat lidah". 

Yingying mendengus, lalu tertawa. Seumur hidupnya semua orang Riyue Shenjiao memperlakukannya bagai seorang putri, tak ada seorangpun yang berani membantahnya sedikitpun, ketika ia semakin besar, ia semakin angkuh dan suka mengatur, tak ada seorangpun yang berani bergurau dengannya. Saat ini ketika ia bersenda gurau dengan Linghu Chong adalah saat yang paling mengembirakan seumur hidupnya. 

Setelah beberapa lama, Yingying berpaling ke dinding gua, lalu berkata, "Kau memimpin begitu banyak orang ke Shaolin untuk menjemputku, tentu saja aku sangat senang. Orang-orang itu banyak omong, di belakang punggungku mereka berkata......berkata bahwa aku dengan sepenuh hati memperlakukanmu dengan baik, tapi kau adalah seorang berandal yang suka menebar pesona dimana-mana, dan tak pernah memperdulikanku......" Ketika berbicara sampai disini, suaranya makin lama makin pelan, sampai dengan amat lirih ia berkata, "Tapi dengan membuat keonaran besar seperti ini, kau telah memberi muka padaku, aku.......walaupun aku mati, aku tak akan menanggung sangkaan jelek lagi". 

Linghu Chong berkata, "Kau mengendongku ke Biara Shaolin untuk menyembuhkanku, tapi saat itu aku sama sekali tak mengetahuinya, setelah itu aku terkurung di sel bawah  danau di Mei Zhuang di Gushan, begitu aku keluar dari penjara, aku langsung terlibat dalam masalah Hengshan Pai. Setelah dengan susah payah mendengar mengenai apa yang terjadi, aku baru pergi menjemputmu, tapi kau sudah mengalami penderitaan yang tak sedikit disana".

Yingying berkata, "Di gunung belakang Biara Shaolin aku tak menderita. Aku tinggal sendirian di sebuah rumah batu, setiap sepuluh hari, ada seorang biksu tua yang datang mengantarkan kayu bakar dan beras, dan biasanya ada seorang pelayan wanita yang memasak dan mencuci baju untukku. Biksu tua dan pelayan wanita itu tak tahu apa-apa dan juga tak pernah berkata apapun. Sampai Dingxian Shitai dan Dingyi Shitai tiba di Shaolin dan kepala biara mengundangku untuk menemui mereka, aku baru tahu bahwa mereka tak mengajarkan Yijin Jing padamu. Ketika aku mengetahuinya, aku amat marah dan memaki-maki kepala biara. Dingxian Shitai menasehatiku supaya tak usah khawatir, ia berkata bahwa kau selamat dan dalam keadaan sehat, dan juga berkata bahwa kaulah yang meminta mereka untuk mohon pengampunan pada kepala Biara Shaolin". 

Linghu Chong berkata, "Setelah mendengarkan penjelasannya itu, kau tak lagi memaki kepala biara?" 

Yingying berkata, "Ketika kepala Biara Shaolin mendengarku memakinya, ia cuma tersenyum saja dan juga tak marah, katanya, 'Nushizhu, waktu itu laona ingin minta Pendekar Muda Linghu untuk menjadi murid Biara Shaolin, aku akan menjadikannya muridku, sehingga aku bisa mengajarkan Yijin Jing perguruan kami kepadanya untuk membantunya mengeluarkan berbagai macam tenaga dalam tubuhnya. Tapi ia berkeras tak mau melakukannya, maka aku tak bisa memaksanya. Lagipula, saat itu ketika kau mengendong dia ke......saat itu ketika ia datang kemari, hidupnya berada di ujung tanduk, namun ketika ia menuruni gunung ini, walaupun luka dalamnya belum sembuh, tapi ia sudah dapat berjalan seperti biasa, paling tidak dalam hal ini Biara Shaolin juga sedikit berjasa'. Kupikir perkataannya ini cukup masuk akal, maka aku berkata, "Kalau begitu kenapa kau masih menahanku disini? Orang beragama tak boleh berbohong, kalian ini bukannya sedang menipu orang?" 

Linghu Chong berkata, "Benar. Mereka seharusnya tak menyembunyikan hal itu darimu". Yingying berkata, "Tapi kepala biara memberiku sebuah alasan lain. Ia berkata bahwa dengan menahanku di Gunung Shaoshi, ia berharap agar ajaran Buddha dapat mengubah sifatku yang telengas, benar-benar ngawur". Linghu Chong berkata, "Benar, masa kau punya sifat telengas?" Yingying berkata, "Kau tak usah bermulut manis untuk menyenangkan hatiku. Tentu saja aku punya sifat telengas, dan aku tak sekedar mempunyai sifat itu, bahkan sifatku itu cukup menonjol. Tapi kau tenang saja, aku tak mungkin melampiaskannya padamu". Linghu Chong berkata, "Atas perlakuanmu yang istimewa itu padaku, aku mengucapkan banyak terima kasih". 

Yingying berkata, "Saat itu aku berkata pada kepala biara, 'Kau sudah tua begini, tapi menganiaya kami yang masih muda ini, apa kau tak malu?' Si kepala biara berkata, 'Saat itu kau dengan sukarela mengorbankan nyawamu di Biara Shaolin untuk ditukar dengan nyawa Linghu Saoxia. Walaupun kami tak menyembuhkan Linghu Saoxia, kami juga tak menginginkan nyawamu. Menurut perkataan kedua shitai Hengshan Pai itu, akhir-akhir ini Linghu Saoxia banyak melakukan perbuatan baik untuk membela keadilan di dunia persilatan, aku ikut senang. Dengan memandang muka emas kedua shitai Hengshan Pai itu, kau silahkan turun gunung'. Ia juga berjanji akan membebaskan lebih dari seratus kawan-kawan dunia persilatanku, aku benar-benar telah menerima kebaikannya, maka aku menghormat beberapa kali padanya. Setelah itu, aku turun gunung bersama kedua shitai itu. Kemudian di kaki gunung kami mendengar kabar bahwa kau sudah memimpin ribuan orang pergi ke Biara Shaolin untuk menjemputku. Kedua shitai itu berkata bahwa Biara Shaolin sedang kesusahan dan mereka tak bisa berpangku tangan saja. Maka kami berpisah, mereka ingin supaya aku menghentikanmu. Tak nyana kedua qianbei yang baik hati itu malah tewas di Biara Shaolin". Ketika berbicara tentang hal itu, ia menghela napas panjang dan tak kuasa menahan air matanya berlinangan.

Linghu Chong menghela napas, lalu berkata, "Entah siapa yang menurunkan tangan keji pada mereka. Di tubuh kedua shitai itu sama sekali tak ada bekas luka, bahkan cara mereka tewaspun tak diketahui". 

Yingying berkata, "Kata siapa tak ada bekas lukanya? Ketika aku, ayah dan Paman Xiang melihat jasad kedua biksuni itu di biara, aku membuka pakaian mereka untuk memeriksa tubuh mereka dan melihat bahwa di dada mereka ada titik merah sebesar lubang jarum, mereka telah dibunuh orang dengan jarum baja". 

"Ah!", ujar Linghu Chong, ia melompat bangkit dan berkata, "Jarum beracun? Di dunia persilatan, siapa yang memakai jarum beracun?" 

Yingying berkata, "Pengalaman ayah dan Paman Xiang amat luas, tapi mereka juga tak tahu. Kata ayah, jarum itu bukan jarum beracun, melainkan senjata yang kalau ditusukkan ke titik-titik penting akan mengakibatkan kematian, tapi jarum yang menusuk 
dada Dingxian Shitai itu agak melenceng". Linghu Chong berkata, "Benar. Ketika aku berjumpa dengan Dingxian Shitai, ia masih bernapas. Jarum itu ditusukkan ke dadanya, maka jelas bukan serangan gelap, tapi pasti sebuah pertarungan dimana mereka saling bertatap muka. Orang yang membunuh kedua shitai itu pastilah seorang jago yang ilmu silatnya sangat tinggi". Yingying berkata, "Ayahku juga berkata begitu. Karena kita telah memiliki beberapa petunjuk ini, kalau kita hendak mencari pembunuh mereka, kurasa juga tidak sulit". 

Linghu Chong mengebrak dinding gua, dengan lantang ia berkata, "Yingying, kita berdua harus menggunakan sisa hidup kita untuk membalas dendam bagi kedua shitai itu". Yingying berkata, "Tentu saja". 

Sambil bertumpu pada dinding gua, Linghu Chong mencoba untuk berdiri, namun ia merasa keempat anggota tubuhnya dapat bergerak seperti biasanya, dan dadanya juga 
tak terasa sakit, seakan ia sama sekali tak terluka, maka ia berkata, "Ini aneh, guruku menendangku, tapi sepertinya ia sama sekali tak melukaiku". 

Yingying berkata, "Kata ayah, kau sudah menghisap tak sedikit tenaga dalam orang-orang lain, maka tenaga dalammu sudah jauh melebihi gurumu. Tapi karena kau tak mau menggunakan tenaga dalammu untuk melawan gurumu, kau jadi terluka, tapi kau dilindungi oleh tenaga dalam yang berlimpah sehingga lukamu amat ringan. Paman Xiang telah memijatmu beberapa kali untuk merangsang tenaga dalammu sendiri untuk menyembuhkan lukamu, maka kau cepat sembuh. Akan tetapi kenapa tulang kering gurumu sebaliknya bisa patah adalah sangat aneh. Ayah sudah memikirkannya selama setengah hari, tapi tak dapat menjelaskannya". Linghu Chong berkata, "Karena tenaga dalamku sudah kuat, ketika shifuku menendangku, serangan balik dari tenaga dalamku mematahkan tulang kaki beliau, apanya yang aneh?" Yingying berkata, "Bukan seperti itu. Kata ayah, tenaga dalam yang dihisap dari orang lain dapat melindungi tubuh, tapi kau harus mengerahkannya supaya dapat melukai orang, dibandingkan dengan tenaga dalam yang dilatih sendiri, tenaga itu masih kalah setingkat". 

Linghu Chong berkata, "Ternyata begitu". Ia tak terlalu paham bagaimana hal itu terjadi, maka ia tak lagi memikirkannya secara mendalam, ia hanya mengingat bagaimana ia telah melukai sang guru dan terlebih lagi membuatnya kehilangan muka di hadapan begitu banyak jago-jago dunia ini, ia merasa amat bersalah. 

Untuk beberapa saat, keduanya saling berhadapan muka tanpa bersuara, terkadang mereka mendengar suara gemeretak pelan dari api unggun yang berkobar diluar gua, namun mereka melihat bahwa diluar gumpalan-gumpalan salju besar melayang-layang di udara, dibandingkan dengan saat mereka berada di Gunung Shaoshi, hujan salju ini lebih lebat.

* * * 

Sekonyong-konyong, Linghu Chong mendengar suara napas berat seseorang dari 
arah barat di luar gua, ia segera berkonsentrasi untuk mendengarkannya dengan seksama, tenaga dalam Yingying tak setinggi tenaga dalamnya dan ia tak mendengar suara itu, namun ketika melihat raut wajahnya, ia bertanya, "Apa yang kau dengar?" Linghu Chong berkata, "Barusan ini aku mendengar suara napas tersengal-sengal, ada orang yang datang. Tapi suara napas itu memburu, ilmu silat orang itu rendah, tak usah dikhawatirkan". Ia bertanya lagi, "Dimana ayahmu?" 

Yingying berkata, "Ayah dan Paman Xiang berkata bahwa mereka ingin jalan-jalan di luar". Saat mengucapkan perkataan itu, wajahnya merona merah, ia tahu bahwa sang ayah sengaja menghindar, supaya setelah Linghu Chong siuman, ia dan dirinya dapat mengobrol dan melepas rindu setelah mereka lama berpisah. 

Linghu Chong kembali mendengar suara napas orang, ia berkata, "Ayo kita keluar untuk melihat-lihat". Ketika mereka berdua keluar dari gua, mereka melihat bahwa jejak kaki Ren dan Xiang berdua telah setengah tertutup salju yang baru turun. Linghu Chong menunjuk ke arah kedua jejak kaki itu seraya berkata, "Suara napas itu berasal dari sana". 

Mereka berdua mengikuti jejak kaki itu, setelah berjalan beberapa zhang jauhnya, mereka berbelok ke sebuah lembah dan mendadak melihat Ren Woxing dan Xiang Wentian berdiri berendeng pundak di tanah yang diselimuti salju, namun mereka sama sekali tak bergerak-gerak. Mereka berdua terkejut dan dengan serentak memburu ke depan. 

Yingying berteriak, "Ayah!" Ia mengangsurkan tangannya dan menarik tangan kiri Ren Woxing, ketika ia baru menyentuh tubuh sang ayah, sekujur tubuhnya gemetar, ia merasakan seberkas hawa dingin yang menusuk sumsum mengalir masuk dari tangannya. Dengan terkejut ia berkata, "Ayah.....kau.......kau kenapa......" Sebelum sempat menyelesaikan perkataannya, sekujur tubuhnya telah menggigil kedinginan dan giginya bergemeletukan, namun ia mengerti bahwa setelah sang ayah terkena Hanbing Zhenqi Zuo Lengchan, ia terus berusaha untuk menekannya, namun sekarang ia tak lagi mampu menahannya dan hawa dinginpun menyeruak keluar. Xiang Wentian sedang berusaha dengan sekuat tenaga untuk membantu ayahnya mengeluarkan hawa dingin itu. Di Biara Shaolin, Ren Woxing terkena tipu muslihat Zuo Lengchan sehingga ia tertotok, setelah mereka turun gunung, ia telah menceritakan peristiwa ini kepadanya secara ringkas. 

Namun Linghu Chong masih belum mengerti, di bawah cahaya yang terpantul di salju, ia melihat raut wajah Ren dan Xiang berdua amat serius, menyusul Ren Woxing beberapa kali bernapas dengan tersengal-sengal, saat itu ia baru sadar bahwa suara napas tersengal-sengal yang didengarnya sebelumnya berasal darinya. Ketika ia melihat Yingying menggigil, ia segera mengangsurkan tangannya dan mengenggam tangan kiri gadis itu, seketika itu juga, ia merasakan hawa dingin menembus tubuhnya. Ia langsung paham bahwa setelah Ren Woxing terkena tenaga dalam dingin lawan yang bersifat yin, ia sedang dalam proses untuk membuyarkannya dengan sekuat tenaga sesuai dengan cara membuyarkan tenaga yang terukir di lempengan besi yang terdapat di dasar Xihu, sehingga tenaga dingin yang menembus ke dalam tubuhnya itu dapat perlahan-lahan buyar. 

Ketika Ren Woxing mendapat bantuan Linghu Chong, ia langsung merasa lega, tenaga dalam Xiang Wentian dan Ren Yingying sama sekali berlainan dengan tenaga dalam yang dilatihnya, mereka hanya bisa membantunya menekan hawa dingin itu, namun tak  bisa membuyarkannya. Ia sendiri telah mengerahkan segenap tenaganya untuk mencegah tubuhnya tak membeku dan sudah tak punya tenaga lagi untuk membuyarkan hawa dingin itu, setelah lama bertahan, makin lama ia makin kelelahan. Cara yang digunakan Linghu Chong untuk membuyarkan hawa dingin itu adalah harapan terakhirnya untuk dapat dengan sedikit demi sedikit mengeluarkan hawa dingin itu dari tubuhnya dan membuyarkannya. 

Keempat orang itu berdiri di tengah salju sambil bergandengan tangan dengan kaku seperti patung. Gumpalan-gumpalan salju besar berjatuhan di atas kepala dan wajah mereka dan sedikit demi sedikit menyelimuti rambut, mata, hidung dan pakaian mereka berempat. 

Sambil mengerahkan tenaga, Linghu Chong diam-diam merasa heran, "Kenapa ketika bunga salju jatuh di wajah, bunga salju itu tak meleleh?" Ia tak tahu bahwa Hanbing Zhenqi yang dilatih Zuo Lengchan amat lihai, hawa dingin yang menyebar dari tenaga itu jauh lebih dingin dari es dan salju. Saat ini organ-organ dalam dan darah mereka masih hangat, namun daging dan kulit mereka sudah sedingin es, sehingga ketika bunga es jatuh ke wajah mereka, bunga es ternyata itu sama sekali tak meleleh, dibandingkan dengan salju yang menumpuk di tanah, mereka lebih cepat tertimbun salju. 

Setelah beberapa lama, hari berangsur terang, hujan salju yang lebat masih terus turun. 
Linghu Chong khawatir tubuh seorang wanita Yingying yang lemah tak kuat menahan serbuan hawa dingin yang terus menerus, hanya saja hawa dingin beracun yang berada dalam tubuh Ren Woxing belum dapat seluruhnya dikeluarkan, walaupun suara napas tersengal-sengal tak lagi terdengar, namun ia tak tahu apakah saat ini mereka sudah dapat memisahkan diri, dan ia juga tak tahu apakah setelah mereka memisahkan diri keadaannya akan berubah. Karena masih bimbang, ia terpaksa terus membantu Ren Woxing membuyarkan hawa dingin, untungnya dari telapak tangan Yingying, ia dapat merasakan bahwa walaupun kulitnya terasa dingin, namun tubuhnya sudah tak lagi menggigil. Dari telapak tangannya sendiri ia juga samar-samar dapat merasakan denyut nadi di pembuluh darah di telapak tangan Yingying. Saat ini beberapa cun salju telah menumpuk di atas matanya, secara samar-samar ia melihat bahwa hari sudah terang, namun selain itu ia tak bisa melihat apa-apa lagi. Ia segera menambah tenaga yang dikerahkannya untuk sedikit demi sedikit mengeluarkan hawa dingin dalam tubuh Ren Woxing melalui delapan pembuluh Qijing dan lalu memaksanya keluar dari titik Shaoshang, Shangyang dan titik-titik lain yang terdapat di jari tangan. 

* * * 

Setelah beberapa lama, mendadak dari timur laut terdengar suara kaki kuda, mereka berlari makin dekat, terdengar bahwa penunggang kuda yang satu berada di depan, sedangkan yang satunya lagi berada di belakangnya, menyusul terdengar seseorang berseru keras-keras, "Shimei, Shimei, dengarlah perkataanku". 

Walaupun kedua telinga Linghu Chong tertutup salju, ia masih dapat mendengar dengan jelas, suara itu adalah suara sang guru, Yue Buqun. Kedua penunggang kuda itu terus mendekat, terdengar Yue Buqun berseru, "Kau tak mengerti alasannya tapi kau langsung marah, dengarkan aku dulu". Lalu terdengar Nyonya Yue berkata, "Kalau aku sendiri yang tak senang, untuk apa kau mengurusinya? Apa yang ingin kau katakan?" Dari suara teriakan mereka dan suara kaki kuda, nampaknya Nyonya Yuelah yang berada di depan dan Yue Buqun mengejar di belakangnya. 

Linghu Chong amat heran, "Shiniang marah besar, entah bagaimana shifu telah membuatnya tersinggung". 

Namun kuda yang ditunggangi Nyonya Yue terdengar terus berlari, "Oh!", tiba-tiba terdengar ia menjerit, menyusul kudanya meringkik panjang, kemungkinan karena ia mendadak menarik kekang kuda agar berhenti, kuda dan penunggangnya sama-sama berdiri. Tak seberapa lama kemudian, Yue Buqun telah menyusulnya dengan kudanya, ia berseru, "Shimei, lihatlah keempat tumpukan salju ini, mereka sungguh mirip orang-orangan, benar tidak?" Nyonya Yue mendengus, sepertinya ia masih gusar, lalu ia berkata pada dirinya sendiri, "Di tengah belantara ini, mana ada orang yang membuat manusia salju?" 

Linghu Chong berpikir, "Di belantara ini mana ada manusia salju?" Namun ia segera mengerti, "Tubuh kami berempat penuh tumpukan salju tebal sehingga shifu dan shiniang mengira kami manusia salju". Guru dan ibu guru berada di depan matanya dan keadaan saat itu menjadi aneh, namun juga amat lucu. Namun setelah itu ia juga merasa khawatir, "Begitu shifu tahu kami berempat ada disini, ia pasti akan menikam kami. Kalau ia hendak membunuh kami sekarang, akan sangat mudah, ia tak perlu menggunakan banyak tenaga untuk melakukannya". 

Yue Buqun berkata, "Di tanah bersalju ini tak ada jejak kaki, keempat manusia salju ini tentunya telah dibuat beberapa hari yang lalu. Shimei, coba kau lihat, sepertinya tiga diantara mereka adalah pria, dan yang seorang lagi wanita". Nyonya Yue berkata, "Kulihat mereka semua kurang lebih sama, bagaimana mana kau bisa membedakan mana yang pria dan wanita?" Ia berseru untuk menyuruh kudanya berlari lagi. Yue Buqun berkata, "Shimei, kenapa buru-buru? Disini tak ada orang, ayo kita bicara baik-baik, bukankah ini hal yang baik?" Nyonya Yue berkata, "Buru-buru bagaimana? Aku mau pulang ke Huashan. Kalau kau suka menjilat Zuo Lengchan, pergilah sendiri ke Songshan". 

Yue Buqun berkata, "Kata siapa aku suka menjilat Zuo Lengchan? Aku adalah ketua Huashan Pai yang terhormat, untuk apa aku tunduk pada Songshan Pai?" Nyonya Yue berkata, "Benar! Aku tak mengerti kenapa kau harus menunduk-tunduk pada Zuo Lengchan dan mematuhi perintahnya? Walaupun dia adalah mengzhu Wuyue Jianpai, ia tak punya hak untuk mencampuri urusan Huashan Pai kita. Kalau kelima perguruan pedang dilebur menjadi satu, apakah masih akan ada nama Huashan di dunia persilatan? Saat itu ketika guru menyerahkan jabatan ketua Huashan Pai kepadamu, apa yang beliau katakan?" Yue Buqun berkata, "Enshi agar aku mengembangkan Huashan Pai". Nyonya Yue berkata, "Benar. Kalau kau menyetujui maksud Zuo Lengchan dan memasukkan Huashan Pai ke dalam Songshan Pai, bagaimana kau bisa tak mengecewakan shifu di alam baka? Seperti kata pepatah, lebih baik menjadi paruh ayam daripada pantat kerbau. Huashan Pai walaupun kecil, namun kita dapat mengurus diri sendiri, dan tak perlu bergantung pada orang lain". 

Yue Buqun menghela napas, lalu berkata, "Adik, ilmu silat Dingxian dan Dingyi Shitai dari Hengshan Pai kalau dibandingkan dengan kita berdua, siapa yang lebih unggul?" Nyonya Yue berkata, "Kita belum pernah bertanding dengan mereka, menurutku hampir sama. Untuk apa kau menanyakan hal ini?" Yue Buqun berkata, "Menurutku juga kira-kira sama, kedua shitai yang tewas di Biara Shaolin itu jelas dibunuh oleh Zuo Lengchan". 

Pikiran Linghu Chong terguncang, sebelumnya ia memang sudah mencurigai Zuo Lengchan, kalau tidak orang lain tak ada yang kungfunya begitu tinggi. Walaupun ilmu silat ketua Shaolin dan Wudang tinggi, namun mereka berdua adalah tokoh-tokoh yang telah mencapai pencerahan, mereka tak mungkin mencelakai orang seperti itu. Songshan Pai sudah beberapa kali mengepung ketiga shitai Hengshan Pai itu, namun tak berhasil, kali ini tentunya Zuo Lengchanlah yang bertindak sendiri. Ren Woxing yang begitu lihai kungfunya saja tumbang di tangan Zuo Lengchan, kedua shitai  Hengshan Pai itu tentunya bukan tandingannya. 

Nyonya Yue berkata, "Lalu kalau itu ternyata perbuatan Zuo Lengchan bagaimana? Kalau kau punya bukti, pangillah para pendekar zhengpai untuk bertemu dan bersama-sama menyatakan Zuo Lengchan bersalah serta membalas dendam kedua shitai itu". Yue Buqun berkata, "Pertama, tak ada bukti. Kedua, kita terlalu lemah untuk melawannya". 

Nyonya Yue berkata, "Terlalu lemah untuk melawannya bagaimana? Kita minta saja Kepala Biara Fang Zheng dari Biara Shaolin dan Chong Xu Daozhang dari Wudang Pai untuk menyelesaikan masalah ini secara adil, memangnya Zuo Lengchan berani berbuat apa?" Yue Buqun berkata, "Aku khawatir jangan-jangan sebelum kita sempat mengundang Kepala Biara Fang Zheng dan yang lainnya, kita suami istri sudah akan bernasib seperti kedua shitai itu". Nyonya Yue berkata, "Menurutmu, Zuo Lengchan akan membunuh kita berdua? Hah, kita sudah punya kedudukan di dunia persilatan, untuk apa kita harus takut padanya? Kalau kita takut pada harimau di depan dan serigala di belakang, bagaimana kita bisa malang melintang di dunia persilatan?" 

Diam-diam Linghu Chong merasa kagum, "Walaupun ibu guru adalah kaum hawa yang lemah, namun semangat kepahlawanannya melebihi kaum pria". 

Yue Buqun berkata, "Kalau kita berdua mati tak ada artinya, tapi apa gunanya? Kalau Zuo Lengchan diam-diam turun tangan dan kita berdua mati tanpa diketahui sebabnya, bukankah akhirnya ia masih akan dapat mendirikan Wuyue Pai itu? Mungkin ia malah bisa membuat fitnah keji dan menimpakannya ke kepala kita berdua". Nyonya Yue mengumam pada dirinya sendiri dan tak berbicara. Yue Buqun kembali berbicara, "Kalau kita suami istri mati, murid-murid Huashan Pai akan menjadi sasaran empuk Zuo Lengchan, mereka mana bisa melawannya? Bagaimanapun juga, kita harus memikirkan Shan er". 

Nyonya Yue mendehem, agaknya akhirnya perkataan sang suami mengerakkan hatinya. Setelah beberapa saat, ia baru berbicara, "Hmm, untuk sementara ini kita tak akan membongkar rencana keji Zuo Lengchan, seperti katamu, di depannya kita akan berpura-pura menurut sambil menunggu kesempatan untuk bertindak". 

Yue Buqun berkata, "Kalau kau setuju melakukan hal ini, bagus sekali. Pixie Jianpu warisan keluarga Pingzhi ternyata telah digelapkan oleh si maling kecil Linghu Chong itu, kalau ia bersedia memberikannya kepada Pingzhi, dan murid-murid Huashan kita semua mempelajarinya, untuk apa kita takut pada Zuo Lengchan lagi? Bagaimana Huashan Pai kita sampai bisa berada di ujung tanduk seperti ini dan sulit bertahan?"

Nyonya Yue berkata, "Kenapa kau masih mencurigai Chong er hanya karena ilmu pedangnya tiba-tiba maju pesat? Apa menurutmu hal itu terjadi karena ia mencuri Pixie Jianpu warisan keluarga Ping er? Dalam pertarungan di Biara Shaolin, jago-jago kelas wahid seperti Fang Zheng Dashi dan Chongxu Daozhang sendiri mengatakan bahwa ilmu pedangnya yang hebat diajarkan oleh Feng Shishu. Walaupun Feng Shishu anggota Faksi Pedang, namun bagaimanapun juga ia masih anggota Huashan Pai juga. Chong er bergaul dengan orang-orang sesat Mojiao, perbuatannya ini sangat tak benar, namun bagaimanapun juga, kita tak boleh menuduhnya telah mengelapkan Pixie Jianpu secara tak adil. Kalau kau tak percaya pada perkataan Fang Zheng Dashi dan Chongxu Daozhang, perkataan siapa lagi di dunia ini yang kau percayai?" 

Ketika Linghu Chong mendengar bagaimana ibu guru berbicara membela dirinya, ia merasa amat berterima kasih, ia ingin memburu ke depan dan memeluknya. 

Sekonyong-konyong, kepalanya tergetar beberapa kali, ternyata ada seseorang yang sedang memukul kepalanya, pikirnya, "Celaka, tempat persembunyian kita telah diketahui orang. Hawa dingin beracun Ren Jiaozhu belum dapat dikeluarkan seluruhnya, kalau shifu serta shiniang juga menempurku, bagaimana sebaiknya?" Ia merasakan tenaga dalam yang mengalir dari tangan Yingying beberapa kali bergetar, ia menduga bahwa hati Ren Woxing tentunya juga tak tenang. Namun setelah ubun-ubunnya beberapa kali dipukul dengan pelan oleh seseorang, tak ada gerakan lain. 

Terdengar Nyonya Yue berkata, "Kemarin ketika kau bertarung dengan Chong er, kau melancarkan empat jurus yaitu  'Kembalinya Si Anak Hilang', 'Cemara Hijau Menyambut Tamu', 'Nong Yu Meniup Seruling' dan 'Xiao Shi Menunggang Naga' secara berturut-turut, sebenarnya apa maksudmu?" Yue Buqun tertawa terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Walaupun watak maling kecil itu rendah, bagaimanapun juga ia adalah anak yang kita besarkan sendiri, melihat dia menyeleweng ke jalan sesat tanpa bisa berbuat apa-apa sangatlah menyedihkan, kalau ia mau menjadi si anak hilang yang kembali, aku akan menerimanya kembali dalam perguruan". Nyonya Yue berkata, "Aku mengerti maksudmu. Tapi bagaimana dengan dua jurus lainnya?" Yue Buqun berkata, "Dalam hatimu kau sudah mengerti, tapi kenapa kau masih bertanya padaku?" Nyonya Yue berkata, "Kalau Chong er bersedia kembali ke jalan yang benar, kau berjanji akan menikahkan dia dengan Shan er, benar tidak?" Yue Buqun berkata, "Benar". Nyonya Yue berkata, "Kau memberi isyarat seperti itu kepadanya hanya karena kebutuhan sesaat, atau apakah kau bersungguh-sungguh?". 

Yue Buqun tak bersuara. Linghu Chong lagi-lagi merasakan ubun-ubunnya diketuk-ketuk dengan pelan, ia segera sadar bahwa Yue Buqun sedang berpikir sambil mengetuk-ketuk kepala manusia salju, dan bukannya telah menemukan mereka berempat.

Terdengar Yue Buqun berkata lagi, "Perkataan yang diucapkan seorang lelaki sejati seteguh gunung, aku sudah berjanji padanya dan tak bermaksud mengingkari perkataanku". Nyonya Yue berkata, "Ia begitu tergila-gila pada perempuan Mojiao itu, masa kau tak tahu?" Yue Buqun berkata, "Tidak, ia cuma merasa berterima kasih pada perempuan siluman itu, ia belum tentu tergila-gila padanya. Perlakuannya sehari-hari pada Shan er sangat berbeda dengan caranya memperlakukan perempuan siluman itu, masa kau tak melihatnya?" Nyonya Yue berkata, "Tentu saja aku sudah melihatnya. Menurutmu ia masih punya perasaan terhadap Shan er?" Yue Buqun berkata, "Tak sekedar punya perasaan padanya, bahkan......bahkan merindukannya siang dan malam. Setelah ia mengerti arti jurus-jurus pedangku itu, apa kau tak melihat ekspresi wajahnya yang girang tak kepalang, seakan mendapat durian runtuh?" Nyonya Yue berkata dengan dingin, "Karena itu, kau menggunakan Shan er sebagai umpan untuk memancingnya? Kau memakai Shan er supaya ia mau mengalah padamu?" 

Walaupun telinga Linghu Chong tertutup salju, ia masih bisa mendengar bahwa perkataan ibu guru itu penuh dengan rasa marah dan sinis. Nada bicara seperti ini belum pernah didengarnya dari mulut ibu guru. Suami istri Yue Buqun selalu memandangnya sebagai putra mereka, biasanya saat berbicara di depannya, mereka tak pernah menyembunyikan apapun darinya. Watak Nyonya Yue tak sabaran, dalam masalah rumah tangga, ia terkadang berselisih dengan suaminya, hal ini sudah biasa, tapi dalam masalah perguruan atau murid-murid mereka, ia selalu menghormati kedudukan suaminya sebagai ketua perguruan dan sama sekali tak pernah membantahnya. Kalau ia sekarang sampai berbicara seperti itu, hal itu menunjukkan bahwa hatinya amat tak senang.

Yue Buqun menghela napas panjang, lalu berkata, "Ternyata bahkan kau sendiri juga tak paham maksudku. Keuntungan dan kehormatan bagi diriku sendiri tak penting, namun kemajuan dan kesuksesan Huashan Pai kita amat penting. Kalau aku akhirnya dapat membujuk Linghu Chong untuk kembali ke Huashan, itu berarti bahwa empat masalah besar sekaligus dapat dipecahkan". Nyonya Yue berkata, "Empat masalah besar apa yang dapat sekaligus dipecahkan?" Yue Buqun berkata, "Ilmu pedang Linghu Chong luar biasa cemerlang, jauh melebihi ilmu pedangku. Kalau ia mendapatkannya dari Pixie Jianpu, tak apa-apa, kalau ia mempelajarinya dari Feng Shishu juga tak apa, kalau ia bisa kembali ke Huashan, Huashan Pai kita akan termasyur, nama kita akan melambung di kolong langit, ini adalah masalah besar pertama. Rencana Zuo Lengchan untuk mencaplok Huashan Pai akan sulit dijalankan, ketiga perguruan Taishan, Hengshan, dan Heng Shan juga akan dapat diselamatkan, ini adalah masalah besar kedua. Kalau ia kembali ke aliran lurus, Mojiao tak hanya kehilangan seorang pembantu yang kuat, tapi malah mendapat seorang musuh yang hebat, zhengpai akan berjaya dan xiepai akan mundur, ini adalah masalah besar ketiga. Adik, menurutmu apakah ini benar?" 

Nyonya Yue berkata, "Hmm, apa masalah besar keempat?" Yue Buqun berkata, "Inilah masalah besar keempat, kita suami istri tak punya anak lelaki, kita selalu menganggap Chong er sebagai putra kandung kita sendiri. Ketika ia jatuh ke dalam kesesatan, aku merasa amat sedih. Usiaku sudah tidak muda lagi, apa artinya nama kosong di dunia ini? Asalkan ia benar-benar dapat membuka lembaran baru, kita sekeluarga akan dapat berkumpul kembali dengan gembira, bukankah ini hal yang sangat membahagiakan?" 

Ketika mendengarkan sampai disini, mau tak mau pikiran Linghu Chong menjadi galau, "Shifu! Shiniang!", kedua kata itu hampir saja diteriakkannya.

Nyonya Yue berkata, "Shan er dan Ping er cocok satu sama lain, masa kau tega memisahkan mereka berdua dan membuat Shan er menyesal seumur hidupnya?" Yue Buqun berkata, "Aku melakukan hal ini demi kebaikan Shan er". Nyonya Yue berkata, "Demi kebaikan Shan er? Pingzhi rajin dan telaten, serta selalu bersikap sopan, apanya yang tidak baik?" Yue Buqun berkata, "Walaupun Pingzhi rajin, namun kalau dibandingkan dengan Linghu Chong bagaikan bumi dan langit. Ia kurang berbakat, kalaupun ia seumur hidupnya memacu kudanya, ia tak akan dapat mengejarnya". Nyonya Yue berkata, "Apakah kalau ilmu silatnya tinggi, lantas akan menjadi suami yang baik? Aku sangat berharap agar Chong er dapat bertobat dan kembali ke perguruan kita. Tapi ia suka membuat onar dan keras kepala, angin-anginan dan suka minum-minum, kalau Shan er menikahinya, ia pasti akan menderita seumur hidupnya". 

Dalam hati Linghu Chong merasa malu, pikirnya, "Ibu guru berkata bahwa aku ini "suka membuat onar dan keras kepala, angin-anginan dan suka minum-minum", penilaiannya ini memang benar. Akan tetapi kalau aku benar-benar dapat menikahi xiao shimei, mana mungkin aku akan mengecewakannya? Tidak, sama sekali tak mungkin! Kalau aku harus menuruti peraturan, aku akan menurutinya, kalau aku harus berhenti minum-minum, aku juga akan menghentikannya!" 

Yue Buqun kembali menghela napas, lalu berkata, "Tapi aku cuma mimpi di siang bolong saja, maling kecil itu sudah terperosok terlalu dalam, pembicaraan kita ini tak ada gunanya. Shimei, apakah kau masih marah padaku?" 

Nyonya Yue tak menjawab, setelah beberapa lama, ia baru kembali bertanya, "Apakah kakimu amat sakit?" Yue Buqun berkata, "Cuma luka luar saja, tidak serius. Ayo kita pulang ke Huashan". "Hmm", dehem Nyonya Yue. Terdengar suara dua orang penunggang kuda mencongklang di atas salju, sedikit demi sedikit menjauh. 

* * * 

Catatan Kaki Penerjemah

[1] Dalam Bahasa Mandarin, seseorang yang bermulut manis disebut orang yang mulutnya berminyak.

Bagian kedua

Pikiran Linghu Chong galau, ia berulangkali memikirkan perkataan yang barusan ini diucapkan guru dan ibu guru itu hingga tak nyana ia lupa untuk mengerahkan tenaga, mendadak seberkas hawa dingin menyeruak dari telapak tangannya, mau tak mau ia menggigil kedinginan, ia merasakan dingin yang luar biasa menembus tulang-tulangnya, maka ia cepat-cepat mengerahkan tenaga untuk melawannya. Ketika ia sedang mengerahkan tenaganya, mendadak ia merasakan bahwa aliran tenaga dalam di bahu kirinya terhalang dan tak bisa ditembus, maka ia cepat-cepat menarik napas dan mengerahkan tenaga. Akan tetapi ia mempelajari Xixing Dafa hanya dari rumus yang terukir di lempengan besi tanpa diberi petunjuk oleh seorang guru, hal-hal yang mendalam dan luar biasa di dalamnya belum pernah dijelaskan oleh seorang guru kepadanya, sekarang ketika ia hendak memaksa tenaga dalam itu keluar, tenaganya malah makin bercabang, bahkan sebelumnya lengan kirinya juga telah menjadi kaku. Menyusul pembuluh-pembuluh di sisi kiri tubuhnya menjadi kebas, selain itu bagian tubuhnya dari pinggang kiri ke bawah sampai kaki kiri juga ikut menjadi kebas juga. Linghu Chong menjadi cemas dan ketakutan, ia membuka mulut untuk berteriak, namun ternyata bibirnya sudah tak lagi dapat bergerak. 

Tepat pada saat itu, terdengar suara kaki kuda, lagi-lagi ada dua orang penunggang kuda mencongklang mendekat. Seseorang berkata, "Jejak kaki kuda di tempat ini berantakan, ayah dan mama tentunya telah berhenti disini". Itu adalah suara Yue Lingshan, Linghu Chong terkejut sekaligus girang, "Kenapa xiao shimei bisa ikut datang kesini?" Terdengar seseorang lain berkata, "Kaki shifu terluka, tak usah berlama-lama di tepi jalan ini, ayo kita cepat mengikuti jejak ini". Itulah suara Lin Pingzhi. Linghu Chong berkata dalam hati, "Aku tahu, jejak kaki kuda itu terlihat jelas di atas tanah bersalju. Xiao shimei dan Lin Shidi mencari shifu dan shiniang sampai kesini". 

Yue Lingshan mendadak berseru, "Xiao Linzhi, lihatlah, empat manusia salju ini menarik sekali, mereka berbaris sambil bergandengan tangan". Lin Pingzhi berkata, "Sepertinya di dekat-dekat sini tak ada orang, bagaimana bisa ada orang yang bermain-main kesini dan membuat manusia salju?" Yue Lingshan tertawa dan berkata, "Ayo kita main-main dan membuat dua manusia salju, bagaimana?" Lin Pingzhi berkata, "Baiklah, kita buat satu lelaki dan yang satunya lagi perempuan, dan mereka juga bergandengan tangan". Yue Lingshan turun dari kuda, lalu mulai mengeruk dan menumpuk salju. 

Lin Pingzhi berkata, "Yang paling penting adalah mencari shifu dan shiniang. Setelah menemukan mereka, kita masih bisa main-main membuat manusia salju". Yue Lingshan berkata, "Kau merusak kesenangan orang saja. Walaupun kaki ayah terluka, tapi kalau naik kuda ia seperti tidak terluka saja, ada mama yang menemaninya, masa kau khawatir ada orang yang akan membuat susah mereka? Ketika mereka berdua malang melintang di jianghu dengan pedang mereka, kau belum lahir, tahu". Lin Pingzhi berkata, "Perkataanmu itu benar. Tapi kalau kita belum menemukan shifu dan shiniang, dan kita malah bermain-main disini, hatiku rasanya tidak enak". Yue Lingshan berkata, "Baiklah, aku menurut padamu. Tapi setelah kita menemukan ayah dan mama, kau harus menemaniku membuat dua manusia salju yang cantik". Lin Pingzhi berkata, "Tentu saja". 

Linghu Chong berpikir, "Kukira dia akan berkata, 'Sama cantiknya dengan kau', atau berkata, 'Susah sekali membuat manusia salju yang secantik kau'. Tapi ternyata ia cuma berkata, 'Tentu saja', dan menyudahi masalah itu". Ia memikirkannya kembali, "Lin Shidi tenang sikapnya, mana bisa dibandingkan denganku yang semberono ini? Kalau xiao shimei ingin aku menemaninya membuat manusia salju, walaupun sedang menghadapi masalah sebesar gunung, aku akan melupakannya. Tapi xiao shimei malah menurut padanya, walaupun ia tak ingin melakukannya, tapi ia sama sekali tak bersikap kekanak-kanakkan atau merajuk, kapan dia pernah bersikap seperti itu padaku? Hmm, tubuh Lin Shidi sudah sehat, entah siapa yang waktu itu menikamnya, tapi xiao shimei malah menimpakan kesalahan ini di atas kepalaku". 

Ia memusatkan perhatian untuk mendengarkan percakapan diantara Yue Lingshan dan Lin Pingzhi dengan seksama sehingga ia melupakan tubuhnya yang kaku, namun hal ini malah sesuai dengan prinsip Xixing Dafa, yaitu 'Tak menghiraukan segala sesuatu, tak berusaha melakukan apapun'. Rasa kebas di kaki dan pinggang kirinya sedikit demi sedikit berkurang. 

Terdengar Yue Lingshan berkata, "Baiklah, kita tak membuat manusia salju, tapi aku ingin menulis beberapa kata di tubuh keempat manusia salju ini. "Wus!", ia menghunus pedang. 

Linghu Chong kembali terkejut, "Ia hendak menulis-nulis di atas tubuh kami berempat dengan pedang, celaka". Ia hendak berteriak dan melambaikan tangannya, namun mulutnya tak mampu berbicara dan tangannya tak mampu bergerak. "Sret, sret!", terdengar beberapa suara sabetan pelan, rupanya ia telah menulis beberapa huruf di atas lapisan salju yang menutupi tubuh Xiang Wentian dengan ujung pedangnya, setelah selesai mengukir huruf-huruf itu, ia menulis di atas tubuh Linghu Chong. Untungnya ukirannya dangkal, tak sampai menembus lapisan salju dan melukai tubuh Linghu Chong. Linghu Chong berpikir, "Entah perkataan apa yang diukirnya di atas tubuh kami berempat?". 

Terdengar Yue Lingshan berkata dengan lembut, "Kau tulislah juga beberapa kata". Lin Pingzhi berkata, "Baik!" Ia menyambut pedang dan menulis beberapa huruf di atas tubuh keempat manusia salju itu, ia mengukir dari kiri ke kanan dan berhenti di tubuh Linghu Chong. 

Linghu Chong berpikir, "Entah perkataan apa yang juga ditulisnya?" 

Terdengar Yue Lingshan berkata, "Benar, kita berdua memang harus begitu". Untuk waktu yang lama, mereka berdua diam tak bersuara. 

Linghu Chong bertambah ingin tahu, pikirnya, "Memang harus bagaimana? Setelah mereka berdua pergi dan hawa dingin beracun Ren Jiaozhu dapat dikeluarkan, aku baru bisa membaca kata-kata yang tertulis di atas lapisan salju itu. Aiyo, celaka, begitu tubuhku bergerak, salju yang menyelimuti tubuhku akan luruh dan kata-kata yang mereka ukir di atas tubuhku akan lenyap. Kalau kita berempat serentak bergerak, malah satu katapun tak dapat dibaca". 

Setelah beberapa lama, lamat-lamat dari kejauhan terdengar derap kaki kuda, jaraknya masih jauh, namun jelas bahwa mereka sedang berlari mendekat. Linghu Chong mendengarkan suara kaki kuda itu, ada lebih dari sepuluh orang penunggang kuda, pikirnya, "Kemungkinan besar mereka adalah para shidi dan shimei lain dari perguruan kita". Suara derap kaki kuda makin dekat, akan tetapi Lin dan Yue berdua sepertinya tak mendengarnya. Terdengar bahwa belasan penunggang kuda itu mencongklang dari arah timur laut, setelah berjarak beberapa li, terdengar tujuh atau delapan penunggang kuda mencongklang ke barat, mereka mengatur diri dalam satu barisan, setelah itu mereka baru terus mencongklang mendekat, jelas bahwa mereka hendak mengepung dari dua sisi. Linghu Chong berkata dalam hati, "Orang yang datang bermaksud jahat!"

Sekonyong-konyong, Yue Lingshan berseru, "Aiyo, ada orang datang!" Suara derap kaki kuda makin keras, para penunggangnya memacu kuda mereka, "Wus, wus!", dua batang panah melesat, dua ekor kuda meringkik pilu, rupanya mereka terkena panah. Linghu Chong berkata dalam hati, "Ilmu silat orang-orang yang datang ini tak lemah, dan mereka juga bermaksud jahat, mereka terlebih dahulu memanah kuda yang ditunganggi xiao shimei dan Lin Shidi hingga mati supaya mereka sulit melarikan diri". 

Terdengar belasan orang itu berteriak-teriak sambil mencongklang mendekat. Yue Lingshan menjerit dan mundur beberapa langkah. Terdengar seseorang berkata sembari tertawa, "Seorang adik kecil, dan seorang nona kecil, kalian berasal dari perguruan atau keluarga apa?" Lin Pingzhi berkata dengan lantang, "Caixia murid Huashan Lin Pingzhi, dan ini shiziku yang bermarga Yue. Kita tak saling kenal, kenapa kalian memanah kuda tunggangan kami sampai mati?" Orang itu tertawa dan berkata, "Murid Huashan? Hah, shifu kalian itu yang kalah bertarung dengan muridnya sendiri, ya, si Junzi Jian Tuan Yue itu?" 

Hati Linghu Chong terasa pedih, "Para pendekar ini berkumpul di Shaolin ketika aku mempermalukan shifu, kejadiannya baru kemarin, tapi dalam sekejap seluruh kolong langit sudah tahu. Aku membuat shifu ditertawakan orang lain seperti ini, dosaku memang amat berat". 

Lin Pingzhi berkata, "Perbuatan Linghu Chong itu tak patut, ia berulangkali melanggar peraturan perguruan, setahun yang lalu ia telah dikeluarkan dari perguruan". Maksud dari perkataannya ialah walaupun sang guru dikalahkan oleh Linghu Chong, namun ia kalah di tangan orang luar, sama sekali bukan dikalahkan oleh muridnya sendiri. 

Orang itu tertawa dan berkata, "Gadis kecil bermarga Yue ini apa hubungannya dengan Yue Buqun?" Yue Lingshan berkata dengan gusar, "Memangnya kenapa? Kau telah membunuh kuda kami, ayo ganti kerugian kami". Orang itu berkata sembari tertawa, "Kalau melihat kegalakannya, dia kemungkinan besar gundik Yue Buqun". Semua orang lainnya tertawa terbahak-bahak. 

Diam-diam Linghu Chong terkejut, "Cara bicara orang ini kasar, ia pasti bukan orang zhengpai, jangan-jangan ia akan mencelakai xiao shimei". 

Lin Pingzhi berkata, "Gexia adalah seorang qianbei jianghu, bagaimana bicaramu bisa begitu kotor? Shizi adalah putri kesayangan shifuku".  

Orang itu tertawa dan berkata, "Ternyata da xiaojienya Yue Buqun, tapi sama sekali tak cocok dengan reputasinya". Seseorang yang berada di sampingnya berkata, "Lu Dage, kenapa tak sesuai dengan reputasinya?" Orang itu berkata, "Aku pernah dengar orang bilang kalau wajah putri Yue Buqun cantik jelita dan terhitung sebagai salah seorang rupawan diantara angkatan muda, tapi setelah kulihat ternyata tidak begitu". Seseorang lain berkata, "Muka gadis ini biasa-biasa saja, walaupun kulitnya memang mulus dan putih, kalau ditelanjangi, jangan-jangan lumayan juga. Hahaha, hahaha!" Beberapa orang lain ikut tertawa terbahak-bahak, dalam suara tawa mereka itu terkandung maksud cabul. 

Ketika Yue Lingshan, Lin Pingzhi dan Linghu Chong mendengar perkataan yang kurang ajar itu, mereka tak bisa menahan amarah mereka lagi. Lin Pingzhi menghunus pedang dan berseru, "Kalau kalian mengeluarkan kata-kata yang tak senonoh lagi, aku berani mati untuk melayani kalian". 

Orang itu tertawa dan berkata, "Coba kalian lihat dua pezinah ini menulis perkataan apa di atas manusia salju ini?" 

Lin Pingzhi berseru, "Aku akan bertarung mati-matian dengan kalian!" Linghu Chong mendengar suara berdesir, ia tahu bahwa Lin Pingzhi sedang menyerang dengan pedangnya, menyusul terdengar suara dentang denting senjata, seseorang melompat turun dari kuda dan menempurnya. Lalu Yue Lingshan ikut menerjang maju. Tujuh atau delapan orang lelaki serentak berseru, "Kami akan membereskan gadis ini!" Seorang lelaki berkata sembari tertawa, "Kalian tak usah berebut, semua akan dapat giliran". Terdengar suara senjata beradu, Yue Lingshan juga telah bertarung dengan musuh. Mendadak terdengar seorang lelaki meraung marah, ia menjerit kesakitan, rupanya ia terkena tikaman pedang. Seorang lelaki berkata, "Gadis ini ganas sekali, Shi Laosan[1], aku akan membalaskan dendammu". 

Di tengah suara pedang beradu, Yue Lingshan berseru, "Awas!" Terdengar sebuah dentangan keras, lalu Lin Pingzhi mengerang. Yue Lingshan menjerit, "Xiao Linzhi!" Sepertinya Lin Pingzhi telah terluka. Seseorang berseru, "Bantai bocah ini!" Si pemimpin berkata, "Jangan bunuh dia, tangkap dia hidup-hidup. Kalau kita menangkap putri dan menantu Yue Buqun, dia pasti akan menurut pada kita". 

Linghu Chong memusatkan perhatiannya untuk mendengarkan dengan seksama, terdengar suara kesiuran senjata yang menebas di udara. Sekonyong-konyong terdengar suara berdentang, disusul dengan suara berdebam. Seorang lelaki memaki, "Sialan, sundal bau!" Tiba-tiba Linghu Chong merasa ada orang yang bersandar di tubuhnya, ia mendengar napas Yue Lingshan yang memburu, rupanya ia sedang bersandar pada dirinya si 'manusia salju'. Terdengar suara berdentang denting, lalu si lelaki berkata dengan girang, "Masa kau belum tertangkap juga?" "Ah!", seru Yue Lingshan dengan terkejut, setelah itu dentang denting senjata tak terdengar lagi, tapi para lelaki itu tertawa terbahak-bahak. 

Linghu Chong merasakan Yue Lingshan diseret orang, dan mendengarnya berseru, "Lepaskan aku! Lepaskan aku!" Seseorang berkata sembari tertawa, "Min Laoer[2], katamu badannya mulus dan putih, tapi bapakmu ini tak percaya, ayo kita telanjangi dia untuk melihatnya". Gerombolan itu bertepuk tangan dan bersorak sorai. Lin Pingzhi memaki, "Anjing......" "Bruk!", seseorang mendepaknya. "Sret!", menyusul terdengar suara kain dirobek-robek. 

Ketika Linghu Chong mendengar xiao shimei dipermalukan seorang bandit tua seperti itu, ia mana perduli apakah racun hawa dingin sudah seluruhnya keluar dari tubuh Ren Woxing atau belum? Ia meronta keras-keras dan melompat keluar dari dalam lapisan salju, tangan kanannya menghunus pedang yang tergantung di pinggangnya, sedangkan tangan kirinya menyeka salju yang menutupi wajahnya, namun tak nyana tangan kirinya tak mau menuruti perintahnya dan tak bisa bergerak. 

Di tengah jeritan kaget gerombolan itu, ia mengangsurkan lengan kanannya dan mengusap-usap matanya, begitu pandangannya sudah menjadi jelas, pedangnya melesat dan menikam dada tiga orang lelaki. Ia berbalik, "Sret, sret!", ia telah menikam dua orang hingga mereka terjatuh. Ia melihat seorang lelaki sedang memegang sepasang tangan Yue Lingshan dan menelikungnya, sedangkan seorang lelaki lain berdiri di sisinya dan menghunus goloknya hendak menyambut serangan musuh. Pedang Linghu Chong menembus iga kirinya, lalu ia mengangkat kaki kanannya dan mendepaknya. Ia menarik pedangnya dari mayat orang itu, namun terdengar seseorang hendak membokongnya dari belakang, ia menelengkan kepalanya, membalikkan tangannya dan menikam dua kali, tepat mengenai ulu hati dua orang yang berada di belakangnya. Dengan enteng ia mengangkat pedangnya, menikam dari sisi tubuh Yue Lingshan dan dengan telak mengenai tenggorokan orang yang memegang kedua tangan gadis itu. Kedua tangan orang itu terlepas dan ia terkulai di atas punggung Yue Lingshan, darah membanjir dari lehernya. 

Kejadian yang tak disangka-sangka ini terjadi dengan amat cepat, Linghu Chong dengan susul menyusul membunuh sembilan orang hanya dalam sekejap mata saja. Si pemimpin berseru dan mengayunkan sepasang piringan besinya untuk menghantam kepala Linghu Chong, pedang Linghu Chong bergetar dan menembus lewat sela diantara kedua piring besinya, dan langsung menusuk mata kirinya. Orang itu menjerit keras-keras dan ambruk ke belakang. Linghu Chong berpaling dan menebas, ia membunuh tiga orang lagi. Keempat orang lainnya ketakutan setengah mati, mereka menjerit, lalu lari tunggang langgang ke segala penjuru. 

Linghu Chong berkata, "Kalian telah mempermalukan xiao shimeiku, satupun tak ada yang boleh hidup". Ia mengejar dua orang diantara mereka, pedangnya menusuk dan menembus dari punggung sampai ke dada mereka. Kedua orang itu sedang berlari dengan cepat, sehingga setelah mati tertusuk pedang, kaki mereka belum berhenti, dan masih berlari beberapa langkah lagi sebelum akhirnya tersungkur ke tanah. 

Terlihat diantara kedua orang yang tersisa, yang satunya berlari ke timur, dan yang satunya lagi ke barat, Linghu Chong berlari dengan sebat ke timur dan melempar pedangnya dengan sekuat tenaga, pedang itu seakan mengeluarkan sinar keperakan dan langsung menembus punggung orang itu. Linghu Chong berbalik ke barat untuk mengejar orang yang satunya lagi, setelah berlari beberapa zhang jauhnya, ia telah berhasil mengejar sampai ke belakang orang itu, ia mengangsurkan tangannya, namun saat itu ia baru sadar bahwa di tangannya sama sekali tak ada senjata. Ia mengerahkan tenaga ke jarinya dan menotok punggung orang itu. Karena punggungnya terasa sakit, orang itu berbalik dan menebas dengan goloknya. Ilmu silat tangan kosong Linghu Chong biasa-biasa saja, walaupun totokannya mengenai orang itu, namun karena ia tak tahu cara mengerahkan tenaga, ia tak sampai melukainya. Ketika melihat orang itu menebas dengan goloknya, mau tak mau ia merasa cemas dan cepat-cepat melompat menghindar, ia melihat bahwa di iga kanannya ada titik kelemahan yang amat besar, maka ia mengangkat tangan kirinya untuk memukul ke depan, namun tak nyana lengan kirinya hanya sedikit bergerak-gerak dan tak bisa diangkat, tapi golok baja musuh sudah menebas ke mukanya. 

Linghu Chong terkejut dan cepat-cepat melompat ke belakang, orang itu mengangkat goloknya dan menerjang ke arahnya. Di tangan Linghu Chong tak ada senjata, ia tak berani menyambut serangan musuh, maka ia terpaksa berbalik dan lari. Yue Lingshan memungut pedang yang tergeletak di atas tanah dan berseru, "Da shige, sambut pedang!" Ia melemparkan pedang itu. Tangan kanan Linghu Chong menangkapnya, setelah mendapatkan pedang, ia berbalik dan tertawa terbahak-bahak. Golok baja lelaki itu melayang di udara, ia mengambil ancang-ancang hendak membacok ke bawah, namun mendadak ia melihat bahwa pedang di tangan lawan berkelebat dan langsung terpaku ketakutan, sehingga goloknya tak kuasa membacok.

Linghu Chong perlahan-lahan berjalan mendekat, sekujur tubuh orang itu gemetar, kedua lututnya menekuk dan ia melemparkan dirinya ke atas tanah yang bersalju. Linghu Chong berkata dengan murka, "Kau mempermalukan shimeiku, aku tak akan mengampunimu". Pedangnya mengarah ke tengoorokan orang itu, namun sebuah pikiran muncul di benaknya, ia berjalan mendekat selangkah, lalu bertanya dengan parau, "Tulisan apa yang tertulis di atas manusia salju itu?" Lelaki itu berkata dengan suara bergetar, "Bunyinya.......bunyinya......laut kering......laut kering.......gunung  runtuh......namun cinta kita......cinta kita berdua tak......tak akan berubah". Sejak di dunia ini muncul perkataan " 'Laut kering, gunung runtuh, namun cinta kita berdua tak akan berubah '", jangan-jangan baru pertama kalinya perkataan itu diucapkan dengan begitu ketakutan dan terguncang seperti itu. Linghu Chong terpana, lalu berkata, "Oh, bunyinya, 'Laut kering, gunung runtuh, namun cinta kita berdua tak berubah' ". Hatinya berduka dan iapun mendorong pedangnya ke depan hingga menembus tenggorokan orang itu. 

Ketika ia berbalik, ia melihat Yue Lingshan sedang memapah Lin Pingzhi, wajah dan tubuh keduanya bersimbah darah segar. Lin Pingzhi bangkit dan menjura kepada Linghu Chong seraya berkata, "Banyak terima kasih atas pertolongan Linghu Xiong". 

Linghu Chong berkata, "Tak apa-apa. Lukamu tak parah?" Lin Pingzhi berkata, "Tak apa-apa!" Linghu Chong mengembalikan pedang kepada Yue Lingshan, menunjuk ke kedua jejak kaki kuda di atas tanah, lalu berkata, "Shifu dan shiniang pergi kesana". Lin Pingzhi berkata, "Baik". 

Yue Lingshan menuntun dua ekor kuda yang ditinggalkan musuh, melompat ke atas kuda, lalu berkata, "Ayo cari ayah dan mama". Dengan susah payah, Lin Pingzhi naik ke atas kuda. Ketika kuda Yue Lingshan mencongklang dari samping Linghu Chong, ia menarik tali kekang dan memandangi wajah Linghu Chong. 

Melihat pandangan matanya, Linghu Chongpun balas memandanginya. Yue Lingshan berkata, "Da......da shige,......banyak......banyak terima kasih". Ia berpaling dan mengangkat tali kekang kudanya, lalu mereka berdua mengikuti jejak-jejak yang ditinggalkan kuda yang ditunggangi suami istri Yue Buqun, menuju ke arah barat laut.

Linghu Chong menatap punggung mereka berdua tanpa berkedip sampai mereka menghilang di balik hutan di kejauhan, lalu ia baru perlahan-lahan berbalik, terlihat Ren Woxing, Xiang Wentian dan Ren Yingying bertiga yang telah mengibaskan lapisan salju yang menyelimuti tubuh mereka sedang memandanginya. 

* * * 

Linghu Chong berkata dengan girang, "Ren Jiaozhu, apa aku tak membuatmu susah?" Ren Woxing tertawa getir dan berkata, "Aku sendiri tak kesusahan, tapi kau sangat susah. Bagaimana dengan lengan kirimu itu?" Linghu Chong berkata, "Pembuluh di lengan kiriku terhalang sehingga qi dan darah tak dapat lewat, aku tak dapat menggerakannya". 

Ren Woxing mengerutkan keningnya seraya berkata, "Masalah ini agak merepotkan, kita harus perlahan-lahan mencari jalan keluarnya. Kau sudah menyelamatkan nona besar Keluarga Yue, boleh dibilang kau telah membalas budi perguruanmu, sejak ini tak ada yang saling berhutang budi lagi. Xiang Xiong, kenapa si tua Lu tidak ada kemajuannya? Kenapa dia melakukan perbuatan hina seperti ini?" Xiang Wentian berkata, "Mendengar nada bicaranya, seperti ia ingin menangkap kedua orang muda itu dan membawa mereka kembali ke Heimuya". Ren Woxing berkata, "Apakah ini ide Dongfang Bubai? Apa hubungannya dengan si budiman palsu itu?" 

Linghu Chong menunjuk ke arah tujuh atau delapan mayat yang terbujur dengan malang melintang di atas tanah bersalju itu, lalu bertanya, "Apakah orang-orang ini adalah bawahan Dongfang Bubai?" Ren Woxing berkata, "Mereka bawahanku". Linghu Chong mengangguk-angguk. 

Yingying berkata, "Ayah, bagaimana dengan lenganmu?" Ren Woxing tertawa dan berkata, "Kau tak usah khawatir, menantu yang baik ini telah mendorong keluar hawa beracun dari tubuh ayah, maka bapak mertua ini tentu akan berusaha untuk menyembuhkan lengannya". Sambil berbicara ia tertawa terkekeh-kekeh, sembari memandang ke arah Linghu Chong yang terlihat amat rikuh. 

Yingying berkata dengan pelan, "Ayah jangan berbicara seperti itu lagi. Sejak kecil Chong Ge dan Nona Yue dari Huashan itu sudah saling menyayangi, mereka tumbuh besar bersama-sama, barusan ini kau melihat ekspresi yang diperlihatkannya pada Nona Yue, masa kau belum mengerti juga?" Ren Woxing tertawa dan berkata, "Yue Buqun si budiman palsu itu orang macam apa? Putrinya mana bisa dibandingkan dengan putriku? Lagipula, Nona Yue ini sudah punya tambatan hati sendiri, perempuan yang gampang berubah hatinya seperti dia, sejak ini tentu tak akan disimpan dalam hati oleh Chong er. Peristiwa yang terjadi di masa kecil mana bisa dijadikan patokan?" Yingying berkata, "Demi aku Chong Ge telah membuat keonaran di Shaolin, semua orang di kolong langit ini telah mendengarnya, demi aku pula ia rela tak kembali ke Huashan. Dua hal ini sudah membuat putrimu ini puas, masalah yang lainnya tak usah diungkit-ungkit lagi". 

Ren Woxing tahu bahwa putrinya tinggi hati dan suka menang, karena Linghu Chong belum mengajukan lamaran, saat ini ia tak mau banyak bicara, namun hal ini adalah hal yang harus cepat atau lambat dibicarakan, maka ia segera tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Bagus sekali, bagus sekali! Peristiwa besar yang hanya terjadi seumur hidup harus dibicarakan perlahan-lahan. Chong er, aku akan terlebih dahulu mengajarkan cara untuk membuka pembuluh di lenganmu dahulu". Ia memanggilnya ke sisinya dan mengajarinya bagaimana cara mengerahkan qi dan membuka pembuluhnya, setelah memintanya mengulanginya sekali lagi, dan setelah Linghu Chong dapat melakukannya tanpa salah, ia baru berkata, "Kau membantuku mengusir hawa dingin beracun, sekarang aku mengajarimu membuka pembuluhmu, jadi kita berdua impas. Untuk menyembuhkan pembuluh di lengan kirimu, kau harus menunggu sampai tujuh hari, tak boleh tergesa-gesa". Linghu Chong berkata, "Baik". 

Ren Woxing melambai-lambaikan tangannya, memanggil Xiang Wentian dan Yingying untuk mendekat, lalu ia berkata, "Chong er, tempo hari di Mei Zhuang di Bukit Gu, aku mengajakmu masuk ke Riyue Shenjiao, tapi saat itu kau menolak mentah-mentah. Namun hari ini keadaannya sudah amat berbeda, laofu mengungkit lagi masalah lama, kali ini kau tak akan menolak dengan seribu satu alasan lagi, bukan?" Linghu Chong ragu-ragu dan tak menjawab. Ren Woxing kembali berkata, "Setelah kau mempelajari Xixing Dafaku, di kemudian hari kau akan menghadapi masalah yang bertubi-tubi, saat berbagai macam hawa murni yang berlainan dalam tubuhmu bergejolak, kau akan benar-benar hidup segan matipun tak mau. Perkataan yang sudah kuucapkan ini tak akan kutarik kembali. Kalau kau tak masuk agama kami, walaupun Yingying menikahimu, aku juga tak akan mengajarkan cara membuyarkan tenaga itu padamu. Kalaupun kelak putriku menyalahkanku seumur hidupnya karena hal ini, aku masih akan tetap mengatakan hal yang sama. Masalah besar yang berada di depan mata kita ialah membuat perhitungan dengan Dongfang Bubai, kau ikut pergi dengan kami tidak?" 

Linghu Chong berkata, "Mohon jiaozhu tak menyalahkanku, wanbei sudah memutuskan tak akan masuk Riyue Shenjiao". Kedua kalimat itu dikatakannya dengan lantang, tegas tanpa ragu, tanpa bisa ditawar-tawar lagi. 

Begitu Ren Woxing bertiga mendengarnya, wajah mereka langsung berubah. Xiang Wentian berkata, "Kenapa? Apa kau memandang rendah Riyue Shenjiao?" 

Linghu Chong menunjuk ke belasan mayat yang tergeletak di atas tanah yang bersalju itu, katanya, "Riyue Shenjiao penuh dengan orang-orang seperti ini, sejelek-jeleknya wanbei, aku malu berhubungan dengan orang-orang seperti ini. Lagipula, wanbei sudah berjanji pada Dingxian Shitai untuk menjadi ketua Hengshan Pai". 

Wajah Ren Woxing, Xiang Wentian dan Yingying bertiga menunjukkan rasa heran yang amat sangat. Kalau Linghu Chong segan masuk ke dalam agama mereka, ini sama sekali bukanlah hal yang aneh, akan tetapi perkataannya yang terakhir itu benar-benar aneh bin ajaib, mereka bertiga tak mempercayai telinga mereka sendiri. 

Ren Woxing mengacungkan jempolnya dan menunjuk ke arah wajah Linghu Chong, sekonyong-konyong ia tertawa terbahak-bahak sehingga tumpukan salju yang berada di atas pepohonan yang berada di sekitar mereka terguncang dan luruh. Setelah tertawa untuk beberapa saat, ia baru berkata, "Kau......kau.......kau ingin jadi nigu? Kau mau jadi ketua para biksuni itu?" 

Linghu Chong berkata dengan bersungguh-sungguh, "Bukan menjadi biksuni, tapi ketua Hengshan Pai. Ketika Dingxian Shitai sedang sekarat, beliau memintaku sendiri untuk melakukannya, kalau wanbei tak menyanggupinya, biksuni tua itu tak akan mati dengan mata terpejam. Dingxian Shitai mati demi aku, wanbei tahu jelas bahwa hal ini akan membuat orang tercengang, namun saat itu aku tak mampu menolaknya". 

Ren Woxing masih tertawa tak ada hentinya. 

Yingying berkata, "Dingxian Shitai juga mati demi aku". Linghu Chong meliriknya, pandangan matanya penuh rasa berterima kasih. 

Perlahan-lahan Ren Woxing menghentikan tawanya, lalu berkata, "Kalau kau telah menerima permohonan seseorang, kau akan selalu melakukannya?" Linghu Chong berkata, "Benar. Dingxian Shitai telah menerima permohonanku, oleh karenanya ia kehilangan nyawanya". Ren Woxing berkata, "Bagus kalau begitu! Aku adalah si aneh tua, dan kau adalah si aneh kecil. Kalau tak membuat dunia geger, mana bisa jadi tokoh penguncang langit dan bumi? Pergilah sana untuk jadi ketua para biksuni itu. Apa sekarang kau mau pergi ke Hengshan?" 

Linghu Chong menggeleng dan berkata, "Tidak! Wanbei hendak pergi ke Biara Shaolin". 

Ren Woxing merasa agak heran, tapi ia segera mengerti, katanya, "Aku tahu, kau hendak mengantarkan jasad kedua biksuni tua itu kembali ke Hengshan". Ia berpaling ke arah Yingying dan berkata, "Kau mau ikut Chong er ke Biara Shaolin?" Yingying berkata, "Tidak, aku mau ikut ayah". 

Ren Woxing berkata, "Benar, kau tak bisa ikut dia ke Hengshan dan menjadi biksuni". Sambil berbicara ia tertawa terkekeh-kekeh, namun dalam suara tawanya itu terkandung rasa getir. 

Linghu Chong menjura dan menyoja dalam-dalam, lalu berkata, "Ren Jiaozhu, Xiang Dage, Yingying, kita berpisah disini". Ia berbalik dan pergi dengan langkah-langkah lebar. Setelah berjalan belasan langkah, ia berpaling dan berkata, "Ren Jiaozhu, kapan kalian akan naik ke Heimuya?" 

Ren Woxing berkata, "Ini adalah urusan internal agama kami sendiri, orang luar tak perlu repot-repot mengurusinya". Ia tahu Linghu Chong menanyakan hal ini karena bermaksud untuk membantu mereka ketika saatnya tiba dan bersama-sama membereskan Dongfang Bubai, maka ia segera menolaknya. 

Linghu Chong mengangguk-angguk, memungut sebilah pedang dari permukaan tanah yang bersalju, mengantungkannya di pinggangnya, lalu berbalik dan pergi. 


Catatan Kaki Penerjemah
[1] 'Saudara Ketiga Shi'.
[2] 'Saudara Kedua Min'

No Comment
Add Comment
comment url