Pendekar Hina Kelana Bab 27 - Tiga Pertarungan!

    << Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>

Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana

oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.

Pendekar Hina Kelana Bab 27 - Tiga Pertarungan!
[Gerakan tangan kepala biara Fangzheng sama sekali tidak dapat diprediksi. Setiap kali dia menyerang, saat tangannya masih mengarah ke target, dia sudah beralih ke beberapa posisi lain. Sedangkan Gerakan tangan Ren Woxing cukup sederhana. Saat dia menyerang atau menarik tangannya, gerakan tangannya selalu terlihat kaku.]


Smiling Proud Wanderer Jilid 3

Bab XXVII Tiga Pertarungan!!

Bagian Pertama

Linghu Chong melompat ke dalam hutan, lalu melompat naik ke sebatang pohon dan menyembunyikan diri di balik ranting dan daunnya yang lebat. Setelah lama, ia mendengar bahwa suara ribut dari kawanan itu makin menghilang, dan akhirnya suasana menjadi sunyi senyap. Ia menduga bahwa semua orang sudah pergi, maka ia berjalan dengan perlahan kembali ke mulut terowongan, ternyata memang tak ada seorangpun disana. Mulut terowongan tersembunyi di balik dua bongkah batu besar dan rerumputan yang tinggi, tanpa mengetahui apa yang ada di baliknya, orang yang kebetulan datang ke tempat itu juga tak akan dapat menemukannya. 

Ia kembali masuk ke dalam terowongan dan berjalan dengan cepat, ketika ia tiba kembali di Aula Da Mo, ia sayup-sayup mendengar suara orang berbicara, rupanya tindakan orang-orang aliran lurus amat berhati-hati, ia maju ke depan untuk menyelidik dengan perlahan karena khawatir terkena perangkap. Linghu Chong memusatkan tenaga di kedua lengannya dan perlahan-lahan menggeser patung batu Da Mo kembali ke tempatnya semula, pikirnya, "Kemana aku harus pergi supaya bisa mencuri dengar percakapan para pemimpin aliran lurus? Di Biara Shaolin ini ada ratusan ruangan, mereka entah sedang berkumpul di ruangan yang mana". 

Ia teringat saat Biksu Fang Sheng mengajaknya menghadap kepala biara, ia samar-samar masih ingat dimana kepala biara tinggal, maka ia segera berlari keluar dari Aula Da Mo dan mengambil jalan setapak yang menuju ke belakang. Namun bangunan dan ruangan di Biara Shaolin memang terlalu banyak, setelah berlari untuk beberapa saat, ia masih juga tak dapat menemukan rumah tempat tinggal kepala biara. Ia mendengar suara langkah kaki orang, di luar ada belasan orang yang sedang berjalan mendekat, saat itu ia sedang berada di sebuah aula samping, di atas aula itu tergantung sebuah papan kayu yang bertuliskan empat huruf-huruf emas yang berbunyi 'Qingliang Jingjie'[1], ia melihat kesana kemari dan tak dapat menemukan tempat untuk bersembunyi, maka ia melompat le atas dan bersembunyi di belakang papan kayu itu. 

Suara langkah kaki makin mendekat, ada tujuh atau delapan orang yang masuk ke aula itu. Seseorang berkata, "Kepandaian iblis-iblis sesat itu benar-benar tidak rendah, kita sudah mengepung mereka dari empat penjuru seperti sebuah drum besi, tapi ternyata mereka masih bisa melarikan diri dengan turun gunung". Seseorang lain berkata, "Sepertinya di Gunung Shaoshi ada terowongan rahasia di bawah tanah yang bisa langsung menembus ke kaki gunung, kalau tidak bagaimana mereka bisa melarikan diri?" Seseorang lain berkata, "Terowongan rahasia pasti tak ada. Aku sudah menjadi biksu di Biara Shaolin selama dua puluh tahun lebih, tapi tak pernah mendengar bahwa ada terowongan rahasia yang menuju ke kaki gunung". Orang yang sebelumnya berbicara berkata, "Namanya saja terowongan rahasia, tentunya tak diketahui oleh banyak orang". Biksu Shaolin itu berkata, "Kalaupun aku tak tahu, tapi masa kepala biara kami tak tahu? Kalau di biara kami ada terowongan rahasia, tentunya kepala biara kami sudah memberitahukannya pada para pemimpin perguruan, mana mungkin beliau membiarkan iblis-iblis sesat itu dengan santai melarikan diri?" 

Mendadak ada seseorang yang berseru keras-keras, "Siapa kau? Ayo keluar!"

Linghu Chong amat terkejut, "Apakah jejakku sudah mereka temukan?" Ia baru saja hendak melompat turun ketika ia mendengar suara tawa terbahak-bahak dari papan nama di sebelah timur. Seseorang berkata, "Si tua ini sedikit menghela napas, sehingga menjatuhkan beberapa keping debu, ternyata kalian melihatnya. Pandangan mata kalian sungguh lihai!" Suaranya jelas dan lantang, itulah suara Xiang Wentian. 

Linghu Chong terkejut sekaligus girang, ia berkata dalam hati, "Rupanya Kakak Xiamg sudah terlebih dahulu bersembunyi disini, kepandaian menahan napasnya benar-benar hebat, aku sudah lama berada disini tapi sama sekali tak mendengarnya. Kalau bukan karena debu yang jatuh itu, kurasa orang-orang ini juga tak akan bisa tahu......" 

Ketika ia sedang berpikir, tiba-tiba terdengar suara bergemeretakan, dari sebelah timur dan barat ada seseorang yang melompat turun, menyusul tiga orang serentak berseru, "Apa......" "Kau......." "Mau apa......."  Ketiga orang itu masing-masing hanya sempat meneriakkan satu kata saja, lalu membisu. 

Linghu Chong tak dapat menahan diri untuk tak menjulurkan kepalanya keluar, ia melihat dua bayangan hitam melayang-layang di tengah aula itu, yang seorang ialah Xiang Wentian, sedangkan yang seorang lagi perawakannya tinggi besar, ia adalah Ren Woxing. Kedua orang itu memukul dengan telapak mereka tanpa bersuara, setiap kali mereka memukul, seseorang terjatuh ke lantai. Dalam sekejap, delapan orang di aula itu telah terjatuh, lima orang diantaranya tertelungkup tanpa bergerak-gerak, sedangkan tiga orang sisanya terlentang, mata mereka terbelalak dan raut wajah mereka mengerikan, otot-otot wajah mereka tak bergerak, jelas bahwa mereka telah dipukul sampai tewas oleh Ren dan Xiang berdua. Ren Woxing mengusap-usapkan sepasang tangannya di kedua sisi tubuhnya, lalu berkata, "Ying er, turunlah!" 

Dari papan nama sebelah barat seseorang melayang turun, sosoknya lincah dan anggun, dialah Yingying yang sudah begitu lama tak dilihatnya. 

Linghu Chong merasa pening, ia melihat bahwa Yingying memakai pakaian yang terbuat dari kain kasar, wajahnya pucat dan lesu. Ia baru saja hendak melompat turun untuk menjumpai mereka, namun Ren Woxing berpaling ke tempatnya bersembunyi sambil mengoyang-goyangkan tangannya. Linghu Chong berpikir, "Mereka sudah datang terlebih dahulu, tentunya mereka tahu bahwa aku bersembunyi di balik papan nama ini. Tuan Ren menyuruhku supaya tak keluar, apa maksudnya?" Namun dalam sekejap, ia mengerti maksud Ren Woxing. 

Ia melihat beberapa orang menerobos masuk dari pintu aula, dengan selayang pandang, ia dapat melihat bahwa mereka adalah sang guru dan ibu guru, yaitu suami istri Yue Buqun, dan kepala biara Shaolin, Biksu Fang Zheng, selain itu masih banyak orang lain. Ia tak berani berlama-lama melihat dan segera menarik kepalanya ke belakang papan nama, jantungnya berdebar-debar tak keruan, pikirnya, "Yingying dan yang lainnya jatuh dalam kepungan musuh tangguh, aku......walaupun tubuhku hancur berkeping-keping, aku harus menolong Yingying". 

* * * 

Terdengar Biksu Fang Zheng berkata, "Amituofo! Tenaga pukulan kalian bertiga begitu lihai. Nona yang terhormat sudah meninggalkan Shaolin, kenapa sekarang kembali lagi? Kalian berdua ini tentunya adalah jago-jago dari Heimuya, mohon maafkan biksu tua ini karena tak mengenali kalian, aku belum beruntung dapat mengenal kalian berdua". 

Xiang Wentian berkata, "Beliau adalah Ketua Ren dari Agama Mentari Rembulan, sedangkan aku adalah Xiang Wentian". 

Begitu nama mereka berdua diucapkan, nama-nama mereka itu benar-benar bergema bagai guntur, "Oh!", ujar beberapa orang dengan pelan. 

Fang Zheng berkata, "Rupanya Ketua Ren dan Pelindung Kanan Xiang, aku sudah lama mendengar nama besar kalian berdua. Kalian berdua berkunjung kemari untuk memberi petunjuk apa padaku?" 

Ren Woxing berkata, "Aku sudah lama tak memperdulikan urusan dunia, aku sama sekali tak kenal tokoh-tokoh angkatan muda dunia persilatan, aku tak tahu sobat sobat kecil ini adalah jago-jago dari mana". 

Fang Zheng berkata, "Aku akan memperkenalkan mereka pada kalian berdua. Ini adalah ketua Perguruan Wudang, nama Taoisnya Chong Xu". 

Sebuah suara tua berkata, "Usiaku kalau dibandingkan dengan Tuan Ren mungkin beberapa tahun lebih tua, namun aku memang baru memimpin Perguruan Wudang setelah Tuan Ren mengundurkan diri. Kalau dibilang angkatan muda, aku memang angkatan muda, tapi gelar 'tokoh' ini aku tak berani menyandangnya, hehehe". 

Begitu Linghu Chong mendengar suaranya, ia berpikir, "Suara pendeta ketua ini sepertinya sudah akrab di telingaku". Tak lama kemudian ia sadar, "Aiyo! Di kaki Gunung Wudang aku bertemu dengan tiga orang, yang seorang memikul kayu bakar, yang seorang lagi memikul sayur, selain itu masih ada lagi seorang tua yang menunggang keledai, ilmu pedangnya amat hebat, tak nyana ternyata ia adalah ketua Perguruan Wudang". Seketika itu juga rasa puas diri muncul dalam hatinya, telapak tangannya agak berkeringat. Selama beberapa ratus tahun, Wudang dan Shaolin sama-sama terkenalnya, yang satu aliran lembut sedangkan yang satunya lagi aliran keras, namun masing-masing mempunyai keahliannya sendiri-sendiri. Ilmu pedang Pendeta Chong Xu tinggi, ia selalu dihormati oleh banyak orang. Ketika Linghu Chong  mendadak tahu bahwa dirinya ternyata telah berhasil mengalahkan Pendeta Chongxu, ia benar-benar merasa girang. 

Terdengar Ren Woxing berkata, "Ketua besar Zuo, kita sudah pernah bertemu sebelumnya. Dalam beberapa tahun belakangan ini tentunya Tapak Sakti Songyangmu sudah jauh lebih hebat, bukan?" Linghu Chong agak terkejut, "Rupanya ketua Perguruan Songshan Paman Guru Zuo juga ada disini". Ia mendengar sebuah suara yang serius dan tegas berkata, "Kabarnya Tuan Ren dipenjarakan oleh bawahanmu sendiri dan lama hidup menyendiri, kemunculan kembalimu ini sungguh mengembirakan. Aku sudah lebih dari sepuluh tahun tak pernah menggunakan Tapak Sakti Songyang, jangan-jangan aku sudah lupa separuhnya". Ren Woxing tertawa dan berkata, "Dunia persilatan ini begitu sepi. Ketika si tua ini hidup menyendiri, tak ada seorangpun yang mampu melayani tapak Saudara Zuo, sayang sekali, sayang sekali!" Zuo Lengchan berkata, "Di dunia persilatan yang ilmu silatnya mampu menyamai Ketua Ren juga tak sedikit. Akan tetapi tokoh-tokoh yang berbudi luhur seperti Biksu Fang Zheng dan Pendeta Chong Xu tentunya tak bisa dengan sembarangan memberi pelajaran padaku". Ren Woxing berkata, "Bagus sekali. Kalau aku punya waktu luang, aku akan menjajal-jajal jurus-jurus barumu itu". Zuo Lengchan berkata, "Aku tentu akan menemanimu!" Mendengar percakapan kedua orang itu, jelas bahwa mereka sudah pernah bertarung sebelumnya, namun siapa yang menang atau kalah, tak dapat diketahui dari pembicaraan mereka. 

Biksu Fang Zheng berkata, "Ini ketua Perguruan Songshan, Pendeta Tianmen, ini ketua Perguruan Huashan Tuan Yue, dan Nyonya Yue, yang tempo hari dikenal sebagai Pendekar Wanita Ning, mungkin Tuan Ren sudah pernah mendengar tentang mereka". 

Ren Woxing berkata, "Aku tahu tentang Pendekar Wanita Ning dari Huashan, tapi aku sama sekali belum pernah mendengar tentang si Tuan Yue ini". 

Linghu Chong merasa tak senang, "Nama guruku sudah dikenal sebelum nama ibu guru terkenal, kalau ia memang tak mengenal mereka berdua, tak apa-apa. Tapi kalau ia berkata kalau ia hanya mengenal ibu guru dan tak mengenal guru, hal ini tak masuk akal. Ia dikurung di dasar Danau Barat tak lebih dari belasan tahun yang lalu saja, saat itu nama guru sudah termasyur di kolong langit, jelas bahwa ia cuma ingin memancing kemarahan guru saja". 

Yue Buqun berkata dengan dingin, "Namaku yang rendah ini hanya akan mengotori pendengaran Tuan Ren saja". Ren Woxing berkata, "Tuan Yue, aku ingin bertanya kepadamu tentang seseorang, entah kau tahu atau tidak dimana ia berada. Kabarnya orang ini pernah menjadi murid Perguruan Huashanmu". Yue Buqun berkata, "Siapa orang yang hendak Tuan Ren tanyakan itu?" Ren Woxing berkata, "Orang ini ilmu silatnya amat tinggi, pribadinya yang luhur juga sukar ditemukan di dunia ini. Namun ada beberapa orang berpikiran picik yang iri padanya dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menyingkirkannya. Tapi aku si marga Ren begitu berjumpa dengannya langsung merasa akrab, aku merasa bahwa ia adalah seorang pahlawan muda, aku 
ingin sekali menjodohkan putri tercintaku dengannya......" 

Ketika Linghu Chong mendengarnya berbicara sampai disini, jantungnya kontan berdebar-debar tak keruan, samar-samar ia merasa bahwa sebentar lagi akan timbul suatu kesukaran besar. 

Terdengar Ren Woxing meneruskan berbicara, "Pemuda ini tulus dan berbudi, begitu ia mendengar bahwa putriku yang tercinta ini terkurung di Shaolin, ia langsung memimpin ribuan orang gagah datang ke Shaolin untuk menjemput istrinya. Namun sekarang aku tak tahu kemana ia pergi, rasa khawatir dalam hatiku sebesar Gunung Taishan, oleh karena itu aku bertanya padamu". 

Yue Buqun mendongak dan tertawa terbahak-bahak, katanya, "Kepandaian Tuan Ren amat tinggi, bagaimana kau dapat kehilangan menantumu sendiri? Pemuda yang dibicarakan Tuan Ren itu bukankah si maling kecil Linghu Chong, murid perguruanku yang sudah dikeluarkan itu?" 

Ren Woxing tertawa dan berkata, "Jelas-jelas permata, tapi malah kau anggap kotoran belaka. Pandangan matamu benar-benar sempit. Pemuda yang kubicarakan itu memang Linghu Chong. Hahaha, kalau kau memaki dia sebagai maling kecil, bukankah kau juga memakiku sebagai maling besar?" 

Yue Buqun berkata dengan bengis, "Kelakuan maling kecil ini tak pantas, ia suka main perempuan, demi seorang wanita, ia menghasut orang-orang aliran sesat di dunia persilatan dan gerombolan penjahat untuk membuat kekacauan di Biara Shaolin, tempat cikal bakal ilmu silat dunia. Kalau Saudara Zuo dari Perguruan Songshan tak membuat siasat yang hebat, kalau kuil kuno berusia ribuan tahun ini sampai dibakar habis oleh mereka, bukankah hal ini akan menjadi dosa besar yang tak dapat ditebus dengan laksaan kematian? Maling kecil ini memang dahulu murid perguruanku, tapi aku tak becus mengajarnya, kalau mengingatnya aku sangat malu". 

Xiang Wentian menyela, "Perkataan Tuan Yue ini salah! Adik Linghu datang ke Shaolin hanya untuk menemui Nona Besar Ren, mereka mengibarkan panji-panji yang jelas-jelas bertuliskan "'Para Pendekar Dunia Persilatan Pergi Ke Shaolin Untuk Memuja Sang Buddha, Menghormati Para Biksu dan Menyambut Nona Ren", maksud mereka sangat terhormat, mereka sama sekali tak bermaksud untuk membuat kekacauan. Coba kau lihat, selama kawan-kawan yang begitu banyak ini berada di Biara Shaolin selama sehari dan semalam, apakah mereka merusak selembar rumput atau sebatang pohonpun? Bahkan sebutir nasipun tak mereka makan, seteguk air sungaipun tak mereka minum". 

Mendadak seseorang berkata, "Setelah kawan-kawan anjing dan babi itu datang, Biara Shaolin malah mendapat banyak barang". 

Ketika Linghu Chong mendengar suara melengking orang ini, ia segera tahu bahwa ia adalah ketua Perguruan Qingcheng Yu Canghai, pikirnya, "Ternyata orang ini juga ikut datang". 

Xiang Wentian berkata, "Mohon tanya Ketua Yu, barang-barang apa yang didapatkan Biara Shaolin?"

Yu Canghai berkata, "Tahi kerbau dan kencing kuda, benda kuning dan putih yang berserakan dimana-mana itu". Seketika itu juga beberapa orang tertawa terkekeh-kekeh. 

Linghu Chong merasa agak menyesal, "Aku cuma melarang saudara-saudara itu merusak benda-benda, tapi tak terpikir olehku untuk menghimbau mereka supaya tak buang air dimana-mana. Orang-orang kasar ini begitu buka celana langsung buang air begitu saja dan mengotori tempat suci Buddha yang tenang dan damai ini".

Biksu Fang Zheng berkata, "Ketika Tuan Muda Linghu memimpin kawanan itu ke Biara Shaolin, semboyan yang tertulis di panji-panji itu memang sopan, aku benar-benar merasa berterima kasih, 'memuja Sang Buddha' memang seharusnya dilakukan, tapi 'menghormati para biksu' ini kami tak berani menerimanya. Beberapa hari belakangan ini mau tak mau aku merasa amat cemas, aku khawatir bahwa aku akan menyaksikan kuil kami ini dibakar habis. Akan tetapi kawan-kawan itu ternyata sama sekali tak merusak satupun benda milik Shaolin, tentunya ini disebabkan karena kemurahan hati Tuan Muda Linghu, ia telah berusaha dengan sepenuh hati untuk mengekang kawanan itu, semua orang di biara ini amat berterima kasih padanya. Kelak kalau aku bertemu dengan Tuan Muda Linghu, aku akan mengucapkan terima kasih secara pribadi padanya. Ketua Yu hanya bergurau saja, Tuan Xiang tak usah memasukkannya ke dalam hati". 

Xiang Wentian memuji, "Ternyata diantara kalian ada seorang biksu agung yang telah mencapai pencerahan, yang murah hati dan berwawasan luas, bukankah ini sesuatu yang luar biasa? Sangat berbeda dengan budiman-budiman palsu dan orang-orang yang benar-benar jahat". 

Fang Zheng kembali berkata, "Namun ada satu hal yang tak kumengerti, bagaimana kedua biksuni Perguruan Hengshan itu bisa sampai tewas di biara kami ini?" 

Yingying berkata dengan sedih, "Biksuni Dingxian dan Dingyi begitu baik hati dan berbudi luhur, tapi tiba-tiba meninggal dunia, membuat orang sangat berduka....." 

Fang Zheng berkata, "Jasad mereka ditemukan di dalam biara, sepertinya mereka berdua tewas pada saat yang sama ketika kawanan itu memasuki biara. Apa Tuan Muda Linghu tak sempat mencegah bawahannya bertindak, sehingga mereka berdua dikeroyok dan tewas? Amituofo, amituofo!" Setelah itu ia menghela napas panjang.

Yingying berkata, "Pada hari itu ketika aku bertemu dengan kedua biksuni itu di aula belakang biara, aku telah menerima kemurahan hati biksu kepala biara, katanya dengan memandang muka emas kedua biksuni itu, aku diperbolehkan untuk meninggalkan biara......" 

Linghu Chong merasa berterima kasih dan juga sedih, "Kedua biksuni itu mohon belas kasihan kepala biara, dan ternyata kepala biara benar-benar membebaskan Yingying, namun mereka berdua menghantar nyawa disini. Mereka mati demi aku dan Yingying. Sebenarnya siapa yang membunuh mereka? Aku harus membalaskan dendam mereka". 

Terdengar Yingying berkata, "Beberapa hari belakangan ini, tak sedikit kawan-kawan dari dunia persilatan, yang demi membebaskanku, berbondong-bondong datang kemari dan membuat keributan, yang tertangkap oleh Biara Shaolin ada seratus orang lebih. Kepala biara telah bermurah hati dan berkata bahwa beliau hendak berbicara kepada mereka tentang Sepuluh Hukum Langit, dengan harapan agar mereka dapat bertobat, setelah itu mereka semua akan diperbolehkan untuk meninggalkan biara dengan sikap hormat. Akan tetapi karena aku sudah lama ditahan, aku diperbolehkan pergi terlebih dahulu". 

Linghu Chong berpikir, "Biksu Fang Zheng ini benar-benar orang yang baik, tapi dia terlalu polos. Bandit-bandit dunia persilatan bawahan Yingying ini, mana mungkin hanya dengan mendengarmu berbicara tentang Sepuluh Hukum Langit lantas bertobat begitu saja?"

Terdengar Yingying meneruskan berbicara, "Aku merasa amat berterima kasih, setelah mengucapkan terima kasih pada kepala biara, aku bersama dengan kedua biksuni itu meninggalkan Gunung Shaoshi, pada hari ketiga, aku mendengar bahwa Linghu......Tuan Linghu telah memimpin kawan-kawan dunia persilatan untuk datang menemuiku di Biara Shaolin. Biksuni Dingxian berkata, 'Kita harus bergerak cepat supaya bisa mencegat mereka sehingga mereka tak mengusik biksu-biksu agung Shaolin'. Malam hari itu, kami bertemu dengan seorang kawan dunia persilatan, ia berkata bahwa semua orang telah datang dari segala penjuru untuk berkumpul pada tanggal lima belas bulan dua belas di Biara Shaolin. Kedua biksuni itu segera berunding, mereka berkata bahwa para pendekar dunia persilatan itu terdiri dari berbagai macam orang, selain itu mereka datang dari berbagai tempat dan tak punya pemimpin, belum tentu semua mau mematuhi perintah Tuan Muda Linghu. Biksuni Dingxian segera menyuruhku untuk menyusul dan menemui......menemui Tuan Muda Linghu, dan minta kawanan itu untuk segera membubarkan diri. Kedua biksuni itu sendiri hendak pergi ke Shaolin, untuk membantu kepala biara menjaga ketenangan di tempat suci Buddha". 

Ia berbicara tanpa kenal lelah, suaranya jernih dan merdu, cara berbicaranya anggun, ketika ia berbicara tentang kedua biksuni itu, ia kedengaran agak sedih, namun saat berbicara tentang 'Tuan Muda Linghu', ia tak bisa menahan rasa jengahnya. Ketika Linghu Chong mendengarnya berbicara dari balik papan nama, mau tak mau perasaannya terguncang. 

Fang Zheng berkata, "Amituofo! Aku sangat berterima kasih atas maksud baik kedua biksuni itu. Begitu kabar tentang bahaya yang dihadapi Biara Shaolin tersebar, kawan-kawan dari berbagai perguruan aliran lurus, tak perduli apakah mereka mengenal kami atau tidak, datang untuk menyelamatkan kami, perguruan kami benar-benar tak tahu bagaimana kami dapat membalas budi baik ini. Untung saja kedua belah pihak tidak bertempur, sehingga bencana besar dapat dihindari. Ai, kedua biksuni itu memahami ajaran Buddha dengan sangat baik, mereka welas asih dan berbudi luhur, agama Buddha kami telah kehilangan dua orang tokoh agung, sungguh sangat disayangkan!" 

Yingying kembali berkata, "Setelah aku berpisah dengan kedua biksuni itu, malam itu aku diculik oleh Perguruan Songshan, aku tak berdaya melawan begitu banyak orang dan ditangkap oleh murid-murid Tuan Zuo, setelah dikurung selama beberapa hari, ayah dan Paman Xiang datang menyelamatkanku, tapi kawan-kawan dunia persilatan itu sudah terlanjur masuk ke Biara Shaolin. Ketika aku, ayah dan Paman Xiang bertiga belum berada setengah shichen di Shaolin, kami telah menemukan bahwa kedua biksuni itu telah meninggal dunia, tapi kami tak tahu bagaimana semua orang telah meninggalkan tempat ini". 

Fang Zheng berkata, "Kalau begitu, kedua biksuni itu bukan dicelakai oleh Tuan Ren dan Pelindung Kanan Xiang". Yingying berkata, "Aku telah diselamatkan oleh kedua biksuni itu dan berhutang budi pada mereka, aku merasa berterima kasih dan ingin membalas budi mereka. Kalau ayah dan Paman Xiang bertemu dengan kedua biksuni itu dan bertengkar dengan mereka, aku pasti akan mendamaikan kedua belah pihak, tak mungkin aku hanya berdiam diri saja". Fang Zheng berkata, "Perkataanmu itu masuk akal". 

Mendadak Yu Canghai menyela, "Kelakuan orang-orang Sekte Iblis terbalik dengan orang biasa, orang biasa membalas budi dengan budi, tapi orang jahat dan licik membalas budi dengan kejahatan". Xiang Wentian berkata, "Aneh sekali, aneh sekali! Kapan Ketua Yu masuk Sekte Iblis?" Yu Canghai berkata dengan gusar, "Kata siapa aku masuk Sekte Iblis?" Xiang Wentian berkata, "Kau bilang kami orang Sekte Iblis membalas budi dengan kejahatan. Akan tetapi Ketua Lin dari Biro Pengawalan Fu Wei di Fujian pernah menyelamatkan nyawa kalian semua, setiap tahun ia juga mengirimkan sepuluh ribu tahil perak, tapi Perguruan Qingcheng kalian malah membalasnya dengan membunuh Ketua Lin. Reputasi Ketua Yu yang membalas air susu dengan air tuba sudah terkenal di seluruh dunia, tak ada orang yang tak mengetahuinya. Kalau begitu, Ketua Yu tentunya adalah anggota agama kami. Bagus sekali, bagus sekali! Selamat datang!" Yu Canghai berkata dengan gusar, "Omong kosong, kentut anjing!" Xiang Wentian berkata, "Aku mengucapkan selamat datang, maksudku baik. Tapi Ketua Yu malah memakiku sebagai kentut anjing, kalau ini bukan membalas air susu dengan air tuba, apa namanya? Kita dapat melihat bahwa gunung dan sungai mudah diubah, namun watak seseorang tak bisa diubah. Kalau seseorang seumur hidupnya selalu membalas budi dengan kejahatan, wataknya itu akan secara tak sadar nampak dari perkataan dan perbuatannya". 

Biksu Fang Zheng khawatir kalau mereka akan terus berdebat kusir tanpa henti, maka ia berkata, "Mengenai siapa sebenarnya yang mencelakai kedua biksuni itu, mari kita tanyakan pada Tuan Muda Linghu, tentunya kejadian yang sebenarnya dapat terungkap. Namun kalian bertiga datang ke Biara Shaolin dan mencelakai delapan anggota perguruan lurus kami, entah apa sebabnya?" Ren Woxing berkata, "Selama aku malang melintang di dunia persilatan, tak ada seorangpun yang berani kurang ajar pada si tua ini. Kedelapan orang ini meneriakiku supaya keluar dari tempat persembunyianku, bukankah mereka pantas mati?" Fang Zheng berkata, "Amituofo, ternyata hanya karena mereka berteriak-teriak, Tuan Ren lantas membunuh mereka, apakah ini tidak keterlaluan?" 

Ren Woxing tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Kalau Biksu Fang Zheng berkata bahwa perbuatanku itu keterlaluan, perbuatanku itu memang keterlaluan. Kau tak membuat susah putriku, maka aku si tua ini berhutang budi padamu. Sebenarnya aku ingin mengucapkan terima kasih dan tak ingin berdebat denganmu, namun sekarang tak perlu mengucapkan terima kasih lagi, kedua belah pihak dianggap impas saja". 

Fang Zheng berkata, "Kalau Tuan Ren berkata semuanya sudah impas, ya semuanya akan kuanggap impas. Akan tetapi kalian bertiga telah datang ke biara kami ini dan membunuh delapan orang, bagaimana kita harus menyelesaikan masalah ini?" Ren Woxing berkata, "Penyelesaian apa? Pengikut Agama Mentari Rembulan kami sangat banyak, kalau kau punya kepandaian, silahkan datang dan bunuh delapan orang diantara mereka sebagai pembalasan". Biksu Fang Zheng berkata, "Amituofo, membunuh orang dengan sembarangan akan sangat memperberat karma buruk. Tuan Zuo, dua diantara delapan orang yang terbunuh adalah anggota perguruan tuan, menurut anda apa yang seharusnya kita lakukan?" 

Sebelum Zuo Lengchan sempat menjawab, Ren Woxing sudah mendahului berkata, "Akulah yang membunuh orang-orang itu, kenapa kau malah bertanya pada orang lain tentang apa yang seharusnya dilakukan, bukannya bertanya padaku? Kalau mendengar nada bicaramu, kalian ingin menggunakan jumlah kalian yang banyak untuk membunuh kami bertiga, benar tidak?" 

Fang Zheng berkata, "Kami mana berani melakukan hal seperti itu? Hanya saja setelah Tuan Ren kembali ke dunia persilatan akan banyak timbul masalah, aku khawatir akan banyak orang yang terbunuh di tangan Tuan Ren. Aku bermaksud minta kalian bertiga tinggal di biara kami ini untuk membaca kitab suci dan menyembah Sang Buddha, supaya dunia persilatan dapat merasakan kedamaian, bagaimana pendapat kalian bertiga?" 

Ren Woxing mendongak dan tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Bagus sekali, bagus sekali. Ide ini memang sangat cemerlang". 

Fang Zheng meneruskan berbicara, "Ketika putrimu tinggal di belakang biara kami, semua orang di biara ini memperlakukannya dengan hormat, ia tak pernah kurang suatu apa. Aku menahan putrimu bukan karena ingin membalas dendam atas kematian murid-murid perguruan kami. Ai, mata dibalas mata, tak ada habis-habisnya, bagaimana seorang murid Buddha dapat berbuat seperti itu? Beberapa murid Perguruan Shaolin tewas di tangan putrimu sebagai pembalasan akan dosa-dosa mereka di kehidupan mereka sebelumnya, hanya saja......hanya saja ia terlalu mudah membunuh, terlalu gampang melukai orang, kalau ia memperhalus budi pekertinya  dengan bersemedi di biara kami, hal ini akan berfaedah bagi semua orang". Ren Woxing tertawa dan berkata, "Kalau begitu, kepala biara bermaksud baik". Fang Zheng berkata, "Benar sekali. Akan tetapi peristiwa ini telah menimbulkan gelombang besar di dunia persilatan, sesuatu yang benar-benar diluar dugaanku. Lagipula, ketika putrimu datang dengan mengendong Pendekar Muda Linghu untuk minta pertolongan, ia berkata bahwa kalau aku sanggup menyelamatkan nyawa Pendekar Muda Linghu, ia akan dengan senang hati membayar jiwa murid-murid perguruan kami yang dibunuhnya dengan nyawanya sendiri. Aku berkata, tak usah membayar nyawa dengan nyawa, tapi ia harus tinggal sendirian di Gunung Shaoshi ini, dan tak boleh meninggalkan gunung itu tanpa izinku. Ia menyanggupinya. Nona Ren, apakah perkataanku ini benar?" 

Yingying berkata dengan lirih, "Benar". 

Ketika Linghu Chong mendengar Biksu Fang Zheng bercerita sendiri tentang kejadian saat Yingying mengendongnya naik gunung untuk mohon pertolongan, ia merasa amat berterima kasih, walaupun ia sudah pernah mendengar tentang kejadian ini dari orang lain, namun ketika mendengarnya dari mulut Biksu Fang Zheng sendiri, dan juga mendengar bagaimana Yingying melakukan semua itu seorang diri, adalah sangat berbeda dibandingkan dengan ketika mendengarnya dari orang lain, dan iapun tak kuasa menahan air matanya berlinangan.

Yu Canghai tertawa dan berkata, "Ternyata sudah penuh cinta, berbudi luhur pula. Tapi sayang sekali watak Linghu Chong ini sangat buruk. Tempo hari ia pernah tidur dengan pelacur di Kota Hengyang, aku menyaksikannya dengan mata kepalaku sendiri, benar-benar tak sepadan dengan cinta Nona Besar Ren padanya". Xiang Wentian tertawa dan berkata, "Ketua Yu melihatnya dengan mata kepala sendiri di rumah bordil itu? Apa tak salah lihat?" Yu Canghai berkata, "Tentu saja. Mana mungkin aku salah lihat?" Xiang Wentian berkata dengan suara rendah, "Ternyata Ketua Yu juga suka jajan, ya? Ternyata sama dengan aku. Di rumah bordil itu, siapa perempuan kesayanganmu? Mukanya lumayan, ya? Lain kali kau kutraktir jajan, bagaimana?" 

Yu Canghai murka, serunya, "Kentut, kentut!" Xiang Wentian berkata, "Aku mengajakmu ke rumah bordil, tapi kau malah memakiku. Ini namanya benar-benar membalas air susu dengan air tuba, bau sekali!" 

Fang Zheng berkata, "Tuan Ren, kalau kalian bertiga sudi bertapa di Gunung Shaoshi, kita semua akan menjadi teman. Asalkan kalian tak meninggalkan Gunung Shaosi, aku menjamin bahwa tak akan ada orang yang akan mencari gara-gara dengan kalian. Mulai saat ini kita akan menikmati kedamaian, bukankah semua orang akan senang?"

Ketika Linghu Chong mendengar bahwa Biksu Fang Zheng berbicara dengan amat tulus, ia berpikir, "Biksu agung ini tak memahami keadaan dunia, benar-benar sangat polos. Mereka bertiga membunuh orang tanpa berkedip, kalau kau berkata bahwa mereka akan dengan sukarela tinggal di Gunung Shaoshi, kau cuma mimpi di siang bolong belaka". 

Ren Woxing tersenyum, lalu berkata, "Kepala biara bermaksud baik, dan juga bersedia mengurus segala sesuatunya, seharusnya aku menurut". Fang Zheng berkata dengan girang, "Jadi tuan bersedia tinggal di Gunung Shaoshi ini?" Ren Woxing berkata, "Benar". Fang Zheng berkata dengan girang, "Aku akan mempersiapkan jamuan makanan tak berjiwa, sejak hari ini, kalian bertiga adalah tamu-tamu Biara Shaolin yang terhormat". Ren Woxing berkata, "Tapi kami paling lama hanya dapat tinggal selama tiga shichen, tak bisa lebih lama lagi". Biksu Fang Zheng kecewa, katanya, "Hanya tiga shichen? Apa gunanya?" Ren Woxing berkata sembari tertawa, "Sebenarnya aku ingin tinggal beberapa hari lamanya dan minta kepala biara untuk mengajariku agama Buddha, dan juga berbincang-bincang dengan kawan-kawan sekalian, tapi namaku tidak baik, apa boleh buat". 

Dengan frustrasi Fang Zheng berkata, "Aku tak mengerti. Apa hubungannya dengan nama tuan?" 

Ren Woxing berkata, "Margaku tak baik, namaku juga tak baik. Margaku 'Ren', namaku 'Woxing'. Kalau tahu akan begini, dari dulu seharusnya aku dinamai 'Nixing', supaya semua lebih mudah. Sekarang aku sudah terlanjur dinamai 'Woxing', maka aku terpaksa menuruti watakku dan pergi kesana kemari sesuka hatiku".[2]

Fang Zheng berkata dengan gusar, "Rupanya Tuan Ren hanya mempermainkanku saja". 

Ren Woxing berkata, "Aku tak berani, aku tak berani. Diantara para jago di dunia ini, hanya beberapa orang yang kukagumi, setelah kuhitung-hitung, hanya ada tiga setengah orang, biksu agung adalah salah satunya. Selain itu masih ada tiga setengah orang lagi yang tak kukagumi". 

Perkataan ini diucapkannya dengan tulus, tanpa maksud untuk mengolok-olok sedikitpun. Fang Zheng berkata, "Amituofo, aku tak berani menerimanya". 

Ketika Linghu Chong mendengar bahwa diantara para jago di dunia ini ia mengagumi tiga setengah orang, dan tak mengagumi tiga setengah orang lainnya, ia amat heran, ia sangat ingin tahu siapa orang-orang yang dimaksudnya, selain Biksu Fang Zheng. 

Terdengar suara seseorang bertanya dengan lantang, "Tuan Ren, siapa lagi yang kau kagumi?" Barusan ini ketika Fang Zheng memperkenalkan Ren Woxing dan yang lainnya kepada suami istri Yue Buqun, kedua belah pihak berdebat tak ada habis-habisnya, sehingga ia tak sempat memperkenalkan orang-orang lainnya. Dengan mendengarkan suara napas orang-orang di bawahnya, Linghu Chong tahu bahwa rombongan Fang Zheng terdiri dari sepuluh orang, selain Biksu Fang Zheng, guru, ibu guru, Pendeta Chong Xu, Zuo Lengchan, Pendeta Tianmen dan Yu Canghai, masih ada tiga orang lagi. Orang yang suaranya lantang itu entah siapa. 

Ren Woxing tertawa dan berkata, "Mohon maaf yang sebesar-besarnya, yang mulia tak termasuk di dalamnya". Orang itu berkata, "Aku mana berani disejajarkan dengan Biksu Fang Zheng? Tentunya aku adalah orang yang tak dikagumi Tuan Ren". Ren Woxing berkata, "Kau juga tak termasuk dalam tiga setengah orang yang tak kukagumi. Kalau kau berlatih kungfu tiga puluh tahun lagi, mungkin kau akan menjadi orang yang tak kukagumi". Orang itu terdiam dan tak bersuara lagi. 

Linghu Chong berkata dalam hati, "Ternyata ingin menjadi orang yang tak kau kagumi juga tak mudah". 

Fang Zheng berkata, "Perkataan Tuan Ren ini menarik". Ren Woxing berkata, "Biksu agung, apa kau tak ingin tahu siapa yang kukagumi dan tak kukagumi?" Fang Zheng berkata, "Aku ingin mendengarkan pendapatmu yang cemerlang". Ren Woxing berkata, "Biksu agung, kau telah mempelajari Kitab Pengubah Urat dengan seksama, baik tenaga dalam maupun ilmu luarmu telah mencapai puncak kesempurnaan, namun kau welas asih dan rendah hati, tak seperti si tua yang angkuh ini, oleh karenanya aku benar-benar mengagumimu". Fang Zheng berkata, "Aku tak berani". 

Ren Woxing berkata, "Tapi diantara orang-orang yang kukagumi, biksu agung bukan yang nomor satu. Tokoh dunia persilatan yang paling kukagumi adalah Dongfang Bubai yang telah merebut kedudukan ketua Agama Mentari Rembulan dariku". 

"Oh!", ujar semua orang, jelas bahwa perkataannya itu sama sekali tak mereka sangka. Untung saja Linghu Chong dapat menahan rasa kagetnya, ia berpikir bahwa karena Dongfang Bubai, ia telah dikurung selama bertahun-tahun, tentunya ia membencinya sampai ke tulang sumsum, tak nyana ia malah paling mengaguminya. 

Ren Woxing berkata, "Ilmu silatku sudah tinggi, dan aku juga amat waspada, aku mengira bahwa di dunia ini sudah tak ada orang yang dapat menandingiku, tapi tak nyana aku dapat terjerumus ke dalam perangkap Dongfang Bubai, hampir saja aku terkubur di dasar danau, selamanya tak dapat membebaskan diri. Dongfang Bubai adalah seorang tokoh yang begitu lihai, bagaimana aku bisa tak mengaguminya?" Fang Zheng berkata, "Perkataan tuan itu masuk akal". 

Ren Woxing berkata, "Orang ketiga yang kukagumi adalah seorang jago nomor wahid zaman ini dari Perguruan Huashan". Perkataannya ini tak disangka-sangka oleh Linghu Chong, dari perkataannya selama ini, ia sama sekali tak memperhatikan Yue Buqun, ternyata dalam hati ia mengaguminya. 

Nyonya Yue berkata, "Kau tak usah menyindir orang seperti ini". 

Ren Woxing tertawa, "Hahaha, Nyonya Yue, kau mengira yang kubicarakan itu adalah suamimu? Dia......dia masih kalah jauh. Orang yang kukagumi itu adalah Tuan Feng Qingyang yang hebat ilmu pedangnya. Ilmu pedang Tuan Feng jauh lebih tinggi dibandingkan denganku, aku tak akan bisa mencapai tingkat seperti itu, maka aku mengaguminya dengan sepenuh hati, aku sama sekali tak berpura-pura". 

Fang Zheng bertanya, "Tuan Yue, apa Tuan Feng Qingyang masih hidup?" 

Yue Buqun berkata, "Paman Guru Feng sudah puluhan tahun yang lalu.....mengundurkan diri dan sama sekali tak memberi kabar pada perguruan kami. Kalau beliau masih hidup, ini adalah keberuntungan besar bagi perguruan kami". 

Ren Woxing tertawa dingin, "Tuan Feng berasal dari Faksi Pedang, sedangkan kau dari Faksi Tenaga Dalam. Faksi Pedang dan Tenaga Dalam di Perguruan Huashan selamanya tak dapat hidup bersama. Kalau beliau masih hidup, apa untungnya bagimu?" 

Setelah mendengar teguran itu, Yue Buqun diam tak bersuara. 

Sebelumnya Linghu Chong telah menduga bahwa Feng Qingyang adalah seorang tokoh Faksi Pedang dari perguruannya, sekarang ketika mendengar perkataan Ren Woxing itu, yang sama sekali tak disangkal oleh gurunya, ia tak lagi meragukannya. 

Ren Woxing tertawa dan berkata, "Kau tak usah khawatir, Tuan Feng adalah seorang jago yang sudah tak memperdulikan urusan duniawi, apa kau pikir ia ingin menjadi ketua Perguruan Huashan, dan akan datang merebut tahtamu?" Yue Buqun berkata, "Aku adalah orang yang tak cakap dan berbudi, kalau Paman Guru Feng sudi memberiku nasehat, hal ini adalah sesuatu yang sangat mengembirakan. Tuan Ren, kalau anda dapat menunjukkan tempat dimana beliau berada sehingga aku dapat menghadap Paman Guru Feng, Perguruan Huashan akan merasa amat berterima kasih padamu". Ia berbicara dengan amat tulus. Ren Woxing berkata, "Pertama, aku tak tahu Tuan Feng berada dimana. Kedua, kalaupun aku tahu, aku tak akan memberitahukannya padamu. Tombak yang ditusukkan dari depan mudah dihindari, akan tetapi tusukan dari belakang sulit ditangkis. Orang yang benar-benar jahat mudah diatasi, tapi seorang budiman palsu benar-benar membuat orang pusing". Yue Buqun tak berkata apa-apa lagi. 

Linghu Chong berkata dalam hati, "Guru adalah seorang budiman yang anggun, ia tak sudi bertukar kata-kata kasar dengan Ren Woxing". 

Ren Woxing berbalik dan berkata kepada ketua Perguruan Wudang, Pendeta Chong Xu, "Orang keempat yang dikagumi si tua ini adalah si pendeta hidung kerbau. Ilmu pedang Taiji Perguruan Wudangmu mempunyai keistimewaan tersendiri, amat cemerlang dan hebat, sangat luar biasa, tapi kau selalu menjaga kemurnian dirimu dan tak mencampuri urusan orang lain di dunia persilatan. Akan tetapi kau tak mampu mendidik murid, diantara murid-murid Perguruan Wudangmu, tak ada seorangpun yang menonjol, setelah kau si hidung kerbau ini menunggang bangau ke surga, jangan-jangan ilmu pedang Taiji yang hebat itu tak ada ahli warisnya lagi. Lagipula, walaupun ilmu pedang Taijimu tinggi, kau belum tentu mampu menang terhadap si tua ini, oleh karena itu aku cuma setengah mengagumimu saja". 

Pendeta Chong Xu berkata sembari tertawa, "Dapat setengah dikagumi saja oleh Tuan Ren sudah membuat wajahku dilabur emas, banyak terima kasih!" 

Ren Woxing berkata, "Tak usah segan-segan". Ia berpaling ke arah Zuo Lengchan dan berkata, "Ketua besar Zuo, kau tak usah tersenyum-senyum, padahal dalam hati kau memendam amarah, walaupun kau tak termasuk dalam daftar orang-orang yang kukagumi, tapi diantara tiga setengah orang yang tak kukagumi, yang mulia adalah yang nomor satu". Zuo Lengchan tertawa dan berkata, "Aku merasa sangat tersanjung". 
Ren Woxing berkata, "Ilmu silatmu tinggi, tipu muslihatmu juga hebat, sangat sesuai dengan seleraku. Kau ingin melebur Perguruan Pedang Lima Puncak dan ingin menjadi salah satu dari tiga soko guru dunia persilatan bersama dengan Wudang dan Shaolin, kepandaianmu tinggi dan ambisimu besar, benar-benar luar biasa. Tapi kau selalu bertindak dengan sembunyi-sembunyi, membuat berbagai persekongkolan dan tipu muslihat, ini bukan sikap seorang gagah dan membuat orang sangat tidak mengagumimu". 

Zuo Lengchan berkata, "Diantara tiga setengah orang yang tak kukagumi, yang mulia hanya kuhitung setengah saja". 

Ren Woxing berkata, "Kau cuma bisa menirukan perkataan orang saja dan sama sekali tak punya pikiran sendiri, oleh karena itu kau tak dikagumi orang. Walaupun kau telah mempelajari ilmu silat Perguruan Songshan secara mendalam, tapi semuanya itu hanya warisan orang saja. Kalau hanya mengandalkan kepadaianmu sendiri saja, jangan-jangan setelah bertahun-tahun berlalu, kita sama sekali tak akan dapat melihat jurus-jurus baru". 

Zuo Lengchan mendengus, sambil tersenyum sinis ia berkata, "Yang mulia bicara tak tentu arah untuk mengulur-ulur waktu saja, atau untuk menunggu bala bantuan datang?" 

Ren Woxing tertawa dingin dan berkata, "Kau berkata demikian, apa karena dengan mengandalkan jumlah kalian yang banyak, lantas ingin mengeroyok kami bertiga?" 

Zuo Lengchan berkata, "Kalian bertiga datang ke Shaolin dan mencelakai orang baik-baik, tapi hari ini kalian berpikir bahwa kalian masih bisa pergi begitu saja, kalian terlalu memandang kami dengan sebelah mata. Kalau kau bilang kami mengandalkan jumlah yang banyak untuk menang, apa boleh buat, tak menuruti kebiasaan di dunia persilatan juga tak apa. Kau telah membunuh murid-murid Perguruan Songshan kami, karena Zuo Lengchan sudah ada di depan mata, hari ini aku hendak minta petunjuk yang cemerlang dari yang mulia". 


Catatan Kaki Penerjemah
[1] 'Wilayah Yang Sejuk Dan Menyegarkan'.
[2] 'Ren Woxing' berarti 'berbuat sesuka hatiku', sedangkan 'Nixing' berarti 'berbuat sesuai dengan kemauanmu'. 

Bagian Kedua

Ren Woxing bertanya pada Biksu Fang Zheng, "Kepala biara, apakah tempat ini termasuk wilayah Biara Shaolin atau Perguruan Songshan?" Fang Zheng berkata, "Tuan sudah tahu tapi masih sengaja bertanya, tentu saja tempat ini adalah wilayah Biara Shaolin". Ren Woxing berkata, "Kalau begitu, dalam pertarungan ini, kepala biara Shaolinlah yang berhak menentukannya, atau ketua Perguruan Songshan?" Fang Zheng berkata, "Walaupun aku yang menentukannya, namun kalau kawan-kawan semua ada yang mempunyai ide yang cemerlang, aku akan mendengarkannya". 

Ren Woxing mendongak dan tertawa terbahak-bahak, "Benar, memang sebuah ide yang cemerlang, karena tahu jelas bahwa kalau bertarung satu lawan satu pasti akan kalah, maka ia ingin mengeroyokku. Marga Zuo, kalau hari ini kau bisa menghadang Ren Woxing, si marga Ren ini tak perlu bertarung denganmu, aku akan mengorok leher sendiri di depanmu". 

Zuo Lengchan tertawa sinis, lalu berkata, "Kami disini bersepuluh, kami mungkin tak bisa menghadangmu, tapi membunuh putrimu bukanlah hal yang sukar". 

Fang Zheng berkata, "Membunuh orang tak diperbolehkan". 

Jantung Linghu Chong berdebar-debar tak keruan, ia tahu bahwa apa yang dikatakan Zuo Lengchan memang benar, walaupun ia tak tahu siapa tiga orang lainnya diantara kesepuluh orang yang berada di bawahnya itu, namun ia menduga bahwa mereka juga ilmu silatnya setaraf dengan Fang Zheng, Chong Xu dan yang lainnya, kalaupun bukan ketua perguruan, masih seorang jago kelas satu juga. Ilmu silat Ren Woxing tinggi, kemungkinan besar ia akan dapat meloloskan diri. Namun sukar dikatakan apakah Xiang Wentian akan dapat menyelamatkan nyawanya dan meloloskan diri juga, sedangkan Yingying lebih-lebih tak punya harapan lagi.

Ren Woxing berkata, "Bagus sekali. Ketua besar Zuo punya seorang putra, namanya 'Si Cemara Dingin Di Awang-Awang' Zuo Ting, kabarnya ilmu silatnya mengecewakan, otaknya juga tak terlalu cemerlang, gampang sekali untuk dibunuh. Si Budiman Yue punya seorang putri. Ketua Yu sepertinya punya beberapa gundik kesayangan, dan juga punya tiga putra yang masih kecil. Pendeta Tianmen tak punya putra atau putri, tapi murid yang disayanginya tak sedikit. Tuan Mo Da punya ayah dan ibu yang sudah tua di rumah. Si Pedang Langit Dan Bumi Zhen Shanzi dari Perguruan Kunlun punya cucu lelaki tunggal. Selain itu masih ada ketua besar Xie dari Gaibang, Pelindung Kiri Xiang, apakah di dunia ini Ketua Xie punya orang yang disayangi?" 

Linghu Chong berkata dalam hati, "Ternyata Tuan Mo Da juga sudah datang. Orang-orang ini sebenarnya tak perlu diperkenalkan oleh Biksu Fang Zheng kepada Tuan Ren, ia tak cuma tahu sosok kesepuluh lawannya, tapi pengalaman hidup dan anggota keluarga mereka juga sudah diselidiki olehnya dengan seksama". 

Xiang Wentian berkata, "Kabarnya Pelindung Teratai Hijau dan Putih Gaibang, walaupun tak bermarga Xie, tapi merupakan anak-anak haram Ketua Xie". Ren Woxing berkata, "Apa kau tak salah? Jangan sampai kita salah membunuh orang baik". Xiang Wentian berkata, "Pasti tak salah, hamba sudah menanyakannya dengan jelas". Ren Woxing berkata, "Kalaupun kita salah membunuh orang, apa boleh buat, kalau kita membunuh tiga atau empat puluh orang Gaibang, pasti ada beberapa yang memang benar-benar harus dibunuh". Xiang Wentian berkata, "Pikiran ketua sungguh cemerlang!" 

Begitu ia menyebutkan anggota keluarga mereka masing-masing, Zuo Lengchan, Ketua Jie dan yang lain-lain merasa jeri, mereka tahu dengan jelas bahwa perkataan orang ini bukan hanya omong kosong belaka, kalau mereka semua tak bisa menghadangnya, tapi membunuh putrinya, ia pasti akan membalas dendam dengan cara yang mengerikan. Sanak saudara dan orang-orang yang mereka sayangi akan sukar menghindari tangan jahatnya, ketika memikirkan hal ini mereka semua menggigil ketakutan. Dalam sekejap aula itu menjadi sunyi senyap, wajah semua orang menjadi pucat pasi. 

Setelah beberapa lama, Fang Zheng berkata, "Mata di balas mata, tak akan ada akhirnya. Tuan Ren, kami pasti tak akan mencelakai Nona Besar Ren, kami hanya ingin kalian bertiga tinggal di Gunung Shaoshi selama sepuluh tahun". 

Ren Woxing berkata, "Tak bisa, nafsu membunuhku telah muncul, aku tak bisa menahan diri untuk mematahkan keempat anggota tubuh putra ketua besar Zuo dan membutakan sepasang matanya, lalu membunuh gundik-gundik kesayangan dan putra-putra Ketua Yu. Putri tercinta Tuan Yue lebih-lebih tak akan kubiarkan hidup di dunia ini". 

Linghu Chong amat terkejut, ia tak tahu apakah gembong Sekte Iblis yang perasaannya sulit diselami ini hanya mengeluarkan ancaman kosong, atau apakah ia benar-benar hendak melakukan pembunuhan besar-besaran. 

Pendeta Chong Xu berkata, "Tuan Ren, kita bertaruh saja, bagaimana?" 

Ren Woxing berkata, "Si tua ini kalau bertaruh selalu tak beruntung, aku tak punya keyakinan dalam bertaruh, tapi aku yakin dapat membunuh orang. Aku belum pasti dapat membunuh seorang jago, tapi aku pasti bisa membunuh orang tua, anak-anak, istri tua dan istri muda seorang jago". Pendeta Chong Xu berkata, "Mereka tak bisa silat, membunuh mereka bukan tindakan seorang gagah" Ren Woxing berkata, "Walaupun bukan tindakan seorang gagah, tapi kalau aku bisa membuat musuhku bersedih seumur hidup, si tua ini akan sangat senang". Pendeta Chong Xu berkata, "Kalau kau sendiri tak punya putri, kau tak akan bahagia. Kalau kau tak punya putri, kau juga tak akan punya menantu. Menantumu akan menjadi menantu keluarga lain, sehingga kau juga tak punya pamor". Ren Woxing berkata, "Tak ada jalan lain, tak ada jalan lain. Aku akan terpaksa membunuh mereka semua, siapa suruh menantuku itu mengecewakan putriku?" 

Pendeta Chong Xu berkata, "Begini saja, kami tak akan mengandalkan jumlah banyak untuk menang, dan kau tak akan sembarangan membunuh orang. Kita akan secara adil menggunakan ilmu silat untuk menentukan menang atau kalah. Kalian bertiga dan tiga orang diantara kami akan bertanding tiga kali, yang memenangkan dua dari tiga pertandingan dianggap menang". 

Fang Zheng cepat-cepat berkata, "Aku sangat setuju, ide Saudara Chong Xu memang luar biasa. Kita bertanding secara bersahabat, tak perlu sampai membunuh orang". 

Ren Woxing berkata, "Kalau kami bertiga kalah, kami harus tinggal di Gunung Shaoshi selama sepuluh tahun dan tak boleh turun gunung, benar tidak?" 

Pendeta Chong Xu berkata, "Tepat sekali. Kalau kalian bertiga memenangkan dua pertandingan, kami akan mengakui kekalahan dan membiarkan kalian turun gunung. Kedelapan murid itu terpaksa dianggap mati dengan sia-sia". 

Ren Woxing berkata, "Aku merasa setengah kagum pada kalian hidung kerbau, aku rasa perkataan kalian cukup masuk akal. Siapa tiga orang yang akan maju diantara kalian? Kalau aku yang memilih, boleh tidak?" 

Zuo Lengchan berkata, "Kepala biara adalah tuan rumah, dia pasti akan turun ke gelanggang pertarungan. Ilmu silatku telah kusisihkan selama belasan tahun, sekarang aku ingin menjajal-jajal kepandaianku. Bagaimana dengan pertandingan ketiga? Ide pertandingan ini muncul dari Pendeta Chong Xu, pada akhirnya ia tak dapat hanya berpangku tangan saja. Ia terpaksa harus memperlihatkan Ilmu Pedang Taijinya". Diantara mereka bersepuluh, walaupun tak ada yang jago kelas dua, namun secara keseluruhan Biksu Fang Zheng, Pendeta Tianmen dan dirinya sendirilah yang paling tinggi ilmu silatnya. Begitu ia menyebut nama ketiga orang itu, boleh dikatakan bahwa mereka pasti akan menang. Yingying hanyalah seorang gadis berusia delapan belas atau sembilan belas tahun, walaupun ilmu silatnya tinggi, latihannya masih terbatas, kalau ia bertarung melawan seorang ketua perguruan, ia pasti akan kalah. 

Yue Buqun dan yang lain-lain sama-sama menyetujuinya. Fang Zheng, Chong Xu dan Zuo Lengchan adalah tiga jago utama aliran lurus, kepandaian mereka masing-masing sepertinya tidak berada di bawah Ren Woxing, bahkan kalau dibandingkan dengan Xiang Wentian jangan-jangan mereka masih sedikit lebih unggul, untuk memenangkan dua dari tiga pertandingan itu, tujuh atau delapan puluh persen kemungkinan menang berada di tangan mereka, bahkan untuk memenangkan ketiga pertandingan sekaligus, kesempatan mereka limapuluh persen. Yang dikhawatirkan setiap orang hanya kalau mereka tak dapat menangkap Ren Woxing sehingga ia bisa lari turun gunung dan mencelakai keluarga dan murid-murid mereka dengan cara-cara yang kejam. 

Ren Woxing berkata, "Syarat memenangkan dua dari tiga pertandingan ini tak tepat, kita bertanding satu kali saja. Kalian memilih seseorang, dan di pihak kami aku juga akan memilih seseorang, dengan demikian urusan pertandingan ini menjadi lebih sederhana". 

Zuo Lengchan berkata, "Saudara Ren, hari ini kalau kalian hanya memiih satu orang untuk bertarung, kalian akan berada di bawah angin. Jangankan kami bersepuluh disini, yang sudah lebih dari tiga kali lipat jumlah pihak kalian, begitu kepala biara mengeluarkan perintah, jago-jago dari Perguruan Shaolin yang akan muncul saja ada dua atau tiga puluh orang, sedangkan jago-jago dari perguruan lain tak terhitung jumlahnya". Ren Woxing berkata, "Makanya kalian ingin menang dengan mengandalkan jumlah kalian yang lebih banyak". Zuo Lengchan berkata, "Tepat sekali, kami ingin menang dengan mengandalkan jumlah kami yang lebih banyak". Ren Woxing berkata, "Kalian benar-benar tak tahu malu". Zuo Lengchan berkata, "Orang yang membunuh orang lain tanpa alasan juga tak tahu malu". 

Ren Woxing berkata, "Membunuh orang apa harus ada alasannya? Ketua besar Zuo, kau makan daging atau makanan tak berjiwa?" Zuo Lengchan mendengus dan berkata, "Kalau ingin membunuh, kubunuh saja orang itu, untuk apa makan makanan yang tak berjiwa segala?" Ren Woxing berkata, "Setiap kali kau membunuh orang, apakah orang itu selalu pantas dibunuh?" Zuo Lengchan berkata, "Tentu saja". Ren Woxing berkata, "Kau makan sapi dan kambing, memangnya sapi dan kambing itu salah apa?" 

Biksu Fang Zheng berkata, "Omituofo, perkataan Tuan Ren itu penuh rasa welas asih". Zuo Lengchan berkata, "Biksu Fang Zheng, jangan biakan ia menipu anda, ia menyamakan kedelapan murid kita yang terbunuh tanpa dosa dengan sapi dan kambing". Ren Woxing berkata, "Cacing, semut, sapi, kambing, bodhisatwa dan orang biasa semuanya makhluk hidup". Fang Zheng kembali berkata, "Benar, benar. Amituofo!"  

Zuo Lengchan berkata, "Saudara Ren, kau terus mengulur-ulur waktu, apa hari ini kau tak berani bertarung?" 

Mendadak Ren Woxing mengeluarkan sebuah suitan panjang sehingga genting rumah tergetar, dua belas lilin yang berada di atas meja altar serentak meredup, setelah suara suitannya berhenti, barulah cahaya liin itu kembali menyala dengan terang. Ketika semua orang mendengar suitan itu, mau tak mau jantung mereka berdebar-debar tak keruan, wajah mereka menjadi pucat. 

Ren Woxing berkata, "Baik, marga Zuo, ayo kita coba-coba". Zuo Lengchan berkata, "Begitu seorang lelaki sejati berjanji, empat ekor kudapun sulit untuk menariknya kembali. Dalam pertandingan ini, kalau dua orang diatara kalian kalah, kalian bertiga harus tinggal di Gunung Shaoshi selama sepuluh tahun". 

Ren Woxing berkata, "Baiklah! Dalam pertandingan ini, kalau ada dua orang diantara kami yang kalah, kami bertiga akan tinggal di Gunung Shaoshi selama sepuluh tahun". Ketika orang-orang aliran lurus mendengar bahwa dia telah berhasil dipancing oleh Zuo Lengchan untuk menyetujui persyaratan itu, wajah mereka semua nampak berseri-seri. 

Ren Woxing berkata, "Aku akan bertarung denganmu, Pelindung Kiri Xiang dengan si cebol Yu, putriku harus bertarung dengan seorang wanita juga, mohon petunjuk dari Pendekar Wanita Ning". Zuo Lengchan berkata, "Tak bisa. Tiga orang yang akan bertanding dari pihak kami ini harus dipilih oleh kami sendiri, masa kau yang memilih mereka?" Ren Woxing berkata, "Harus kau sendiri yang memilih, tak bisa dipilih oleh pihak lawan?" 

Zuo Lengchan berkata, "Benar sekali. Ketua Shaolin dan Wudang, dan juga diriku yang rendah ini". Ren Woxing berkata, "Dengan mengandalkan pamor, kedudukan dan ilmu silatmu ini, bagaimana kau bisa disejajarkan dengan ketua Shaolin dan Wudang?" Zuo Lengchan memdengus, lalu berkata, "Aku sendiri tak berani menyejajarkan diri dengan ketua Shaolin dan Wudang, tapi aku bisa bertarung denganmu". 

Ren Woxing tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Biksu Fang Zheng aku mohon pelajaran pukulan sakti Shaolin darimu, apakah Biksu Fangzheng bersedia bertanding denganku?" 

Fang Zheng berkata, "Amituofo. Kungfuku sudah lama tak kulatih, aku bukan tandingan tuan. Tapi aku ingin sekali menahan tuan supaya tinggal disini, maka aku terpaksa membiarkan tulang-tulangku yang tua ini untuk menerima pukulanmu". 

Zuo Lengchan melihat bahwa ia ternyata menantang Biksu Fangzheng, jelas bahwa ia sengaja melakukannya untuk mengejek dirinya, namun dalam hati ia merasa girang, diam-diam ia berpikir, "Tadinya aku khawatir kau akan mengajakku bertarung, menyuruh Xiang Wentian bertarung dengan Chong Xu, lalu menyuruh putrimu bertarung dengan Fang Zheng. Ilmu silat Xiang Wentian hebat, kalau Chong Xu lalai, dan aku kalah melawanmu, keadaan akan jadi runyam". Ia tak lagi banyak bicara dan bergeser beberapa langkah ke samping. 

Orang-orang yang lain menyingkirkan kedelapan mayat ke samping untuk mengosongkan gelanggang pertarungan di tengah aula itu. 

Ren Woxing berkata, "Silahkan, Biksu Fang Zheng". Kedua lengan bajunya berkibar-kibar, ia merangkap tangan memberi hormat. Fang Zheng menangkupkan kedua tangannya membalas menghormat, lalu berkata, "Tuan silahkan membuka serangan dahulu". Ren Woxing berkata, "Aku akan menggunakan kungfu murni dari Agama Mentari Rembulan, sedangkan guru besar akan menggunakan ilmu silat murni Shaolin, murni melawan murni, sehingga kita harus melangsungkan pertarungan ini". 

Yu Canghai berkata, "Bah! Di Sekte Iblismu mana ada yang murni? Tak punya malu!" Ren Woxing berkata, "Kepala biara, biarkan aku membunuh si cebol Yu dulu, baru bertarung denganmu. Aku ingin membunuh si cebol Yu karena muak melihatnya, kalau hari ini aku tak membunuhnya, aku tak akan menganggap pertarungan ini". Fang Zheng berkata, "Jangan". Ia tahu bahwa orang ini bergerak bagai kilat, serangannya bagai guntur, mungkin Yu Canghai akan benar-benar terbunuh olehnya, maka ia segera bergerak, dengan enteng ia melayangkan sebuah pukulan seraya berkata, "Tuan Ren, silahkan menerima pukulan". 

Pukulan ini nampak biasa, namun begitu sampai di tengah jalan, telapaknya samar-samar bergoyang-goyang dan berubah menjadi dua telapak, dua telapak berubah menjadi empat telapak, empat telapak berubah menjadi delapan telapak. Ren Woxing berseru, "Seribu Tapak Rulai!" Ia tahu bahwa begitu terlambat sekejap saja, delapan telapaknya akan berubah menjadi enam belas telapak, dan setelah itu secara ajaib berubah menjadi tiga puluh dua telapak, maka ia berseru dan segera memukul, menyerang ke arah bahu kanan Fang Zheng. Fang Zheng melancarkan pukulan dengan telapak kirinya dari bawah telapak kanannya, pukulannya itu samar-samar bergoyang-goyang, satu menjadi dua, dua menjadi empat, bayangan telapaknya menari-nari di udara. Ren Woxing melompat, sambil berseru ia memukul dua kali. 

Dari tempatnya yang tinggi, Linghu Chong memperhatikan pertarungan itu dengan seksama, ia melihat bahwa jurus-jurus telapak Fang Zheng tak dapat ditebak, setiap kali ia memukul, ketika baru sampai di tengah-tengah, gerakannya berubah ke berbagai posisi, ilmu pukulannya itu amat fantastis, sesuatu yang belum pernah dilihatnya seumur hidupnya.Tapi jurus-jurus telapak Ren Woxing sederhana tanpa banyak kembangannya, ia memukul dan menerima pukulan seakan dengan kaku, akan tetapi tak perduli sebagaimana aneh dan tak bisa ditebaknya jurus-jurus telapak Biksu Fang Zheng, setiap kali ia bertemu dengan pukulan Ren Woxing, ia selalu mengubah jurusnya, nampaknya mereka berdua adalah lawan yang setimpal. 

Ilmu pukulan Linghu Chong amat dangkal, karena ia masih belum menguasai 'Jurus Pemecah Pukulan' dari Sembilan Pedang Dugu, ia tak bisa melihat kelemahan dalam ilmu pukulan lawan dan tak bisa menyerang titik lemahnya. Ketika kedua jago kelas wahid ini mengerahkan ilmu pukulan tertinggi di dunia ini, ia sama sekali tak memahaminya, dan tak mengerti kehebatan yang terkandung di dalamnya, pikirnya, "Dalam ilmu pedang aku sudah dapat mengalahkan Pendeta Chong Xu, kalau bertarung dengan Tuan Ren, aku juga tak akan kalah. Tapi kalau bertemu dengan ilmu pukulan kedua orang yang ada di depan mataku ini, aku akan terpaksa menyerang secara membabi buta dengan pedang tajam. Kakek Guru Feng berkata bahwa setelah aku berlatih dua puluh tahun lagi, aku baru bisa bertanding dengan jago-jago dunia ini, kata-katanya itu terutama menunjuk pada 'Jurus Pemecah Pukulan' itu". Setelah menonton beberapa lama, ia melihat Ren Woxing tiba-tiba mendorong dengan kedua telapaknya dan Biksu Fang Zheng mundur tiga langkah, Linghu Chong terkejut, dalam hati ia berseru, "Aiyo, celaka, Biksu Fang Zheng kalah". Lalu ia melihat telapak kiri Biksu Fang Zheng bergerak melingkar beberapa kali, sedangkan telapak kanannya dengan cepat memukul, setelah ia memukul beberapa kali, Ren Woxing mundur selangkah, ia memukul lagi beberapa kali, dan Ren Woxingpun lagi-lagi mundur selangkah. 

Linghu Chong berkata dalam hati, "Celaka, celaka!" Diam-diam ia menghela napas, tiba-tiba ia berpikir, "Kenapa saat aku melihat Biksu Fang Zheng hampir kalah, aku menjadi khawatir, dan kalau ia dapat merebut kembali posisinya, aku malah merasa senang? Biksu Fang Zheng adalah seorang biksu agung yang telah mencapai pencerahan, bagaimanapun juga Ketua Ren adalah tokoh aliran sesat, ternyata hatiku masih bisa membedakan yang jahat dan yang baik". Ia kembali berpikir, "Tapi kalau Ketua Ren kalah, Yingying akan dikurung di Gunung Shaoshi selama sepuluh tahun, bagaimana aku bisa menginginkan hal itu?" Seketika itu juga, dirinya sendiripun tak tahu siapa sebenarnya yang diharapkannya untuk menang atau kalah, dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia samar-samar merasa bahwa begitu ayah beranak Ren Woxing dan Xiang Wentian masuk ke dunia persilatan, akan timbul gelombang besar. Namun ia lagi-lagi berpikir, "Kalau timbul gelombang besar, apa jeleknya? Bukankah suasana akan menjadi sangat ramai?" 

Pandangan matanya perlahan-lahan berpindah, ia melihat Yingying sedang bersandar pada sebuah tiang, raut wajahnya nampak jeri dan rapuh, seakan tak mampu menahan terpaan angin, alisnya yang cantik nampak agak berkerut seakan ia amat cemas, sekonyong-konyong rasa simpati memenuhi hatinya, pikirnya, "Bagaimana aku bisa membiarkannya terkurung selama sepuluh tahun? Bagaimana ia sanggup menanggung penderitaan ini?" Ia mengenang bagaimana demi menyelamatkan dirinya ia bersedia untuk menyerahkan nyawanya sendiri, seumur hidupnya, guru dan kawan-kawan yang memperlakukannya dengan baik tak sedikit, namun tak ada seorangpun yang rela mempersembahkan hidupnya demi dirinya. Darah panas bergolak di dadanya, ia merasa bahwa jangankan Yingying adalah putri ketua Sekte Iblis, sekalipun ia iblis jahat tak berampun yang hendak dibunuh oleh semua orang di dunia ini, walaupun harus mati, ia harus melindunginya. 

Sebelas pasang mata yang berada di aula itu semuanya terpaku kepada pertarungan ilmu pukulan diantara Biksu Fang Zheng dan Ren Woxing, dalam hati mereka semua merasa kagum. Zuo Lengchan berpikir, "Untung saja si tua Ren itu memilih Biksu Fang Zheng, kalau tidak aku tak akan tahu bagaimana caranya mengatasi ilmu pukulannya yang sepertinya kaku tapi sebenarnya lihai itu. Kalau dibandingkan dengan Tapak Sakti Songyang dari perguruan kami, jelas bahwa jurus dan perubahannya jauh lebih banyak, ilmu kami tak sebaik ilmu pukulannya, ia hanya menyerang satu titik penting saja dan tidak menyerang titik-titik lain". Xiang Wentian berpikir, "Ilmu silat Shaolin telah termasyur selama ribuan tahun, benar-benar tak dapat dipandang dengan sebelah mata. Walaupun ilmu 'Seribu Tangan Rulai' Biksu Fang Zheng ini rumit, tenaga pukulannya tidak tersebar, hal ini benar-benar sukar dilakukan. Kalau kami bertemu, aku akan terpaksa mengadu tenaga dengannya karena aku tak dapat menandingi ilmu pukulannya". Yue Buqun, Yu Canghai dan yang lainnya juga diam-diam membandingkan ilmu silat perguruan mereka masing-masing dengan ilmu pukulan kedua orang itu. 

Setelah bertarung beberapa lama, Ren Woxing merasakan bahwa pukulan Biksu Fang Zheng menjadi agak lamban, dalam hati ia merasa girang, "Walaupun ilmu pukulanmu hebat, namun usiamu sudah lanjut, kau sulit untuk bertahan lama". Ia segera melancarkan beberapa serangan dengan cepat, pada pukulan keempat, ketika sedang menarik kembali telapaknya, ia merasa lengan kanannya agak kesemutan, tenaga dalamnya berbalik, mau tak mau ia merasa amat terkejut, ia tahu bahwa tenaga dalamnya sendirilah yang terganggu, pikirnya, "Ternyata tenaga dalam Kitab Pengubah Urat biksu tua ini benar-benar lihai, tenaga dalam dari telapaknya belum bertemu dengan tenaga dalamku, tapi ia sudah dapat mengekang tenaga dalamku". Ia sadar bahwa kalau mereka terus bertarung, tenaga dalam lawan yang amat mendalam akan dikeluarkan, dan ia akan berada di bawah angin. Ia melihat telapak kiri Biksu Fang Zheng memukul, sambil berteriak, telapak kirinya dengan sebat menyambutnya, "Plak!", kedua telapak mereka beradu dan keduanya mundur selangkah.

Ren Woxing merasakan bahwa walaupun tenaga dalam lawan lembut, tenaga itu amat kuat, ia mengerahkan 'Ilmu Penghisap Bintang', namun sama sekali tak dapat menghisap sedikitpun tenaga dalamnya, maka ia merasa makin heran. Biksu Fang Zheng berkata, "Shanzai, shanzai!" Setelah itu telapak kanannya memukul. 

Ren Woxing juga memukul dengan telapak kanannya untuk menyambutnya. Tubuh kedua orang itu bergoyang-goyang, namun Ren Woxing merasakan qi dan darah di sekujur tubuhnya bergejolak, ia cepat-cepat mundur dua langkah, lalu ia tiba-tiba berbalik, tangan kanannya mencengkeram dada Yu Canghai, sedangkan tangan kirinya menghantam ke ubun-ubunnya. 

Gerakan yang amat sebat ini adalah perubahan yang sama sekali tak diduga oleh siapapun, mereka semua menyaksikan bagaimana Ren Woxing dan Biksu Fang Zheng bertarung, dan bagaimana keadaannya makin runyam, seharusnya ia menggunakan seluruh kekuatannya untuk melindungi dirinya sendiri, tapi tak nyana ia malah berbalik menyerang Yu Canghai. Perubahan ini begitu aneh dan sebat, Yu Canghai adalah juga seorang jago silat terkemuka saat itu, kalau ia bertarung dengan Ren Woxing, walaupun pada akhirnya ia akan kalah, tapi sepertinya ia tak akan dapat ditangkap olehnya hanya dengan satu jurus saja. "Oh!", semua orang berseru kaget. 

Biksu Fang Zheng melompat, bagai seekor burung yang sedang terbang ia menerjang ke depan, kedua telapaknya memukul ke belakang kepala Ren Woxing, ini adalah siasat perang yang bernama 'Mengepung Wei Untuk Menolong Zhao', yaitu menyerang musuh sehingga ia terpaksa menyelamatkan dirinya sendiri. Serangan ini bertujuan untuk memaksa Ren Woxing menarik telapak kirinya yang sedang memukul ke ubun-ubun Yu Canghai. 

Ketika menyaksikan Biksu Fang Zheng dalam sekejap melancarkan pukulan itu, semua jago di tempat itu merasa amat kagum, mereka tak sempat berseru memuji, tapi mereka tahu bahwa jiwa Yu Canghai telah dapat diselamatkan. Tak nyana telapak kiri Ren Woxing memang ditarik, tapi bukan untuk menangkis serangan, melainkan untuk mencengkeram titik Shanzhong Biksu Fangzheng, menyusul jari tangan kanannya menotok ulu hatinya. Tubuh Biksu Fangzheng menjadi lemas dan ia terjatuh ke lantai.

Semua orang amat terkejut, dengan ribut mereka serentak maju dan mengerumuninya. 

* * * 

Zuo Lengchan mendadak menerjang ke depan bagai terbang, ia mengangsurkan telapaknya dan memukul punggung Ren Woxing. Ren Woxing membalikkan tangannya dan membalas memukul seraya berseru, "Bagus, ini adalah pertandingan kedua". Zuo Lengchan terkadang memukul dengan kepalan, terkadang memukul dengan telapak, tiba-tiba menotok dengan jari, atau tiba-tiba mencengkeram, dalam sekejap ia telah berganti-ganti sepuluh jurus lebih. 

Karena diserang secara mendadak olehnya, untuk sesaat Ren Woxing hanya dapat berusaha sekuat tenaga utnuk bertahan. Barusan ini ketika ia bertarung dengan Biksu Fang Zheng, walaupun dalam ketiga jurus terakhir ia menggunakan tipu muslihat, namun ia telah menguras tenaga yang dihimpunnya seumur hidup, kalau tidak, mana mungkin ketua Biara Shaolin yang tenaga dalamnya begitu mendalam akan membiarkannya menotok titik Shanzhong nya dengan sekali totok saja? Ia benar-benar mempertaruhkan segalanya dalam beberapa jurus itu. 

Kemenangan Ren Woxing atas Biksu Fang Zheng hanya semata-mata disebabkan oleh akal licik saja. Ia memperhitungkan bahwa lawannya akan bersikap welas asih, kalau ia tiba-tiba hendak membunuh Yu Canghai, pertama, orang-orang yang lain masih jauh jaraknya sehingga akan terlambat menolongnya, kedua, para pemimpin perguruan lain tak ada yang akrab dengan Yu Canghai, mereka tak mungkin akan mempertaruhkan nyawa mereka untuk menolongnya, hanya Biksu Fang Zhenglah yang pasti akan turun tangan. Dalam situasi ini, kepala Biara Shaolin itu hanya menyerang dirinya untuk membebaskan Yu Canghai, namun ia tidak menangkis serangan Biksu Fang Zheng itu, tapi malah menotok jalan darah lawan. Perbuatan ini amat berbahaya. Ketika sepasang telapak Biksu Fang Zheng memukul bagian belakang kepalanya, ia tak usah memukul dengan telak, angin dari pukulannya saja sudah cukup untuk membuat kepalanya pecah. Saat ia menangkap Yu Canghai, ia telah mempertaruhkan nyawanya, bertaruh bahwa biksu agung ini akan bersikap welas asih, begitu melihat bahwa pukulannya dapat memecahkan kepala lawan, sang biksu segera menariknya kembali. Saat tubuh Biksu Fang Zheng masih mengapung di udara setelah menarik kembali pukulannya bagian dada dan perutnya tak terjaga. Begitu ia mencengkeram dan menotok, Biksu Fang Zheng langsung terkena totokannya. Hanya tenaga pukulan Fang Zheng yang amat kuatlah yang sempat menyapu bagian belakang kepalanya sehingga ia merasa kepalanya amat sakit seperti akan pecah, dan tenaga dalam di dantiannya tak dapat naik. 

Pendeta Chong Xu cepat-cepat memapah Fang Zheng dan membuka titik jalan darahnya yang tertotok, sambil menghela napas ia berkata, "Saudara kepala biara, kau mengingat rasa welas asih, sehingga kau dicelakai orang jahat". Fang Zheng berkata, "Amituofo. Tuan Ren sangat waspada, ia mengadu akal bukan tenaga, si tua ini sudah kalah". 

Yue Buqun berkata dengan lantang, "Tuan Ren menang dengan menggunakan tipu muslihat keji, sama sekali tidak jujur dan terus terang, perbuatannya ini bukan perbuatan seorang budiman". Xiang Wentian tertawa dan berkata, "Di Agama Mentari Rembulan kami mana ada seorang budiman? Kalau Ketua Ren adalah seorang budiman, dari dulu ia sudah berkubang dalam lumpur bersamamu dan pertandingan ini tak akan ada". Yue Buqun tak bisa berkata apa-apa. 

Ren Woxing bersandar pada sebuah tiang kayu, dengan perlahan ia memukul dan dapat menangkis semua serangan Zuo Lengchan. Zuo Lengchan selalu bersikap angkuh, dalam keadaan biasa, ia tak akan bertarung dengan Ren Woxing setelah ia baru saja melawan seorang jago kelas satu Biara Shaolin. Menarik keuntungan seperti ini bukanlah perbuatan seorang ketua perguruan besar, suatu perbuatan yang dipandang rendah orang. Akan tetapi barusan ini Ren Woxing dapat menotok Biksu Fang Zheng hanya semata-mata karena memanfaatkan kebaikan hati biksu itu, ia menang dengan menggunakan tipu muslihat yang keji, semua orang aliran lurus merasa amat gusar. Ketika Zuo Lengchan mendadak menyerang tanpa memperhatikan keselamatan dirinya sendiri, semua orang mengira bahwa ia menyerang karena gusar melihat ketidakadilan itu, dan tak ada yang menyangka bahwa ia sengaja menyerang musuh yang sudah kelelahan. Ini adalah kesempatan emas bagi Zuo Lengchan. 

Xiang Wentian melihat bahwa Ren Woxing belum sempat menarik napas, maka ia cepat-cepat bergerak ke sebelah tiang dan berkata, "Ketua besar Zuo, kau mengambil keuntungan seperti ini, apa kau masih punya muka? Aku saja yang melayanimu". 

Zuo Lengchan berkata, "Akan kurobohkan si marga Ren ini dulu, baru bertarung denganmu, memangnya si tua ini takut pada siasat bertempur secara bergiliranmu?" Sambil berseru ia memukul ke arah Ren Woxing. 

Ren Woxing mengangkat tangannya untuk menangkis serangan itu, dengan dingin ia berkata, "Saudara Xiang, mundur!" 

Xiang Wentian tahu bahwa sang ketua selalu ingin menang, maka ia tak berani membantah dan berkata, "Baik, aku mundur dulu. Hanya saja si marga Zuo ini begitu rendah dan tak tahu malu, akan kutendang pantatnya". Ia melayangkan kakinya dan menendang ke arah pantat Zuo Lengchan. 

Zuo Lengchan berkata dengan gusar, "Dua melawan satu, ya?" Ia mengegos untuk menghindar. Ternyata ketika Xiang Wentian melayangkan kakinya, ia tidak menendang, namun hanya mengangkat kaki kanannya saja dan sedikit menggerak-gerakannya, tendangan itu sebuah jurus kosong. Ketika melihat Zuo Lengchan terpedaya, ia tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Keparat ini katanya mau menang dengan mengeroyok orang". Ia melompat ke belakang dan berdiri di samping Yingying. 

Karena gangguan itu, serangan Zuo Lengchan ke arah Ren Woxing melambat. Saat dua orang jago bertarung, perbedaannya sangat tipis, Ren Woxing mendapat kesempatan untuk menarik napas panjang dan mengerahkan tenaga dalamnya, semangatnyapun lantas berkobar. "Wus, wus, wus!", ia memukul tiga kali. Zuo Lengchan berusaha sekuat tenaga menangkis serangan itu, diam-diam ia merasa terkejut, "Si tua ini tak kelihatan selama sepuluh tahun, tapi kekuatannya jauh lebih hebat dari dahulu, kalau hari ini aku ingin menang, aku harus menggunakan seluruh kekuatanku". 

Ini adalah pertarungan mereka yang kedua, pertarungan kali ini adalah pertarungan hidup dan mati di depan jago-jago kelas satu di kolong langit ini. Keduanya sangat mengangap penting kalah atau menang dalam pertarungan ini, tak seperti pertandingan bersahabat diantara Ren Woxing dan Biksu Fang Zheng sebelumnya. Ren Woxing menggunakan jurus-jurus pembunuh, sepasang telapaknya menebas bagai kapak; Zuo Lengchan silih berganti memukul dengan kepalan atau telapak, kadang mencengkeram, kadang menarik, ini adalah keahliannya. 

Semakin lama gerakan kedua orang itu semakin cepat, sehingga mata Linghu Chong yang menonton dari balik papan nama menjadi kabur. Saat menyaksikan Ren Woxing dan Zuo Lengchan bertarung, ia tak memahami kehebatan jurus-jurus mereka, dan ternyata juga tak mengerti gerakan-gerakan yang begitu sebat dari keduanya, bagaimana mereka menyerang dan bertahan, sama sekali tak dipahaminya. Ia mengalihkan pandangannya ke arah Yingying, ia melihat bahwa wajahnya seputih salju, sepasang bulu matanya yang lentik mengantung ke bawah, namun di wajahnya sama sekali tak nampak ekspresi terkejut maupun khawatir. Namun ekspresi wajah Xiang Wentian terkadang girang terkadang cemas, terkadang heran terkadang menyesal, terkadang matanya melotot marah, terkadang mengertakkan gigi, seakan ia sendiri yang sedang bertarung. Linghu Chong berpikir, "Pandangan Kakak Xiang jauh lebih luas daripada Yingying, kalau dia begitu tegang, jangan-jangan Tuan Ren akan sulit memenangkan pertarungan ini". 

Ia perlahan-lahan mengalihkan pandangan matanya, memandang guru dan ibu guru yang sedang berdiri berendeng pundak, di samping mereka ada Biksu Fang Zheng dan Pendeta Chong Xu. Dua orang di belakang mereka ialah ketua Perguruan Taishan Pendeta Tianmen, dan yang seorang lagi ialah ketua Perguruan Heng Shan, Tuan Mo Da. Sejak Tuan Mo Da tiba di aula itu, ia sama sekali tak pernah bersuara. Ketika Linghu Chong melihat sosoknya yang kecil dan kurus kering, dadanya lantas terasa hangat, lalu ia berpikir, "Adik Yilin dan para murid Hengshan tak lagi punya guru, entah bagaimana keadaan mereka". Ketua Perguruan Qingcheng Yu Canghai berdiri sendirian di dinding belakang, tangannya menekan gagang pedang dan wajahnya penuh amarah. Di sebelah baratnya berdiri seorang tua berambut putih, ia mengenakan pakaian pengemis, tentunya ia adalah ketua Gaibang, Xie Feng. Orang yang satunya lagi mengenakan pakaian hitam-hitam, wajahnya nampak jujur, tentunya ia adalah ketua Perguruan Kunlun, si Pedang Langit dan Bumi, Zhen Shanzi. 

Kesembilan orang itu adalah jago-jago aliran lurus yang paling kuat saat ini, kalau kesembilan orang itu sedang tak menonton pertarungan dengan penuh perhatian, walaupun ia telah berusaha sekuat tenaga menahan napasnya, dirinya yang sudah begitu lama bersembunyi di balik papan nama kemungkinan besar telah ditemukan oleh orang-orang yang berada di bawahnya itu. Ia diam-diam berpikir, "Di bawah berkumpul begitu banyak jago, guru dan ibu guru ada disini, dan juga Biksu Fang Zheng, Pendeta Chong Xu dan Tuan Mo Da, tiga orang sesepuh yang paling kuhormati. Tapi aku berada disini menguping pembicaraan mereka, benar-benar tak sopan, walaupun boleh dibilang bahwa aku datang duluan dan mereka belakangan, namun bagaimanapun juga aku menguping disini, kalau mereka sampai menemukanku, entah harus kusembunyikan dimana mukaku". Ia berharap Ren Woxing cepat-cepat memenangkan pertarungan ini, sehingga ia memenangkan dua dari tiga pertarungan dan dapat mengajak Yingying turun gunung dengan aman. Begitu Biksu Fang Zheng dan yang lainnya meninggalkan aula, ia akan segera menyusul turun gunung untuk menemui Yingying. 

Begitu berpikir bahwa ia akan bertemu muka dengan Yingying, mau tak mau dadanya terasa hangat, bahkan telinganyapun terasa panas, pikirnya, "Apakah setelah ini, aku dan Yingying akan benar-benar menjadi suami istri? Ia memperlakukanku dengan penuh rasa cinta dan keluhuran budi, tapi aku......tapi aku......" Beberapa hari belakangan ini, walaupun kadang-kadang ia teringat pada Yingying, akan tetapi setiap kali ia memikirkannya, ia selalu berpikir hendak membalas budinya, hendak membebaskannya dari kurungan, hendak menyiarkan ke seluruh dunia persilatan bahwa dirinyalah yang jatuh hati kepadanya dan bukan sebaliknya, agar orang-orang gagah di dunia persilatan tak mengolok-oloknya dan membuatnya malu. Namun setiap kali sosok Yingying yang jelita muncul di pikirannya, sama sekali tak muncul kebahagiaan dan kemesraan yang tak terperi dalam hatinya, sangat berbeda dengan perasaan mesra yang terus bertahan dalam hatinya ketika ia berpikir tentang sang adik kecil Yue Lingshan, terhadap Yingying, dalam lubuk hatinya yang terdalam, ia merasa seakan agak jeri. 

Ketika ia dan Yingying pertama kali bertemu, ia mengiranya seorang nenek tua, dalam hatinya tujuh bagian rasa hormat bercampur dengan tiga bagian rasa berterima kasih kepadanya; setelah itu ketika ia menyaksikannya membunuh orang dan memberi perintah pada orang-orang gagah, mau tak mau dalam rasa hormatnya tercampur sedikit rasa jeri, sampai ia tahu bahwa Yingying mempunyai perasaan terhadap dirinya, rasa muak itu barulah sedikit demi sedikit berkurang; setelah ia mendengar bahwa Yingying bersedia untuk mengorbankan nyawanya di Shaolin demi dirinya, rasa terima kasihnya bertambah mendalam. Namun walaupun rasa terima kasihnya mendalam, ia sama sekali tak ingin menjadi lebih akrab dengannya, ia hanya berharap dapat membalas budinya; ketika ia mendengar Ren Woxing menyebut dirinya sebagai menantunya, ternyata ia merasa agak rikuh. Saat ini ketika ia melihat wajahnya yang cantik jelita, ia merasa bahwa mereka terpisah sangat jauh. 

Ia memandang Yingying beberapa kali, lalu tak berani melihatnya lagi. Ia melihat kedua tangan Xiang Wentian mengepal, sepasang matanya melotot, ketika ia mengikuti pandangan mata Xiang Wentian yang sedang menonton Ren Woxing melawan Zuo Lengchan, ia melihat bahwa Zuo Lengchan telah terdesak ke sudut aula, sedangkan Ren Woxing terus memukul sambil bergerak mendekatinya, setiap pukulannya seperti kapak yang sedang memotong karang gunung, kekuatannya mengejutkan. Zuo Lengchan berada di bawah angin, kedua lengannya melancarkan jurus-jurus yang amat pendek, begitu menyerang tak sampai satu chi, ia segera menariknya kembali, seakan ia hanya hendak bertahan saja dan tak menyerang. Sekonyong-konyong, Ren Woxing berteriak keras-keras, sepasang telapaknya dengan sebat mendorong ke arah dada lawannya. Empat telapak bertemu, "Plak!", punggung Zuo Lengchan membentur dinding, debu dan kotoran jatuh ke ubun-ubunnya dengan suara bergemeretakan, namun keempat telapak itu sama sekali tak terpisah. Linghu Chong merasa tubuhnya bergoyang-goyang, papan nama tempatnya bersembunyi bergoyang-goyang seakan hampir terjatuh. Ia merasa terkejut, pikirnya, "Kali ini Paman Guru Zuo dapat benar-benar celaka. Mereka berdua mati-matian mengadu tenaga dalam, begitu Tuan Ren mengerahkan Ilmu Penghisap Bintangnya untuk menghisap tenaga dalamnya, seketika itu juga Paman Guru Zuo akan kalah". 

Terlihat Zuo Lengchan menarik telapak kanannya, sekarang ia hanya menggunakan telapak kirinya saja untuk menahan tenaga musuh, dua jari tangan kanannya menjulur dan menotok ke arah Ren Woxing. Ren Woxing berseru kaget, dengan sebat ia melompat menghindar. Tangan kiri Zuo Lengchan juga ikut menotok. Ia menotok berturut-turut tiga kali dan Ren Woxingpun mundur tiga kali berturut-turut. 

Biksu Fang Zheng, Pendeta Chong Xu dan yang lainnya amat heran, "Kabarnya Ilmu Penghisap Bintang Ren Woxing dapat menghisap tenaga dalam lawan, kenapa ketika barusan ini keempat telapak mereka bertemu, Zuo Lengchan sama sekali tak apa-apa? Apa ilmu tenaga dalam Songshannya ternyata kebal ilmu sesat penghisap bintang itu?" 

Para jago yang menonton juga merasa heran, Ren Woxing diam-diam lebih tercengang lagi. 

Belasan tahun yang lalu Ren Woxing dan Zuo Lengchan pernah bertarung, tanpa mengerahkan Ilmu Penghisap Bintang, ia sudah berada di atas angin, ia dapat menghentikan Zuo Lengchan, walaupun ia merasakan rasa nyeri yang aneh di jantungnya dan sukar untuk mengerahkan tenaga dalamnya. Ia merasa panik, karena tahu bahwa itu adalah tenaga Ilmu Penghisap Bintang yang berbalik, dalam keadaan biasa, ia dapat bersemedi dan mengatur tenaga dalamnya, lalu perlahan-lahan membuyarkannya, namun saat ini ia sedang menghadapi musuh tangguh, mana ada waktu untuk melakukan hal itu? Ketika ia sedang tak tahu harus berbuat apa, mendadak ia melihat dua orang muncul dari belakang Zuo Lengchan, yaitu adik-adik seperguruan Zuo Lengchan, si Tapak Pengusung Pagoda Ding Mian dan si Tapak Yin Yang Besar Le Hou. Ren Woxing cepat-cepat melompat keluar dari gelanggang pertarungan, tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Kita sudah setuju untuk bertarung satu lawan satu, tapi kau diam-diam menyembunyikan bala bantuan, seorang lelaki sejati tak akan sengaja mengundang masalah di depan matanya, kita berjumpa lagi di lain hari, sekarang tuan besarmu tak bisa menemanimu". 

Kekalahan sudah berada di depan mata Zuo Lengchan, namun tak nyana lawan malah menghentikan pertarungan dengan sukarela, hal ini adalah sesuatu yang sangat diharapkannya, maka ia tak berani menyangkal perkataan lawan dengan mengatakan 'kalau ada orang yang membantu aku bukanlah seorang gagah' atau perkataan lain yang semacam itu, ia khawatir lawan akan marah dan menempurnya lagi. Juga tak pantas bagi Ding Mian dan Le Hou untuk ikut campur, kalau mereka melakukan hal ini, nama besar yang sudah dipupuknya seumur hidup dapat lenyap bagai dihanyutkan air, maka ia cepat-cepat berkata, "Siapa suruh kau tak membawa bala bantuan dari Sekte Iblismu?" 

Ren Woxing tertawa sinis, lalu berbalik dan melangkah pergi. 

Dalam pertarungan hidup dan mati ini, nampaknya tak jelas siapa yang menang atau kalah, namun baik Ren maupun Zuo tahu bahwa dalam ilmu silat mereka masing-masing banyak terkandung kelemahan, kalau hari ini mereka tak kalah, hal ini adalah karena keberuntungan semata-mata, setelah itu mereka dapat berlatih ilmu silat masing-masing dengan tekun. 

Lebih-lebih Ren Woxing yang tahu betul tentang bahaya besar yang tersembunyi dalam
Ilmu Penghisap Bintang, bahaya yang seperti borok dalam tulang. Ia terus menerus menghisap tenaga dalam musuh dengan Ilmu Penghisap Bintang, namun musuh berasal dari berbagai perguruan yang berbeda-beda, tenaga dalam mereka juga berlainan. Setelah menghisap berbagai tenaga dalam yang berlainan itu, karena ia tak mampu meleburnya menjadi satu, saat ia menggunakannya, tenaga-tenaga itu sering mendadak muncul tanpa disadarinya. Tenaga dalamnya sendiri amat kuat, begitu ia merasakan ada tenaga dalam asing yang mengacau, ia akan segera menundukkannya sehingga ia tak pernah sampai terancam bahaya. Namun kali ini lawannya adalah seorang jago yang amat tangguh, dalam pertarungan itu tenaga dalamnya telah banyak terkuras, sehingga tenaga yang dapat digunakannya untuk menekan berbagai tenaga dalam asing dalam tubuhnya juga melemah. Saat menghadapi lawan tangguh, ia juga harus melawan tenaga-tenaga asing, maka mau tak mau keadaannya menjadi runyam. Setelah itu ia berpikir secara mendalam dengan penuh konsentrasi untuk mencari cara melebur berbagai tenaga asing dalam tubuhnya, namun seseorang tak bisa berkonsentrasi pada dua hal yang berlainan pada saat yang sama, bahkan orang yang paling cerdas di dunia ini juga tak akan sadar bahwa bahaya sedang mengancam di depan matanya, sehingga akhirnya ia dapat dikurung oleh Dongfang Bubai. Saat ia dipenjara selama dua belas tahun di dasar danau, pikirannya tak terpecah, sehingga ia dapat menemukan cara untuk melebur berbagai tenaga dalam itu dan dapat menggunakan Ilmu Penghisap Bintang tanpa khawatir tenaga-tenaga itu berbalik menyerang dirinya. 

Kali ini ketika ia bertemu kembali dengan Zuo Lengchan, setelah tak dapat menang dengan cepat, ia segera mengerahkan Ilmu Penghisap Bintang, namun ketika telapaknya bertemu dengan telapak tangan musuh, tak nyana tenaga dalam musuh kosong melompong, entah kemana perginya. Ren Woxing amat terperanjat. Kalau tenaga dalam musuh terkonsentrasi sehingga tak dapat dihisap, hal itu sama sekali tidak aneh; baru-baru ini ia tak dapat menghisap tenaga dalam Fang Zheng; namun dalam sekejap Zuo Lengchan mampu menyembunyikan tenaga dalamnya hingga lenyap tanpa jejak, sehingga Ilmu Penghisap Bintangnya tak berguna. Seumur hidupnya ia belum pernah menjumpai hal semacam itu, bahkan dalam mimpinyapun ia tak pernah berpikir bahwa hal yang seaneh itu dapat terjadi. 

Ia mencoba untuk menghisap tenaga lawan beberapa kali lagi, namun ia sama sekali tak dapat menemukan jejak tenaga dalam Zuo Lengchan, tak lama kemudian, Zuo Lengchan menotok dengan keras, sehingga ia mundur tiga langkah, lalu ia mengubah jurusnya dan memukul keras-keras dengan sembarangan. Zuo Lengchan berbalik bertahan. Kedua orang itu lalu bertarung selama dua atau tiga puluh jurus, ketika telapak kiri Ren Woxing menebas, Zuo Lengchan menyentil pergelangan tangannya dengan jari tengahnya, sedangkan jari telunjuknya menotok ke arah iga kirinya. Ketika Ren Woxing melihat kekuatan jari tangannya, ia berpikir, "Apa dalam totokanmu ini ada tenaga dalamnya atau tidak?" Ia sedikit mengegos, seakan hendak menghindar, namun sebenarnya ia sengaja membuka sebuah tempat kosong di dada dan iganya. Pada saat yang sama, ia mengerahkan Ilmu Penghisap Bintang di dadanya, pikirnya, "Kau punya kepandaian menyembunyikan tenaga dalam dan tak membiarkan Ilmu Penghisap Bintangku menghisapnya, tapi sekarang kau menyerangku dengan jari, kalau jarimu tak ada tenaga dalamnya, begitu mengenai tubuhku aku hanya akan merasa geli, tapi kalau ada tenaga dalamnya, akan kuhisap semuanya". 

Ketika pikiran itu muncul dalam benaknya, "Wus!", jari Zuo Lengchan telah menotok titik Tianchi di dada kirinya. 

"Oh!", ujar para hadirin, mereka semua berseru terkejut. 

Jari Zuo Lengchan berhenti di dada Ren Woxing, Ren Woxing segera mengerahkan seluruh kekuatannya, tenaga dalam musuhpun membanjir keluar bagai air bah yang menjebol tanggul, dan masuk melalui titik Tianchinya. Ia merasa girang dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menghisap tenaga dalam lawan dengan makin cepat. 

Sekonyong-konyong, tubuhnya bergoyang-goyang dan dengan perlahan ia mundur tiga langkah, tanpa bersuara ia menatap Zuo Lengchan, tubuhnya gemetar, kaki dan tangannya tak bergerak-gerak, seperti orang yang terkena totokan.

Yingying berseru kaget, "Ayah!" Ia menerjang ke depan dan memapahnya, ia merasakan tangan sang ayah dingin menusuk sumsum, maka ia berpaling dan berseru, "Paman Xiang!" Xiang Wentian melompat ke depan dan mengurut dada Ren Woxing beberapa kali. "Hei!", ujar Ren Woxing, ia nampak gusar dan wajahnya pucat pasi, lalu ia berkata, "Bagus sekali, langkahmu ini sama sekali tak kusangka-sangka. Ayo bertanding lagi". 

Zuo Lengchan perlahan-lahan menggelengkan kepalanya. 

Yue Buqun berkata, "Siapa yang kalah atau menang sudah diketahui, untuk apa bertanding lagi? Bukankah barusan ini titik Tianchi Tuan Ren telah kena totokan Ketua Zuo?" 

Ren Woxing mendengus, lalu berkata, "Benar, aku memang tertipu, anggap saja aku kalah dalam pertandingan ini". 

Ternyata jurus yang baru dipakai oleh Zuo Lengchan itu amat berbahaya, 'Tenaga Murni Es Dingin' yang telah dilatihnya selama belasan tahun seluruhnya disalurkan ke jari telunjuknya, dan ia membiarkan Ren Woxing menghisapnya, bahkan tak hanya membiarkannya menghisapnya, tapi juga sengaja menyalurkan tenaganya itu sehingga dengan cepat masuk ke dalam jalan darah lawan. Tenaga Murni Es Dingin yang dilatih Zuo Lengchan ini sejenis dengan 'Jari Langit Hitam' yang dilatih oleh Heibaizi dari Mei Zhuang, yaitu jenis kungfu yang sifatnya sangat yin dan sangat dingin, namun tenaga dalam Zuo Lengchan jauh lebih kuat, dalam sekejap tubuh Ren Woxing telah membeku kedinginan. Zuo Lengchan mengambil kesempatan ketika Ilmu Penghisap Bintangnya untuk sejenak terhalang dengan memasukkan tenaga dalamnya dan menotok jalan darah Ren Woxing. Sebenarnya menotok jalan darah biasanya hanya dilakukan dalam pertarungan diantara tokoh-tokoh dunia persilatan kelas dua atau tiga saja, saat jago-jago silat bergebrak, mereka tak akan memakai cara yang biasa-biasa saja seperti itu. Akan tetapi Zuo Lengchan rela mengorbankan tenaga dalamnya dan menggunakan cara pesilat kelas dua atau tiga untuk menang, walaupun cara ini termasuk tipu muslihat, namun tanpa tenaga dalam yang lihai, cara ini akan sulit dilaksanakan. 

Xiang Wentian tahu bahwa walaupun menang, tenaga dalam Zuo Lengchan telah banyak terkuras, jangan-jangan dalam beberapa bulanpun ia belum akan dapat memulihkan diri, maka ia segera melangkah ke depan sambil berkata, "Kata Ketua Zuo, setelah mengalahkan Ketua Ren, ia akan bertarung denganku. Ayo mulai!" 

Biksu Fang Zheng, Pendeta Tianmen dan yang lainnya paham maksudnya, setelah Zuo Lengchan menotok Ren Woxing, wajahnya pucat pasi dan ia tak berani berbicara, dapat jelas terlihat bahwa tenaga dalamnya sudah banyak terkuras, kalau saat ini kedua orang itu bertarung, Zuo Lengchan tak hanya pasti kalah, tapi juga akan tewas di tangan Xiang Wentian setelah bergebrak beberapa jurus. Namun Zuo Lengchan memang barusan ini telah mengucapkan perkataan itu, sekarang setelah Xiang Wentian menantangnya, ia mana bisa menelan perkataannya itu kembali?

Saat semua orang sedang bimbang, Yue Buqun berkata, "Untuk ketiga pertandingan ini, siapa yang akan maju dari masing-masing pihak akan ditentukan oleh pihak itu sendiri, dan tidak ditunjuk oleh pihak lawan. Ketua Ren sudah menyetujui persyaratan ini, benar tidak? Ketua Ren adalah seorang pahlawan dan pendekar besar, mana mungkin tak mengakui perkataannya sendiri?" 

Xiang Wentian tertawa dan berkata, "Tuan Yue pandai bersilat lidah, membuat orang sangat kagum, namun agak tak cocok dengan dengan julukan 'si budiman' itu, berbicara ngalor ngidul seperti ini adalah perbuatan orang rendah yang suka bersikap angin-anginan". 

Yue Buqun berkata dengan hambar, "Dalam pandangan seorang budiman, semua orang di dunia ini adalah seorang budiman.  Dalam pandangan seorang rendah, semua orang di dunia ini tanpa kecuali adalah seorang rendah". 

Zuo Lengchan perlahan-lahan berjalan mundur beberapa langkah hingga punggungnya bersandar pada sebuah tiang, dalam keadaannya saat ini berdiripun ia sukar, apalagi bertarung dengan orang. 

Ketua Wudang Pendeta Chong Xu melangkah maju, lalu berkata, "Kudengar Pelindung Kanan Xiang dijuluki 'Raja Langit Tua' dan benar-benar memiliki kepandaian yang menguncang langit dan bumi. Aku tak pantas menduduki jabatan ketua Perguruan Wudang, dalam pertandingan diantara aliran lurus dan agama anda yang mulia, aku sama sekali belum berbuat apa-apa sehingga aku merasa malu. Hari ini jika aku beruntung dapat bertanding dengan 'Raja Langit Tua', aku akan benar-benar merasa mendapat anugrah". 

Ia adalah ketua Wudang yang termasyur, namun ia berbicara dengan cara seperti itu kepada Xiang Wentian, ini berarti bahwa ia sangat menghargai lawannya itu. Xiang Wentian benar-benar sulit untuk menolak, maka ia berkata, "Lebih baik aku menurut saja. Aku sudah lama mendengar bahwa 'Ilmu Pedang Taiji' tak ada tandingannya di kolong langit ini, maka aku akan menemanimu, tuan, walau aku akan terpaksa unjuk kebodohan sendiri". Ia merangkap tangan memberi hormat, lalu mundur dua langkah. Pendeta Chong Xu mengeluarkan tangannya dari lengan jubahnya yang lebar, lalu menyoja menghormat. 

Kedua orang itu berdiri berhadapan, saling menatap mata masing-masing, namun untuk beberapa saat mereka tak menghunus pedang. 

Pendeta Chong Xu dan Xiang Wentian sama-sama telah lama punya nama besar di dunia persilatan, akan tetapi sama sekali tak ada tanda-tanda siapa yang lebih unggul, pertarungan ini akan menentukan apakah Biara Shaolin dapat menahan Ren Woxing dan yang lainnya, ini adalah masalah yang penting, namun siapapun juga tak bisa mengetahui siapa yang akan menang atau kalah. Suasana hati semua hadirin sama dengan Xiang Wentian dan Pendeta Chong Xu, jantung mereka berdebar-debar. 

Sekonyong-konyong Ren Woxing berkata, "Tunggu dulu! Saudara Xiang, kau mundur dahulu". Ia mengangsurkan tangannya dan mencabut sebilah pedang dari pinggangnya. 

Semua orang tercengang, mereka berpikir, "Ia baru saja bertarung dengan dua orang jago berturut-turut, tenaga dalamnya jelas telah terkuras, tak nyana ia masih ingin bertarung untuk yang ketiga kalinya dengan Pendeta Chong Xu". Zuo Lengchan lebih heran lagi, pikirnya, "Tenaga Murni Es Dingin yang telah kulatih belasan tahun telah kucurahkan ke dalam titik Tianchinya, kalaupun ilmu silatnya sepuluh kali lipat lebih hebat, jangan-jangan ia baru dapat memunahkannya dalam tiga atau empat shichen. Masa orang ini dalam waktu singkat sudah bisa bertarung lagi?" Semua orang tak tahu bahwa saat ini dantian Ren Woxing seakan sedang diiris-iris puluhan pisau kecil, ia harus mengerahkan seluruh tenaganya agar dapat mengucapkan perkataan itu dengan lancar dan tenang tanpa menunjukkan rasa sakit yang sedang dideritanya. 

Pendeta Chong Xu tersenyum kecil, katanya, "Apakah Ketua Ren bersedia memberiku pelajaran? Sebelumnya kita telah sepakat bahwa kedua belah pihak akan menentukan sendiri siapa yang akan maju mewakili pihak masing-masing, kalau Ketua Ren sendiri ingin bertanding, hal ini tidak menyalahi kesepakatan kita. Hanya saja keuntungan di pihakku akan terlalu besar". 

Ren Woxing berkata, "Aku telah bertarung dengan dua orang jago dengan taruhan nyawa, kalau aku bertarung dengan Pendeta Chong Xu lagi, aku akan terlalu meremehkan ilmu pedang hebat Wudang yang telah termasyur selama ratusan tahun, kalaupun aku gila, aku tak akan melakukan hal itu". 

Pendeta Chong Xu merasa girang, ia mengangguk dan berkata, "Banyak terima kasih". Begitu ia melihat Ren Woxing menghunus pedang, ia sudah merasa bimbang, kalau ia menang setelah Ren Woxing sebelumnya bertarung dengan beberapa orang, kemenangan itu akan dianggap tidak terhormat, selain itu kalau ia sampai kalah, Perguruan Wudang akan kehilangan kedudukannya di dunia persilatan. Ketika ia mendengar bahwa bukan Ren Woxing sendiri yang akan maju, ia merasa lega. 

Ren Woxing berkata, "Pendeta Chong Xu adalah kekuatan baru di pihak kalian, kami juga akan mengeluarkan kekuatan baru di pihak kami". Ia mendongak dan berseru, "Adik kecil Linghu, turunlah!" 

Semua orang amat terkejut, mereka semua mengikuti pandangan matanya dan memandang ke arah papan nama yang berada di atas kepala mereka. 

* * * 
Linghu Chong lebih terkejut lagi, untuk sesaat ia tak tahu harus berbuat apa, ia benar-benar berada pada posisi yang sulit, dalam keadaan ini, ia tak bisa bersembunyi lagi, maka ia terpaksa melompat turun. Ia berlutut di lantai dan menundukkan kepalanya untuk memberi hormat pada Biksu Fang Zheng, lalu berkata, "Aku telah menyusup ke biara yang agung ini, aku pantas dihukum mati, aku siap menerima hukuman dari kepala biara". 

Fang Zheng tertawa terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Ternyata Pendekar Muda Linghu. Kudengar napas pendekar muda teratur, tenaga dalammu melimpah, dalam hati aku merasa heran, aku tak tahu jago siapa yang hari ini sudi berkunjung ke kuil kami ini. Silahkan berdiri, silahkan berdiri. Aku tak berani menerima penghormatan besar ini". Sambil berbicara ia menangkupkan tangannya untuk membalas memberi hormat. 

Linghu Chong berpikir, "Ternyata beliau sudah tahu dari tadi kalau aku bersembunyi di balik papan nama itu". Ketua Gaibang Xie Feng sekonyong-konyong berkata, "Linghu Chong, lihatlah beberapa kalimat ini". 

Linghu Chong bangkit, lalu melihat ke belakang sebuah tiang kayu yang ditunjuk olehnya, ia melihat bahwa di atas tiang kayu itu terukir tiga buah kalimat. Kalimat pertama berbunyi, "Di belakang papan nama ada orang". Kalimat kedua berbunyi, "Dia akan kutarik turun". Kalimat ketiga berbunyi, "Tunggu dulu, tenaga dalam orang ini lurus sekaligus sesat, entah dia lawan atau kawan". Setiap kalimat itu terukir dalam-dalam di tiang kayu dan masih nampak baru, tentunya Biksu Fang Zheng dan Xie Fenglah yang mengukirnya di tiang kayu itu dengan jari mereka.

Linghu Chong terkejut sekaligus kagum, pikirnya, "Dari suara napasku yang amat pelan, Biksu Fang Zheng dapat mengetahui asal usul ilmu silatku, ia benar-benar sakti". Ia segera menyoja dan berkeliling memberi hormat, seraya berkata, "Ketika sesepuh sekalian masuk ke dalam aula, aku khawatir akan ditemukan orang, maka aku tak berani turun untuk menghadap kalian, mohon maaf yang sebesar-besarnya". Ia menduga bahwa kali ini raut wajah sang guru pasti akan sangat tak enak diihat, ia mana berani menatap pandangan matanya?

Xie Feng tertawa dan berkata, "Kau takut ketahuan seperti seorang maling, memangnya kau datang ke Biara Shaolin untuk mencuri apa?" Linghu Chong berkata, "Aku mendengar bahwa Nona Besar Ren ditahan di Shaolin, maka aku memberanikan diri untuk datang menjemputnya". Xie Feng tertawa dan berkata, "Ternyata kau datang untuk mencuri istri, hahaha, ini bukannya ketakutan seperti maling, tapi namanya berani melakukan segalanya demi nafsu". 

Linghu Chong berkata dengan wajah bersungguh-sungguh, "Aku berhutang budi besar pada Nona Besar Ren, kalaupun tubuhku harus hancur berkeping-keping demi dia, aku akan melakukannya dengan senang hati". Xie Feng menghela napas, lalu berkata, "Sayang sekali, sayang sekali. Seorang pemuda yang begitu baik, tapi malah menghancurkan masa depan sendiri demi seorang perempuan. Andai kau tak jatuh ke dalam kesesatan, kedudukan ketua Perguruan Huashan yang terhormat ini apakah di kemudian hari akan terlepas dari tanganmu?" 

Ren Woxing berkata dengan lantang, "Apa bagusnya menjadi ketua Perguruan Huashan? Kalau di kemudian hari si tua ini meninggal dunia, kedudukan ketua Agama Mentari Rembulan apakah akan terlepas dari tangan menantuku yang terhormat?" 

Linghu Chong terkejut, dengan suara bergetar ia berkata, "Aku.....aku......aku tak bisa...." 

Ren Woxing tertawa, lalu berkata, "Baiklah. Tak usah bicara tak tentu arah lagi. Chong er, kau mohonlah pelajaran ilmu pedang sakti dari ketua Wudang ini. Ilmu pedang Pendeta Chong Xu memakai kelembutan untuk menaklukkan kekerasan, pedangnya membuat lingkaran-lingkaran sesuka hatinya, amat jarang ditemui di dunia ini, kau harus agak berhati-hati". Ia menyebutnya "Chong er", rupanya ia benar-benar telah menganggap dirinya sebagai menantunya.

Linghu Chong diam-diam mempertimbangkan situasi saat itu, kedua belah pihak telah masing-masing memenangkan satu pertarungan, menang atau kalah dalam pertandingan ketiga ini akan menentukan apakah mereka dapat membebaskan Yingying atau tidak; dirinya sendiri sudah pernah bertarung dengan Pendeta Chong Xu, dengan ilmu pedangnya ia sudah bisa mengalahkannya, untuk menyelamatkan Yingying, ia harus terjun ke gelanggang pertarungan, maka ia segera berbalik, berlutut di depan Pendeta Chong Xu dan bersujud menghormat. 

Pendeta Chong Xu cepat-cepat mengangsurkan tangannya untuk membangunkannya seraya berkata, "Aku tak berani! Kenapa pendekar muda menjalankan penghormatan besar ini?" Linghu Chong berkata, "Pendeta adalah seorang ksatria agung yang selalu memperhatikan diriku, aku hendak menyampaikan rasa terima kasihku. Karena terpaksa oleh keadaan saat ini, aku harus minta pelajaran pada pendeta, hatiku merasa tak tenteram". Pendeta Chong Xu tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Adik kecil terlalu banyak peradatan". 

Linghu Chong bangkit, Ren Woxing memberikan pedang kepadanya. Linghu Chong menyambut pedang itu di tangannya, namun ujung pedangnya menghadap ke tanah, ia lalu bergeser dan berdiri di sebelah kanan.

Pendeta Chong Xu memandang ke angkasa yang nampak dari halaman aula itu, ia berdiam diri, dalam hati ia merenungkan jurus-jurus pedang Linghu Chong.

Para hadirin melihatnya sama sekali tak bergeming, seakan sedang bersemedi, mereka semua merasa amat heran. 

Setelah beberapa lama, Pendeta Chong Xu menghela napas panjang dan berkata, "Pertarungan ini tak perlu dilangsungkan, kalian berempat pergilah turun gunung". 

Begitu perkataan ini dikeluarkannya, semua orang kontan tercengang. Linghu Chong merasa amat girang, saking tersentuhnya ia hendak berlutut, tapi Chong Xu cepat-cepat mengangsurkan tangan untuk menghentikannya. Xie Feng berkata, "Pendeta, apa maksud perkataanmu ini?" Chong Xu berkata, "Aku tak bisa memecahkan ilmu pedangnya, dalam pertarungan ini aku mengaku kalah". Xie Feng berkata, "Tapi kalian berdua belum bertarung". Chong Xu berkata, "Beberapa hari yang lalu, di kaki Gunung Wudang, aku dan dia sudah bertukar tiga ratus jurus lebih, saat itu aku kalah. Kalau hari ini kami bertarung lagi, aku juga masih akan kalah". Fang Zheng dan yang lainnya bertanya, "Benarkah terjadi demikian?" Chong Xu  berkata, "Ilmu pedang Adik Linghu diwariskan oleh sesepuh Feng Qingyang sendiri, aku bukan tandingannya". Seraya berbicara ia tersenyum kecil, lalu melangkah ke samping. 

Ren Woxing tertawa terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Wawasan pendeta amat luas, sungguh mengagumkan. Tadinya si tua ini hanya separuh mengagumimu, tapi sekarang aku tujuh bagian mengagumimu". Ia berkata tujuh bagian, tapi tujuh bagian belum seluruhnya. Ia merangkap tangan untuk menghormati Biksu Fang Zheng dan berkata, "Kepala biara, sampai jumpa di kemudian hari". 

Linghu Chong melangkah ke hadapan sang guru dan ibu guru, lalu berlutut dan bersujud. Yue Buqun bergeser menghindarinya seraya berkata dengan dingin, "Aku tak berani!" Hati Nyonya Yue terasa pedih, air mata berlinangan di pelupuk matanya. Linghu Chong juga pergi ke hadapan Tuan Mo Da dan memberi hormat, ia tahu bahwa ia tak ingin orang lain mengetahui tentang perjumpaan mereka sebelumnya, maka ia hanya bersujud tiga kali, tapi tak berkata apa-apa. Tuan Mo Da sedikit membungkuk sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya untuk membalas penghormatannya. 

Ren Woxing menggandeng Yingying dengan sebelah tangannya, sedangkan tangannya yang lain mengandeng Linghu Chong, sambil tertawa ia berkata, "Ayo pergi!" Dengan langkah-langkah besar, ia berjalan menuju ke pintu aula. 

Xie Feng, Zhen Shanzi, Yu Canghai, Pendeta Tianmen dan yang lainnya sadar bahwa ilmu silat mereka tak dapat mengungguli Pendeta Chong Xu, karena Chong Xu sudah mengakui bahwa ia bukan tandingan Linghu Chong, walaupun dalam hati mereka hanya setengah percaya, namun mereka juga tak berani dengan semberono menantangnya dan mempermalukan diri mereka sendiri. 

Ketika Ren Woxing baru saja hendak keluar dari aula itu, mendadak Yue Buqun berseru, "Tunggu dulu!" Ren Woxing berpaling dan berkata, "Ada apa?" Yue Buqun berkata, "Pendeta Chong Xu adalah orang yang mulia, ia tak mau berurusan dengan orang rendah, pertarungan ketiga ini belum dilaksanakan. Linghu Chong, aku ingin bertarung denganmu". 

Linghu Chong amat terkejut, mau tak mau sekujur tubuhnya gemetar, dengan terbata-bata ia berkata, "Guru, aku......aku......aku mana bisa......" 

* * * 

Namun dengan tenang Yue Buqun berkata, "Orang lain berkata bahwa kau telah menerima pelajaran dari Paman Guru Feng, ilmu pedangmu sudah mengandung intisari 
ilmu pedang Perguruan Huashan, sepertinya aku juga bukan tandinganmu. Walaupun kau sudah dikeluarkan dari perguruan kita, tapi di dunia persilatan kau masih mencari nama dengan ilmu pedang Perguruan Huashan. Aku tak becus mengajar murid-muridku, sehingga para sesepuh perguruan lurus sekalian sampai dibuat kesal oleh pemuda durhaka sepertimu, kalau aku tak turun tangan, siapa yang akan memikul tanggung jawab yang berat ini? Kalau hari ini aku tak membunuhmu, kaulah yang akan membunuhku". Ketika berbicara sampai disini suara dan mimik mukanya menjadi bengis, "Sret!", ia menghunus pedangnya seraya membentak, "Diantara kita sudah tak ada hubungan guru dan murid, hunus pedangmu!" 

Linghu Chong mundur selangkah seraya berkata, "Murid tak berani!" 

Dengan suara berdesir pedang Yue Buqun menebas ke arah lehernya. Linghu Chong mengegos menghindar, Yue Buqun menikam dua kali lagi dan Linghu Chong lagi-lagi menghindar, namun ujung pedangnya selalu menghadap ke tanah, ia sama sekali tak mengangkat pedangnya untuk menangkis serangan. Yue Buqun berkata, "Kau sudah memberiku tiga jurus, anggap saja kau sudah menunjukkan rasa hormatmu, sekarang hunuslah pedangmu!" 

Ren Woxing berkata, "Chong er, kau masih tak membalas serangannya, apa kau benar-benar ingin menghantar nyawa disini?" 

Linghu Chong menjawab, "Baik". Ia melintangkan pedangnya di depan leher. Dalam pertandingan ini, apakah ia harus mengalah pada sang guru, atau sebaliknya mengalahkannya? Kalau ia sengaja mengalah sehingga ia kalah dalam pertandingan ini dan terluka parah, ia tak ambil pusing, namun Ren Woxing, Xiang Wentian dan Yingying bertiga akan menderita dalam kurungan selama sepuluh tahun di Gunung Shaoshi. Biksu Fang Zheng memang adalah seorang biksu agung yang telah mencapai pencerahan, namun tak ada jaminan bahwa Zuo Lengchan dan para biksu lain di Biara Shaolin tak akan menjebak atau mencelakai mereka. Katanya mereka akan dikurung selama sepuluh tahun, namun dalam sepuluh tahun itu amat sukar dikatakan apakah mereka akan sanggup mempertahankan hidup mereka. Namun kalau ia tak mengalah, dirinya yang sejak kecil menderita sebagai anak yatim piatu telah dibesarkan oleh guru dan ibu guru, mereka sudah seperti ayah dan ibu kandungnya saja, budi mereka tak terbalas, bagaimana di hadapan semua orang gagah di kolong langit ini ia dapat mengalahkan guru dan membuatnya kehilangan muka dan reputasinya?

Ketika ia sedang bimbang tak bisa menentukan sikap, Yue Buqun sudah melancarkan lebih dari dua puluh serangan sengit. Linghu Chong hanya menggunakan ilmu pedang Perguruan Huashan yang pernah diajarkan sang guru kepadanya, setiap jurus Sembilan Pedang Dugu selalu menyerang titik-titik penting, setiap serangannya bertujuan untuk melukai musuh, oleh karena itu ia tak berani menggunakannya. Sejak ia berlatih Sembilan Pedang Dugu, wawasannya telah bertambah luas, selain itu tenaga dalamnyapun amat kuat, kalaupun ia sekarang memakai ilmu pedang Huashan yang biasa-biasa saja itu, tenaga pedangnya tentu saja sangat berbeda dengan dahulu. Yue Buqun menyerangnya dengan bertubi-tubi, namun ia sama sekali tak berhasil menyentuh tubuhnya. 

Ketika para hadirin melihatnya memakai pedangnya dengan cara itu, mereka semua tahu bahwa ia bermaksud untuk mengalah. Ren Woxing dan Xiang Wentian saling memandang, mereka berdua amat khawatir. Mereka berdua kebetulan sama-sama mengingat hari itu di Mei Zhuang di Bukit Gu di Hangzhou ketika Ren Woxing mengundang Linghu Chong masuk ke Agama Mentari Rembulan, berjanji akan memberikan kedudukan Pelindung Kanan Guangming, dan kelak akan mewariskan kedudukan ketua kepadanya. Selain itu ia juga berjanji akan mengajarinya rumus rahasia untuk memunahkan akibat buruk yang disebabkan oleh tenaga-tenaga yang berlainan dalam Ilmu Penghisap Bintang. Namun anak muda ini sama sekali tak bergeming, hal ini menunjukkan bahwa ia sangat setia pada perguruannya. Saat ini ekspresinya terlihat amat hormat kepada guru dan ibu guru lamanya, bahkan sepertinya kalau Yue Buqun menikamnya sampai mati, ia akan menerimanya dengan senang hati. Semua jurus yang dilancarkannya adalah jurus bertahan belaka, kalau ia bertarung dengan cara seperti itu, mana ada harapan untuk menang? Linghu Chong jelas tak mau mengalahkan gurunya itu, terlebih lagi di depan begitu banyak jago-jago ternama. Kalau bukan karena ia tahu dengan jelas bahwa setelah ia kalah dalam pertarungan ini, Yingying bertiga akan dikurung di Gunung Shaoshi, jangan-jangan tak sampai sepuluh jurus saja, ia sudah akan melempar pedang dan mengaku kalah. Ren dan Xiang berdua berjalan mundar mandir tanpa tahu harus berbuat apa, mereka saling memandang, dalam pandangan mata mereka terkandung sebuah pertanyaan, "Sekarang bagaimana?" 

Ren Woxing berpaling, lalu berbisik kepada Yingying, "Pergilah ke depan". Yingying memahami maksud sang ayah, ia khawatir Linghu Chong akan mengingat budi baik perguruannya dahulu dan sengaja mengalah dalam pertarungan ini, maka ia menyuruhnya maju ke depan agar setelah melihat dirinya, Linghu Chong akan teringat pada kebaikannya dan berusaha sekuat tenaga untuk meraih kemenangan. Ia mendehem dengan pelan, namun sama sekali tak mengambil satu langkahpun. 

Setelah beberapa saat, Ren Woxing melihat bahwa Linghu Chong terus menerus mundur, ia makin khawatir dan lagi-lagi berkata pada Yingying, "Pergilah ke depan". Yingying masih tak bergeming, ia bahkan sama sekali tak mendehem mengiyakan. Dalam hati ia berpikir, "Dari dulu kau sudah tahu bagaimana aku memperlakukanmu.
Kalau kau mementingkan aku dan sudah memutuskan untuk menyelamatkanku, kau pasti akan meraih kemenangan. Kalau kau mementingkan gurumu, walaupun aku menarik-narik lengan bajumu sambil memohon-mohon, juga tak ada gunanya. Untuk apa aku berdiri di hadapanmu untuk mengingatkanmu?" Ia benar-benar merasa bahwa jikalau dua orang saling mencintai, semuanya akan terjadi secara alami, kalau ia harus memberi isyarat terlebih dahulu sebelum Linghu Chong memperhatikan dirinya, hal ini adalah sesuatu yang keterlaluan. 

Dengan enteng Linghu Chong menangkis satu demi satu serangan sang guru, jurus-jurus yang digunakannya tak terbatas pada ilmu pedang Perguruan Huashan. Andaikan ia benar-benar menyerang dengan separuh jurus saja, Yue Buqun sudah akan terpaksa membuang pedangnya dan mengaku kalah, walaupun ia telah melihat kelemahan ilmu pedang sang guru, namun ia tak pernah menyerang. Yue Buqun sendiri tahu maksudnya, ia mengerahkan Ilmu Awan Lembayung dan memainkan ilmu pedang Perguruan Huashan dengan penuh semangat. Ia tahu bahwa Linghu Chong tak akan membalas, maka setiap jurusnya adalah jurus menyerang dan ia tak lagi memperdulikan kelemahan dalam ilmu pedangnya. Dengan demikian, kekuatan pedangnya menjadi berlipat ganda. 

Para hadirin melihat bahwa ilmu pedang Yue Buqun hebat dan ia berada di atas angin, namun ia tak pernah bisa menikam Linghu Chong; mereka juga melihat bahwa Linghu Chong terkadang menggunakan jurus, dan terkadang tidak, saat ia sedang tidak menggunakan jurus, pedangnya seakan menangkis dengan sembarangan, namun secara terampil dan halus, dengan mudah ia telah memecahkan jurus-jurus ilmu pedang Yue Buqun yang hebat. Semakin lama mereka semakin kagum, semuanya berpikir, "Pendeta Chong Xu telah mengaku bahwa ia tak dapat menandingi ilmu pedangnya, perkataannya ini memang bukan omong kosong belaka". 

Setelah lama bertarung, Yue Buqun menjadi gelisah, mendadak ia teringat, "Aiyo, celaka! Maling kecil ini tak ingin disebut sebagai orang yang tak tahu terima kasih, oleh karenanya ia terus bertarung denganku. Walaupun ia tak melukaiku, tapi ia membuatku sulit untuk meraih kemenangan. Semua yang menyaksikan pertarungan ini adalah para jago yang berpengalaman, saat ini mereka pasti sudah tahu bahwa maling kecil ini sengaja mengalah padaku. Aku sudah terus menerus menyerangnya tanpa hasil, guru macam apa aku ini? Dimana aku harus menaruh mukaku sebagai ketua sebuah perguruan? Maling kecil ini ingin memaksaku mundur karena kewalahan, sehingga aku terpaksa mengaku kalah sendiri". 

Ia segera memusatkan tenaga dari Ilmu Awan Lembayung ke pedangnya, sambil berseru, ia menebas ke depan. Linghu Chong mengegos untuk menghindar. Yue Buqun memutar pedangnya dan menebas ke arah pinggang Linghu Chong. Linghu Chong melompati pedangnya. Pedang Yue Buqun menyungkit ke atas dan dengan sebat menikam punggungnya, perubahan jurusnya ini amat cepat, sedangkan punggung Linghu Chong tak bermata, sangat sukar baginya untuk menghindari serangan ini. "Oh!", semua orang berseru. 

Saat tubuh Linghu Chong melayang di udara, ia samar-samar merasakan pedang mengancam punggungnya, ia sudah tak mungkin melompat ke depan lagi, dan juga sudah tak mungkin menarik pedangnya kembali untuk menangkis serangan, maka ia terpaksa mengangkat pedangnya dan menusuk tiang kayu yang berada beberapa chi di depannya. Dengan meminjam tenaga dari tusukan itu, ia melompat ke belakang tiang kayu, "Brak!", pedang Yue Buqun menebas tiang. Mata pedangnya lentur dan kuat, akan tetapi karena pedang itu dipenuhi oleh tenaga dalamnya, ternyata pedangnya menebas sampai menembus tiang hingga mata pedangnya hanya terpisah beberapa chi dari tubuh Linghu Chong. 

"Ah!", teriak para hadirin. Seruan itu penuh rasa girang, puas dan kagum. Semua orang mau tak mau merasa gembira bagi Linghu Chong, mereka mengagumi kepandaiannya menghindari serangan, dan juga gembira karena pada akhirnya Yue Buqun tak dapat menikamnya. 

Yue Buqun mengerahkan kepandaian yang telah dilatihnya seumur hidupnya, ia menyerang tiga kali dengan susul menyusul, namun ia masih tak dapat mengenai Linghu Chong, selain itu ia juga mendengar seruan para hadirin yang ternyata bersimpati pada lawannya, maka iapun bertambah gusar. 

'Tiga Jurus Pedang Dewa Pencabut Nyawa' ini adalah ilmu simpanan Faksi Pedang Perguruan Huashan, sebagai murid Faksi Tenaga Dalam, ia tadinya tidak mengetahui tentang ilmu ini. Bertahun-tahun yang silam ketika kedua faksi itu saling menghancurkan, para murid Faksi Pedang berhasil membunuh beberapa jago terkenal Faksi Tenaga Dalam dengan menggunakan jurus ini. Setelah murid-murid Faksi Tenaga Dalam kemudian membantai hampir seluruh anggota Faksi Pedang dan merebut kedudukan ketua, jago-jago Faksi Tenaga Dalam mempelajari Tiga Jurus Pedang Dewa Pencabut Nyawa itu dengan seksama. Ketika mereka semua mengingat kekuatan ilmu pedang itu saat mereka bertarung mati-matian dengan musuh, mereka masih merasa jeri terhadapnya. Setelah mempelajarinya dengan seksama, semua orang berpendapat bahwa ilmu pedang itu sesat, namun demi ilmu pedang yang hebat, mereka melupakan prinsip 'tenaga dalam menggerakkan pedang' aliran mereka sendiri yang sulit dijalankan. Semua orang hanya berkata bahwa ilmu pedang itu indah, namun diam-diam mereka semua mengaguminya. 

Ketika Yue Buqun dan Linghu Chong bertarung, Nyonya Yue sudah amat sedih sampai hendak menangis, sekarang ketika melihat sang suami memakai ketiga jurus itu, pikirannya terguncang, "Ketika bertahun-tahun yang silam kedua faksi bertarung, pertarungan mereka disebabkan karena perselisihan mengenai apakah qi atau ilmu pedang yang lebih penting. Kakak adalah ketua Faksi Qi Huashan, tapi sekarang ia malah memakai ilmu simpanan Faksi Pedang, kalau orang luar sampai tahu, bukankah kita akan ditertawakan orang? Ai, ia memakai jurus ini tentunya karena terpaksa, sebenarnya ia bukan tandingan Chong er, dari tadi hal ini sudah jelas, untuk apa ia masih terus bertarung?" Ia ingin memintanya untuk menghentikan pertarungan itu, namun masalah ini benar-benar terlalu besar dan tak hanya menyangkut perguruannya sendiri, maka ia mengurungkan niatnya, tangannya menekan gagang pedang dan hatinya amat cemas.

Yue Buqun mengangkat tangan kanannya, ia mencabut pedangnya dari tiang. Linghu Chong berdiri di balik tiang, sama sekali tak keluar. Yue Buqun berharap supaya ia terus bersembunyi di balik tiang dan tak keluar untuk bertarung lagi, ia menduga bahwa ia takut padanya dan ingin menjaga kehormatan dirinya. Kedua orang itu saling berpandangan. Linghu Chong menunduk seraya berkata, "Murid bukan tandingan guru. Bagaimana kalau kita tak usah bertanding lagi?" Yue Buqun mendengus. 

Ren Woxing berkata, "Dalam pertarungan diantara guru dan murid ini, tak dapat diketahui siapa yang menang atau kalah. Kepala biara, dalam tiga pertandingan ini, kedua belah pihak tak ada yang menang atau kalah. Si tua ini akan menebus dosa-dosanya kepadamu, bagaimana kalau kita tak usah lanjutkan saja pertarungan ini?" 

Nyonya Yue diam-diam menghembuskan napas lega, dalam hati ia berkata, "Dalam pertandingan ini, kita jelas-jelas telah kalah. Ketua Ren berkata demikian untuk memberi kita muka, lebih baik kita berhenti saja". 

Fang Zheng berkata, "Amituofo! Dengan berkata demikian, Tuan Ren mempertahankan persahabatan diantara kita semua dan memperlihatkan kebijaksanaan beliau, aku juga......" Kata 'setuju' itu belum sempat keluar dari mulutnya ketika Zuo Lengchan tiba-tiba berkata, "Bagaimana kita bisa membiarkan keempat orang ini turun gunung dan membuat keonaran di dunia persilatan serta membantai orang tak berdosa? Membiarkan kedelapan telapak tangan mereka berlumuran darah laksaan orang? Membiarkan mereka membunuh orang baik-baik di dunia ini dengan darah dingin? Apakah setelah ini Saudara Yue masih dianggap sebagai ketua Perguruan Huashan?" Fang Zheng ragu-ragu dan berkata, "Hal ini......" "Wus!", Yue Buqun memutar ke belakang tiang, lalu menikam ke arah Linghu Chong. 

Linghu Chong mengegos untuk menghindar, dalam beberapa jurus, kedua orang itu telah bertarung sampai ke tengah aula. Dengan sebat Yue Buqun maju menyerang, Linghu Chong kadang menangkis dan kadang menghindar, pertarungan yang bertele-telepun kembali berlangsung. 

Setelah mereka bertukar lebih dari dua puluh jurus, Ren Woxing tertawa dan berkata, "Untuk mengetahui siapa yang menang atau kalah dalam pertandingan ini, harus dilihat siapa yang mati kelaparan dahulu, setelah tujuh atau delapan hari, pasti dapat diketahui hasilnya". 

Para hadirin merasa bahwa walaupun perkataannya ini terlalu dilebih-lebihkan, namun kalau mereka terus bertarung seperti ini, jangan-jangan dalam beberapa shichen masih belum akan ada hasilnya. 

Ren Woxing berpikir, "Si tua Yue ini menebalkan mukanya dan terus menempurnya, ia berada di atas angin, tak mungkin kalah. Tapi kalau Chong er lengah sedikit saja, akan terjadi bencana, kalau mereka lama bertanding seperti ini, akan berbahaya bagi kita. Aku harus menggunakan kata-kata untuk memancing dia". Maka ia berkata, "Saudara Xiang, hari ini kedatangan kita ke Biara Shaolin benar-benar membuka mata kita". 

Xiang Wentian berkata, "Benar. Tokoh-tokoh penting dunia persilatan semua berkumpul disini......" Ren Woxing berkata, "Ada seseorang yang lebih hebat dari yang lainnya". Xiang Wentian berkata, "Siapa itu?" Ren Woxing berkata, "Orang ini telah berlatih sebuah ilmu sakti dan membuat orang mengaguminya". Xiang Wentian berkata, "Ilmu sakti apa itu?" Ren Woxing berkata, "Orang ini telah berlatih ilmu sakti topeng emas dan kulit besi". Xiang Wentian berkata, "Hamba hanya pernah mendengar tentang ilmu  genta emas dan jubah besi, tapi belum pernah mendengar tentang ilmu sakti topeng emas dan kulit besi". Ren Woxing berkata, "Ilmu genta emas dan jubah besi orang lain membuat sekujur tubuh mereka kebal senjata, tapi ilmu sakti topeng emas dan kulit besi orang ini hanya membuat wajahnya tebal saja". Xiang Wentian berkata, "Ilmu sakti topeng emas dan kulit besi ini entah berasal dari perguruan apa?" Ren Woxing berkata, "Kabarnya kungfu ini bukan ilmu sembarangan, ilmu ini diciptakan di Xiyue[1] Huashan oleh Tuan Yue, ketua Perguruan Huashan yang termasyur di dunia persilatan sebagai si Pedang Budiman". Xiang Wentian berkata, "Kabarnya ilmu qiqong Tuan Yue tak tertandingi, ilmu pedangnya hebat, nama besarnya memang bukan nama kosong belaka. Setelah berlatih ilmu sakti topeng emas dan kulit besi ini, mukanya akan kebal senjata, tapi entah apa gunanya?" Ren Woxing berkata, "Ilmu ini tentu sangat berguna. Kita bukan murid Perguruan Huashan, oleh karena itu kita sulit untuk mengetahui rahasianya". Xiang Wentian berkata, "Dengan menciptakan ilmu sakti ini, sejak saat ini namanya akan melambung di dunia persilatan dan akan selalu dikenang sepanjang masa". Ren Woxing berkata, "Tentu saja. kalau di kemudian hari kita berjumpa dengan tokoh-tokoh Perguruan Huashan, kita harus berhati-hati terhadap ilmu sakti muka besi ini". Xiang Wentian berkata, "Benar, hamba akan mengingatnya baik-baik. Setelah berlatih ilmu muka besi, siapapun juga tak akan bisa menangkapku!" 

Mereka saling bertanya jawab, seperti sedang melucu saja, dan mengolok-olok Yue Buqun sekenanya. Ketika mendengarnya Yu Canghai tertawa terpingkal-pingkal, kegirangan karena orang lain sedang kesusahan. Wajah Nyonya Yue yang pucat menjadi merah padam. 

Namun Yue Buqun seakan tak mendengar satupun perkataan itu. Ia mengangkat pedangnya dan menikam ke depan, Linghu Chong mengegos ke sebelah kiri untuk menghindar, Yue Buqun bergeser ke kanan, pedangnya mengayun dengan miring, mendadak ia memutar pedangnya, ujung pedangpun berbalik dan kembali menikam, ini adalah salah satu jurus hebat dari ilmu pedang Huashan yang disebut 'Kembalinya Si Anak Hilang'. Linghu Chong mengangkat pedangnya dan menangkis, pedang Yue Buqun menari-nari di udara, ini adalah jurus 'Cemara Hijau Menyambut Tamu'. Linghu Chong mengayunkan pedangnya untuk menangkis serangan ini. 

"Wus, wus!", Yue Buqun menebas dua kali, Linghu Chong tertegun, ia cepat-cepat mundur dua langkah, mau tak mau wajahnya menjadi merah padam, serunya, "Guru!" Yue Buqun mendengus, lalu kembali menikam, Linghu Chong lagi-lagi mundur. 

Para hadirin melihat bahwa wajah Linghu Chong nampak jengah dan keadaannya amat runyam, mereka semua tak dapat memahaminya dan berpikir, "Tiga jurus gurunya ini biasa-biasa saja, apa hebatnya? Kenapa Linghu Chong sukar menangkisnya?" 

Para hadirin tak tahu bahwa tiga jurus yang dilancarkan oleh Yue Buqun ini adalah jurus-jurus 'Ilmu Pedang Chong Ling' yang diciptakan oleh Linghu Chong dan Yue Lingshan secara diam diam. Saat itu Linghu Chong tengah mabuk kepayang dan berharap agar ia dan sang adik seperguruan dapat menjadi sepasang kekasih, sedangkan Yue Lingshan juga amat baik kepadanya. Dalam hati mereka berdua masih ada sifat kekanak-kanakkan, mereka berpikir bahwa semua orang di perguruan mereka dapat menggunakan ilmu silat yang diajarkan suami istri Yue Buqun, namun hanya mereka berdualah di kolong langit ini yang dapat menggunakan 'Ilmu Pedang Chong Ling'. Oleh karena itu setiap menggunakan ilmu pedang ini, dalam hatinya ada seberkas rasa manis. 

Tak nyana Yue Buqun sekarang justru menggunakan ilmu pedang tiga jurus itu, Linghu Chong langsung kalang kabut, ia merasa malu dan sekaligus sedih, dalam hati ia berkata, "Adik kecil sudah lama memutuskan tali cinta diantara kami berdua, tapi kau malah memakai ilmu pedang ini untuk mengugah kenangan lama dan mengacaukan pikiranku. Kalau kau ingin membunuhku, bunuh saja aku". Ia merasa hidup di dunia ini tak ada artinya dan lebih suka mati saja. 

Pedang Yue Buqun kembali menikam, namun kali ini jurus yang dilancarkannya ialah 'Nong Yu Meniup Seruling'. Linghu Chong mengenal jurus ini dengan baik, tanpa terasa, dengan enteng ia menangkis serangan itu. Yue Buqun lalu melancarkan jurus 'Xiao Shi Menunggang Naga'. Kedua jurus ini saling mengisi, gerakannya lincah dan indah, terutama jurus 'Xiao Shi Menunggang Naga' ini, pedangnya menari-nari dengan indah di udara seperti seekor naga yang terbang di angkasa, bebas merdeka dan anggun bagai seorang dewa. 

Konon pada zaman Musim Semi dan Musim Gugur[2], Adipati Qin Mu mempunyai seorang putri, namanya semasa kanak-kanak ialah Nong Yu, ia paling suka meniup seruling. Pada suatu hari, seorang pemuda bernama Xiao Shi datang dengan menunggang seekor naga, kepandaian meniup serulingnya amat hebat bagai seorang dewa, ternyata ia datang untuk mengajari Nong Yu meniup seruling. Adipati Qin Mu lalu menikahkan putri kesayangannya kepadanya. Ungkapan 'Menantu Penunggang Naga'[3] berasal dari kisah ini. Kemudian sepasang suami istri itu menjadi dewa dan tinggal di puncak tengah Huashan. Di Puncak Putri Kumala di Huashan terdapat 'Paviliun Memanggil Burung Hong', dan di puncak itu juga terdapat Kuil Putri Kumala, Gua Putri Kumala, Baskom Mencuci Rambut Putri Kumala dan meja riasnya yang semua dinamai berdasarkan kisah ini. Di tempat ini entah sudah berapa kali Linghu Chong dan Yue Lingshan dengan berendeng pundak bertamasya bersama, kisah cinta serta perasaan bahagia dan bebas merdeka dalam legenda Nong Yu dan Xiao Shi itu entah sudah berapa kali bergema dalam lubuk hati mereka berdua. 

Sekarang ketika menyaksikan Yue Buqun menggunakan jurus 'Xiao Shi Menunggang Naga' itu, hati Linghu Chong menjadi galau, tanpa terasa ia menangkis serangan itu seraya berpikir, "Kenapa guru memakai jurus ini? Apakah ia ingin membuat pikiranku kacau sehingga ia dapat membunuhku?" 

Setelah Yue Buqun selesai memainkan jurus ini, ia memainkan jurus 'Kembalinya Si Anak Hilang' dan 'Cemara Hijau Menyambut Tamu', lalu memainkan ketiga jurus Ilmu Pedang Chong Ling, menyusul ia kembali memainkan jurus 'Nong Yu Meniup Seruling' dan 'Xiao Shi Menunggang Naga'. Saat para jago bertarung, walaupun mereka bertukar seribu jurus lebih, mereka tak akan mengulangi sebuah juruspun, begitu lawan dapat memecahkan sebuah jurus, tak ada gunanya menggunakan jurus itu kembali, bahkan kalau musuh telah mengetahui jurus-jurus seseorang, ia dapat menggunakannya untuk menyerang. Namun Yue Buqun telah memainkan jurus ini untuk kedua kalinya, sehingga para hadirin amat heran. 

Ketika Linghu Chong menyaksikan Yue Buqun memakai jurus 'Xiao Shi Menunggang Naga' untuk yang kedua kalinya, lalu memainkan ketiga jurus Ilmu Pedang Chong Ling, mendadak sebuah pikiran berkelebat dalam benaknya, seketika itu juga ia sadar, "Ternyata guru ingin menyadarkanku dengan ilmu pedang. Aku harus bertobat, kembalinya si anak hilang, berarti bahwa aku boleh kembali ke Perguruan Huashan". 

Di Huashan terdapat beberapa batang pohon cemara tua, dahan dan daunnya terbentang ke bawah, seakan sedang membentangkan lengan mereka untuk menyambut tamu yang naik ke gunung itu, sehingga mereka disebut 'Cemara Penyambut Tamu'. Perubahan-perubahan dalam jurus 'Cemara Hijau Menyambut Tamu' ini diilhami oleh bentuk pohon-pohon cemara tua itu. Ia berpikir, "Guru berkata, bahwa kalau aku kembali ke Perguruan Huashan, tak hanya guru, ibu guru dan segenap saudara seperguruan yang akan menyambutku, bahkan pohon-pohon cemara di atas gunungpun juga akan menyambutku". Tiba-tiba hatinya terguncang, "Guru berkata bahwa aku tak hanya dapat kembali ke Perguruan Huashan, ia bahkan dapat menikahkan adik kecil denganku. Guru memainkan jurus-jurus Ilmu Pedang Chong Ling itu jelas-jelas untuk menyampaikan maksudnya itu, hanya saja aku sedang bingung sehingga tak memahaminya, maka ia lantas memainkan kedua jurus 'Nong Yu Meniup Seruling' dan 'Xiao Shi Menunggang Naga' itu kembali". 

Dapat kembali ke Huashan dan menikahi Yue Lingshan adalah dua keinginan yang paling didambakannya, sekarang sang guru tiba-tiba menjanjikan kedua hal itu kepadanya di hadapan semua jago-jago ini, walaupun ia tak mengucapkannya, namun melalui beberapa jurus pedang itu, ia telah mengatakannya dengan sangat amat jelas. Linghu Chong tahu bahwa sang guru amat teguh memegang janji, perkataan yang sudah pernah diucapkannya tak akan ditariknya kembali, ia sudah berjanji akan menerimanya kembali dalam perguruan dan menikahkan putrinya dengannya. Perkataan yang sudah dikeluarkannya seteguh gunung dan kedua hal tersebut pasti akan menjadi kenyataan. Seketika itu juga, kebahagiaan memenuhi hatinya. 

Ia sendiri tahu bahwa cinta diantara Yue Lingshan dan Lin Pingzhi amat mendalam, Yue Lingshan tak hanya sudah tak memperdulikan dirinya, namun bahkan amat membencinya. Akan tetapi masalah pernikahan adalah sepenuhnya urusan orang tua, putra putri mereka tak boleh menentukannya sendiri, sejak ribuan tahun hal ini sudah berlaku. Kalau Yue Buqun telah berjanji menikahkan putrinya kepadanya, Yue Lingshan pasti tak akan bisa membangkang. Linghu Chong berpikir, "Kalau aku dapat kembali ke Huashan saja aku sudah amat bersyukur pada langit dan bumi, tapi kalau aku juga dapat berpasangan dengan adik kecil, ini adalah pucuk dicinta ulam tiba. Pada awalnya adik kecil pasti tak senang, tapi aku akan menurut padanya dalam segala hal, setelah beberapa lama, tentunya ia akan dapat melihat ketulusan hatiku dan perlahan-lahan kembali kepadaku". Setiap kali Yue Lingshan merajuk, ia selalu dapat membujuknya sehingga rasa sebalnya berubah menjadi rasa senang, entah sudah berapa ratus kali hal ini terjadi, ia sangat tahu watak adik kecil dan merasa bahwa ia pasti akan berhasil.

Hatinya amat girang, wajahnya berseri-seri. Yue Buqun kembali secara susul menyusul memainkan jurus 'Kembalinya Si Anak Hilang' dan 'Cemara Hijau Menyambut Tamu'. Gerakan pedangnya semakin cepat, seakan ia sudah tak bisa menanti lebih lama lagi. Sekonyong-konyong Linghu Chong sadar, "Guru menyuruhku si anak hilang untuk kembali, tentunya ia bukan sembarangan berjanji, ia ingin aku segera melemparkan pedangku dan mengaku kalah, lalu ia akan menerimaku kembali dalam perguruan. Kalau aku bisa kembali ke Huashan dan menikah dengan adik kecil, apa lagi yang kunginkan dalam hidup ini? Tapi bagaimana dengan Yingying, Ketua Ren dan Kakak Xiang? Kalau aku kalah dalam pertandingan ini, mereka harus tinggal di Gunung Shaoshi dan mungkin akan dicelakai orang. Kalau aku hanya memikirkan kesenanganku sendiri saja dan tak membalas budi orang lain, apakah aku masih pantas disebut manusia?" Ketika berpikir sampai disini, mau tak mau keringat dingin bercucuran dari punggungnya dan pandangan matanya menjadi kabur. Ia melihat Yue Buqun melintangkan pedangnya dan mengayunkannya di dekat mulutnya, lalu ujung pedangnya menikam ke depan, inilah jurus 'Nong Yu Meniup Seruling'. 

Hati Linghu Chong tergerak, "Yingying rela mati demi aku, tapi aku malah tak mengindahkannya, apakah di dunia ini ada orang yang lebih tak tahu berterima kasih dan tak setia dibandingkan dengan aku Linghu Chong ini? Bagaimanapun juga, aku tak boleh mengingkari kebaikannya kepadaku". Mendadak kepalanya terasa pening, "Trang!", ia hanya mendengar suara pedangnya terjatuh ke lantai. 

"Ah!", para hadirin berseru. 

Tubuh Linghu Chong bergoyang-goyang, ketika ia membuka matanya, ia hanya melihat Yue Buqun melompat mundur, wajahnya penuh amarah, pergelangan tangan kanannya bersimbah darah, ia memandang pedangnya sendiri, nampak darah menetes-netes dari  ujungnya. Ia amat terkejut, ia tahu bahwa ketika pikirannya sedang galau, jurus pedang yang digunakannya untuk menangkis serangan, entah bagaimana, adalah jurus-jurus Sembilan Pedang Dugu, dan ia telah menusuk pergelangan kanan Yue Buqun. Ia segera membuang pedangnya, berlutut dan berkata, "Guru, murid pantas mati". 

Kaki Yue Buqun melayang dan bersarang dengan telak di dadanya. Tendangan ini amat sebat dan kuat, tubuh Linghu Chong kontan melayang, ketika tubuhnya masih berada di udara, ia merasa pandangannya menjadi gelap gulita, lalu tubuhnya terjatuh ke bawah, sayup-sayup ia mendengar suara berdebam, tubuhnya membentur tanah, namun ia sama sekali tak merasa sakit, karena saat itu ia sudah tak sadarkan diri lagi. 

Catatan Kaki Penerjemah

[1] 'Puncak Barat', tapi juga mengandung kata 'Yue' yang merupakan marga Yue Buqun.
[2] Sekitar tahun 771 sampai 476 SM.
[3] Ungkapan ini berarti 'menantu ideal'.

No Comment
Add Comment
comment url