Pendekar Hina Kelana Bab 31 - Menyulam Bunga

    << Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>

Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana

oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.

[Dongfang Bubai melemparkan dirinya ke sisi Yang Lianting. Dia mengangkatnya dan membaringkannya di tempat tidur dengan lembut. Melepas sepatu dan kaus kaki, lalu menarik selimut menutupi tubuhnya, dia berperilaku seperti seorang istri yang merawat suaminya.]


Smiling Proud Wanderer Jilid 4

Bab XXXI Menyulam Bunga

Bagian Pertama

Setelah beberapa lama, seorang pelayan berpakaian ungu keluar, berdiri di tengah, lalu berkata dengan lantang, "Jiaozhu yang bijak dan pemurah, pandai ilmu surat dan berwatak ksatria memerintahkan, 'Tetua Aula Macan Putih Shangguan Yun supaya membawa masuk tawanan' ". 

Shangguan Yun berkata, "Terima kasih atas kebaikan jiaozhu, semoga jiaozhu hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan". Tangan kirinya melambai, lalu ia mengikuti pelayan berbaju ungu itu masuk ke dalam. Ren Woxing, Xiang Wentian serta Yingying mengangkat Linghu Chong, lalu mengikuti di belakangnya. 

Sepanjang lorong yang merupakan jalan masuk dipenuhi oleh para pengawal yang membawa tombak, seluruhnya mereka melewati tiga gerbang besi besar, lalu tiba di sebuah serambi panjang yang kedua sisinya dijaga oleh para pengawal, tangan mereka masing-masing mengenggam golok panjang yang berkilauan yang disilangkan ke atas. Shangguan Yun dan yang lainnya membungkuk dan menundukkan kepala mereka, kalau satu saja dari ratusan golok itu tiba-tiba membacok, mau tak mau kepala mereka akan terpisah dari tubuh mereka. 

Ren Woxing dan Xiang Wentian telah mengalami ratusan pertarungan, mereka memandang para pengawal itu dengan sebelah mata, namun karena sebelum dapat menemui Dongfang Bubai mereka harus mengalami penghinaan seperti itu dahulu, dalam hati mereka merasa kesal, sedangkan Linghu Chong berpikir, "Dongfang Bubai memperlakukan bawahannya dengan begitu kasar, mana mungkin mereka mau setia kepadanya? Kalau para pengikutnya belum memberontak, hal ini adalah semata-mata karena mereka takut padanya dan tak berani bertindak dengan semberono. Kalau Dongfang Bubai memandang rendah orang-orang gagah seperti ini, bagaimana ia bisa tak jadi pecundang?" 

Setelah melewati barisan golok itu, mereka tiba di depan sebuah gerbang, di depan gerbang itu tergantung tirai yang amat tebal. Shangguan Yun menjulurkan tangannya dan menyibakkan tirai itu dan masuk, mendadak terlihat seberkas sinar dingin berkilauan, delapan batang tombak menusuk dari kiri dan kanan ke arahnya dengan sebat hingga bersilangan, empat batang tombak mengarah ke dadanya, sedangkan empat batang tombak lainnya mengarah ke punggungnya, tombak-tombak itu hanya terpisah beberapa chi saja dari tubuhnya. Ketika melihatnya, Linghu Chong terkejut, ia segera mengangsurkan tangannya ke arah pedang yang disembunyikan di balik pembalut yang menutupi pahanya, namun ia melihat Shangguan Yun berdiri tak bergeming seraya berkata dengan lantang, "Hamba Tetua Aula Macan Putih Shangguan Yun menghadap ketua yang bijak dan pemurah, pandai ilmu surat dan berwatak ksatria!" 

Dari dalam balairung seseorang berseru, "Silahkan menghadap!" Kedelapan pengawal yang membawa tombak segera mundur ke samping. Saat itu Linghu Chong baru mengerti, bahwa ketika kedelapan orang itu serentak menombak, mereka hanya melakukannya untuk menakut-nakuti orang saja, kalau orang yang memasuki balairung bermaksud jahat, begitu melihat kedelapan batang tombak itu menikam, mereka akan langsung mengeluarkan senjata untuk menangkis dan rencana jahat mereka akan terungkap.

Ketika memasuki balairung itu, Linghu Chong berpikir, "Balairung ini panjang sekali!" Lebar balairung itu hanya tiga puluh chi lebih, namun panjangnya tiga ratus chi lebih, di ujung balairung itu terdapat sebuah podium, seorang tua berjanggut panjang duduk di atasnya, tentunya dia adalah Dongfang Bubai. Balairung itu tak berjendela dan hanya diterangi kerlap kerlip lilin, namun di samping Dongfang Bubai menyala dua buah lampu minyak yang apinya kadang terang kadang temaram, dari jarak jauh, cahaya lampu temaram sehingga raut wajah orang itu tak dapat terlihat dengan jelas. 

Shangguan Yun berlutut di kaki tangga seraya berkata, "Ketua yang bijak dan pemurah, pandai ilmu surat dan berwatak ksatria, pembangkit agama suci dan pembela rakyat jelata, hamba tetua Aula Macan Putih Shangguan Yun menghadap jiaozhu". 

Pelayan berbaju ungu di samping Dongfang Bubai berseru keras-keras, "Kenapa bawahanmu tak berlutut di hadapan jiaozhu?" 

Ren Woxing berpikir, "Saatnya belum tiba, kalau aku harus berlutut di hadapanmu, memangnya kenapa? Tunggu sampai aku membetot ototmu dan mengulitimu". Ia segera menunduk dan berlutut. Ketika Xiang Wentian dan Yingying melihatnya berlutut, mereka juga segera berlutut. 

Shangguan Yun berkata, "Bawahan hamba siang dan malam berharap dapat memandang muka emas jiaozhu, hari ini mereka dapat bertemu dengan jiaozhu, ini adalah berkat keberuntungan delapan belas generasi leluhur mereka, begitu melihat jiaozhu, mereka begitu girang sehingga sekujur tubuh mereka gemetar, mereka jadi terlambat berlutut, mohon jiazhu sudi memaafkan mereka". 

Yang Lianting berdiri di samping Dongfang Bubai, ia berkata, "Bagaimana Tetua Jia gugur dalam tugas, mohon kau ceritakan pada jiaozhu". 

Shangguan Yun berkata, "Tetua Jia dan hamba telah menerima perintah jiaozhu, beberapa tahun belakangan ini kami berdua telah dinaikkan pangkat oleh jiaozhu, budi ini sukar dibalas. Kali ini ketika jiaozhu memberikan tanggung jawab besar kepada kami berdua, darah kami berdua bergolak, kami berdua berpikir karena jiaozhu telah merencanakan semuanya, tak perduli siapapun yang diperintahkan untuk menangkap Linghu Chong, berkat kekuatan jiaozhu, pasti akan berhasil, oleh karenanya ketika jiaozhu mengirim kami berdua, kami sama sekali tak sangsi......" 

Linghu Chong yang terbaring di atas tandu diam-diam tak henti-hentinya memaki, "Memuakkan! Memuakkan! Dalam nama julukan Shangguan Yun ada kata 'pendekar', namun ia tak malu-malu mengucapkan perkataan itu, kupingnya juga tak panas, entah dia punya urat malu atau tidak". 

Tepat pada saat itu, ia mendengar seseorang berkata di belakangnya, "Dongfang Xiongdi, apakah kau benar-benar menyuruh orang menangkapku?" Suara itu adalah suara seorang tua, namun tenaga dalamnya melimpah, setelah ia mengucapkan perkataan itu, gemanya menggetarkan balairung itu, nampaknya ia amat berani dan kuat, ia menduga bahwa orang itu adalah tetua Aula Badai Tong Baixiong. 

Yang Lianting berkata dengan dingin, "Tong Baixiong, di Balairung Chengde ini bagaimana kau bisa berteriak-teriak seperti itu? Di hadapan jiaozhu, kenapa kau tak berlutut? Kenapa kau berani-beraninya tak memuji budi luhur serta kepandaian silat dan sastra beliau?" 

Tong Baixiong mendongak dan tertawa, lalu berkata, "Saat aku dan Dongfang Xiongdi mulai bersahabat, mana ada kau si bocah ini? Saat itu aku dan Dongfang Xiongdi bersama menempuh bahaya, bersama menghadapi berbagai kesulitan, kau si anak ingusan ini lahirpun belum, kau berani-beraninya bicara denganku?"

Linghu Chong menelengkan kepalanya, sekarang ia dapat melihatnya dengan jelas, rambutnya yang putih nampak tergerai, janggutnya panjang berwarna keperakan, wajahnya mengerenyit marah, sepasang matanya mendelik, darah segar yang melumuri wajahnya telah membeku, raut wajahnya amat mengerikan. Sepasang tangan dan kakinya diikat dengan belenggu besi, ia menyeret rantai besi yang amat panjang, ia berbicara dengan penuh amarah, kedua tangannya melambai-lambai sehingga rantai besinya bergemerincing. 

Ren Woxing sedang berlutut, namun begitu mendengar suara gemerincing rantai, ia tiba-tiba teringat pada segala penderitaan yang menimpanya ketika dikurung di dasar Xihu, ia tak bisa menahan diri lagi dan sekujur tubuhnya gemetar, ia baru saja hendak menyerang ketika terdengar Yang Lianting berkata, "Kau berani bersikap begitu kurang ajar di hadapan jiaozhu, kau benar-benar sombong. Kau diam-diam berkomplot dengan pengkhianat besar Ren Woxing untuk memberontak, apa kau tahu kesalahanmu?" Tong Baixiong berkata, "Ren Jiaozhu adalah ketua terdahulu agama kita, ia menderita sakit parah dan mengundurkan diri di Hangzhou, lalu menyerahkan jabatannya kepada Dongfang Xiongdi, bagaimana ia dapat disebut sebagai pengkhianat yang hendak memberontak? Dongfang Xiongdi kau jelaskanlah, bagaimana sebenarnya Ren Jiaozhu memberontak dan mengkhianati agama kita?" 

Yang Lianting berkata, "Setelah Ren Woxing sembuh dari sakitnya, seharusnya ia kembali ke agama kita, namun ia malah pergi ke Biara Shaolin dan berkomplot dengan ketua Shaolin, Wudang dan Songshan, apa itu kalau bukan mengkhianati agama kita? Kenapa ia tak menghadap jiaozhu dan mendengarkan perintahnya?" 

Tong Baixiong tertawa terbahak-bahak dan berkata, "Ren Jiaozhu adalah bekas atasan Dongfang Xiongdi, ilmu silat dan pengalamannya belum tentu berada di bawah Dongfang Xiongdi. Dongfang Xiongdi, benar tidak?" 

Yang Lianting berkata, "Jangan menyombongkan kesenioranmu disini. Jiaozhu memperlakukan saudara-saudara dan bawahannya dengan toleran dan murah hati, tak seperti kau ini. Kalau kau benar-benar hendak bertobat, besok di hadapan sidang di depan altar, kau harus mengakui kesalahanmu di depan semua saudara-saudara kita, berjanji untuk sejak saat itu memperbaiki kesalahanmu dan bersumpah setia pada jiaozhu, mungkin dengan demikian jiaozhu masih akan memberimu kesempatan lagi dan mengampuni jiwamu. Kalau tidak, apa akibatnya, kau sendiri sudah tahu". 

Tong Baixiong tertawa, "Usia si marga Tong ini sudah mendekati delapan puluh tahun, aku sudah bosan hidup, untuk apa aku takut akibatnya?" 

Yang Lianting berkata, "Bawa mereka masuk!" Pelayan berbaju ungu itu menjawab, "Baik!" Terdengar suara gemerincing rantai besi, belasan orang masuk ke dalam balairung itu, ada yang lelaki dan ada yang perempuan, dan ada pula yang masih kanak-kanak. 

Begitu Tong Baixiong melihat orang-orang itu memasuki balairung, raut wajahnya kontan berubah, ia mendadak meraung, "Yang Lianting, seorang lelaki sejati berani berbuat berani menanggung akibatnya, untuk apa kau menangkap anak cucuku?" Raungannya itu benar-benar menggetarkan gendang telinga semua orang sehingga berdenging. 

Linghu Chong melihat tubuh Dongfang Bubai yang duduk ditengah balairung bergetar, pikirnya, "Hati nurani orang ini belum hilang seluruhnya, ketika melihat Tong Baixiong begitu cemas hatinya tergerak". 

Yang Lianting tersenyum, lalu berkata, "Apakah ajaran ketiga jiaozhu? Sebutkanlah!" Tong Baixiong mendengus keras-keras, tapi sama sekali tak menjawab. Yang Lianting berkata, "Keluarga Tong, dengarlah, yang tahu ajaran ketiga jiaozhu, katakanlah!" 

Seorang anak lelaki yang berusia sekitar sepuluh tahun berkata, "Ajaran ketiga jiaozhu yang bijak dan pemurah, pandai ilmu surat dan berwatak ksatria ialah: 'Terhadap musuh kita harus bersikap kejam, babat rumput sampai ke akarnya, lelaki, perempuan, tua dan muda, tak boleh ada yang tersisa seorangpun' ". Yang Lianting berkata, "Bagus sekali, bagus sekali! Bocah cilik, apa kau hafal kesepuluh ajaran jiaozhu?" Bocah lelaki itu menjawab, "Aku ingat. Sehari saja tak membaca ajaran jiaozhu, makan dan tidur tak enak. Setelah membaca ajaran jiaozhu, latihan silatku menjadi banyak kemajuan dan tenagaku bertambah kuat". Yang Lianting tersenyum dan berkata, "Tepat sekali. Siapa yang mengajarimu perkataan ini?" Bocah lelaki itu menjawab, "Ayah yang mengajarkannya padaku". Yang Lianting menunjuk Tong Baixiong dan berkata, "Siapa dia?" Bocah lelaki itu menjawab, "Dia adalah kakek". Yang Lianting berkata, "Kalau kakekmu tak membaca ajaran jiaozhu, tak mendengarkan perkataan jiaozhu, dan malah mengkhianati jiaozhu, menurutmu apa yang harus kita lakukan?" Bocah lelaki itu menjawab, "Perbuatan kakek itu tak benar. Setiap orang harus membaca ajaran jiaozhu dan mendengarkan perkataannya". 

Yang Lianting berkata kepada Tong Baixiong, "Cucumu hanya bocah ingusan berumur sepuluh tahun, tapi ia sudah tahu aturan. Kau yang sudah tua ini kenapa malah tak mengerti?" 

Tong Baixiong berkata, "Aku hanya berbincang-bincang dengan si marga Ren dan Xiang itu. Mereka ingin agar aku mengkhianati jiaozhu, tapi aku tak bersedia. Tong Baixiong kalau berkata satu ya satu, dua ya dua, aku tak akan melakukan perbuatan yang merugikan orang lain". Setelah ia melihat belasan anggota keluarganya, tua dan muda, telah ditangkap, mau tak mau bicaranya menjadi agak lunak. 

Yang Lianting berkata, "Kalau kau sebelumnya sudah berkata demikian, tentunya kita tak usah repot-repot seperti ini. Apakah sekarang kau sudah tahu kesalahanmu?"

Tong Baixiong berkata, "Aku tak bersalah, aku tidak murtad, terlebih lagi mengkhianati jiaozhu". 

Yang Lianting menghela napas dan berkata, "Karena kau tak mau mengakui kesalahanmu, aku tak bisa menolongmu. Pengawal, bawa anggota keluarganya pergi, mulai hari ini, jangan beri mereka sesuap nasi atau seteguk airpun". Para pelayan berpakaian ungu itu menjawab, "Baik!" Mereka membawa belasan orang itu pergi. Tong Baixiong berseru, "Tunggu dulu!" Kepada Yang Lianting ia berkata, "Baiklah, aku mengaku salah. Akulah yang bersalah, mohon jiaozhu sudi bermurah hati". Walaupun ia mengaku bersalah, namun matanya seakan memancarkan api. 

Yang Lianting tertawa sinis dan berkata, "Barusan ini apa yang kau katakan? Kau berkata bahwa ketika kau dan jiaozhu sama-sama menempuh segala kesukaran, aku belum lahir, benar tidak?" Sambil menahan amarahnya, Tong Baixiong berkata, "Aku salah". Yang Lianting berkata, "Kau salah? Perkataan ini terlalu mudah kau ucapkan. Kenapa kau tak berlutut di hadapan jiaozhu?" 

Tong Baixiong berkata, "Dahulu aku dan jiaozhu mengangkat saudara, selama puluhan tahun kami selalu berdiri sama tinggi dan duduk sama rendah". Ia mendadak berseru dengan nyaring, "Dongfang Xiongdi, kau telah melihat kakakmu dianiaya, kenapa kau tak membuka mulutmu, kenapa kau tak berbicara? Kalau kau ingin kakak berlutut di hadapanmu, gampang sekali. Kau tinggal bicara saja, dan kakak akan mati demimu dan sama sekali tak akan mengerenyitkan dahi". 

Dongfang Bubai duduk tak bergeming. Balairung itu sunyi senyap. Semua orang memandang Dongfang Bubai dan menunggunya berbicara. Namun sampai lama ia tak kunjung bersuara. 

Tong Baixiong berseru, "Dongfang Xiongdi, beberapa tahun terakhir ini aku sulit bertemu muka denganmu. Kau mengasingkan diri untuk mempelajari Kuihoa Baodian, apakah kau tahu bahwa kawan-kawan lama dalam agama kita telah tercerai berai dan bencana telah berada di depan mata?" Dongfang Bubai masih diam tak bersuara. Tong Baixiong berkata, "Kalau kau hendak membunuhku tak apa, kalau kau hendak menyiksaku juga tak apa, akan tetapi kalau kau menghancurkan Riyue Shenjiao yang sudah menjagoi dunia persilatan selama ratusan tahun, kau akan terkutuk sepanjang masa. Kenapa kau tak bicara? Kau tentunya telah tersesat dalam berlatih, sehingga tak bisa bicara, benar tidak?" 

Yang Lianting berseru, "Omong kosong! Ayo berlutut!" Dua orang pelayan berpakaian ungu serentak berseru, lalu menendang bagian belakang lutut Tong Baixiong. 

"Krek, krek!", tulang kering kedua pelayan berpakaian ungu itu patah, mereka terjatuh dan darah segar menyembur dari mulut mereka. 

Tong Baixiong berseru, "Dongfang Xiongdi aku ingin mendengar kau sendiri berbicara, setelah itu matipun aku rela. Kau sudah tak berbicara selama tiga tahun, saudara-saudara kita sudah merasa curiga". Yang Lianting berkata dengan gusar, "Curiga bagaimana?" Tong Baixiong berkata, "Curiga kalau-kalau jiaozhu terkena tipu muslihat orang dan diberi obat bisu. Kenapa dia tak bicara? Kenapa dia tak bicara?" Yang Lianting tersenyum sinis dan berkata, "Mulut emas jiaozhu mana bisa dipakai untuk berbicara denganmu si pengkhianat ini? Pengawal, bawa dia pergi!" Delapan orang pelayan serentak menjawab dan melangkah ke depan. 

Tong Baixiong berseru, "Dongfang Xiongdi, aku ingin melihatmu, siapa yang mencelakaimu hingga kau tak bisa berbicara?" Sepasang tangannya bergerak-gerak, rantai besi berayun-ayun, lalu ia menerjang ke arah Dongfang Bubai. Kedelapan pelayan itu melihat bahwa ilmu silatnya hebat, maka mereka tak berani mendekatinya. Yang Lianting berseru, "Tangkap dia! Tangkap dia!" Para pengawal di balik gerbang berteriak keras-keras, namun tak berani masuk ke dalam balairung. 

Di dalam agama mereka ada sebuah peraturan ketat, bahwa kalau para pengikut masuk ke dalam Balairung Chengde dengan membawa senjata, perbuatan itu adalah dosa berat yang tak berampun. Dongfang Bubai bangkit, hendak masuk ke belakang balairung. Tong Baixiong berseru, "Dongfang Xiongdi, jangan pergi!" Ia mempercepat langkahnya. Namun kedua kakinya terikat rantai besi, langkahnya tak cepat, hatinya cemas, dan iapun jatuh tersungkur. Ia berjumpalitan beberapa kali, lalu menubruk ke depan, jaraknya tak sampai seratus chi dari Dongfang Bubai.

Yang Lianting berseru, "Pengkhianat, berani-beraninya membunuh jiaozhu! Pengawal, cepat masuk ke balairung dan tangkap pengkhianat ini!" 

Ren Woxing melihat bahwa gerak-gerik Dongfang Bubai saat berusaha meloloskan diri aneh dan kikuk, sedangkan Tong Baixiong masih berada jauh di belakangnya sehingga ia tak akan dapat mengejarnya, maka ia mengeluarkan tiga keping uang kepeng dari saku dadanya, mengerahkan tenaga ke telapaknya, lalu melemparkannya ke arah Dongfang Bubai. Yingying berseru, "Maju!"

Linghu Chong melompat seraya mengambil pedang dari balik balutannya. Xiang Wentian mengambil senjata dari dalam pegangan kayu tandu dan memberikannya pada Ren Woxing dan Yingying, lalu ia menarik sesuatu keras-keras, ternyata tali yang berada di bawah tandu adalah seutas cambuk. Mereka berempat mengerahkan ilmu ringan tubuh mereka dan menerjang ke depan.

"Ah!", terdengar Dongfang Bubai berseru, dahinya terkena lemparan uang kepeng, darah segarpun mengucur. Ketika Ren Woxing melemparkan ketiga uang kepeng itu ia masih terpisah jauh dengannya, sehingga saat koin itu menghantam dahinya kekuatannya sudah banyak berkurang, oleh karena itu kulitnya hanya sedikit terluka saja. Akan tetapi Dongfang Bubai dikenal sebagai pendekar yang ilmu silatnya nomor satu di kolong langit, kalau ia ternyata tak bisa menghindari lemparan uang kepeng itu, hal ini adalah sesuatu yang tak masuk akal. 

Ren Woxing tertawa terbahak-bahak, lalu berseru, "Dongfang Bubai ini palsu". 

Xiang Wentian melecutkan cambuknya dan membelit kaki Yang Lianting, lalu menyeretnya.

Dongfang Bubai lari lintang pukang sambil menutupi wajahnya, Linghu Chong menerjang dari samping untuk memotong jalannya, sambil menudingkan pedangnya, ia berseru, "Berhenti!" Namun siapa yang mengira bahwa Dongfang Bubai berlari begitu cepat dan tak bisa menghentikan langkahnya sehingga tubuhnya menubruk ujung pedang. Linghu Chong cepat-cepat menarik pedangnya, telapak kirinya dengan enteng mendorong ke depan, Dongfang Bubai mendongak dan kontan tersungkur ke tanah. 

Ren Woxing melompat dan membekuk tengkuk Dongfang Bubai, ia menyeretnya ke gerbang balairung, lalu berkata dengan lantang, "Saudara-saudara semua dengarlah, orang ini berpura-pura menjadi Dongfang Bubai dan mengacaukan Riyue Shenjiao kita, kalian lihatlah baik-baik raut wajahnya". 

Namun raut wajah orang itu benar-benar mirip dengan Dongfang Bubai, hanya saja air mukanya menunjukkan rasa takut yang amat sangat, kalau dibandingkan dengan penampilan Dongfang Bubai yang biasanya selalu tenang dan penuh percaya diri, bagaikan langit dan bumi. Para pengawal memandangi raut wajahnya, mereka semua begitu terkejut hingga tak dapat bersuara. 

Ren Woxing berseru, "Siapa namamu? Kalau kau tak menjawab dengan jujur, akan kupukul kepalamu sampai hancur". 

Orang itu begitu ketakutan hingga sekujur tubuhnya menggigil, dengan gemetar ia berkata, "Ham......ham......hamba......ber......ber......bernama......" 

Xiang Wentian telah menotok beberapa titik jalan darah Yang Lianting, ia menyeretnya ke gerbang balairung, lalu bertanya keras-keras, "Sebenarnya siapa nama orang ini?" 

Sambil membusungkan dada Yang Lianting berkata, "Kau siapa, berani-beraninya menanyaiku? Aku tahu kau adalah si pengkhianat Xiang Wentian. Riyue Shenjiao sudah mengeluarkanmu, untuk apa kau kembali ke Heimuya?" 

Xiang Wentian tertawa dingin dan berkata, "Aku naik ke Heimuya untuk membereskan kau si keparat ini!" 

Telapak tangan kanannya menebas, "Krek!", ia mematahkan tulang kering kaki kirinya. Ternyata walaupun ilmu silat Yang Lianting biasa-biasa saja, ia bukan seorang penakut, serunya, "Kalau berani langsung bunuh saja aku, menyiksa orang seperti ini apakah perbuatan seorang gagah?" Xiang Wentian tertawa dan berkata, "Mana bisa begitu gampang?" Tangannya kembali menebas, "Krek!", ia mematahkan tulang kering kaki kanannya, lalu tangan kirinya mengayun hingga ia tersungkur ke lantai. 

Begitu sepasang kaki Yang Lianting menyentuh tanah, tulang keringnya yang patah menusuk ke atas, sakitnya boleh dibayangkan, namun tak nyana ia sama sekali tak bersuara. 

Xiang Wentian mengacungkan jempolnya seraya memuji, "Lelaki sejati! Aku tak akan menyiksamu lagi. Dengan pelan ia meninju perut Dongfang Bubai palsu, lalu bertanya, "Siapa namamu?" "Ah!", jerit orang itu, lalu ia berkata, "Ham......ham.......hamba......ber.....bernama....Bao.......Bao.......Bao....." Xiang Wentian berkata, "Kau marga Bao, benar tidak?" Orang itu berkata, "Iya......iya......iya......Bao......Bao......Bao......" Setelah lama terbata-bata, ia belum juga menyebutkan namanya. 

Semua orang kemudian mencium bau tak sedap, celananya terlihat basah, rupanya ia begitu takut sehingga ia berak dan kencing di celana. 

Ren Woxing berkata, "Kita harus segera membereskan masalah ini, yang paling penting adalah menemukan Dongfang Bubai!" Ia mengangkat orang bermarga Bao itu seraya berseru, "Kalian semua lihatlah, orang ini menyamar sebagai Dongfang Bubai dan mengacau agama kita. Kita harus menyelidiki masalah ini sampai tuntas. Aku adalah jiaozhu kalian, Ren Woxing. Apakah kalian mengenaliku?" 

Para pengawal itu semua adalah para pemuda berumur dua puluhan tahun, mereka belum pernah melihatnya dan tentu saja tak mengenalinya. Sejak Dongfang Bubai mengambil alih jabatan ketua, para bawahan dan orang kepercayaannya berusaha untuk mengambil hatinya, maka mereka saling memperingatkan untuk tak menyinggung masalah Ren Woxing, oleh karena itu para pengawal itu mendengar nama Ren Woxingpun belum pernah, seakan sejak Riyue Shenjiao didirikan ratusan tahun yang lalu, dari zaman dahulu sampai sekarang hanya diketuai oleh Dongfang Bubai seorang.  
Para pengawal saling memandang dengan putus asa, tak berani bersuara.

Shangguan Yun berkata, "Dongfang Bubai sudah dibunuh Yang Lianting dan kawan-kawannya bertahun-tahun silam. Ren Jiaozhu ini adalah ketua agama kita. Sejak saat ini kita semua harus setia sampai mati pada Ren Jiaozhu. Sambil berbicara, ia berlutut kepada Ren Woxing dan berkata, "Hamba menghadap jiaozhu, semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan!" 

Para pengawal tahu bahwa Shangguan Yun adalah tokoh besar yang berkedudukan tinggi dalam agama mereka, melihat ia menghormat pada Ren Woxing, dan juga melihat bahwa ada orang yang berpura-pura menjadi Dongfang Bubai, sedangkan Yang Lianting yang besar pengaruhnya dipatahkan kakinya, dihempaskan ke tanah dan sama sekali tak dapat melawan, beberapa orang segera mendahului bersujud pada Ren Woxing, mereka semua adalah orang-orang yang biasanya pandai menjilat, dengan lantang mereka berkata, "Semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan!" Para pengawal lainnya susul menyusul ikut bersujud. Perkataan "semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan" itu sudah biasa mereka ucapkan sehari-hari, maka mereka sudah menghafalnya di luar kepala. 

Ren Woxing tertawa terbahak-bahak dengan amat puas diri, katanya, "Kalian awasi baik-baik jalan menuju Heimuya, siapapun tak boleh naik atau turun gunung". Semua pengawal serentak mengiyakan. Saat itu Xiang Wentian telah menyuruh para pelayan berbaju ungu untuk membuka belenggu Tong Baixiong. 

Tong Baixiong mengkhawatirkan keadaan Dongfang Bubai, ia mencengkeram tengkuk Yang Lianting seraya berseru, "Kau.....kau......kau pasti telah membunuh Dongfang Xiongdiku itu, kau......kau......" Pikirannya galau, suaranya tersedu sedan dan air matanya bercucuran.

Sepasang mata Yang Lianting terpejam, ia tak memperdulikannya. Tong Baixiong menamparnya, lalu membentak, "Sebenarnya bagaimana keadaan Dongfang Xiongdiku itu?" Xiang Wentian cepat-cepat berkata, "Jangan memukulnya keras-keras!" Namun sudah terlambat, Tong Baixiong hanya memakai tiga bagian tenaganya, namun ia telah memukul Yang Lianting sampai pingsan. Tong Baixiong mengoyang-goyangkan tubuhnya, namun sepasang mata Yang Lianting terbalik hingga kelihatan putihnya, seakan ia sudah tewas. 

Ren Woxing berkata pada seorang pelayan berbaju ungu, "Kalau ada yang tahu dimana Dongfang Bubai berada, cepatlah melapor, aku akan memberinya hadiah besar". Ia bertanya tiga kali, namun tak ada yang menjawab. 

Seketika itu juga, hati Ren Woxing terasa dingin bagai es. Selama ia terkurung di dasar Xihu selama belasan tahun, selain berlatih silat, ia membayangkan bagaimana setelah meloloskan diri ia akan menyiksa Dongfang Bubai, di dunia ini tak ada hal yang lebih menyenangkan baginya. Tak nyana hari ini setelah ia tiba di Heimuya yang ditemukannya ialah Dongfang Bubai palsu. Jelas bahwa Dongfang Bubai telah meninggal dunia, kalau tidak dengan ilmu silat dan kecerdasannya yang tinggi, mana mungkin Yang Lianting dapat berbuat sekehendak hatinya dan menyuruh seseorang untuk menyamar sebagai dirinya seperti ini? Apa artinya menyiksa Yang Lianting dan si tolol marga Bao ini?

Ia memandang puluhan pelayan berpakaian ungu yang berdiri di sekitar balairung itu, ia melihat bahwa ada beberapa orang yang nampak ketakutan, ada yang nampak bingung dan cemas, dan ada juga yang nampak culas. Ren Woxing merasa kecewa dan menjadi tak sabaran, ia membentak, "Kalian ini sudah jelas tahu bahwa orang ini palsu, akan tetapi kalian malah berkomplot dengan Yang Lianting untuk menipu saudara-saudara kita, kalian semua pantas mati!" Tubuhnya bergoyang-goyang dan ia melangkah ke depan, "Plak, plak, plak, plak!", telapaknya berkelebat, empat orang pelayan berpakaian ungu tewas tanpa sempat mengerang. Para pelayan lainnya terpana, lalu menjerit-jerit ketakutan sambil berlarian ke segala penjuru. Ren Woxing menyeringai, lalu berkata, "Mau kabur? Kalian mau kabur kemana?" Ia mengambil belenggu dan rantai yang terjatuh dari tubuh Tong Baixiong, lalu melemparkannya ke tengah kerumunan orang itu dengan mengerahkan tenaga, darah dan dagingpun berterbangan ke segala penjuru, tujuh atau delapan orang tewas dengan mengenaskan. Ren Woxing tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Siapapun yang mengikuti Dongfang Bubai satupun tak ada yang boleh hidup!"

Yingying melihat kelakuan ayahnya aneh, seakan gila, maka ia berseru, "Ayah!" Ia menghampirinya dan menarik tangannya. 

Mendadak dari tengah para pelayan seseorang melangkah maju, ia berlutut lalu berkata, "Lapor pada ketua, Dongfang Jiao......Dongfang Bubai masih belum mati!" 

Ren Woxing amat girang, ia melangkah maju dan mencengkeram bahu orang itu, lalu bertanya, "Dongfang Bubai belum mati?" Orang itu berkata, "Benar! Ah!", ia jatuh pingsan, ternyata karena terlalu bersemangat, Ren Woxing mengerahkan terlalu banyak tenaga dan mematahkan tulang selangkanya. Ren Woxing mengoyang-goyangkan tubuhnya, namun orang itu tak siuman juga. Ia berpaling ke kerumunan pelayan dan membentak, "Dongfang Bubai ada dimana? Ayo cepat tunjukkan jalan! Lambat sedikit kubunuh semua". 

Seorang pelayan berlutut dan berkata, "Lapor jiaozhu, tempat tinggal Dongfang Bubai sangat dirahasiakan, hanya Yang Lianting yang tahu cara membuka pintu rahasianya. Kalau kita membuat pengkhianat marga Yang ini siuman, ia dapat menunjukkan jalan bagi jiaozhu". 

Ren Woxing berkata, "Cepat ambil air dingin!" 

Beberapa pelayan berpakaian ungu itu amat cekatan, lima orang diantara mereka segera berlari bagai terbang keluar balairung, namun hanya tiga orang yang kembali, mereka masing-masing membawa sebaskom air dingin, sedangkan dua orang lainnya telah melarikan diri. Air dari ketiga baskom itu disiramkan ke wajah Yang Lianting. Ia terlihat perlahan-lahan membuka matanya dan siuman. 

Xiang Wentian berkata, "Marga Yang, kami menghargai keberanianmu dan tak hendak menyiksamu lagi. Saat ini jalan keluar masuk Heimuya telah ditutup, Dongfang Bubai tak akan dapat meloloskan diri, kecuali kalau ia mempunyai sepasang sayap. Cepat bawa kami mencarinya, seorang lelaki sejati, mana bisa lempar batu sembunyi tangan? Mari kita bereskan semuanya dengan terang-terangan, bukankah semua orang akan senang?" 

Yang Lianting tertawa dingin, lalu berkata, "Dongfang Jiaozhu tak punya tandingan di kolong langit ini, kalian berani menyongsong maut, bagus sekali. Baiklah, aku akan membawa kalian menemuinya". 

Xiang Wentian berkata kepada Shangguan Yun, "Shangguan Xiong, untuk sementara ini kita berdua menjadi pengusung tandu untuk membawa orang ini menemui Dongfang Bubai". Sambil berbicara ia mencengkeram Yang Lianting dan menaruhnya di atas tandu. Shangguan Yun berkata, "Baik!" Bersama Xiang Wentian ia mengusung tandu itu. Yang Lianting berkata, "Ayo masuk!" Xiang Wentian dan Shangguan Yun berjalan di depan sambil mengusungnya. Ren Woxing, Linghu Chong, Yingying dan Shangguan Yun berempat mengikuti di belakang mereka. 
Setelah rombongan itu keluar dari Balairung Chengde dan melewati sebuah serambi panjang, mereka tiba di sebuah taman bunga, lalu memasuki sebuah rumah batu kecil di sebelah barat. Yang Lianting berkata, "Dorong dinding sebelah kiri". Tong Baixiong mengangsurkan tangannya dan mendorongnya, ternyata dinding itu dapat digerakkan sehingga menjadi sebuah pintu rahasia. Di balik pintu itu masih terdapat sebuah pintu besi lagi. Yang Lianting mengeluarkan serenceng kunci dari saku bajunya dan memberikannya kepada Tong Baixiong, yang lalu membuka pintu besi itu, di baliknya terdapat sebuah lorong bawah tanah. 

Mereka berjalan ke bawah mengikuti lorong itu, di kedua sisi lorong menyala beberapa buah lampu minyak, lampu minyak itu sinarnya temaram dan berbentuk seperti cawan, semua nampak samar-samar. Ren Woxing berpikir, "Dongfang Bubai mengurungku di dasar Xihu, tak nyana ia telah mendapatkan pembalasan yang setimpal, ia sendiri juga terkurung. Lorong ini tak lebih baik dibandingkan dengan lorong yang terdapat di Mei Zhuang di Bukit Gu". Tak nyana setelah berbelok beberapa kali, di depan mereka tiba-tiba nampak cahaya terang yang berasal dari sinar mentari. Sekonyong-konyong semua orang mencium wangi bunga dan pikiran mereka terasa segar. 

Begitu mereka keluar dari lorong bawah tanah itu, tak nyana mereka berada di sebuah taman bunga yang amat indah, prem merah, bambu hijau, cemara dan pohon bai [1], semua ditata dengan penuh cita rasa, di kolam beberapa pasang bebek mandarin berenang-renang dengan tenang, di samping kolam itu nampak empat ekor bangau putih. Semua orang sama sekali tak menyangka bahwa mereka akan melihat pemandangan yang indah seperti ini, mereka semua merasa kagum. Setelah mengelilingi sebuah gunungan, nampak sebuah kebun bunga yang penuh dengan bunga mawar berwarna merah tua dan merah jambu yang seakan berlomba-lomba memamerkan keindahan dan wangi masing-masing, keindahannya yang menawan sukar ditandingi. 

Yingying menelengkan kepalanya dan melirik Linghu Chong, dilihatnya senyum mengembang di wajahnya, ia nampak amat girang, bisiknya, "Menurutmu tempat ini indah tidak?" Linghu Chong tersenyum simpul, lalu berkata, "Setelah kita mengusir Dongfang Bubai, kau dan aku akan berdiam disini selama beberapa bulan, dan kau akan mengajariku menabuh kecapi, alangkah bahagianya". Yingying berkata, "Apakah perkataanmu ini sungguh-sungguh?" Linghu Chong berkata, "Aku cuma takut aku tak pandai belajar dan popo akan menghukumku". Yingying mendengus, namun seulas senyum muncul di wajahnya. 

Mereka berdua mengagumi pemandangan yang indah itu dan tertinggal di belakang, mereka melihat Xiang Wentian dan Shangguan Yun yang mengusung Yang Lianting memasuki sebuah pondok kecil yang anggun, Linghu Chong dan Yingying cepat-cepat ikut masuk. Begitu memasuki ruangan, mereka langsung mencium wangi bunga yang pekat. Di dalam ruangan tergantung sebuah lukisan, lukisan itu mengambarkan tiga orang wanita cantik, sedangkan di atas kursi terdapat bantalan brokat bersulam. Linghu Chong berpikir, "Ini kamar seorang wanita, bagaimana Dongfang Bubai bisa tinggal disini? Aku tahu, ini tentunya kediaman selir kesayangannya, ia tinggal di tempat yang penuh kehangatan dan kelembutan, karena itu ia malas mengurus urusan agama". 

Terdengar dari dalam kamar seseorang berkata, "Liandi[2], siapa yang kau bawa kesini?" Suaranya tajam melengking namun serak-serak basah, seperti suara seorang lelaki, tapi juga seperti suara seorang wanita, sehingga membuat bulu roma orang yang mendengarnya mau tak mau berdiri. 

Yang Lianting berkata, "Seorang teman lamamu. Ia harus bertemu denganmu". 

Orang yang berada di dalam kamar itu berkata, "Kenapa kau bawa dia kemari? Hanya kau yang boleh masuk kesini. Kecuali kau seorang, aku tak mau bertemu orang lain". Kedua perkataan terakhir ini bernada genit, jelas merupakan nada bicara seorang wanita, akan tetapi suaranya jelas-jelas suara lelaki. 

Ren Woxing, Xiang Wentian, Yingying, Tong Baixiong, Shangguan Yun dan yang lainnya sangat mengenal Dongfang Bubai, suara itu pasti adalah suaranya, akan tetapi seperti suara seorang huadan[3] yang sengaja meninggikan suaranya, malu-malu kucing yang dibuat-buat, namun sepertinya ia tidak sedang bercanda. Semua orang saling memandang, mereka semua tercengang. 

Yang Lianting menghela napas, lalu berkata, "Tak bisa, kalau aku tak membawa mereka masuk, mereka akan membunuhku. Aku mana bisa tak menemuimu sekali lagi sebelum mati?" 

Orang yang berada di dalam kamar berkata dengan suara melengking, "Siapa yang berani-beraninya menganiayamu? Apa dia Ren Woxing? Suruh dia masuk!" 

Ren Woxing mendengar bahwa ia sudah langsung menduga kalau dirinyalah yang berada di balik semua ini, mau tak mau ia mengagumi kecerdasannya, ia memberi isyarat agar semua orang memasuki ruangan itu. Shangguan Yun menyibakkan tirai brokat bersulam bunga peoni yang menutupi pintu dan mengusung Yang Lianting masuk, yang lainnya juga ikut masuk. 

Kamar itu dihiasi kain sutra dan bunga warna-warni, wangi bedak dan gincu pekat menusuk hidung, di hadapan meja rias di samping tirai mutiara duduk seseorang, ia mengenakan pakaian merah jambu, tangan kirinya memegang sebuah bingkai sulaman, sedangkan tangan kanannya memegang jarum sulam, ia mendongak, wajahnya nampak terkejut. 

Akan tetapi ekspresi terkejut orang itu tak bisa melebihi rasa terkejut Ren Woxing sekalian. Selain Linghu Chong, semua orang jelas-jelas mengenalinya sebagai si perebut kedudukan ketua Riyue Shenjiao, yang sepuluh tahun belakangan ini disebut-sebut sebagai si nomor satu di kolong langit, Dongfang Bubai. Akan tetapi saat ini ia telah mencukur kelimis janggutnya, wajahnya penuh bedak dan riasan, model baju yang dipakainya bukan baju lelaki maupun perempuan, ekspresinya menggoda, pakaiannya itu kalau dipakai oleh Yingying sekalipun akan nampak terlalu berlebihan dan mencolok mata. 

Seorang gagah penguncang langit dan bumi yang kepandaiannya menggetarkan dunia  
persilatan, ternyata bersembunyi dalam kamar seorang wanita untuk menyulam!

Dada Ren Woxing tadinya penuh amarah, namun saat ini ia tak kuasa menahan rasa gelinya, bentaknya, "Dongfang Bubai, kau sudah sinting, ya?" 

Dongfang Bubai berkata dengan suara melengking, "Ternyata memang Ren Woxing! Akhirnya kau datang juga! Liandi, kau......kau.......bagaimana keadaanmu? Apa kau dilukai oleh mereka?" Ia menerjang ke samping Yang Lianting, membopongnya, lalu membaringkannya dengan lembut di atas ranjang. Wajah Dongfang Bubai menunjukkan kasih sayang yang teramat sangat, ia bertanya, "Sakit sekali, ya?" Ia kembali berkata, "Hanya tulang keringmu yang patah, tidak terlalu serius, jangan khawatir, aku akan segera menyambungnya". Ia perlahan-lahan melepaskan sepatunya dan menyelimutinya dengan selimut bersulam, seperti seorang istri yang sedang merawat suaminya saja. 

Mau tak mau semua orang saling memandang dengan heran, mereka ingin tertawa, akan tetapi kejadian itu terlalu aneh, sehingga mereka tak dapat tertawa. Di balik tirai brokat dan mutiara, ternyata kamar wanita yang dihiasi dengan mewah itu suasananya gelap dan menyeramkan. 

Dari sakunya Dongfang Bubai mengeluarkan sehelai sapu tangan sutra hijau, dengan perlahan ia menyeka keringat dan debu dari dahi Yang Lianting. Yang Lianting berkata dengan gusar, "Musuh besar berada di depan mata, untuk apa kau mengurusku seperti nenek-nenek begini? Kau usirlah musuh dulu, nanti baru bermesraan denganku". Dongfang Bubai tersenyum dan berkata, "Iya, iya! Kau jangan marah. Kakimu sakit sekali, ya? Hatiku sedih sekali". 

Ren Woxing, Linghu Chong dan yang lainnya belum pernah melihat atau mendengar hal yang begitu aneh. Lelaki yang menyukai lelaki simpanan banyak terdapat, akan tetapi Dongfang Bubai adalah seorang ketua perguruan yang terhormat, bagaimana ia dengan senang hati berdandan sebagai wanita dan menganggap dirinya seorang istri? Orang ini pasti sudah gila. Yang Lianting berbicara kepadanya dengan kasar, namun ia jelas masih bersikap seperti seorang wanita yang lemah lembut dan anggun, sehingga semua orang merasa heran sekaligus muak.

Tong Baixiong tak bisa menahan diri untuk melangkah ke depan  seraya berseru, "Dongfang Xiongdi, kau.....kau sebenarnya sedang berbuat apa?" Dongfang Bubai mengangkat kepalanya, wajahnya nampak muram, tanyanya, "Apakah kau termasuk orang yang melukai Liandiku?" Tong Baixiong berkata, "Kenapa kau mau saja diperalat Yang Lianting? Ia menyuruh seorang tolol untuk berpura-pura menjadi dirimu, dengan seenaknya mengeluarkan perintah dan bersikap sewenang-wenang, apa kau tahu?" 

Dongfang Bubai berkata, "Tentu saja aku tahu. Demi kebaikanku, Liandi mengurus semuanya. Ia tahu bahwa aku tak ingin mengurus urusan sehari-hari agama kita, maka ia mengurusnya untukku, apanya yang tidak baik?" Tong Baixiong menunjuk Yang Lianting seraya berkata, "Orang ini hendak membunuhku, apa kau tahu?" Dongfang Bubai perlahan-lahan menggeleng, katanya, "Aku tak tahu. Kalau Liandi ingin membunuhmu, kau pasti bersalah. Kenapa kau tak membiarkannya membunuhmu?" Tong Baixiong tertegun, ia mendongak dan tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Kalau ia ingin membunuhku, kau akan membiarkannya membunuhku, benar tidak?" 

Dongfang Bubai berkata, "Apapun yang Liandi ingin lakukan, akan kuusahakan agar terlaksana. Di dunia ini hanya ia seorang yang memperlakukanku dengan baik, aku juga hanya baik padanya seorang. Tong Dage, kita sudah lama bersahabat, senasib sepenanggungan, tapi kau tak boleh menyinggung Liandiku". 

Wajah Tong Baixiong menjadi merah padam, dengan lantang ia berkata, "Kukira kau sinting, tapi kau masih sangat sadar, tahu bahwa kita bersahabat, senasib sepenanggungan". Dongfang Bubai berkata, "Tepat sekali. Kalau kau menyinggungku, tak apa-apa. Tapi kau tak boleh menyinggung Liandiku". Tong Baixiong berkata, "Aku sudah terlanjur menyinggung Liandimu, apa yang akan kau lakukan? Pengkhianat ini hendak membunuhku, tapi kemauannya itu belum tentu terlaksana". 

Dongfang Bubai mengangsurkan tangannya dan dengan lembut membelai-belai rambut Yang Lianting, dengan lembut ia berkata, "Liandi, apa kau ingin membunuhnya?" Yang Lianting berkata, "Cepat turun tangan! Kau seperti nenek-nenek saja, membuatku sebal". Dongfang Bubai tersenyum dan berkata, "Baik!" Ia berpaling le arah Tong Baixiong, lalu berkata, "Tong Xiong, mulai hari ini kita putus hubungan, jangan salahkan aku". 

Sebelumnya Tong Baixiong telah mengambil sebuah golok dari seorang pengawal di balairung, ia segera mundur dua langkah, menghunus golok, dan berdiri di depan pintu. Ia tahu bahwa ilmu silat Dongfang Bubai amat hebat, saat ini walaupun ia kelihatannya sudah sinting, ia sama sekali tak berani bersikap lengah, ia mengambil posisi bertahan dan memperhatikan lawan dengan penuh konsentrasi. 

Dongfang Bubai tertawa sinis, menghela napas, lalu berkata, "Hal ini benar-benar membuatku susah! Tong Dage, aku ingat kejadian bertahun-tahun silam di Taising Shan ketika aku dikepung oleh Tujuh Macan Ludong, saat itu aku belum mahir ilmu silat dan terkena sergapan mereka, tangan kananku terluka parah dan nyawaku setiap saat dapat melayang, kalau kau tak mempertaruhkan nyawamu untuk menolongku, saudaramu ini mana bisa masih hidup sampai sekarang?" Tong Baixiong mendengus, lalu berkata, "Ternyata kau masih ingat kejadian yang telah silam itu". Dongfang Bubai berkata, "Bagaimana aku bisa melupakannya? Tempo hari ketika aku mengambil alih kepemimpinan Riyue Shenjiao, Tetua Luo dari Aula Pipit tak mau mematuhiku dan banyak omong, kaulah yang membunuhnya dengan sekali bacok. Sejak itu di agama kita, tak ada seorangpun yang berani membangkang. Jasamu dalam mendukungku benar-benar tak sedikit". Tong Baixiong berkata dengan geram, "Salahku sendiri karena waktu itu aku bodoh!" 

Dongfang Bubai menggeleng seraya berkata, "Kau tak bodoh, rasa setia kawanmu terhadapku amat besar. Aku mengenalmu saat aku berusia sebelas tahun. Saat itu keluargaku melarat, dan telah banyak menerima bantuanmu selama bertahun-tahun. Setelah ayah dan ibuku meninggal dan kami tak dapat menguburkan mereka, kaulah yang mengurusnya untukku". Tong Baixiong melambaikan tangan kirinya, lalu berkata, "Untuk apa mengungkit-ungkit kejadian yang sudah berlalu?" Dongfang Bubai menghela napas dan berkata, "Aku tak punya pilihan lain. Tong Dage, aku bukannya tak punya hati nurani, walaupun aku berhutang budi padamu di masa silam, tapi kau telah menyinggung Liandi. Ia ingin membunuhmu, maka aku tak bisa berbuat apa-apa". Tong Baixiong berseru keras-keras, "Sudahlah, sudahlah!" 

Sekonyong-konyong, semua orang hanya melihat sebuah sosok merah jambu berkelebat, seakan tubuh Dongfang Bubai bergerak-gerak. Terdengar sebuah dentangan, golok di tangan Tong Baixiong terjatuh ke lantai, menyusul tubuhnya bergoyang-goyang. 

Mulut Tong Baixiong nampak menganga, mendadak tubuhnya rubuh ke depan, ia tergeletak di lantai tanpa bergeming. Walaupun ia tersungkur dalam sekejap, namun Ren Woxing dan para jago lainnya telah melihatnya dengan jelas, di titik-titik jalan darah di dahi diantara kedua alisnya, di kedua pelipisnya dan di bawah hidungnya nampak titik-titik merah yang amat mungil, darah perlahan-lahan menitik keluar dari titik-titik itu, rupanya ia telah ditusuk dengan jarum sulam yang berada di tangan Dongfang Bubai. 

Ren Woxing dan yang lainnya amat terkejut, mau tak mau mereka mundur beberapa langkah. Tangan kiri Linghu Chong menarik Yingying, dan dirinya sendiri lalu menghadang di depannya. Seketika itu juga kamar itu menjadi sunyi senyap, tak ada seorangpun yang berani menarik napas. 

Ren Woxing perlahan-lahan menghunus pedang seraya berkata, "Dongfang Bubai, selamat atas keberhasilanmu menguasai ilmu silat Kuihoa Baodian". Dongfang Bubai berkata, "Ren Jiaozhu, Kuihoa Baodian ini adalah pemberianmu. Aku selalu mengingat budi baikmu". 

Ren Woxing tertawa dingin, "Benarkah? Oleh karena itu kau mengurungku di dasar Xihu sehingga aku tak dapat melihat sinar mentari". Dongfang Bubai berkata, "Aku tak membunuhmu, benar tidak? Aku tinggal menyuruh Empat Sahabat Jiangnan untuk tak memberimu air untuk diminum, kalau begitu, dapatkah kau hidup sepuluh atau setengah bulan lagi?" Ren Woxing berkata, "Kalau begitu, apa kau memperlakukanku dengan baik?" Dongfang Bubai berkata, "Tepat sekali. Aku telah membiarkanmu pensiun di Xihu di Hangzhou. Kata pepatah, di langit ada surga, di bumi ada Suzhou dan Hangzhou. Pemandangan Xihu termasyur di kolong langit, dan Mei Zhuang di Bukit Gu adalah tempat yang paling indah pemandangannya di Xihu". Ren Woxing tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Jadi kau mengurungku di sel gelap di dasar Xihu supaya aku bisa menikmati hari tuaku, terima kasih banyak".  

Dongfang Bubai menghela napas, lalu berkata, "Kau telah memperlakukanku dengan baik, aku akan mengingatnya selamanya. Di Riyue Shenjiao, aku aslinya hanya seorang xiangzhu[4] bawahan tetua Aula Badai, kau mengubah peraturan dengan menaikkan pangkatku, dalam beberapa tahun kau terus menaikkan jabatanku, sampai harta karun paling berharga dalam agama kita yaitu Kuihoa Baodianpun kau berikan padaku, dan juga mengangkatku sebagai pengantimu di masa datang. Budi baik ini, Dongfang Bubai tak akan berani melupakannya". 

Linghu Chong melirik jasad Tong Baixiong yang tergeletak di lantai, pikirnya, "Barusan ini kau tak henti-hentinya memuji kebaikan Tetua Tong padamu, lalu tiba-tiba membunuhnya. Sekarang kau juga hendak menggunakan tipuan yang sama kepada Ren Jiaozhu, tapi kurasa ia tak akan mempan terkena tipuanmu ini". 

Akan tetapi gerakan Dongfang Bubai memang terlalu cepat, bagai kilat, bagai guntur, tanpa sama sekali ada tanda-tandanya sebelumnya, benar-benar mengerikan. Linghu Chong mengangkat pedang dan menudingkannya ke arah dadanya, begitu keempat anggota tubuhnya bergeming, ia akan langsung menikamkan pedangnya. Hanya dengan mendahului menyerang, ia baru dapat mencabut nyawanya, kalau ia sampai membiarkannya menyerang lebih dahulu, semua orang dalam kamar ini akan tewas.
Ren Woxing, Xiang Wentian, Shangguan Yun dan Yingying semua memandang Dongfang Bubai tanpa berani berkedip, berjaga-jaga kalau ia tiba-tiba menyerang. 

Terdengar Dongfang Bubai kembali berkata, "Pada mulanya aku hanya ingin menjadi ketua Riyue Shenjiao, aku ingin hidup selamanya dan mempersatukan dunia persilatan, 
oleh karenanya aku tak henti-hentinya bermuslihat untuk merebut kedudukanmu dan memotong sayapmu. Xiang Xiongdi, tipu muslihatku ini tak dapat kusembunyikan darimu. Di Riyue Shenjiao, selain Ren Jiaozhu dan aku Dongfang Bubai, kau terhitung seorang berbakat". 

Xiang Wentian mencengkeram cambuk lemasnya, ia menahan napas dan memusatkan tenaga dalamnya, ia tak berani menjawab karena takut konsentrasinya akan pecah.

Dongfang Bubai menghela napas, lalu berkata, "Saat aku pertama kalinya menjabat sebagai ketua, aku sangat bersemangat, kata mereka aku pandai ilmu surat dan berwatak ksatria, pembangkit agama suci segala, puja-puji yang benar-benar tak tahu malu. Setelah mempelajari Kuihoa Baodian, aku baru menyadari arti hidup manusia. Setelah itu aku dengan tekun berlatih tenaga dalam, beberapa tahun kemudian akhirnya aku baru memahami jalan untuk mencapai hidup abadi dan perkembangan segala mahkuk di dunia ini". 

Ketika semua orang mendengarnya berbicara tentang hal itu dengan suaranya yang melengking, sedikit demi sedikit telapak tangan mereka basah oleh keringat. Orang ini berbicara dengan logis dan masuk akal, pikirannya amat jernih, akan tetapi penampilannya yang aneh, bukan lelaki dan bukan perempuan, membuat mereka makin lama makin ngeri.

Pandangan mata Dongfang Bubai perlahan-lahan beralih ke wajah Yingying, lalu ia bertanya, "Ren Da Xiaojie, dalam beberapa tahun belakangan ini, bagaimana aku memperlakukanmu?" Yingying berkata, "Kau memperlakukanku dengan amat baik". Dongfang Bubai menghela napas, lalu berkata dengan pelan, "Tentu saja aku memperlakukanmu dengan amat baik, tapi aku selalu amat iri padamu. Menjadi seorang wanita seratus kali jauh lebih baik daripada menjadi seorang lelaki bau, lagipula kau begitu muda dan rupawan. Kalau aku dapat bertukar tempat denganmu, jangankan ketua Riyue Shenjiao, jadi kaisarpun aku tak sudi". 

Linghu Chong tertawa dan berkata, "Kalau kau bertukar tempat dengan Ren Da Xiaojie, 
dan kau ingin aku jatuh cinta mati-matian padamu si siluman tua, benar-benar tidaklah mudah!" 

Ketika Ren Woxing dan yang lainnya mendengarnya berkata demikian, mereka semua terkejut.

Pandangan mata Dongfang Bubai terpusat padanya, alisnya perlahan-lahan terangkat, wajahnya berubah pucat, lalu ia berkata, "Siapa kau? Berani-beraninya berkata begitu padaku, nyalimu sungguh tak kecil". Perkataan itu diucapkannya dengan suara melengking tinggi, rupanya ia amat murka. 

Linghu Chong jelas tahu bahwa keadaan amat genting, namun ia tak kuasa menahan tawa, lalu ia berkata, "Menjadi seorang lelaki jantan tak apa, menjadi gadis rupawan juga tak apa, tapi aku paling muak melihat lelaki tua yang berdandan seperti wanita". Dongfang Bubai berkata dengan suara melengking penuh amarah, "Aku tanya padamu, kau ini siapa?" Linghu Chong berkata, "Aku Linghu Chong". 

Dongfang Bubai mendelik marah, namun ia menahan dirinya, ia tersenyum kecil, lalu berkata, "Ah! Ternyata kau Linghu Chong. Aku sudah lama ingin bertemu denganmu. Kabarnya Ren Da Xiaojie cinta setengah mati padamu, hingga demimu ia rela kepalanya dipotong, kukira kau adalah seorang lelaki yang tampan dan gagah. Hah, kulihat kau biasa-biasa saja tak ada istimewanya, kalau dibandingkan dengan Liandiku masih kalah jauh". 

Linghu Chong tertawa dan berkata, "Caixia tak ada bagus-bagusnya, tapi aku dapat mencintai dengan sepenuh hati. Sedangkan si Yangmu ini walaupun tampan dan gagah, tapi sayang terlalu mata keranjang, suka menebar pesona dimana-mana, terlalu banyak jatuh cinta pada wanita cantik dan lelaki tampan......" 

Dongfang Bubai mendadak meraung, "Kau......kau si tolol ini, kau bilang apa?" Wajahnya menjadi merah padam, mendadak sebuah bayangan merah jambu berkelebat, sebuah jarum sulam melayang ke arah Linghu Chong. Linghu Chong mengucapkan perkataan itu karena ingin memancing amarahnya, namun begitu melihat lengan bajunya melambai, ia segera mengayunkan pedangnya dan menikam ke arah lehernya. Tikamannya ini amat cepat, kalau Dongfang Bubai tak mundur, mata pedang akan menembus tenggorokannya. Namun tepat pada saat itu, Linghu Chong merasa pipi kirinya agak nyeri, maka ia cepat-cepat mengayunkan pedangnya ke kiri untuk menangkis serangan. 

Kecepatan gerakan Dongfang Bubai benar-benar sukit dibayangkan, dengan secepat kilat, ia telah berhasil menusuk wajah Linghu Chong dengan jarum, lalu ia menarik lengannya dan menangkis tikaman Linghu Chong itu. Untung saja tikaman Linghu Chong itu sangat sebat, sehingga musuh terpaksa bertahan, selain itu karena Dongfang Bubai menyerang dalam keadaan marah, serangannya itu mau tak mau agak terburu-buru dan melenceng, sehingga tak tepat mengenai titik renzhongnya yang penting. Jarum sulam yang berada di genggaman Dongfang Bubai itu panjangnya tak lebih dari satu cun, hampir bisa diterbangkan angin dan mengapung di atas air, namun ia dapat menangkis tebasan pedang Linghu Chong dengannya. Ketinggian ilmu silatnya benar-benar sukar dibayangkan. 

Linghu Chong amat terkejut, ia sadar bahwa hari ini ia telah bertemu dengan musuh tangguh yang belum pernah dijumpainya seumur hidupnya. Selama musuh dapat menyerang sekehendak hati, nyawanya akan sukar dipertahankan. "Wus, wus, wus, wus!", ia cepat-cepat menyerang empat kali, semuanya tertuju ke titik-titik penting musuh. 

"Oh!", ujar Dongfang Bubai, lalu ia memuji, "Ilmu pedang yang sangat tinggi". Ia menusuk ke kiri, menusuk ke kanan, menusuk ke atas, lalu menusuk ke bawah, dan mementahkan keempat serangan Linghu Chong itu. Linghu Chong memperhatikan gerakannya dengan penuh konsentrasi, jarum sulam itu berhasil menangkis keempat serangannya, namun sama sekali tak ada kelemahannya. Dalam keadaan yang amat genting itu ia sama sekali tak boleh membiarkannya menyerang, sambil berteriak keras-keras, ia membacok ke arah kepalanya. Ibu jari dan telunjuk tangan kanan Dongfang Bubai menjumput jarum sulam, lalu mengangkatnya ke atas untuk menangkis serangan sehingga pedang tak bisa membacok ke bawah. 

Lengan Linghu Chong terasa agak kesemutan, ia melihat sebuah bayangan merah berkelebat, lalu seakan ada sesuatu yang menusuk ke mata kirinya. Saat itu sudah terlambat untuk menangkis atau menghindarinya, maka pedangnya bergetar dan ikut menikam ke mata kiri Dongfang Bubai sehingga kedua belah pihak akan sama-sama hancur. 

Jurus menusuk mata musuh ini tidak banyak bedanya dengan tipu muslihat kotor, bukan suatu jurus yang dapat dipakai oleh seorang jago, namun Dugu Jiujian yang dipelajari Linghu Chong memang tak berjurus, iapun seseorang yang suka berbuat sekehendak hatinya, ia tak pernah menganggap dirinya seorang jago, selain itu pada saat yang teramat genting itu ia tak sempat berpikir. Ia merasa alis kirinya terasa agak nyeri, ternyata Dongfang Bubai telah melompat dan menghindari tikaman pedangnya. 

Linghu Chong tahu bahwa alis kirinya telah tertusuk jarum sulam, untungnya karena Dongfang Bubai harus menghindari tikaman pedangnya, tusukan jarum sulamnya menjadi tak tepat, kalau tidak matanya tentunya telah terkena tusukan. Ia amat terkejut dan pedangnya menebas dan membacok dengan kacau bagai angin ribut, tak membiarkan lawan melancarkan serangan balasan, Dongfang Bubai menangkis serangan kesana kemari, dengan tenang ia masih berkali-kali memuji, "Ilmu pedang yang bagus! Ilmu pedang yang bagus." 

Ketika Ren Woxing dan Xiang Wentian melihat keadaan menjadi gawat, mereka masing-masing mengangkat pedang dan mengayunkan cambuk lemas, lalu dengan serentak menyerang ke depan untuk menjepit musuh. Tiga orang jago kelas wahid saat ini bersatu padu untuk menempurnya, serangan mereka amat ganas dan sebat, akan tetapi kedua jari Dongfang Bubai menjumput jarum-jarum sulam dan menyerang sambil menyelinap kian kemari diantara ketiga orang itu, gerakannya secepat kilat, nampaknya  ia tak dapat dikalahkan. Shangguan Yun menghunus goloknya dan menerjang ke depan untuk ikut bertempur, sehingga pertempuran itu menjadi pertarungan empat lawan satu. Ketika pertarungan sedang berlangsung dengan sengit, tiba-tiba terdengar Shangguan Yun menjerit keras, goloknya terjatuh ke lantai, ia terjungkal dan terjatuh, kedua tangannya memegangi mata kanannya, rupanya matanya itu telah tertusuk jarum 
Dongfang Bubai. 

Linghu Chong melihat bahwa serangan Ren Woxing dan Xiang Wentian amat sebat dan ganas, namun Dongfang Bubai tak menyerang dirinya, maka ia segera mengayunkan pedangnya dan menyerang titik-titik penting di tubuhnya. Tapi Dongfang Bubai bergerak bagai siluman, ia bergerak dengan begitu cepat bagai asap. Ujung mata pedang Linghu Chong selalu berjarak beberapa cun dari tubuhnya. 

"Ah!", Mendadak terdengar Xiang Wentian berteriak, "Hei!", menyusul Linghu Chong juga berteriak, mereka berdua berturut-turut terkena tusukan jarum. Walaupun kekuatan Xixing Dafa yang dilatih Ren Woxing hebat, namun gerakan Dongfang Bubai amat cepat, ia sukar untuk disentuh, lagipula senjatanya adalah jarum sulam, Ren Woxing tak bisa menghisap tenaga dalamnya dari jarum. Setelah bertarung beberapa lama lagi, "Ah!", Ren Woxing juga berteriak, dada dan tenggorokannya juga terkena tusukan jarum. Untung saja saat itu Linghu Chong sedang menyerang dengan gencar sehingga Dongfang Bubai harus cepat menyelamatkan diri, tusukan jarumnya itu melenceng, sedangkan tusukan-tusukan lain tepat pada sasaran, tapi hanya menusuk sedalam beberapa fen[5] saja sehingga tak bisa melukai musuh. 

Keempat orang itu mengeroyok Dongfang Bubai, namun mereka tak dapat menyentuh pakaiannya sedikitpun, dan mereka berempat telah terkena tusukannya. Yingying menonton pertarungan itu dari samping, makin lama ia makin khawatir, "Jarumnya itu entah mengandung racun atau tidak, kalau mengandung racun, benar-benar sulit dibayangkan!" Ia melihat bahwa tubuh Dongfang Bubai bergerak dengan makin cepat, bagai awan merah yang berkelebat kesana kemari. Ren Woxing, Xiang Wentian dan Linghu Chong serentak berseru, dalam suara mereka terkandung rasa gusar dan jeri. Senjata mereka dialiri tenaga dalam, suara kesiurannya terdengar keras. Namun Dongfang Bubai sama sekali tak bersuara. 

Catatan Kaki Penerjemah

[1] Cypress dalam Bahasa Inggris
[2] Adik Lian.
[3] Peran wanita dalam opera China.
[4] Pengurus dupa (?).
[5] Satu fen sama dengan 0,1 cun

Bagian Kedua

Yingying berpikir, "Kalau aku ikut bertarung, aku hanya akan menjadi batu sandungan saja, apa gunanya? Sepertinya walaupun Dongfang Bubai digempur tiga orang, kemenangan masih sulit diraih". Seketika itu juga, ia melihat Yang Lianting sedang duduk di atas ranjang sambil menonton pertarungan dengan penuh perhatian, wajahnya penuh rasa cemas. Sebuah gagasan muncul dalam benak Yingying, ia perlahan-lahan melangkah ke samping ranjang, mendadak pedang pendek di tangan kirinya terangkat dan menusuk ke bahu kanan Yang Lianting. Yang Lianting tak sempat membela diri, ia menjerit keras-keras. Yingying kembali menyerang dan membacok ke arah pahanya.  

Saat ini Yang Lianting sudah tahu maksudnya, ia ingin supaya dirinya menjerit-jerit agar konsentrasi Dongfang Bubai terpecah, maka ia berusaha sekuat tenaga menahan rasa sakit, tak nyana ia tak mengerang lagi. Yingying berkata dengan gusar, "Kau teriak lagi atau tidak? Aku akan potong jarimu satu demi satu". Pedangnya bergetar dan menebas jari-jari tangan kanannya. Tak nyana Yang Lianting ternyata bertekad baja, walaupun lukanya amat sakit, ia sama sekali tak bersuara sedikitpun. Namun jeritan pertama Yang Lianting telah masuk ke telinga Dongfang Bubai. Ia melirik ke arah Yingying yang sedang berdiri di sisi ranjang sambil mengayunkan pedang dan menyiksa Yang Lianting, makinya, "Mati kau perempuan siluman!" Sebuah sosok merah mendadak menerjang ke arah Yingying. 

Yingying berpaling dan cepat-cepat mundur, namun entah ia akan dapat menghindari tusukan jarum Dongfang Bubai atau tidak. Pedang Linghu Chong dan Ren Woxing serentak menghantam ke arah punggung Dongfang Bubai. Xiang Wentian mengayunkan cambuknya untuk menghantam kepala Yang Lianting. Tanpa memperdulikan hidup mati dirinya sendiri, Dongfang Bubai berbalik dan menusukkan jarumnya ke dada Xiang Wentian. 

Xiang Wentian merasakan sekujur tubuhnya kesemutan, cambuk lemasnya terjatuh ke lantai, tepat pada saat itu, kedua pedang Linghu Chong dan Ren Woxing menembus punggung Dongfang Bubai. Tubuh Dongfang Bubai bergetar, ia menerjang ke sisi Yang Lianting.

Ren Woxing amat girang, ia menarik pedangnya, lalu menudingkan ujung pedang ke punggung Dongfang Bubai seraya berseru, "Dongfang Bubai, hari ini akhirnya......akhirnya kau jatuh ke dalam tanganku". Setelah bertarung napasnya masih terus terengah-engah.

Yingying masih belum pulih dari rasa terkejutnya, kedua kakinya lemas, tubuhnya bergoyang-goyang hampir roboh. Linghu Chong cepat-cepat memapahnya, ia melihat sebuah aliran darah kecil mengalir dari pipi kirinya. Namun Yingying berkata, "Kau juga telah banyak terluka". Ia mengangsurkan lengan bajunya dan menyeka wajah Linghu Chong, lengan bajunya nampak penuh bercak-bercak darah segar. Linghu Chong berpaling dan bertanya pada Xiang Wentian, "Apa kau terluka parah?" Sambil tersenyum getir Xiang Wentian berkata, "Aku tak segampang itu mati!"

Darah segar menyembur dari kedua luka di punggung Dongfang Bubai, lukanya amat parah, ia tak henti-hentinya berseru, "Liandi, Liandi, orang-orang jahat ini menyiksamu, kejam sekali!" 

Yang Lianting berkata dengan gusar, "Dahulu kau selalu menyanjung-sanjung dirimu sendiri, katamu ilmu silatmu tak tertandingi, kenapa kau tak bisa membunuh pengkhianat-pengkhianat ini?" Dongfang Bubai berkata, "Aku sudah......aku......" Yang Lianting berkata dengan gusar, "Kau kenapa?" Dongfang Bubai berkata, "Aku sudah berusaha sekuat tenaga, ilmu silat mereka......terlalu hebat!" Mendadak tubuhnya bergoyang-goyang dan ia terguling ke lantai. Ren Woxing khawatir ia akan menggunakan kesempatan ini untuk melompat bangkit, maka ia membacok kaki kirinya. 

Dongfang Bubai tersenyum getir dan berkata, "Ren Jiaozhu, akhirnya kaulah yang menang dan akulah yang kalah". Ren Woxing tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Namamu yang hebat itu, apakah harus diganti?" Dongfang Bubai berkata, "Untuk apa diganti? Dongfang Bubai sudah terkalahkan dan tak bisa hidup di dunia ini lagi". Tadinya suaranya ketika berbicara melengking, namun sekarang berubah menjadi dalam dan rendah, ia kembali berkata, "Kalau kita bertarung satu lawan satu, aku tak mungkin kalah di tanganmu". 

Ren Woxing agak ragu-ragu, lalu berkata, "Benar, ilmu silatmu lebih tinggi dariku, aku sangat mengagumimu". Dongfang Bubai berkata, "Linghu Chong, ilmu pedangmu sangat hebat, tapi kalau bertarung satu lawan satu, kau juga tak akan dapat mengalahkanku". Linghu Chong berkata, "Benar sekali. Sebenarnya walaupun kami berempat mengeroyokmu, kami tak akan dapat mengalahkanmu, hanya saja kau mengkhawatirkan si marga Yang itu sehingga perhatianmu terpecah dan kau terluka. Ilmu silat gexia sangat tinggi, pantas untuk menyandang gelar 'nomor satu di kolong langit', caixia sungguh kagum". 

Seulas senyum tipis muncul di wajah Dongfang Bubai, katanya, "Kalian berdua mampu berkata demikian, ini berarti bahwa kalian adalah orang-orang gagah. Ai, celaka, celaka, aku mempelajari Kuihoa Baodian, dengan menuruti resep rahasia dalam kitab pusaka itu aku meracik obat dan meminumnya, aku......ai, sedikit demi sedikit janggutku menghilang, suaraku berubah, watakku juga berubah. Sejak saat itu aku tak lagi suka wanita, ketujuh gundik kecilku kubunuh semua, tapi.....tapi seluruh perhatianku kucurahkan pada Yang Lianting yang seorang lelaki ini. Kalau saja aku dapat terlahir sebagai seorang wanita, tentunya amat baik. Ren Jiaozhu, aku......aku akan mati. Aku hendak mohon satu hal darimu, mohon......mohon supaya kau mempertimbangkan bagaimana aku memperlakukan nona besarmu selama beberapa tahun terakhir ini....." Ren Woxing bertanya, "Kau hendak mohon apa dariku?" Dongfang Bubai berkata, "Ampunilah jiwa Yang Lianting, usirlah dia dari Heimuya". Ren Woxing tertawa dan berkata, "Aku akan mencincang dia, menghukum mati dia dengan lingchi[1] selama seratus hari, hari ini kupotong jarinya, besoknya kupotong separuh jempol kakinya". 

Dongfang Bubai berseru dengan murka, "Kau.....kau sungguh kejam!" Mendadak ia melompat dan menerjang ke arah Ren Woxing. 

Ia sudah terluka parah, gerakannya sudah tak secepat sebelumnya, akan tetapi terjangannya itu masih sebat dan ganas, membuat orang tercengang. Pedang Ren Woxing menikam, pedangnya menembus dari dada sampai ke punggungnya. Tepat pada saat itu, jari Dongfang Bubai menyentil, jarum sulam melayang dan menancap di mata kanan Ren Woxing. 

Ren Woxing menarik pedangnya dan melompat mundur seraya berteriak, punggungnya menubruk dinding, "Bruk!", dinding itu rubuh separuh terkena benturan tubuhnya. Yingying cepat-cepat memburu ke depan untuk melihat keadaan mata sang ayah, ia melihat bahwa jarum sulam itu tepat menembus pupil matanya. Untung saja saat itu kekuatan tangan Dongfang Bubai sudah berkurang, kalau tidak jarum itu akan menembus ke otak dan hidupnya akan sukar dipertahankan, namun sepertinya  matanya ini sudah rusak.

Yingying menjumput ujung jarum sulam, namun jarum baja itu sangat pendek, bagian yang muncul di luar tak sampai satu fen, tak ada tempat bagi jarinya untuk berpegang. Ia berbalik dan memungut bingkai sulam Dongfang Bubai yang terjatuh di lantai,  menarik sehelai benang sutra, dengan hati-hati memasukannya ke dalam lubang jarum,  lalu menarik benang itu. Ren Woxing berteriak keras-keras. Beberapa titik darah segar menetes dari jarum yang tergantung di ujung benang itu. 

Ren Woxing amat murka, ia melayangkan kakinya dan menendang mayat Dongfang Bubai. Mayat itu melayang dan dengan suara berdebam menghantam kepala Yang Lianting. Dalam kemurkaannya, Ren Woxing menendang dengan penuh tenaga, kepala Dongfang Bubai dan Yang Lianting saling bertumbukan, tengkorak mereka pecah dan otak mereka hancur.

Ren Woxing telah dapat membalas dendam pada musuh bebuyutan dan merebut kembali jabatan ketua Riyue Shenjiao, namun sejak saat ini ia kehilangan sebelah matanya, ia merasa girang sekaligus marah, ia mendongak ke langit dan tertawa hingga genting rumah tergetar. Namun tawanya itu penuh kemurkaan.

Shangguan Yun berkata, "Selamat kepada jiaozhu karena berhasil menghukum pengkhianat besar. Mulai saat ini agama kita akan berada di bawah perlindungan jiaozhu, kekuatannya akan tersebar di empat samudera. Semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan jianghu". 

Ren Woxing tertawa, lalu memaki, "Omong kosong! Hidup selamanya apa?" Mendadak ia merasa bahwa kalau ia benar-benar dapat hidup selamanya dan mempersatukan dunia persilatan, hal itu adalah kebahagiaan terbesar dalam hidup manusia, ia tak kuasa menahan diri untuk tak tertawa terbahak-bahak. Namun kali ini ia benar-benar tertawa sepuasnya karena merasa amat puas diri. 

Setelah titik jalan darah di bawah dada kiri Xiang Wentian terkena tusukan jarum Dongfang Bubai, untuk beberapa lama sekujur tubuhnya kesemutan, namun sekarang keempat angoota tubuhnya telah kembali dapat bergerak dengan leluasa, ia juga berbicara, "Selamat kepada jiaozhu, selamat kepada jiaozhu!" Ren Woxing tertawa dan berkata, "Kau benar-benar telah berjasa besar dalam menghukum pengkhianat dan merebut kembali kekuasaan". Ia berpaling ke arah Linghu Chong seraya berkata, "Jasa Chong er juga tak sedikit". 

Linghu Chong melihat bahwa di pipi Yingying yang putih bersih bagai kumala ada bercak darah berwarna merah kehitaman, ia mengingat pertarungan sengit yang baru saja terjadi dan rasa jeri masih belum hilang di hatinya, katanya, "Kalau Yingying tak membereskan Yang Lianting, membunuh Dongfang Bubai benar-benar tidak mudah". Setelah berhenti sejenak, ia berkata, "Untung saja jarum sulamnya tidak mengandung racun". 

Tubuh Yingying gemetar, dengan lirih ia berkata, "Jangan bicara lagi. Dia ini bukan manusia, melainkan siluman. Ai, saat aku kecil, ia sering mengendongku naik gunung untuk memetik buah dan bermain-main, namun hari ini ia harus bernasib buruk seperti ini". 

Ren Woxing meraba-raba saku baju Dongfang Bubai, ia mengeluarkan sebuah kitab kuno yang amat tipis, lalu membolak-balik halamannya dengan enteng. Kitab itu penuh berisi tulisan kecil-kecil, itulah Kuihoa Baodian. Ia mengacung-acungkannya sambil berkata dalam hati, "Rahasia kesuksesan Kuihoa Baodian ini tertulis dengan jelas di dalamnya, 'Barangsiapa hendak mempelajari ilmu sakti, hunuslah pisau dan kebirilah dirimu sendiri. Raciklah obat dan minumlah, luar dalam menjadi sama'. Si tua ini boleh tak punya otak, tapi untuk melakukan omong kosong seperti ini, hahaha, hahaha......"[3] Tak lama kemudian ia kembali berpikir, "Akan tetapi ilmu silat yang terkandung dalam kitab ini memang benar-benar lihai, semua pesilat begitu melihatnya, mau tak mau akan tergoda. Untung saja saat itu aku telah mempelajari Xixing Dafa, kalau tidak apakah  aku akan ikut mempelajari kungfu celaka dalam kitab ini, juga susah dibilang". Ia menendang mayat Dongfang Bubai, lalu berkata sembari tertawa, "Walaupun kau licik seperti siluman, tapi kau tak bisa menebak maksudku yang sebenarnya ketika aku memberimu Kuihoa Baodian ini. Kau begitu gila kekuasaan dan ingin berada di atas semua orang, apa kau kira si tua ini tak tahu? Hahaha, hahaha!" 

Hati Linghu Chong terasa dingin, "Ternyata Ren Jiaozhu memberikan Kuihoa Baodian kepadanya dengan maksud yang tak baik. Mereka berdua licik dan saling menipu satu sama lain". Ia melihat mata kanan Ren Woxing tak henti-hentinya mengalirkan darah segar, sedangkan mulutnya menganga sambil tertawa liar sehingga raut wajahnya benar-benar mengerikan, dalam hatinya ia merasa terkejut dan jeri. 

Ren Woxing meraba-raba bagian bawah pinggang Dongfang Bubai, ternyata memang kedua buah zakarnya telah dipotong, pikirnya, "Kuihoa Baodian ini memang sepantasnya dipelajari oleh para kasim". Ia menaruh Kuihoa Baodian itu diantara kedua telapak tangannya, lalu menggosoknya dengan mengerahkan tenaga, kitab yang sudah tua itupun langsung hancur berkeping-keping. Kedua tangannya lantas mengayun, sehingga kepingan-kepingan itu berterbangan keluar jendela ditiup angin. 

Walaupun Yingying tak memahami pokok-pokok ajaran Kuihoa Baodian, namun setelah melihat bagaimana setelah mempelajari ilmu itu penampilan Dongfang Bubai berubah menjadi bukan lelaki dan bukan perempuan, ia menduga bahwa kitab itu mengandung ilmu yang sesat. Ketika melihat sang ayah menghancurkannya, ia menghela napas dan berkata, "Benda yang membuat orang celaka ini paling baik dihancurkan saja!" Linghu Chong tertawa dan berkata, "Apa kau takut aku akan mempelajarinya?" Wajah Yingying menjadi merah padam, ia mencibir, lalu berkata, "Bicaramu itu selalu tak keruan!" 

Yingying mengeluarkan obat luka, lalu mengoleskannya di mata ayahnya dan Shangguan Yun yang terluka terkena tusukan jarum. Lubang-lubang bekas tusukan jarum di wajah mereka masing-masing susah dihitung. Yingying berkaca dan melihat bahwa di pipi kirinya ada sebuah goresan berbercak darah, walaupun sangat halus, namun sepertinya setelah sembuh, luka itu masih akan meninggalkan bekas, maka mau tak mau ia menjadi sedih. 

Linghu Chong berkata, "Kau telah mendapatkan keberuntungan terbesar di dunia ini, para iblis dan dewa tak kuasa menahan rasa iri mereka padamu, luka kecil di wajahmu ini akan membawa keberuntungan yang tak ada akhirnya". Yingying berkata, "Aku telah mendapatkan keberuntungan terbesar di dunia ini?" Linghu Chong berkata, "Kau cerdas dan cantik, ilmu silatmu tinggi, ayahmu adalah ketua Riyue Shenjiao, dirimupun dihormati dan dikagumi orang-orang gagah di kolong langit ini. Selain itu, kau adalah seorang wanita muda yang begitu menawan, Dongfang Bubaipun amat iri padamu". Mendengar gurauannya itu Yingying mendengus dan tertawa, dan segera melupakan  wajahnya yang terluka itu. 

* * * 

Ren Woxing berlima keluar dari kamar Dongfang Bubai, melewati taman bunga dan lorong bawah tanah, lalu kembali ke balairung. 

Ren Woxing mengeluarkan perintah supaya setiap tetua aula dan pengurus dupa datang menghadap. Ia menduduki tempat duduk ketua, lalu berkata sembari tertawa, "Dongfang Bubai ini memang punya banyak akal licik, ia sengaja duduk di tempat tinggi seperti ini, terpisah jauh dengan bawahannya, sehingga mereka dengan sendirinya makin memujanya. Apa nama balairung ini?" 

Shangguan Yun berkata, "Lapor ketua, namanya Balairung Chengde[3], nama tersebut berasal dari pujian kepada jiaozhu sebagai seseorang yang berbudi luhur dan berwatak ksatria". Ren Woxing tertawa terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Berbudi luhur dan berwatak ksatria! Wen wu quancai [4] bukan hal yang mudah". Ia melambaikan tangannya ke arah Linghu Chong seraya berkata, "Chong er, kemarilah". Linghu Chong melangkah ke hadapan tempat duduknya. 

Ren Woxing berkata, "Saat itu di Hangzhou aku pernah memintamu masuk agama kami. Saat itu aku sendirian dan baru saja terlepas dari kesulitan besar, mungkin kau tak mempercayai berbagai janjiku padamu, namun sekarang aku sudah merebut kembali jabatan ketua, maka hal pertama yang hendak kulakukan adalah mengungkit masalah yang lalu......" Ketika berbicara sampai disini, tangan kanannya memukul sandaran tangan kursi beberapa kali, lalu ia berkata, "Kursi ini cepat atau lambat akan kau duduki juga, hahaha!" 

Linghu Chong berkata, "Jiaozhu, budi Yingying padaku sebesar gunung, kalau kau ingin aku melakukan sesuatu, seharusnya aku tak menolaknya. Hanya saja aku telah berjanji pada seseorang untuk mengurus suatu perkara besar, mohon maaf karena wanbei tak dapat menuruti perintah untuk masuk ke agama suci ini". 

Kedua alis Ren Woxing perlahan-lahan terangkat, dengan dingin ia berkata, "Kalau kau tak mau mendengar perintahku, kau tahu sendiri apa akibatnya!" 

Yingying maju ke depan dan menarik tangan Linghu Chong seraya berkata, "Ayah, hari ini adalah hari bahagia karena kau berhasil kembali menduduki jabatanmu, untuk apa meributkan hal sepele seperti ini? Tentang hal ia masuk ke agama kita dapat perlahan-lahan dibicarakan lagi nanti". 

Ren Woxing memutar mata kirinya dan melirik kedua orang itu, ia mendengus, lalu berkata, "Yingying, kau hanya ingin suami, dan tak menginginkan ayah lagi, benar tidak?"

Xiang Wentian berkata, "Jiaozhu, Linghu Xiongdi adalah seorang pendekar muda, sifatnya sangat keras kepala, biar hamba perlahan-lahan menyadarkannya......." Ketika ia berbicara sampai disini, di luar balairung terdengar belasan orang berseru, "Para tetua Aula Xuanwu, ketua aula, wakil ketua aula, pengurus dupa dari Lima Cabang Dupa dan wakil pengurus dupa menghadap ketua suci yang bijak dan pemurah, pandai ilmu surat dan berwatak ksatria. Jiaozhu membangkitkan agama suci kita dan memberi faedah bagi rakyat jelata, semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan". 

Ren Woxing berseru, "Masuk ke balairung!" Terlihat belasan orang lelaki masuk ke dalam balairung, lalu berlutut dalam sebuah barisan.

Sebelumnya ketika Ren Woxing menjabat sebagai ketua Riyue Shenjiao, saat ia bertemu dengan para bawahan dan pengawal mereka hanya saling menjura saja, ketika tiba-tiba melihat semua orang berlutut, ia segera berdiri, melambaikan tangannya dan berkata, "Tak usah......" Mendadak ia berpikir, "Tanpa kekuasaan orang-orang ini tak akan patuh. Dahulu jabatan ketuaku direbut orang karena aku memperlakukan orang dengan terlalu lunak. Upacara sembah sujud ini diadakan oleh Dongfang Bubai, tak perlu kuhapuskan". Ia segera tak jadi mengucapkan perkataan 'tak usah banyak peradatan' dan kembali duduk. 

Tak lama kemudian, sekelompok orang kembali memasuki balairung untuk menghadap dan bersujud kepadanya, Ren Woxing tak lagi bangkit dan hanya mengangguk-angguk saja. 

Saat itu Linghu Chong telah mundur ke bagian belakang balairung, terpisah jauh dari tempat duduk sang ketua, di bawah cahaya lampu yang temaram, dari kejauhan raut wajah Ren Woxing nampak samar-samar, mendadak ia berpikir, "Yang duduk di kursi itu Ren Woxing atau Dongfang Bubai? Apa bedanya?" 

Puja-puji yang diumandangkan oleh para ketua aula dan pengurus dupa makin lama makin nyaring, jelas bahwa mereka semua merasa amat ketakutan, semua tahu bahwa dalam belasan tahun belakangan ini mereka telah mengabdi kepada Dongfang Bubai, boleh dibilang bahwa mereka mau tak mau telah menyinggung Ren Jiaozhu, namun hari ini Ren Jiaozhu telah kembali menduduki jabatan tertinggi, kalau ia hendak menagih hutang lama, entah hukuman berat apa yang akan mereka terima. Sedangkan orang-orang yang baru masuk ke agama mereka, tak tahu Ren Woxing itu orang macam apa, mereka hanya tahu kalau mereka menjilat Dongfang Bubai dan Yang Lianting mereka akan naik pangkat dan tak terkena hukuman, mereka menduga bahwa walaupun ketua berganti keadaan masih tetap begitu, maka mereka semua menyerukan puja-puji. 

Linghu Chong berdiri di pintu balairung, matahari bersinar dari belakang punggungnya, di luar balairung terang benderang, namun di tengah balairung panjang yang gelap itu hampir seratus orang bersujud di lantai, mulut mereka menyemburkan puji-pujian. Dalam hati ia sangat muak, pikirnya, "Yingying begitu baik padaku, kalau ia ingin aku masuk Riyue Shenjiao, aku tak dapat menolaknya. Tapi hal ini harus menunggu kepergianku ke Songshan untuk mencegah Zuo Lengchan menjadi ketua Wuyue Pai sesuai persetujuanku dengan Fang Zheng Dashi dan Chongxu Daozhang, lalu setelah itu aku akan memilih seorang murid perempuan Hengshan untuk menjadi ketua, setelah aku bebas, apakah aku akan masuk Riyue Shenjiao dapat dibicarakan lagi. Tapi kalau aku harus meniru orang-orang ini, untuk apa aku jadi manusia? Kalau kemudian aku menikahi Yingying, Ren Jiaozhu akan menjadi ayah mertuaku dan memang sudah sepantasnya kalau aku bersujud padanya. Akan tetapi apa itu 'membangkitkan agama suci, memberi faedah bagi rakyat jelata', apa itu 'bijak dan pemurah, pandai ilmu surat dan berwatak ksatria'? Kalau seorang lelaki sejati sepanjang hari mengucapkan perkataan yang memalukan seperti ini, ia benar-benar akan menodai kemurnian seorang gagah! Tadinya kukira permainan yang memalukan ini adalah akal-akalan Dongfang Bubai dan Yang Lianting untuk menghukum anak buah mereka, akan tetapi kalau melihat keadaan saat ini, Ren Jiaozhu ternyata juga dengan senang hati mendengarkan puja-puji ini dan sama sekali tak merasa muak!" 

Ia kembali berpikir, "Saat itu di dinding gua belakang Siguoya di Huashan, ketika aku melihat ilmu silat yang diukir kesepuluh tetua Mojiao, aku berpikir bahwa diantara para qianbei Mojiao terdapat benar-benar tak sedikit orang gagah. Kalau tidak, bagaimana Riyue Jiao bisa melawan aliran lurus selama seratus tahun, saling bersaing dan sama-sama tak terkalahkan? Akan tetapi diantara tokoh-tokoh mereka saat ini, Xiang Dage, Shangguan Yun, Jia Bu, Tong Baixiong dan Empat Sahabat Jiangnan dari Meizhuang, siapa diantara mereka yang bukan seorang tokoh terkemuka? Orang-orang gagah ini dipaksa untuk setiap hari bersujud pada orang lain, mulut mereka mengeluarkan puja-puji, tapi dalam hati memaki-maki. Mengucapkan perkataan-perkataan yang memalukan dan menerima perlakuan kasar! Sebenarnya kalau seseorang sudi dipaksa untuk melakukan hal memalukan seperti ini, diri sendiripun menjadi orang yang tak tahu malu. Para pahlawan yang dipermalukan seperti ini, mana bisa masih terhitung sebagai orang gagah di kolong langit ini?" 

Suara Ren Woxing yang amat puas diri terdengar dari ujung lain balairung panjang itu, katanya, "Kalian sebelumnya mengabdi pada Dongfang Bubai, semua yang kalian lakukan telah diam-diam diketahui oleh aku sang ketua, dan telah dicatat satu persatu. Namun ketua murah hati, aku hanya akan melihat kelakuan kalian setelah ini, dan tak akan mengungkit masalah yang sudah berlalu, atau menagih hutang lama. Sejak saat ini kalian semua harus setia sampai mati pada ketua, dan ketua akan memperlakukan kalian dengan baik serta berbagi kemakmuran dan kejayaan dengan kalian". 

Dalam sekejap, puja-puji riuh rendah berkumandang di balairung itu, semua berkata bahwa jiaozhu bijak dan pemurah, wawasannya seluas samudera, seorang besar tak melakukan perbuatan seorang rendah, semua pengawal akan mematuhi perintahnya, bersumpah setia, bersedia untuk menempuh segala bahaya guna melaksanakan perintah, bersumpah akan setia pada jiaozhu sampai mati. 

Ren Woxing menunggu sampai semua orang selesai berbicara, setelah keadaan sedikit demi sedikit menjadi tenang, ia baru berkata, "Akan tetapi kalau ada orang yang berani memberontak dan tak mematuhi perintah, ia akan dihukum tanpa ampun. Kalau ada seseorang yang bersalah, semua orang akan dihukum lingchi sampai mati". Semua orang serentak menjawab, "Hamba seribu kali tak akan berani". 

Linghu Chong memdengar bahwa suara orang-orang itu gemetar, jelas bahwa mereka amat ketakutan, dalam hati ia berkata, "Ren Jiaozhu ternyata sama saja dengan Dongfang Bubai, menakut-nakuti para pengikutnya dengan ancaman, wajah mereka tampak penuh hormat, namun dalam hati mereka geram dan tak rela. Kata 'setia' ini bagaimana mereka dapat ucapkan?" 

Terdengar seseorang membongkar kejahatan Dongfang Bubai di hadapan Ren Woxing,   
bagaimana ia marah kalau mendengar nasehat yang baik dan hanya mempercayai Yang Lianting seorang, bagaimana ia dengan semberono membunuh orang tak bersalah untuk kepentingan dirinya sendiri, serta bagaimana ia suka mendengar jilatan orang dan mengacaukan agama suci mereka. Ada seseorang lagi yang berkata bahwa ia merusak tata tertib agama, memberikan Heimu Ling dengan sembarangan, dan memaksa orang minum Sanshi Naoshen Dan. Seseorang lain berkata bahwa ia amat rakus, setiap kali makan ia sering menyembelih tiga ekor sapi, lima ekor babi dan sepuluh ekor kambing. 

Linghu Chong berpikir, "Walaupun seseorang nafsu makannya besar, namun ia mana bisa makan tiga ekor sapi, lima ekor babi dan sepuluh ekor kambing? Tentunya ia sedang menjamu teman-temannya atau sedang makan bersama para pengawal. Ketika Dongfang Bubai menjabat sebagai ketua, menyembelih beberapa sapi, babi dan kambing masa dianggap dosa besar?" 

Terdengar setiap orang menuduh Dongfang Bubai, semakin lama tuduhan yang dialamatkan kepadanya semakin banyak, tapi juga semakin sepele. Ada orang yang memakinya karena suasana hatinya sering berubah-ubah, tertawa dan menangis tanpa sebab; ada orang yang memakinya karena suka berpakaian mewah dan tak mau keluar untuk menemui mereka; ada lagi yang berkata bahwa wawasannya dangkal, konyol dan tak tahu apa-apa; ada lagi yang berkata bahwa ilmu silatnya sebenarnya rendah, dan ia hanya berlagak saja untuk menakut-nakuti orang, namun sebenarnya sama sekali tak punya kepandaian apapun. 

Linghu Chong berpikir, "Kalian menuding-tuding dan memaki-maki Dongfang Bubai karena berbuat ini dan itu, tapi aku tak tahu apakah kalian berkata benar atau tidak. Tapi barusan ini ketika kami berlima melawan dirinya seorang, kami hanya bisa lolos dari lubang jarum saja dan hampir kehilangan nyawa kami karena jarum sulamnya. Kalau ilmu silat Dongfang Bubai rendah, di dunia ini tak ada orang yang ilmu silatnya tinggi. Benar-benar omong kosong yang keterlaluan". 

Setelah itu ada seseorang yang berkata bahwa Dongfang Bubai cabul dan suka main perempuan, suka merampas perempuan orang, menodai istri-istri para pengikut dan membuat anak haram yang tak terhitung banyaknya. 

Linghu Chong berpikir, "Dongfang Bubai sudah merelakan dirinya berubah menjadi seorang wanita, hanya suka lelaki dan tak suka perempuan. Dia mana bisa menodai wanita dan membuat anak haram yang tak terhitung banyaknya? Hahaha, hahaha!" Ketika berpikir tentang hal itu, ia tak lagi dapat menahan dirinya dan tertawa keras-keras. 

Tawa yang keras itu segera berkumandang ke segala penjuru. Semua orang di balairung panjang itu langsung berpaling dan memandangnya dengan gusar. 

Yingying tahu bahwa ia telah berbuat onar, ia cepat-cepat menghampiri dan menarik tangannya seraya berkata, "Chong Ge, mereka sedang membicarakan Dongfang Bubai, tak ada yang perlu didengarkan. Mari kita turun ke kaki tebing untuk berjalan-jalan". Linghu Chong menjulurkan lidahnya, lalu tertawa dan berkata, "Jangan sampai aku mengundang kemarahan ayahmu". 

Dengan berendeng pundak mereka keluar, melewati gapura pualam putih dan turun dengan menggunakan keranjang bambu. 

* * * 

Mereka berdua duduk bersanding di dalam keranjang, terlihat awan dan kabut melayang-layang di sekitar mereka, dibandingkan dengan keadaaan di dalam balairung, mereka seakan berada di dunia lain. Linghu Chong memandang Heimuya, ia melihat matahari menyinari gapura pualam putih itu sehingga bersinar-sinar keemasan, hatinya terasa lega, "Akhirnya aku meninggalkan tempat ini, kejadian kemarin malam itu seperti mimpi buruk saja. Setelah ini, apapun yang terjadi, aku tak akan pernah menginjakkan kaki di Heimuya lagi". 

Yingying berkata, "Chong Ge, apa yang sedang kau pikirkan?" Linghu Chong berkata, "Apa kau bisa pergi bersamaku?" Wajah Yingying merona merah, katanya, "Kita......kita......" Linghu Chong berkata, "Kenapa?" Dengan lirih Yingying berkata, "Kita belum menikah, aku......aku mana bisa mengikutimu?" Linghu Chong berkata, "Sebelum ini, bukankah kau sudah berkelana di dunia persilatan bersamaku?" Yingying berkata, "Itu karena tak ada pilihan lain, lagipula, oleh karena itu telah muncul banyak gosip. Barusan ini ayah berkata bahwa aku......aku hanya memikirkanmu dan tak menghendaki ayah lagi, kalau aku ikut pergi denganmu, ayah pasti akan sangat tak senang. Ayah telah dikurung selama belasan tahun, wataknya agak berbeda, aku ingin banyak menemaninya. Selama hatiku dan hatimu tak berubah, setelah ini hari-hari kita bersama akan masih panjang". Ketika mengucapkan perkataan yang terakhir itu, suaranya amat lirih sehingga hampir tak terdengar. 

Tepat pada saat itu, segumpal awan putih melayang menghampiri, ketika Linghu Chong memandanginya ia nampak samar-samar, walaupun Yingying duduk bersanding di sisinya, ia seakan terpisah amat jauh dengan dirinya, seakan Yingying berada jauh di atas awan dan tak bisa disentuh olehnya. 

Keranjang bambupun sampai di kaki tebing dan mereka berdua melangkah keluar. Yingying berkata dengan lirih, "Apa kau mau pergi sekarang?" Linghu Chong berkata, "Zuo Lengchan mengundang Wuyue Jianpai untuk bertemu tanggal lima belas bulan tiga, guna memilih ketua Wuyue Pai. Ia haus kekuasaan dan membahayakan semua orang gagah di kolong langit ini. Aku harus menghadiri pertemuan di Songshan itu". Yingying mengangguk-angguk seraya berkata, "Chong Ge, ilmu pedang Zuo Lengchan bukan tandinganmu, tapi kau harus mewaspadai tipu muslihatnya". Linghu Chong menjawab, "Ya". 

Yingying berkata, "Seharusnya aku pergi bersamamu, tapi aku adalah perempuan siluman Mojiao, kalau aku naik ke Songshan bersamamu, aku akan menjadi penghalang urusan pentingmu". Ia berhenti sejenak, lalu berkata dengan muram, "Kalau kau menjadi ketua Wuyue Pai, namamu akan menggetarkan dunia ini, sedangkan kita berdua berasal dari aliran lurus dan sesat, hal itu......hal itu akan membuat keadaan bertambah sulit".

Linghu Chong mengenggam tangannya, lalu berkata dengan lembut, "Sampai saat ini, apakah kau masih tak mempercayaiku?" Yingying tersenyum sedih, lalu berkata, "Aku mempercayaimu!" Setelah beberapa saat, ia berkata dengan lirih, "Hanya saja menurutku, kalau ilmu silat seseorang makin tinggi, dan namanya makin besar di dunia persilatan, wataknya sering berubah. Ia sendiri tak menyadarinya, namun caranya bersikap selalu tak sama dengan sebelumnya. Paman Dongfang seperti itu, aku khawatir ayah juga akan menjadi seperti itu". Linghu Chong berkata sembari tersenyum, "Ayahmu tak akan mempelajari ilmu silat dalam Kuihoa Baodian itu, kitab pusaka itu telah dicabik-cabiknya hingga berkeping-keping, kalaupun ia ingin mempelajarinya, sudah terlambat". 

Yingying berkata, "Aku bukan berbicara mengenai ilmu silat, tapi mengenai watak orang. Kalaupun Paman Dongfang tak mempelajari Kuihoa Baodian, ketika ia menjabat sebagai ketua Riyue Shenjiao dan memegang kekuasaan di tangannya, berkuasa penuh atas hidup dan mati, dengan sendirinya ia menjadi angkuh dan jumawa". 

Linghu Chong berkata, "Yingying, kau boleh meragukan orang lain, tapi kau tak usah mengkhawatirkan aku. Aku dilahirkan sebagai seorang berandalan, selamanya tak mungkin berpura-pura. Kalaupun aku menjadi angkuh dan jumawa, di hadapanmu aku akan selamanya seperti sekarang ini". 

Yingying menghela napas dan berkata, "Baguslah kalau begitu". Tak lama kemudian sambil tersenyum ia bertanya, "Seperti sekarang ini seperti apa?" Linghu Chong berkata dengan sungguh-sungguh, "Untuk seribu musim semi dan selaksa tahun, untuk selaksa tahun dan seribu musim semi, Linghu Chong akan selalu menjadi cucu nenek yang manis". Yingying tersenyum menawan, lalu berkata, "Kalau begitu, di dunia ini aku benar-benar beruntung. Menjadi muda dan cantik rupawan, semuanya itu tak penting, untuk seribu musim semi dan selaksa tahun, untuk selaksa tahun dan seribu musim semi, aku Ren Yingying selamanya akan menjadi gadis yang manis di sisi Linghu Daxia". 

Mendadak Linghu Chong teringat akan sesuatu, ia berkata, "Semua orang di kolong langit ini sudah tahu tentang kita berdua, kawan-kawan yang kau asingkan ke pulau terpencil di Laut Selatan itu, apakah akan kau perbolehkan pulang?" Yingying tersenyum dan berkata, "Aku akan mengirim orang untuk menjemput mereka pulang". 

Linghu Chong menariknya mendekat, lalu dengan lembut memeluknya seraya berkata, "Aku minta diri padamu dahulu. Setelah urusan penting di Songshan selesai, aku akan datang mencarimu, sejak saat ini, kita berdua tak akan berpisah lagi". Mata Yingying bersinar-sinar, memancarkan ekspresi yang lain dari biasanya, dengan lirih ia berkata, "Kuharap semua urusanmu berjalan dengan lancar, sehingga kau cepat kembali. Aku......aku akan menunggumu disini siang dan malam". Linghu Chong berkata, "Baiklah!" Dengan lembut ia mencium pipinya. Wajah Yingying menjadi merah padam, malu-malu kucing bagai tak ada akhirnya. 

Linghu Chong tertawa terbahak-bahak, menarik seekor kuda, lalu menaikinya dan meninggalkan Riyue Jiao. 

Catatan Kaki Penerjemah

[1] Hukuman mati dimana anggota tubuh dipotong sedikit demi sedikit sampai mati.
[2]  Di edisi kedua dan sebelumnya bagian ini diucapkan oleh Ren Woxing, akan tetapi di edisi ketiga ini dijadikan monolog internal, tidak diucapkan. Hal ini dilakukan untuk memperbaiki 'kesalahan' di bab-bab berikut ketika Linghu Chong dan Yingying 'melupakan' perkataan Ren Woxing itu. 
[3] 'Keluhuran Budi'.
[4] Pandai ilmu surat dan silat'. (Hokkian: Bun bu coan cay). 

No Comment
Add Comment
comment url