Pendekar Hina Kelana Bab 32 - Penggabungan Perguruan

 << Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>

Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana

oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.

[Puncak Gunung Songshan berdiri sendiri di tengah, menghadap ke langit dan memandang ke bawah ke ribuan puncak lainnya. Dengan sedikit awan di langit, sinar matahari menyinari udara yang murni dan segar. Cheng-Gao dan Yumen berdiri di utara; Sungai Kuning tampak seperti garis tipis; tembok kota Luo Yang samar-samar terlihat di barat; barisan pegunungan berada di timur dan selatan.]


Smiling Proud Wanderer Jilid 4

Bab XXXII Penggabungan Perguruan

Bagian Pertama

Tak sampai sehari kemudian, Linghu Chong telah tiba di Hengshan. Begitu murid yang berjaga di kaki gunung melihatnya, ia langsung melapor ke atas gunung. Para murid datang untuk menyambutnya. Setelah itu para pendekar yang tinggal di Halaman Lain Hengshan juga datang berkerumun bagai serombongan lebah. Linghu Chong bertanya tentang keadaan di Halaman Lain Hengshan. Qu Qianqiu berkata, "Lapor pada ketua, murid-murid lelaki semua tinggal di Halaman Lain, tak ada seorangpun yang berani menginjakkan kaki di puncak utama, mereka sangat berdisiplin". Linghu Chong berkata dengan girang, "Bagus sekali kalau begitu". 

Yihe berkata sembari tertawa, "Mereka benar-benar tak berani naik ke puncak utama, tentang apakah mereka benar-benar berdisiplin, aku khawatir sepertinya tidak". Linghu Chong bertanya, "Kenapa tidak?" Yihe berkata, "Di biara utama, siang dan malam kami selalu mendengar suara riuh rendah dari Lembah Tongyuan itu, mereka sama sekali tak pernah tenang". Linghu Chong tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Kalau kalian ingin kawan-kawan itu tenang, tidaklah mudah". 

Linghu Chong segera bercerita dengan ringkas mengenai bagaimana Ren Woxing berhasil kembali merebut kedudukannya. Para pendekar bersorak-sorai, suara mereka yang riuh rendah menggema di lembah itu. Semua orang berpikir, "Karena Ren Jiaozhu telah kembali merebut kedudukan ketua, kekuasaan shengu tentunya juga menjadi besar. Tentunya setelah ini keadaan juga menjadi lebih baik bagi kita semua". 

Setelah naik ke Puncak Jianxing, Linghu Chong bersujud pada papan arwah Dingxian Shitai bertiga di Biara Wuse, lalu berunding dengan Yihe, Yiqing dan murid-murid lain, pertemuan tanggal lima belas bulan tiga di Songshan sudah tak lama lagi, Hengshan Pai harus mulai berangkat ke Henan. Yihe dan yang lainnya berkata bahwa untuk melawan gagasan pengabungan perguruan Songshan Pai, kalau mereka membawa serta para pendekar di Lembah Tongyuan ke Songshan kekuatan mereka memang akan bertamabah banyak, namun mereka akan sukar menghindari teguran dari Songshan, Heng Shan dan Huashan Pai, dan juga memberi alasan pada Zuo Lengchan untuk mengobarkan perlawanan terhadap Hengshan Pai. Yihe berkata, "Ilmu pedang zhangmen shixiong lebih tinggi dari Zuo Lengchan, sehingga meraih jabatan ketua Wuyue Pai adalah suatu kepastian, akan tetapi kalau kita membawa kawan-kawan dari Lembah Tongyuan itu, pasti akan timbul banyak masalah". Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Tujuan kita adalah mencegah Zuo Lengchan mencaplok keempat perguruan lain. Aku menjadi ketua Hengshan Pai saja sudah sangat tak patut, apalagi menjadi ketua Wuyue Pai. Kalau kalian semua berpendapat bahwa sebaiknya kita tak mengajak kawan-kawan dari Lembah Tongyuan ini ke Songshan, aku tak akan mengajak mereka". 

Ia pergi ke Lembah Tongyuan dan diam-diam berbicara kepada Ji Wushi, Zu Qianqiu dan Lao Touzi bertiga. Ji Wushi dan yang lainnya juga berpendapat bahwa sepantasnya mereka tak mengajak para pendekar dari Lembah Tongyuan, mereka ingin agar Linghu Chong mengajak para murid perempuan terlebih dahulu, lalu mereka bertiga akan menjelaskan duduk perkaranya kepada para pendekar itu. Mereka akan tinggal di Lembah Tongyuan untuk menunggu perintah, sambil mengatur kekuatan dan menunggu kabar, kalau Songshan Pai ingin menggunakan jumlah mereka yang lebih banyak untuk menang, maka hampir seribu murid Hengshan Pai dari Halaman Lain di Lembah Tongyuan akan berbondong-bondong pergi ke Songshan untuk membantu mereka. Malam itu Linghu Chong dan para pendekar minum-minum sepuasnya sampai mabuk berat, sebelumnya mereka telah merencanakan untuk berangkat ke Songshan keesokan harinya, namun ketika ia bangun dari mabuk, sudah lewat tengah hari dan mereka belum sempat membereskan semuanya, maka mereka terpaksa menunda keberangkatan sehari lagi. Keesokan harinya Linghu Chong baru memimpin para murid perempuan berangkat ke Songshan. 

Setelah rombongan itu berjalan beberapa hari, mereka sampai di sebuah kota kecil, mereka makan dan beristirahat di sebuah kuil rusak yang besar. Zheng E bertujuh keluar untuk memeriksa segala penjuru guna berjaga-jaga terhadap tipu muslihat Songshan Pai. 

Tak lama kemudian, Zheng E dan Qin Juan berlari bagai terbang dan berkata, "Zhangmen shixiong, cepat lihat!" Wajah mereka berdua penuh tawa, jelas bahwa mereka telah melihat sesuatu yang amat lucu. Yihe bertanya, "Ada apa?" Qin Juan berkata, "Shizi, kau lihatlah sendiri". 

Linghu Chong dan yang lainnya berlari mengikuti mereka berdua masuk ke sebuah penginapan, ketika mereka tiba di luar sebuah kamar tamu di sayap barat, mereka melihat beberapa orang terbaring bertumpukan di atas kang, mereka adalah Taogu Liuxian. Mereka berenam tak bisa berkutik. 

Linghu Chong amat terkejut, ia cepat-cepat memasuki kamar itu, lalu membopong Tao Genxian yang berada di paling atas, ia melihat bahwa ia telah terkena totokan dan mulutnya disumpal dengan sebuah biji persik, yang lantas dikeluarkannya. Tao Genxian langsung memaki-maki tak keruan, "Neneknya, leluhurmu selama delapan belas turunan tak akan mati tenang, delapan belas turunan anak cucumu akan lahir tanpa pantat dan mata......" Sembari tertawa Linghu Chong berkata, "Hei, Tao Genxian Dage, aku kan tidak mengapa-apakanmu?" Tao Genxian berkata, "Masa aku memakimu? Kau jangan ikut-ikutan! Si keparat itu, kalau bapakmu ini melihatnya, ia akan kucabik-cabik jadi delapan, enam belas, tiga puluh empat potong......" Linghu Chong bertanya, "Kau memaki siapa?" 

Tao Genxian berkata, "Nenekmu, kalau bapakmu bukan memakinya, siapa lagi yang kumaki?" Linghu Chong lalu membopong Taohua Xian yang berada paling atas diantara kelima orang lainnya dan membuka sumpalan mulutnya. 

Ketika biji persik baru separuh dikeluarkan dari mulutnya, Taohua Xian sudah tak sabar untuk berbicara dan mengumam-gumam tak keruan, begitu biji persik keluar seluruhnya, ia langsung berkata, "Dage, kau salah bicara, delapan potong dikali dua itu enam belas potong, enam belas potong dikali dua itu tiga puluh dua potong, kenapa kau bilang tiga puluh empat potong?" Tao Genxian berkata, "Kalau aku suka bilang tiga puluh empat, memangnya kenapa? Aku bukannya mau bilang dua kalinya, maksudku dua kali tambah dua". Tao Huaxian berkata, "Kenapa dua kali tambah dua? Tak masuk akal". Totokan di jalan darah mereka berdua belum terbuka, namun begitu mulut mereka terbuka, mereka langsung berdebat. 

Linghu Chong tertawa dan berkata, "Sekarang kalian berdua jangan ribut dulu, sebenarnya apa yang terjadi?" 

Tao Huaxian memaki, "Biksu Bujie dan Buke Bujie, delapan belas turunan leluhur mereka semua adalah biksu bau!" 

Linghu Chong berkata sembari tertawa, "Kenapa kalian memaki Bujie Dashi?" Tao Genxian berkata, "Kalau bukan memaki mereka, lantas memaki siapa? Kau langsung pergi tanpa minta diri, hanya Zu Qianqiu yang memberitahu kami, kami enam bersaudara mana bisa tak ikut pergi ke Songshan untuk melihat keramaian? Tentu saja kami harus ikut. Kami hendak mendahuluimu, tapi begitu sampai disini, kami bertemu dengan si Biksu Bujie bau itu. Dia pura-pura minum-minum dengan kami dan juga berkata kalau ia melihat enam ekor anjing mengigit seekor macan, lalu menipu kami supaya kami masuk kesini. Ternyata guru besarnya si Biksu Bujie bau itu bersembunyi di sudut kamar, lalu tiba-tiba menotok jalan darah kami satu demi satu dan menumpuk kami seperti kayu bakar saja, katanya kalau kami naik ke Songshan, kami akan mengacaukan urusan penting Ketua Linghu. Neneknya, masa kami akan mengacaukan urusan pentingmu?" 

Saat itu Linghu Chong baru mengerti, ia tertawa dan berkata, "Kali ini Taogu Liuxian menang dan Bujie Dashi kalah, lain kali kalau kalian bertemu dengan sepasang guru dan murid itu, kalian sama sekali tak boleh menyinggung masalah ini, dan terlebih lagi tak boleh berkelahi dengan mereka berdua. Kalau tidak, kalau para orang gagah di dunia ini menanyakan sebabnya, semua orang akan tahu bahwa Bujie Dashi telah tumbang di tangan Taogu Liuxian dan ia akan kehilangan muka". Tao Huaxian dan Tao Genxian mengangguk-angguk, lalu berkata, "Lain kali kalau kami bertemu kedua biksu bau itu, kami akan berpura-pura tak perduli, supaya guru dan murid itu tak kehilangan muka". Linghu Chong berkata sembari tertawa, "Yang paling penting ialah membuka totokan mereka ini, mereka pasti menderita saat ini". Ia segera mengangsurkan tangannya dan membuka titik jalan darah Tao Huaxian, lalu keluar kamar dan menutup pintunya supaya ia tak usah mendengar perdebatan bertele-tele diantara keenam bersaudara itu. 

Zheng E tertawa dan berkata, "Zhangmen shixiong, keenam bersaudara itu sedang apa?" Qin Juan berkata sembari tertawa, "Mereka sedang membuat sebuah menara". Ketika Tao Huaxian mendengarnya, ia memaki dari dalam kamar, "Biksuni kecil kau bicara sembarangan, kata siapa kami sedang membuat menara?" Qin Juan tertawa dan berkata, "Aku bukan biksuni". Tao Genxian berkata, "Karena kau bersama dengan para biksuni kecil, kau juga seorang biksuni kecil". 

Qin Juan berkata, "Ketua Linghu juga berada bersama kami, apa dia juga seorang biksuni kecil?" Zheng E berkata sembari tertawa, "Kalian enam bersaudara juga berada bersama kami, maka kalian juga biksuni kecil". Tao Genxian dan Tao Huaxian tak bisa menjawab, mereka saling menyalahkan, saling menuduh lawan bicaranya tak benar, sehingga mengubah mereka menjadi biksuni-biksuni kecil. 

Linghu Chong, Yihe dan yang lainnya menunggu untuk beberapa lama diluar kamar, namun mereka tak kunjung melihat Taogu Liuxian keluar. Linghu Chong mendorong pintu dan masuk ke dalam, akan tetapi ia melihat Tao Huaxian berjalan mundar-mandir sambil menyeringai dan sama sekali tak membuka totokan kelima saudaranya. Linghu Chong tertawa terbahak-bahak, cepat-cepat membuka totokan kelima orang itu, lalu segera keluar dengan sangat cepat. "Bruk!", terdengar suara gedubrakan, rupanya dalam kamar itu telah timbul perkelahian.

* * * 

Linghu Chong tertawa terkekeh-kekeh sambil melangkah keluar, setelah berbelok beberapa kali dan berjalan beberapa zhang jauhnya, ia tiba di sebuah jalan di samping sebuah kebun. Ia melihat sebatang pohon persik yang penuh kuncup bunga yang sedang menunggu angin musim semi sebelum mekar, pikirnya, "Bunga persik ini begitu indah, tapi Taogu Liuxian begitu kacau balau, sama sekali tak mirip dengan bunga persik ini". 

Setelah berjalan-jalan untuk beberapa lama, ia merasa bahwa keenam bersaudara itu tentunya telah selesai berkelahi, tak ada jeleknya kalau ia minum arak bersama mereka. Mendadak ia mendengar suara langkah kaki di belakangnya, suara seorang wanita berkata, "Zhangmen shixiong!" Linghu Chong berbalik dan melihat bahwa orang itu adalah Yilin. Yilin berjalan menghampirinya dan berkata dengan lembut, "Aku ingin bertanya padamu, boleh tidak?" Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Tentu saja, ada apa?" Yilin berkata, "Sebenarnya kau lebih suka pada Ren Da Xiaojie atau lebih suka pada xiao shimeimu yang bermarga Yue itu?" 

Linghu Chong tertegun, ia merasa agak jengah, katanya, "Kenapa kau tiba-tiba bertanya tentang hal ini?" Yilin berkata, "Yihe dan Yiqing Shizi menyuruhku menanyakannya". Linghu Chong makin heran, sambil tersenyum ia berkata, "Kenapa mereka ingin menanyakan hal ini?" Yilin menunduk dan berkata, "Linghu Shixiong, tentang masalah xiao shimeimu ini aku tak pernah membicarakannya dengan orang lain. Saat itu Yihe Shizi pernah melukai Nona Yue dengan pedang sehingga diantara kedua belah pihak timbul permusuhan. Ketika Yizhen dan Yiling Shizi mengantarkan obat luka, Huashan Pai tak hanya tak mau menerimanya, tapi juga mengusir mereka. Kami takut hal ini akan mengundang kemarahanmu, maka kami tak berani menceritakannya kepadamu. Setelah itu ketika Yu Sao dan Yiwen Shizi pergi ke Huashan untuk menyampaikan berita tentang pengangkatanmu sebagai ketua Hengshan, mereka ditahan oleh Huashan Pai". Linghu Chong agak terkejut, katanya, "Dari mana kau tahu tentang hal ini?" 

Dengan wajah merona merah Yilin berkata, "Si Tian.......Buke Bujie memberitahuku". Linghu Chong berkata, "Tian Boguang?" Yilin berkata, "Benar. Setelah kau pergi ke Heimuya, para kakak seperguruan mengirimnya ke Huashan untuk mencari kabar". Linghu Chong mengangguk seraya berkata, "Ilmu ringan tubuh Tian Boguang tinggi, kalau ia menyelidiki sesuatu, ia tak akan mudah ketahuan. Apakah ia melihat kedua kakak seperguruan yang dikirim untuk menyampaikan kabar itu?" Yilin berkata, "Ya. Tapi Huashan dijaga dengan amat ketat, tanpa melukai orang, ia tak bisa menolong mereka, tapi untung saja kedua kakak itu tak menderita. Aku menulis surat kepadanya supaya ia tak menyinggung Huashan Pai, dan terlebih lagi tak boleh berkelahi dan melukai orang, agar tak mengundang kemarahanmu". Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Kau menulis surat padanya, seperti seorang guru saja!" Wajah Yilin memerah, katanya, "Aku berada di Puncak Jianxing, sedangkan dia di Lembah Tongyuan, kalau ada hal yang hendak kusampaikan kepadanya, aku terpaksa menulis surat padanya, lalu minta Nenek Fu untuk mengantarkannya". Linghu Chong tersenyum, katanya, "Baiklah, aku cuma bergurau. Apa yang dikatakan Tian Boguang?" 

Yilin berkata, "Katanya ia melihat sebuah pesta pernikahan, bekas gurumu mengambil menantu......." Sekonyong-konyong ia melihat air muka Linghu Chong berubah drastis, ia ketakutan dan berhenti berbicara. 

Tengorokan Linghu Chong tercekat dan ia sukar mengambil napas, dengan napas memburu ia berkata, "Kau bicara saja......tak apa-apa". Suaranya terdengar parau, seakan bukan suaranya sendiri. 

Yilin berkata dengan lembut, "Linghu Shixiong, kau jangan bersedih. Yihe dan Yiqing Shizi semua berkata, walaupun Ren Da Xiaojie orang Mo Jiao namun wajahnya amat cantik, ilmu silatnya juga tinggi, dan ia mencintaimu dengan sepenuh hati, dalam segalanya ia sepuluh kali lipat lebih baik dari Nona Yue". 

Sambil tersenyum getir, Linghu Chong berkata, "Untuk apa aku bersedih? Xiao shimei mendapatkan jodoh yang baik, aku juga turut senang baginya. Dia......dia......Tian Boguang melihat xiao shimeiku......" 

Yilin berkata, "Kata Tian Boguang, Puncak Yunu dihiasi lentera dan panji-panji warna-warni, ramainya bukan main, setiap perguruan dan keluarga mengirim banyak orang untuk mengucapkan selamat. Tapi Tuan Yue tak memberitahu Hengshan Pai kita, dan malah memandang kita sebagai musuh". 

Linghu Chong mengangguk-angguk. Yilin kembali berkata, "Yu Sao dan Yu Wen pergi ke Huashan dengan maksud baik untuk menyampaikan kabar, tak apa kalau mereka tak mengirim orang untuk memberikan hadiah, dan juga tak memberimu selamat atas pengangkatanmu sebagai ketua, akan tetapi untuk apa mereka menahan utusan kita?" Linghu Chong nampak tertegun dan tak menjawab pertanyaannya. Yilin kembali berkata, "Kata Yihe dan Yiqing Shizi, tindakan Huashan Pai ini tak sepantasnya, maka kita juga usah segan-segan pada mereka. Kalau kita bertemu mereka di Songshan, kita harus bertanya pada mereka di depan umum, dan minta mereka membebaskan orang-orang kita. Kalau tidak, kita akan bertindak lebih dahulu untuk membebaskan kedua kakak seperguruan itu". Linghu Chong kembali mengangguk-angguk. Yilin melihat bahwa ia nampak bingung dan putus asa, maka ia menghela napas dan berkata dengan lembut, "Linghu Shixiong, jagalah dirimu baik-baik". Iapun perlahan-lahan melangkah pergi. 

Ketika Linghu Chong melihatnya perlahan-lahan melangkah menjauh, ia memanggilnya, "Shimei!" Yilin berhenti melangkah dan berpaling. Linghu Chong bertanya, "Yang menikah dengan xiao shimeiku adalah......adalah......" 

Yilin mengangguk seraya berkata, "Benar! Memang si marga Lin itu". Ia cepat-cepat melangkah ke hadapan Linghu Chong, menarik lengan baju kanannya, lalu berkata, "Linghu Shixiong, si marga Lin itu tak ada apa-apanya dibandingkan denganmu. Nona Yue adalah seorang bodoh sehingga ia bersedia dinikahkan dengannya. Kakak-kakak seperguruan takut kau marah, sehingga mereka tak berani memberitahumu. Tapi kata Taogu Liuxian, ayahku dan Tian Boguang berada di dekat sini. Begitu Tian Boguang bertemu denganmu, kemungkinan besar ia akan memberitahumu. Kalaupun Tian Boguang tak berbicara, dalam beberapa hari lagi kita akan tiba di Songshan dan pasti akan bertemu dengan Nona Yue dan suaminya. Saat itu kalau kau melihatnya sudah berganti pakaian, dan berdandan sebagai seorang pengantin baru, mungkin......mungkin.....hal ini akan menghalangi urusan penting kita. Semua orang berkata, akan sangat baik kalau Ren Da Xiaojie berada di sisimu. Semua kakak seperguruan menyuruhku untuk menasehatimu agar tak memikirkan Nona Yue yang bodoh dan tak punya hati nurani itu". 

Senyum getir muncul di wajah Linghu Chong, pikirnya, "Mereka semua memperhatikanku, khawatir aku akan bersedih, oleh karena itu di sepanjang jalan mereka memperlakukanku dengan istimewa". Mendadak beberapa tetes air menitik di punggung tangannya, ia berpaling dan melihat air mata Yilin bercucuran, dengan heran ia berkata, "Kau......kau kenapa?" 

Dengan sedih Yilin berkata, "Aku melihat wajahmu......wajahmu begitu sedih, Linghu Shixiong, kalau kau ingin menangis, menangis sajalah". 

Linghu Chong tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Kenapa aku ingin menangis? Linghu Chong adalah seorang berandalan yang tak pantas kelakuannya, yang dipandang rendah oleh shifu serta shiniang, dan telah dipecat dari perguruan. Bagaimana xiao shimei bisa......bisa......hahaha!" Ia tertawa keras-keras, lalu berlari di jalanan gunung itu. 

Sekali berlari, ia berlari dua puluh li lebih sampai ke belantara yang sunyi, rasa sedih bergejolak dalam hatinya, ia tak mampu menahannya dan melemparkan diri ke tanah, lalu menangis keras-keras. Setelah menangis beberapa lama, barulah hatinya sedikit terasa lega, pikirnya, "Kalau aku pulang sekarang dengan mata yang merah dan bengkak seperti ini, kalau sampai terlihat Yihe dan yang lainnya, mereka akan menertawakanku, lebih baik aku menunggu sampai malam dan baru pulang". Namun ia kembali berpikir, "Kalau aku lama tak pulang, mereka tentu akan khawatir. Seorang lelaki sejati bila ingin menangis akan menangis, ingin tertawa akan tertawa. Semua orang di kolong langit ini tahu bahwa Linghu Chong mati-matian mencintai Yue Lingshan. Ia mencampakkanku bagai sepatu bekas, kalau aku tak bersedih, aku hanya berpura-pura saja". 

Ia segera melangkah dan kembali ke kuil rusak itu. Yihe, Yiqing dan yang lainnya sedang mencarinya dimana-mana, ketika mereka melihatnya pulang, wajah mereka semua nampak girang, akan tetapi melihat matanya merah dan bengkak mereka tak ada yang berani banyak bertanya. Di atas meja telah tersedia hidangan dan arak. Linghu Chong menuangnya dan minum-minum sendirian, setelah mabuk berat, ia tertidur di atas meja.

* * * 

Beberapa hari kemudian, mereka tiba di kaki pegunungan Songshan, masih tersisa dua hari lagi sebelum pertemuan dimulai. Pada pagi hari tanggal lima belas bulan tiga, Linghu Chong memimpin para murid naik gunung. Di tengah jalan, empat orang murid Songshan Pai datang menyambut, dengan amat sopan mereka berkata, "Para junior dari Songshan dengan hormat menyambut Ketua Linghu dari Hengshan Pai, ketua perguruan kami menanti dengan hormat di puncak gunung". Ia kembali berkata, "Para paman guru dan saudara-saudara dari Taishan, Heng Shan dan Huashan Pai sudah tiba kemarin. Kedatangan Ketua Linghu dan para kakak seperguruan merupakan kehormatan besar bagi Songshan Pai". 

Di sepanjang jalan ke atas gunung, Linghu Chong melihat bahwa jalan itu telah disapu dengan bersih, setiap beberapa li, terdapat beberapa murid Songshan yang menyiapkan teh dan makanan kecil serta menyambut tetamu, hal ini menunjukkan bahwa kali ini Songshan Pai telah mengatur segalanya dengan seksama, namun juga dapat dilihat bahwa Zuo Lengchan bertekad untuk meraih jabatan ketua Wuyue Pai itu, dan sama sekali tak akan membiarkan maksudnya itu dirintangi. 

Setelah berjalan beberapa saat lagi, kembali nampak beberapa murid Songshan menyambut mereka, mereka menghormat kepada Linghu Chong seraya berkata, "Para ketua, sesepuh dan tokoh-tokoh senior Kunlun, Emei, Kongdong dan Qingcheng Pai hari ini akan datang ke Songshan untuk mengikuti upacara pemilihan ketua Wuyue Pai. Para anggota Kunlun dan Qingcheng Pai sudah tiba. Ketua Linghu sampai tepat pada waktunya, kami semua sudah menunggu di puncak gunung". Orang-orang ini nampak angkuh, dari nada bicara mereka, jelas kalau mereka menganggap bahwa kedudukan ketua Wuyue Pai tak akan lepas dari genggaman ketua Songshan Pai. 

Setelah berjalan beberapa saat lagi, mendadak terdengar suara air yang bagai guntur,  seakan ada dua ekor naga kumala tergantung di atas tebing, kedua air terjun itu mengalir dengan deras, meliuk-liuk dan melayang bagai terbang. Semua orang berdiri di samping air terjun dan memandang ke puncak gunung. 

Murid Songshan yang menjadi penunjuk jalan berkata, "Puncak ini bernama Puncak Shengguan[1]. Ketua Linghu, bagaimana menurutmu kalau dibandingkan dengan pemandangan di Hengshan?" Linghu Chong berkata, "Pemandangan di Hengshan indah, sedangkan pemandangan di Songshan mengesankan, keduanya sangat bagus". Orang itu berkata, "Songshan berada di tengah-tengah dunia, pada zaman Dinasti Han dan Tang, gunung ini dianggap sebagai gunung utama diantara gunung-gunung lain. Ketua Linghu silahkan lihat pemandangan ini, tak heran kalau para kaisar dari berbagai dinasti mendirikan ibu kota mereka di kaki Songshan". Ia sepertinya bermaksud untuk mengatakan bahwa karena Songshan adalah yang terutama diantara gunung-gunung lain, maka Songshan Pai juga adalah pemimpin perguruan-perguruan lain. Linghu Chong tersenyum simpul, lalu berkata, "Entah apa hubungan kita para pendekar dunia persilatan ini dengan para kaisar dan pejabat istana? Apa Ketua Zuo sering berteman dengan para pejabat kekaisaran?" Wajah orang itu memerah dan tak lagi berbicara. 

Dari tempat itu, jalan menuju ke puncak gunung makin lama makin berbahaya, di sepanjang jalan murid Songshan yang memandu mereka menunjukkan berbagai tempat, katanya, "Ini adalah Puncak Qinggang dan Dataran Qinggang, ini adalah Tebing Tieliang Besar dan Tieliang Kecil". Sisi kanan Tebing Tieliang penuh karang-karang berbentuk aneh, sedangkan di sisi kirinya terdapat kolam sedalam selaksa ren[2], begitu dalam sehingga dasarnya tak terlihat. Seorang murid Songshan memunggut sebongkah batu dan melemparkannya ke kolam itu, ketika batu itu menghantam dinding tebing, mula-mula suaranya berdebam bagai guntur, lalu suaranya sedikit demi sedikit menjadi pelan dan akhirnya tak terdengar lagi. Yihe berkata, "Saudara, mohon tanya, hari ini ada berapa orang yang datang ke Songshan?" Orang itu berkata, "Paling tidak ada dua ribu orang". Yihe berkata, "Kalau setiap kali ada tamu naik gunung kalian melemparkan batu ke kolam ini untuk pamer, sebentar saja lembah ini akan dipenuhi batu yang dilemparkan oleh Songshan Pai kalian". Orang itu mendengus namun sama sekali tak menjawab. 

Setelah melewati sebuah tikungan, di hadapan mereka nampak kabut tebal, di jalanan gunung nampak belasan lelaki yang menyandang senjata menghadang jalan mereka. Seseorang berkata dengan bengis, "Kapan Linghu Chong naik ke gunung? Kalau kalian melihatnya, beritahu aku si buta ini". 

Linghu Chong melihat bahwa orang yang berbicara itu janggutnya persegi bagai mata kapak, raut wajahnya menyeramkan, namun sepasang matanya buta. Saat melihat orang-orang lainnya, tak nyana mereka semua juga buta, Mau tak mau hatinya ia terkesiap, dengan lantang ia berkata, "Linghu Chong ada disini, gexia hendak memberi pelajaran apa padaku?" 

Begitu ia berkata, 'Linghu Chong ada disini', orang-orang buta itu segera berteriak-teriak memaki-maki, mengangkat senjata dan hendak menerjang, mereka semua memaki, "Linghu Chong bocah tengik, kau telah membuat kami menderita, hari ini kami akan mengadu nyawa denganmu". 

Linghu Chong segera sadar, "Malam itu ketika Huashan Pai diserang di kuil rusak itu, ilmu pedang Dugu Jiujian yang baru kupelajari telah membutakan banyak musuh. Dahulu aku tak dapat menebak asal usul mereka, namun sekarang aku tahu bahwa mereka tentunya dikirim oleh Songshan Pai, tak kusangka bahwa hari ini aku akan bertemu mereka disini". Keadaan di sekitar mereka berbahaya, kalau beberapa orang ini bertarung mati-matian dengannya, dan ada seseorang yang berhasil merangkulnya, mereka berdua akan terjatuh ke jurang tak berdasar. 

Ujung bibir murid Songshan yang memandu mereka nampak terangkat, ia kelihatan senang melihat orang lain berada dalam kesulitan, pikirnya, "Aku benar-benar telah membunuh tak sedikit tokoh-tokoh Songshan Pai di Lembah Pandai Pedang di Longquan, hari ini di Songshan aku sama sekali tak boleh lengah sedikitpun". Ia berkata, "Apakah kawan-kawan yang buta ini murid-murid Songshan Pai? Mohon gexia minta mereka memberi jalan". Murid Songshan itu berkata sembari tersenyum, "Mereka bukan anggota perguruan kami. Mereka tak memperdulikan kata-kata caixia. Ketua Linghu silahkan membereskan mereka sendiri". 

Sekonyong-konyong terdengar seseorang berseru keras-keras, "Biar bapakmu ini membereskanmu dulu baru bicara". Ternyata Biksu Bujie telah tiba. Di belakangnya  Buke Bujie Tian Boguang mengikutinya. Bujie Dashi berjalan ke depan dengan langkah-langkah lebar, ia mengangsurkan tangannya dan mencengkeram dua orang murid Songshan, lalu melemparkan mereka ke arah gerombolan orang buta itu seraya berseru, "Linghu Chong datang!" Gerombolan orang buta itu mengayunkan senjata mereka, membacok kesana kemari dengan kacau, namun ilmu silat kedua murid Songshan itu tak rendah, ketika tubuh mereka melayang di udara, mereka sudah dapat menghunus pedang mereka untuk menangkis serangan sambil berseru keras-keras, "Kami orang Songshan Pai sendiri, cepat minggir!" Gerombolan orang buta itu cepat-cepat menghindar dan keadaan menjadi kacau balau. Bujie cepat-cepat menerjang ke depan dan mencengkeram tengkuk kedua murid Songshan itu, lalu berseru, "Kalau kalian tak menyuruh kawanan orang buta ini minggir, bapakmu akan melemparkan kalian si tolol ke dalam jurang". Dengan mengerahkan tenaga, lengannya mengayun dan melemparkan mereka ke udara. Kekuatan lengan Biksu Bujie amat hebat, kedua murid Songshan yang dilemparkannya itu melayang setinggi tujuh atau delapan zhang di udara, mereka langsung ketakutan setengah mati dan menjerit ketakutan karena mengira bahwa mereka akan terjatuh ke dalam jurang tak berdasar itu dan menjadi daging cincang. 

Biksu Bujie menunggu sampai mereka terjatuh, lalu kedua lengannya mengangsur dan mencengkeram tengkuk kedua orang itu, katanya, "Mau lagi?" Seseorang diantara mereka cepat-cepat berkata, "Tak.....tak mau!" Murid Songshan yang seorang lagi amat pintar, ia berseru keras-keras, "Linghu Chong, kau mau lari kemana? Kawan-kawan buta, lekas kejar dia, lekas naik gunung kejar dia!" Begitu belasan orang buta itu mendengarnya, mereka mempercayainya dan segera naik gunung untuk mengejar.  

Tian Boguang berkata dengan gusar, "Hei bocah ingusan, apa kau pantas memanggil nama Ketua Linghu dengan sembarangan?" Ia menamparnya dua kali seraya berseru keras-keras, "Linghu Daxia ada disini! Ketua Linghu ada disini! Kalau ada orang buta yang berani, datanglah kemari untuk minta pelajaran ilmu pedangnya". 

Kawanan orang buta itu telah dihasut oleh Songshan Pai, dan juga masih mendendam karena mata mereka dibutakan oleh Linghu Chong, dada mereka penuh amarah, oleh karena itu mereka menunggunya di atas gunung. Namun ketika mendengar teriakan mengenaskan kedua murid Songshan itu, mau tak mau hati mereka menjadi jeri, apalagi mereka telah berlarian tak tentu arah di jalanan gunung itu, mata mereka tak bisa melihat dan mereka tak tahu harus berbuat apa, maka mereka hanya berdiri saja dengan putus asa. 

Linghu Chong, Bujie, Tian Boguang dan murid-murid Hengshan berjalan melewati kawanan orang buta itu dan naik ke puncak gunung. Mendadak mereka melihat dua buah puncak yang terpotong sehingga secara alami membentuk sebuah gerbang, angin kencang bertiup dari bagian yang terpotong itu, menyusul kabutpun bertiup menerpa wajah mereka. Bujie berseru, "Apa nama tempat ini? Kenapa kalian tiba-tiba bisu?" Dengan wajah muram murid Songshan itu berkata, "Tempat ini bernama Gerbang Chaotian[3]". 

Semua orang berbelok ke barat laut dan melangkah di sebuah jalanan gunung lain, mereka melihat bahwa di lapangan luas di puncak gunung telah berkumpul orang yang tak terhitung banyaknya. Para murid Songshan yang menjadi penunjuk jalan mempercepat langkah mereka mendaki ke puncak untuk melapor. Menyusul terdengar suara musik yang diiringi genderang berkumandang, menyambut kedatangan Linghu Chong sekalian di puncak itu. 

* * * 

Catatan Kaki Penerjemah

[1] 'Memandang Kemenangan'.
[2] Satu ren (仞) sama dengan tujuh atau delapan chi. 
[3] 'Menghadap Langit'. 

Bagian Kedua

Zuo Lengchan mengenakan jubah berwarna kuning kecoklatan, dengan membawa dua puluh murid, ia melangkah ke depan dan menjura untuk menyambut mereka. Walaupun Linghu Chong sekarang telah menjadi ketua Hengshan Pai, namun ia selalu memanggilnya 'Paman Guru Zuo', bagaimanapun juga ia adalah angkatan muda, ia menyoja menghormat seraya berkata, "Wanbei Linghu Chong menghadap ketua Songshan Pai". Zuo Lengchan berkata, "Lama tak bertemu, Linghu Shixiong makin gagah saja. Shixiong seorang muda yang tampan dan telah memimpin Hengshan Pai, hal ini belum pernah terjadi di dunia persilatan sebelumnya, sangat menyenangkan, selamat". Ia selalu berbicara dengan dingin dan dengan wajah dingin pula, ketika ia mengucapkan kata 'selamat', ekspresi wajahnya sama sekali tak menunjukkan rasa gembira. 

Linghu Chong tahu bahwa perkataannya itu penuh sindiran, ketika ia berkata bahwa 'hal ini belum pernah terjadi di dunia persilatan sebelumnya', sebenarnya ia sedang mengolok-oloknya karena ia seorang lelaki yang menjadi pemimpin para biksuni, 'seorang muda yang tampan' lebih-lebih lagi mengandung maksud buruk, maka ia berkata, "Wanbei telah menerima wasiat Dingxian Shitai untuk memimpin Hengshan Pai agar dapat membalaskan dendam kedua shitai itu. Setelah membalas dendam, aku akan mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan kepada orang yang lebih layak". Saat mengucapkan perkataan itu ia memandang tajam sepasang mata Zuo Lengchan untuk melihat apakah ekspresi wajahnya menunjukkan perasaan malu atau marah, namun raut wajah Zuo Lengchan nampak sama sekali tak berubah, ia berkata, "Wuyue Jianpai adalah cabang dari pohon yang sama, sejak saat ini setelah Wuyue Pai bersatu, hutang darah Dingxian dan Dingyi Shitai berdua bukan hanya masalah Hengshan Pai saja, tapi juga masalah Wuyue Pai kita. Bagus sekali kalau Linghu Xiongdi telah bertekad untuk melakukan hal ini". Ia berhenti sejenak, lalu berkata, "Tianmen Daoxiong dari Taishan, Tuan Mo Da dari Heng Shan, Tuan Yue dari Huashan dan banyak kawan-kawan dunia persilatan lain yang hendak menghadiri upacara dan mengucapkan selamat sudah datang, silahkan menemui mereka". 

Linghu Chong berkata, "Baik. Apakah Fang Zheng Dashi dari Shaolin dan Chong Xu Daozhang dari Wudang sudah tiba?" Dengan hambar Zuo Lengchan berkata, "Mereka berdua tinggal di dekat sini, namun mengingat kedudukan mereka yang tinggi, mereka tak akan datang". Sambil berbicara ia menatap Linghu Chong dengan tajam, dalam pandangan matanya tersirat rasa benci yang amat sangat. Linghu Chong tertegun, namun segera sadar, "Ketika aku menjadi ketua, kedua sesepuh dunia persilatan ini datang secara pribadi untuk memberiku selamat. Namun Zuo Lengchan merasa bahwa mereka tak akan datang hari ini. Oleh karenanya ia tak cuma membenci Fang Zheng Dashi dan Chong Xu Daozhang, tapi juga lebih membenciku lagi". 

Tepat pada saat itu, di jalan menuju puncak gunung nampak dua orang murid berpakaian kuning berlari kencang, mereka berlari dengan sekuat tenaga, jelas bahwa mereka mempunyai suatu urusan penting. Semua orang yang berada di puncak gunung itu serentak memandang mereka. Tak lama kemudian kedua orang itu telah berlari ke hadapan Zuo Lengchan dan melapor, "Selamat kepada guru, kepala biara Shaolin Fang Zheng Dashi dan ketua Wudang Chong Xu Daozhang dengan memimpin murid-murid perguruan mereka sedang menaiki gunung". 

Zuo Lengchan berkata, "Beliau berdua juga datang? Sungguh suatu kehormatan besar. Aku harus turun untuk menyambut mereka". Dari nada suaranya ia seakan tak mengangap penting peristiwa itu. Namun Linghu Chong melihat jubahnya agak bergetar, bagaimanapun juga ia sulit untuk menyembunyikan rasa girang dalam hatinya. 

Ketika para pendekar di puncak Songshan mendengar bahwa Fang Zheng Dashi dan Chong Xu Daozhang datang, mereka menjadi gempar, tak sedikit orang yang mengikuti Zuo Lengchan turun gunung untuk menyambut mereka. Linghu Chong dan para murid Hengshan minggir ke samping untuk memberi jalan pada orang-orang itu. 

Nampak Pendeta Tianmen dari Taishan Pai, Tuan Mo Da dari Heng Shan Pai, ketua Gaibang Jie Feng, ketua Qingcheng Pai sekaligus kepala kuil Songfeng Yu Canghai, Tuan Wen dan para sesepuh serta senior lainnya memang telah tiba. Linghu Chong sedang menghormat pada mereka satu persatu ketika mendadak nampak serombongan orang datang dari balik tembok yang berwarna kuning, mereka adalah shifu, shiniang dan para adik seperguruan dari Huashan Pai. Hatinya terasa pedih, ia cepat-cepat melangkah ke depan, lalu bersujud seraya berkata, "Linghu Chong menghormat pada laorenjia[1] berdua". 

Yue Buqun mengeser tubuhnya, dan berkata dengan dingin, "Kenapa Ketua Linghu begitu menghormat? Bukankah ini aneh dan lucu?" Setelah selesai menghormat Linghu Chong bangkit dan berdiri di sisi jalan. Mata Nyonya Yue memerah, katanya, "Kabarnya kau telah menjadi ketua Hengshan Pai. Setelah ini kau tak boleh membuar onar lagi dan harus melaksanakan kewajibanmu dengan baik". Yue Buqun tertawa sinis dan berkata, "Dia tak berbuat onar lagi? Hanya kalau mentari terbit dari barat. Dia baru menjabat ketua sehari saja, Hengshan Pai sudah menerima ribuan tokoh-tokoh aliran sesat, apa itu bukannya membuat onar? Kabarnya ia sudah bersekutu dengan gembong Mo Jiao Ren Woxing dan membunuh Dongfang Bubai sehingga Ren Woxing dapat menduduki jabatan ketua Mo Jiao. Kalau ketua Hengshan Pai ikut campur dalam urusan besar Mo Jiao seperti ini, bukankah ia sudah membuat keonaran besar?" 

Linghu Chong berkata, "Ya, ya". Ia tidak ingin banyak berbicara tentang masalah ini, maka ia mengalihkan pokok pembicaraan, "Dalam pertemuan di Songshan hari ini, Paman Guru Zuo bermaksud untuk melebur Wuyue Jianpai sehingga menjadi satu Wuyue Pai. Bagaimana pendapat laorenjia berdua?" Yue Buqun bertanya, "Bagaimana pendapatmu?" Linghu Chong berkata, "Murid....." Yue Buqun tersenyum dan berkata, "Kata 'murid' ini tak usah disebut-sebut lagi. Kalau kau masih mengingat masa lalumu di Huashan, maka......maka......" Ia mengumam-gumam, seakan sulit mengucapkan apa yang hendak dikatakannya. 

Sejak Linghu Chong dikeluarkan dari Huashan, ia belum pernah melihat Yue Buqun bersikap begitu ramah padanya, maka ia cepat-cepat berkata, "Apapun perintah laorenjia, murid......wanbei akan menaatinya". 

Yue Buqun mengangguk dan berkata, "Aku tak punya perintah apa-apa, hanya saja kita para pesilat selalu menekankan perbedaan diantara lurus dan sesat. Saat itu kau dikeluarkan dari Huashan sama sekali bukan karena aku dan shiniangmu kejam, dan tak bisa memaafkan kesalahanmu, namun karena kau telah melanggar pantangan besar di dunia persilatan. Walaupun aku telah membesarkanmu dari kecil dan memperlakukanmu seperti putra kandungku sendiri, aku tak bisa pilih kasih". 

Ketika Linghu Chong mendengar perkataan ini, air matanya bercucuran, sambil tersedu sedan ia berkata, "Budi shifu dan shiniang sulit dibalas walaupun tubuh murid hancur lebur". Yue Buqun menepuk-nepuk bahunya dengan pelan untuk menghiburnya, lalu kembali berkata, "Hari itu di Biara Shaolin, kita guru dan murid beradu senjata. Jurus-jurus yang kupakai sebenarnya mengandung arti agar kau bertobat dan kembali masuk Huashan Pai kita. Tapi kau terus membandel sehingga membuatku putus asa". 

Sambil menunduk Linghu Chong berkata, "Saat itu di Biara Shaolin aku telah melakukan perbuatan yang keterlaluan, murid memang pantas mati. Kembali masuk ke perguruan shifu adalah keinginan murid yang terbesar seumur hidup". Yue Buqun tersenyum dan berkata, "Aku khawatir perkataanmu ini hanya manis di mulut tapi lain di hati. Kau telah menjadi ketua Hengshan Pai, memerintah banyak orang, begitu hebat, begitu nyaman, untuk apa kembali masuk perguruan kami suami istri ini? Lagipula, dengan ilmu silatmu sekarang ini, aku mana bisa menjadi gurumu?" Sambil berbicara ia melirik ke arah Nyonya Yue. 

Linghu Chong mendengar bahwa nada bicara Yue Buqun melunak, seakan hendak menerimanya sebagai murid kembali, hatinya amat girang, kedua lututnya menekuk dan iapun berlutut seraya berkata, "Shifu, shiniang, murid berdosa berat, sejak saat ini murid akan dengan sungguh-sungguh memperbaikinya dan menaati petunjuk shifu dan shiniang. Aku harap shifu dan shiniang mengampuniku dan menerimaku kembali dalam perguruan". 

Terdengar suara riuh rendah orang berteriak-teriak dari jalanan, para pendekar mengerumuni Fang Zheng Dashi dan Chong Xu Daozhang yang sedang menaiki puncak. Yue Buqun berkata dengan lirih, "Kau bangkitlah, masalah ini dapat kita bicarakan dengan perlahan-lahan nanti". Linghu Chong amat girang, ia bersujud beberapa kali lagi, lalu berkata, "Terima kasih banyak shifu, shiniang!" Lalu ia baru bangkit. 

Nyonya Yue sedih sekaligus girang, katanya, "Xiao shimeimu dan Lin Shidi bulan lalu di Huashan telah......telah menikah". Nada suaranya terdengar agak cemas, ia amat khawatir kalau Linghu Chong hendak kembali ke Huashan hanya demi Yue Lingshan, dan kalau ia mendengar bahwa Yue Lingshan telah menikah, ia kalau tidak marah besar dan membuat keributan, akan sangat kecewa. 

Hati Linghu Chong terasa amat pedih, ia sedikit menelengkan kepala dan memandang ke arah Yue Lingshan, ia melihat bahwa ia telah berdandan sebagai seorang pengantin baru, penampilannya agak mewah, namun wajahnya masih seperti dahulu, sama sekali tak seperti wajah berseri-seri seorang pengantin baru. 

Ketika pandangan matanya bertemu dengan pandangan mata Linghu Chong, wajahnya merona merah dan ia menundukkan kepalanya. Dada Linghu Chong seakan dipukuli godam besi besar, seketika itu juga matanya berkunang-kunang, tubuhnya bergoyang-goyang dan ia tak bisa berdiri dengan teguh, telinganya sayup-sayup mendengar seseorang berkata, "Ketua Linghu, kau adalah tamu yang datang dari jauh, namun kau justru sampai terlebih dahulu. Shaolin dan Halaman Junjishan bertetangga dekat namun laona malah datang terlambat". Linghu Chong merasakan seseorang menyokong lengan kirinya, ia menenangkan dirinya dan melihat Fang Zheng Dashi berdiri di sampingnya dengan wajah penuh senyum. Ia cepat-cepat berkata, "Ya!", dan menghormat. 

Zuo Lengchan berkata dengan lantang, "Kita tak usah segan-segan. Kalau ribuan orang saling memberi hormat, sampai besokpun kita belum akan selesai saling menghormat. Silahkan masuk ke Halaman Meditasi". 

Puncak Songshan di zaman kuno disebut 'Junji', Halaman Junjishan di puncak gunung itu dahulu adalah sebuah kuil Buddha besar, lalu kemudian menjadi sebuah biara Taois dan beberapa ratus tahun belakangan ini menjadi tempat kediaman ketua Songshan Pai. Walaupun dalam nama Zuo Lengchan terdapat kata 'chan'[2] namun ia bukan pengikut Buddha, sedangkan ilmu silatnya tergolong dalam aliran Taois. 

Ketika para pendekar memasuki Halaman Meditasi, mereka melihat bahwa di tengah halaman itu pohon bai tumbuh dengan rimbun, sedangkan di dalam balairung sama sekali tak ada patung Buddha, balairung itu amat luas, namun masih tak bisa dibandingkan dengan Daxiong Baodian di Biara Shaolin, seribu orang lebih yang tak dapat masuk ke dalamnya memenuhi halaman, orang-orang yang datang belakangan lebih-lebih lagi tak dapat menginjakkan kaki mereka di dalamnya. 

Zuo Lengchan berkata dengan lantang, "Hari ini Wuyue Jian Pai kita bertemu, kawan-kawan seperjuangan di dunia persilatan telah memberiku kehormatan dengan kehadiran kalian disini, tamu yang sudi datang amat banyak, diluar dugaan caixia, sehingga perbekalan yang kami siapkan tidak cukup, kami lalai dalam menyambut tetamu, mohon kalian maaf pada kalian semua". Diantara para orang gagah seseorang berseru, "Tak usah segan-segan, hanya saja orang terlalu banyak dan tak bisa berdiri dengan leluasa". Zuo Lengchan berkata, "Dari tempat ini halaman belakang hanya berjarak dua ratus langkah, yaitu Panggung Fengshan yang dipakai oleh para kaisar zaman dahulu untuk mengadakan upacara Fengshan di Songshan ini, tempatnya luas, tentunya sangat baik. Namun kita hanya rakyat jelata, kalau kita berunding di Panggung Fengshan dan beritanya sampai tersebar di luar, orang-orang yang berwawasan luas akan mengolok-olok kita sebagai orang yang tak tahu diri". 

Untuk memuji jasa dan keluhuran budi sendiri, para kaisar zaman dahulu sering mengadakan upacara Fengshan[3] di Taishan atau Songshan untuk berdoa kepada langit, upacara-upacara ini adalah peristiwa besar bagi negara. Namun para pendekar dunia persilatan ini bagaimana bisa memahami arti 'fengshan' itu? Mereka merasa amat sesak karena harus berdesakan di balairung itu, jangankan duduk, bernapas saja mereka tak leluasa, maka mereka berkata dengan riuh rendah, "Kita bukannya hendak memberontak dan menjadi kaisar, kalau sudah ada tempat yang bagus seperti itu, kenapa kita tak memakainya? Kalau orang lain mengolok-olok, persetan mereka semua!" Selagi mereka berbicara, sudah ada beberapa orang yang menerjang ke halaman belakang. 

Zuo Lengchan berkata, "Kalau begitu, kita pergi ke Panggung Fengshan saja untuk bertemu". 

Linghu Chong berpikir, "Zuo Lengchan sudah mempersiapkan segalanya dengan amat seksama, namun ketika perundingan akan berlangsung ia malah membiarkan orang-orang ini berdesakan disini sehingga berbalikpun susah, bukankah ini tak masuk akal? Tentunya ia sudah merencanakan supaya orang-orang ini pergi ke Panggung Fengshan, tapi ia malu untuk mengatakannya sendiri, maka ia mengatur supaya orang lain yang mengusulkannya". Ia kembali berpikir, "Panggung Fengshan ini entah tempat macam apa? Ia berkata bahwa tempat itu ada hubungannya dengan para kaisar, sekarang dia memimpin kita semua ke Panggung Fengshan, apa dia menganggap dirinya seorang kaisar? Fang Zheng Dashi dan Chong Xu Daozhang berkata bahwa ambisinya amat besar, setelah mempersatukan Wuyue Jianpai, ia akan bermuslihat untuk membasmi Riyue Shenjiao, lalu mencaplok Shaolin dan Wudang. Hehehe, ternyata ia sama saja dengan Dongfang Bubai, 'Semoga ketua hidup selamanya, mempersatukan dunia persilatan'!"

Ia mengikuti orang-orang itu, setibanya di Panggung Fengshan, ia berpikir, "Dari nada bicara shifu, ia nampaknya bersedia mengampuni kesalahanku dan memperbolehkanku kembali masuk perguruan. Kenapa sebelumnya shifu begitu tegas, namun hari ini wajahnya begitu ramah? Aku tahu, kemungkinan besar ia telah mendengar kabar bahwa aku telah berbuat dengan pantas di Hengshan dan sama sekali tak berbuat cabul dengan para murid Hengshan, maka hatinya girang. Karena xiao shimei telah menikah dengan Lin Shidi, beliau berdua merasa agak iba padaku, dan mereka juga sudah tahu bahwa aku tak mencuri Zixia Miji serta mengelapkan Pixie Jianpu, sebelumnya mereka telah memperlakukanku secara tak adil, selain itu shiniang tentunya telah menasehatinya, sehingga shifu berubah pikiran. Hari ini Zuo Lengchan berusaha keras untuk mencaplok keempat perguruan lainnya. Karena shifu adalah ketua Huashan Pai, ia tentunya akan berusaha sekuat tenaga untuk melawan. Aku harus bersekutu dengannya untuk melindungi Huashan Pai. Aku harus berusaha sekuat tenaga untuk melakukan hal ini agar tak mengecewakan harapan beliau, dan sekaligus melindungi Hengshan Pai". 

* * * 

Panggung Fengshan dibangun dari batu-batu besar yang kasar, setiap bongkah batu besar itu dipahat hingga permukaannya rata, ia membayangkan ketika dahulu para kaisar mengadakan upacara persembahan mohon berkat langit, mereka telah memerintahkan entah berapa banyak tukang batu untuk membuat panggung besar ini. Ketika Linghu Chong memperhatikannya dengan seksama, ia melihat bahwa di atas beberapa bongkah batu terdapat bekas pahatan yang masih baru, walaupun telah ditutupi tanah dan lumut, dapat terlihat bahwa tanah dan lumut itu baru saja ditaruh di atasnya, jelas bahwa dengan berlalunya waktu, Panggung Fengshan ini telah rusak, namun Zuo Lengchan telah menyuruh orang untuk memperbaikinya, hanya saja ia berusaha menyamarkannya, akan tetapi semakin ia berusaha menutupinya, semakin jelaslah usahanya itu, dan malah membuat orang menduga bahwa ia bermaksud buruk. 

Ketika para pendekar itu tiba di puncak Songshan ini, pikiran mereka terasa lega. Puncak ini menjulang di tengah angkasa, di bawahnya nampak laksaan puncak lainnya. Saat itu mega telah tersibak dan mentari bersinar dengan cemerlang, tak ada yang menghalangi pandangan mata. Ketika Linghu Chong memandang ke utara, di kejauhan nampak Chenggao dan Yumen, Sungai Kuningpun nampak seperti seberkas cahaya, di barat samar-samar nampak menara penjaga Luoyang, sedangkan di timur dan selatan nampak puncak demi puncak yang berlapis-lapis. 

Nampak tiga orang tua sedang menunjuk ke arah selatan. Seseorang berkata, "Itu adalah Puncak Daxiong, ini adalah Puncak Xiaoxiong, kedua puncak yang berdempetan itu adalah Puncak Shuanggui, dan tiga puncak yang menembus langit itu adalah Puncak Sanjian". Seorang tua lainnya berkata, "Puncak itu adalah Gunung Shaoshi dimana Biara Shaolin terletak. Saat itu ketika aku datang ke Biara Shaolin, aku merasa bahwa gunung itu tinggi, namun kalau dilihat dari sini, Biara Shaolin ternyata terletak di kaki gunung". Ketiga orang tua itu tertawa. Linghu Chong melihat dari penampilan mereka bahwa mereka bukan orang Songshan Pai, namun dari perkataan mereka yang memakai gunung-gunung itu sebagai perumpamaan, nampaknya mereka memuji-muji Songshan dan merendahkan Shaolin. Mata ketiga orang itu nampak bersinar-sinar, tenaga dalam mereka amat hebat, nampaknya kali ini Zuo Lengchan telah menyiapkan banyak bala bantuan, sehingga kalau keadaan berubah, yang akan turun tangan tak hanya Songshan Pai saja. 

Terlihat Zuo Lengchan sedang mengundang Fang Zheng Dashi dan Chong Xu Daozhang untuk naik ke Panggung Fengshan. Fang Zheng Dashi berkata sembari tersenyum, "Kami berdua orang-orang tua yang bodoh dari pihak luar ini hari ini hanya datang untuk menghadiri upacara dan memberi selamat, tak usah naik ke panggung segala, nanti kami ditertawakan orang". Zuo Lengchan berkata, "Fangzhang Dashi bicara seperti orang luar saja". Chong Xu berkata, "Para tamu sudah datang, Ketua Zuo silahkan mengurus urusan penting dan tak usah menemani kami dua orang tua ini". 

Zuo Lengchan berkata, "Baiklah". Ia menjura kepada mereka dan menaiki panggung. Setelah menaiki beberapa anak tangga dan masih berjarak beberapa zhang dari atas panggung, ia berdiri di atas anak tangga dan berkata dengan lantang, "Kawan-kawan berdua, silahkan!" Angin bertiup sangat kencang di puncak Songshan, para pendekar juga telah tersebar di segala penjuru mengagumi pemandangan, namun perkataan Zuo Lengchan ini dapat didengar oleh semua orang dengan jelas. 

Semua orang serentak berpaling, berbondong-bondong melangkah mendekat dan mengelilingi panggung itu. 

Zuo Lengchan merangkap tangannya seraya berkata, "Caixia merasa amat berterima kasih karena kawan-kawan sekalian sudi datang ke Songshan untuk menemui si Zuo ini. Kawan-kawan yang datang hari ini mungkin telah mendengar bahwa hari ini adalah hari baik dimana Wuyue Jianpai kami akan bersatu padu menjadi satu perguruan". Ratusan orang yang berada di bawah panggung serentak berseru-seru, "Benar, benar, selamat, selamat!" Zuo Lengchan berkata, "Silahkan duduk. Disini kami tak menyediakan meja dan kursi, semua serba sederhana, mohon maaf pada semua tamu-tamu yang terhormat". 

Para hadirin segera duduk di tanah, murid masing-masing perguruan ikut duduk bersama ketua mereka masing-masing. 

Zuo Lengchan berkata, "Wuyue Jianpai kita adalah cabang dari pohon yang sama, selama lebih dari seratus tahun kita telah berserikat, dari dahulu sudah seperti keluarga saja, aku sudah menjadi mengzhu kelima perguruan ini selama sekian tahun. Hanya saja dalam beberapa tahun belakangan ini di dunia persilatan timbul banyak masalah besar, maka aku berunding dengan para qianbei dan saudara-saudara dari Wuyue Jianpai, kami semua merasa bahwa kalau kami tak bergabung menjadi satu perguruan,  di kemudian hari kita akan sulit untuk mengatasi kesukaran". 

Sekonyong-konyong dari bawah panggung seseorang berkata dengan sinis, "Apa Zuo Mengzhu sudah berunding dengan para qianbei dan saudara-saudara dari masing-masing perguruan? Mengapa aku si Mo tak tahu mengenai hal ini?" Yang berbicara adalah ketua Heng Shan Pai, Tuan Mo Da. Dengan perkataannya itu, jelas bahwa Heng Shan Pai tak menyetujui peleburan perguruan itu. Zuo Lengchan berkata, "Aku baru berkata bahwa di dunia persilatan telah timbul banyak masalah besar, sehingga kelima perguruan harus dilebur menjadi satu, salah satu masalah besar itu ialah bahwa orang-orang kelima perguruan kita saling bunuh dan melukai, walaupun kita berserikat. Tuan Mo Da, murid Songshan Pai kami si Tapak Besar Songyang Fei Shidi tewas di luar Kota Heng Shan, ada saksi mata yang mengatakan bahwa Tuan Mo Dalah yang membunuhnya, apakah hal ini benar?" 

Hati Tuan Mo Da terkesiap, "Ketika aku membunuh si marga Fei itu hanya Liu Zhengfeng, Qu Yang, Linghu Chong dan biksuni kecil dari Hengshan Pai itu yang menyaksikannya. Dua orang diantara mereka sudah tewas, apakah setelah mabuk-mabukan Linghu Chong kelepasan bicara, atau si biksuni kecil itu karena masih hijau dan tak berpengalaman membocorkannya?" Saat itu pandangan ribuan pasang mata di bawah panggung terpusat pada wajah Tuan Mo Da. Wajah Tuan Mo Da nampak tenang, sambil menggeleng ia berkata, "Mana ada kejadian demikian! Dengan kepandaian yang sepele ini, si Mo ini mana bisa membunuh si Tapak Besar Songyang?" 

Zuo Lengchan tersenyum dan berkata, "Seandainya bertarung satu lawan satu dengan jujur, Tuan Mo Da pasti tak bisa membunuh Fei Shidiku, akan tetapi kalau menggunakan tipu muslihat, dan kalau kau menggunakan jurus seratus perubahan dan seribu ilusi perguruan Heng Shanmu, seorang jagopun juga sulit menghindarinya. Kami memeriksa luka-luka di jasad Fei Shidi, namun lukanya sudah dirusak orang, tapi tempat-tempat tusukan pedang tak dapat diubah, bukankah semakin disembunyikan kebenaran malah semakin nyata?" Hati Tuan Mo Da terasa lega, sambil menggeleng ia berkata, "Kau cuma asal menebak saja, bagaimana aku dapat mengakuinya?" Ia berpikir bahwa Zuo Lengchan hanya mengandalkan bekas-bekas tusukan pedang di jasad Fei Bin saja untuk menebak, namun sama sekali tak ada yang membocorkan peristiwa itu, maka sampai matipun ia tak akan mengakui perbuatannya itu. Namun dengan demikian, diantara Heng Shan Pai dan Songshan Pai telah timbul permusuhan, apakah hari ini ia dapat turun hidup-hidup dari Songshan sukar untuk dikatakan. 

Zuo Lengchan kembali berkata, "Peleburan Wuyue Jianpai menjadi satu adalah perkara terpenting bagi masing-masing perguruan. Tuan Mo Da, kau dan aku sama-sama ketua perguruan, kita tahu bahwa perkara besar inilah yang penting dan perselisihan pribadi hanya masalah sepele. Asalkan menguntungkan bagi kelima perguruan kita, masalah budi dan dendam pribadi harus dikesampingkan. Saudara Mo, tentang masalah ini kau tak perlu terlalu khawatir, Fei Shidi adalah adik seperguruanku, setelah kelima perguruan menjadi satu, saudara Mo dan aku akan menjadi saudara seperguruan. Yang sudah meninggal biarkanlah, orang yang masih hidup untuk apa saling bunuh?" Perkataannya ini kedengarannya lembut, namun mengandung ancaman, maksud dari perkataannya itu ialah apabila Tuan Mo Da menyetujui peleburan perguruan, peristiwa tewasnya Fei Bin akan dihapuskan, namun kalau tidak ia akan mengadakan perhitungan. Sepasang matanya memandang Tuan Mo Da, lalu ia bertanya, "Saudara Mo, kau setuju tidak?" Tuan Mo Da mendengus, namun tak menjawab. 

Dengan senyum yang dibuat-buat Zuo Lengchan berkata, "Puncak Barat Heng Shan Pai tak berbeda pendapat dalam hal peleburan perguruan. Tianmen Daoxiong dari Puncak Timur Taishan, bagaimana pendapatmu?" 

* * * 

Pendeta Tianmen bangkit, dengan suara yang mengema bagai sebuah genta besar ia berkata, "Sejak leluhur pendiri Taishan Pai Ye Dongling Daozhang mendirikan perguruan kami, lebih dari tiga ratus tahun telah berlalu. Pindao tak punya budi dan kemampuan sehingga tak mampu mengembangkan Taishan Pai, akan tetapi warisan yang telah berusia tiga ratus tahun ini biar bagaimanapun juga tak bisa terputus di tangan pindao. Kami sama sekali tak dapat menuruti gagasan peleburan perguruan ini". 

Diantara para anggota Taishan Pai, seorang pendeta berjanggut putih bangkit dan berkata dengan lantang, "Tianmen Shizhi[4] perkataan ini tak benar. Taishan Pai beranggotakan lebih dari empat ratus orang dari empat angkatan, kepentingan dirimu sendiri tak boleh merintangi perkara besar yang bermanfaat bagi seluruh perguruan". Para hadirin melihat bahwa wajah pendeta berjanggut putih ini penuh keriput namun tenaga dalam yang digunakannya saat berbicara melimpah. Ada seseorang yang mengenalinya dan lalu berkata dengan lirih, "Dia adalah Yuji Zi, paman guru Tianmen Daozhang". 

Wajah Tianmen Daozhang memang sudah kemerahan, ketika ia mendengar perkataan Yuji Zi itu wajahnya makin merah sehingga menjadi merah padam, katanya dengan lantang, "Paman guru, apa maksud perkataanmu ini? Sejak keponakan murid memimpin Taishan Pai, perbuatan apa yang tak kulakukan demi reputasi dan kepentingan perguruan kita? Aku melawan peleburan perguruan ini untuk menjaga keutuhan Taishan Pai atau untuk kepentingan diriku sendiri?" Yuji Zi tertawa terkekeh-kekeh, lalu berkata, "Peleburan kelima perguruan akan menaikkan pamor Wuyue Pai, bukankah semua murid Wuyue Pai juga akan merasakan manfaatnya? Hanya saja shizhi tak akan memegang jabatan ketua lagi". Amarah Tianmen Daozhang makin memuncak, ia berseru, "Aku menjadi ketua atau tidak, apa hubungannya? Hanya saja Taishan Pai tak boleh sampai dicaplok orang saat berada ditanganku". Yuji Zi berkata, "Perkataanmu itu manis di mulut, akan tetapi dalam hati kau tak rela melepaskan nama besar dan kedudukan ketuamu". 

Tianmen Daozhang berkata dengan gusar, "Kau pikir aku begitu mementingkan diri sendiri?" Ia mengangsurkan tangannya dan mengambil sebuah pisau berwarna hitam legam dari saku dadanya seraya berseru, "Sejak saat ini aku tak lagi menjabat sebagai ketua. Kalau kau ingin menjadi ketua, silahkan!" 

Para hadirin melihat bahwa pisau hitam itu tak terlihat istimewa, namun orang-orang yang sudah cukup berumur di Wuyue Jianpai tahu bahwa benda itu adalah warisan leluhur pendiri Taishan Pai, Pendeta Dongling, yang sudah diwariskan dari generasi ke generasi selama tiga ratus tahun terakhir ini, sehingga menjadi benda lambang jabatan ketuanya. 

Yuji Zi mengambil beberapa langkah mendekat, lalu berkata dengan dingin, "Apakah kau rela menyerahkannya?" Pendeta Tianmen berkata dengan gusar, "Kenapa tak rela?" Yuji Zi berkata, "Kalau begitu, berikan padaku!" Tangan kanannya dengan sebat mengapai, hendak mengambil pisau besi yang berada di genggaman Pendeta Tianmen itu. Pendeta Tianmen sama sekali tak menduga bahwa ia benar-benar hendak mengambil pisau itu, selagi ia tertegun, pisau itu telah berhasil direbut oleh Yuji Zi. Tanpa berpikir panjang, "Wus!", ia menghunus pedang yang tergantung di pinggangnya. Yuji Zi bergegas mundur bagai terbang, dua sosok hijau berkelebat, dua orang pendeta tua menghunus pedang mereka dan menghadang di depan Pendeta Tianmen, dengan serentak mereka berseru, "Tianmen, kau membangkang, apa kau ingat peraturan perguruan kita?" 

Ketika Pendeta Tianmen melihat kedua orang itu, ia melihat bahwa mereka adalah kedua paman gurunya yaitu Yuqing Zi dan Yuyin Zi. Ia begitu marah sehingga seluruh tubuhnya gemetar, teriaknya, "Paman guru berdua, kalian sudah melihat dengan mata kepala sendiri apa yang dilakukan oleh Paman......Paman Guru Yuji Zi!" 

Yu Yinzi berkata, "Kami memang sudah melihatnya dengan mata kepala sendiri. Kau sudah menyerahkan jabatan ketua pada Yuji Shixiong, mundur dan memberikan jabatanmu kepada orang yang lebih layak adalah hal yang sangat baik". Yuqing Zi berkata, "Yuji Shixiong adalah paman gurumu, sekarang ia menjadi ketua perguruan kita, tapi kau menyerangnya dengan senjata dan berbuat kurang ajar padanya, ini adalah kejahatan besar terhadap guru dan leluhur". Ketika Pendeta Tianmen melihat bahwa kedua paman gurunya terlalu berat sebelah, dan malah mengecam dirinya, ia tak kuasa menahan amarahnya lagi, dengan lantang ia berkata, "Aku berbicara karena marah, kedudukan ketua di perguruan kita mana bisa......mana bisa dengan sembarangan diserahkan kepada orang lain? Kalaupun aku akan menyerahkannya kepada orang lain, ke.....keparat......aku tak akan menyerahkannya pada Yuji Zi". Karena begitu marah, ia tak dapat menahan mulutnya untuk mengucapkan kata-kata kasar. Yuyin Zi berkata dengan lantang, "Kau mengucapkan perkataan semacam itu, apakah kau pantas menjadi ketua?" 

Seorang pendeta berusia setengah baya dari Taishan Pai bangkit dan berkata dengan lantang, "Ketua perguruan kita dari dulu adalah guruku, kalian para paman guru ini sebenarnya sedang apa?" Pendeta berusia setengah baya ini nama agamanya Jianchu, ia adalah murid kedua Pendeta Tianmen. Menyusul seseorang lagi bangkit dan berseru, "Tianmen Shixiong sudah memberikan jabatan ketua pada guruku, ribuan pasang mata di puncak Songshan ini sudah menyaksikannya, masa semua ini hanya pura-pura belaka? Barusan ini Tianmen Shixiong berkata, 'Sejak saat ini aku tak lagi menjabat sebagai ketua. Kalau kau ingin menjadi ketua, silahkan!' Apa kau tak mendengarnya?" Yang berbicara adalah murid Yuji Zi. 

Lebih dari seratus anggota Taishan Pai serentak berseru, "Ketua lama telah mundur, ketua baru memegang pimpinan! Ketua lama telah mundur, ketua baru memegang pimpinan!"

Pendeta Tianmen adalah murid Taishan Pai yang paling senior, di perguruan itu sebenarnya ialah yang paling berkuasa dan berpengaruh, namun lima atau enam paman gurunya bersekongkol dan tiba-tiba melawannya. Diantara lebih dari dua ratus orang Taishan Pai yang datang ke Songshan, seratus enam puluh orang lebih melawannya. 

Yuji Zi mengangkat pisau besi itu tinggi-tinggi seraya berkata, "Ini adalah senjata pusaka Leluhur Dongling, wasiat beliau adalah 'Melihat pisau besi ini adalah sama dengan melihat Dongling'. Kita harus mematuhi wasiat leluhur atau tidak?" Lebih dari seratus pendeta serentak berseru, "Perkataan ketua benar!" Ada seseorang lagi yang berseru, "Murid pengkhianat Tianmen memberontak dan tak menaati peraturan perguruan, ia harus ditangkap dan dihukum". 

Ketika Linghu Chong melihat kejadian itu, ia menduga bahwa hal ini sudah diam-diam diatur oleh Zuo Lengchan sebelumnya. Watak Pendeta Tianmen berangasan, begitu diprovokasi, dengan beberapa kata saja ia sudah masuk perangkap. Saat ini kekuatan musuh besar, Tianmen juga tak pandai menghadapi situasi yang berubah. Ia hanya dengan sia-sia mengamuk, tapi tak dapat menemukan jalan keluar. Ketika Linghu Chong melihat ke arah rombongan Huashan Pai, ia melihat sang guru berdiri sambil menaruh tangannya di belakang punggung, wajahnya sama sekali tak menunjukkan ekspresi apapun, pikirnya, "Cara yang dipakai Yuji Zi ini tentunya tak disetujui oleh guru, tapi beliau saat ini tak ingin campur tangan dan hanya memperhatikan gelagat saja. Sebaiknya aku mengikutinya". 

Tangan kiri Yuji Zi mengayun beberapa kali, mendadak lebih dari seratus enam puluh pendeta Taishan Pai menyebar dan menghunus pedang, lalu mengepung lebih dari lima puluh pendeta lainnya, mereka yang dikepung itu tentunya adalah murid-murid Tianmen. Pendeta Tianmen meraung dengan murka, "Apa kalian benar-benar ingin bertarung? Kalau begitu ayo bertarung mati-matian". Yuji Zi berseru, "Tianmen dengarlah: ketua Taishan Pai memerintahkan agar kau membuang pedangmu dan menyerah. Kau patuh atau tidak pada wasiat pisau hitam Leluhur Dongling?" Tianmen berkata dengan gusar, "Bah, kata siapa kau adalah ketua perguruan kita?" Yuji Zi berseru, "Murid-murid Tianmen sekalian, masalah ini tak ada hubungannya dengan kalian, lemparkanlah pedang dan ucapkanlah sumpah setia, maka kami tak akan memeriksa kalian, kalau tidak kalian akan dihukum tanpa ampun". 

Pendeta Jianchu berkata dengan lantang, "Kalau kalian mau bersumpah setia pada pisau besi leluhur kita, bahwa kalian tak akan membiarkan kerja keras leluhur kita dalam mendirikan Taishan Pai lenyap, maka kami akan menerimamu sebagai ketua perguruan kita. Akan tetapi kalau begitu kau menjadi ketua kau lantas menjual perguruan kita ke Songshan Pai, kau akan menjadi orang yang dikutuk dalam perguruan kita untuk selamanya, setelah kau mati, kau tak akan punya muka untuk menemui leluhur kita". 

Yuyin Zi berkata, "Kau bocah ingusan yang baru lahir kemarin, kau punya hak apa untuk berbicara pada angkatan 'Yu' kami? Kalau Wuyue Pai dilebur menjadi satu, bukankah nama Songshan Pai juga hilang? Dalam kata 'Wuyue' dalam Wuyue Pai akan terkandung nama Songshan Pai, apanya yang tidak baik?" 

Pendeta Tianmen berkata, "Kalian diam-diam bersekongkol dan terkena suapan Zuo Lengchan. Hah, hah! Kalian boleh membunuhku, tapi aku tak akan sekali-kali menyerahkan Songshan Pai". 

Yuji Zi berkata, "Kalau kalian tak bersedia mematuhi perintah pisau besi leluhur, awas, seketika ini juga kalian akan menghancurkan diri kalian sendiri dan mati tanpa kubur". Pendeta Tianmen berkata, "Para murid yang setia kepada Taishan Pai, hari ini kita bertarung sampai titik darah penghabisan, biarlah darah tumpah di Songshan". Murid-murid yang mengelilinginya serentak berseru, "Bertarung sampai titik darah penghabisan, pantang menyerah!" Walaupun jumlah mereka sedikit, namun wajah mereka masing-masing menunjukkan tekad yang kuat. Kalau Yuji Zi hendak mengeroyok mereka, ia belum tentu akan dapat langsung membunuh mereka semua. Di samping Panggung Fengshan telah berkumpul ribuan pendekar, Fang Zheng Dashi dari Shaolin, Chong Xu Daozhang dari Wudang dan jago-jago kelas wahid lain, mereka tak akan membiarkan mereka yang berjumlah lebih banyak menganiaya yang lebih sedikit dan membantai saudara-saudara seperguruan mereka sendiri. Yuji Zi, Yuqing Zi dan Yuyin Zi saling berpandangan dengan bingung, untuk sesaat mereka tak tahu harus berbuat apa. 

Mendadak terdengar dari kejauhan di sebelah kiri seseorang berkata dengan suara kemalas-malasan, "Bapakmu ini sudah pernah berkelana ke segala tempat di kolong langit ini, dan juga sudah banyak berjumpa dengan para pendekar dan orang gagah, tapi aku belum pernah menemui anjing yang begitu berkata langsung menjilat ludahnya sendiri". Semua orang serentak memandang ke arah tempat suara itu berasal, mereka melihat seorang lelaki berpakaian rami sedang bersandar di sebongkah batu besar, tangan kirinya mengenggam sebuah caping besar yang digunakannya untuk mengipasi wajahnya. Perawakan orang ini tinggi kurus, matanya yang sipit terpicing, air mukanya acuh tak acuh. Para hadirin tak tahu asal-usulnya, dan mereka juga tak tahu perkataannya itu memaki siapa. Terdengar ia kembali berkata, "Kau sudah jelas-jelas memberikan kedudukan ketua pada orang lain, apa perkataanmu itu cuma kentut? Pendeta Tianmen, di dalam namamu ada kata 'tian', tapi jangan-jangan kata itu harus diubah menjadi 'kentut', itu baru cocok". Ketika Yuji Zi tahu bahwa orang itu membantu pihak mereka, mereka tertawa. 

Pendeta Tianmen berkata dengan gusar, "Ini adalah urusan perguruanku sendiri, orang lain tak usah banyak ikut campur". Lelaki berpakaian rami itu masih dengan kemalas-malasan menjawab, "Kalau bapakmu ini melihat sesuatu yang tak sedap dipandang, aku terpaksa mencampuri urusan orang lain".

Mendadak pandangan semua orang seakan kabur, mereka melihat lelaki berpakaian rami itu mendadak melompat, lalu dengan amat sebat menerjang ke arah kerumunan Yuji Zi dan yang lainnya, caping di tangan kirinya terangkat dan menghantam ke ubun-ubun Pendeta Tianmen. Namun Pendeta Tianmen tak menangkisnya, ia mengangkat pedang dan menusuk ke arah dadanya. Orang itu mendadak menerjang ke bagian bawah pinggang Pendeta Tianmen, tangan kanannya menekan tanah dan tubuhnya berbalik, "Duk!", tumitnya menendang punggung Pendeta Tianmen keras-keras. Jurus-jurus ini amat aneh, para pendekar yang berkumpul di puncak gunung itu semua berilmu tinggi, namun jurus-jurus yang dipakai lelaki itu belum pernah mereka lihat sebelumnya. Tianmen tak sempat berjaga-jaga sehingga titik jalan darahnya terkena tendangan orang itu. 

Beberapa orang murid yang berada di sisi Pendeta Tianmen menikam ke arah lelaki itu. Lelaki itu tertawa terbahak-bahak, lalu mencengkeram punggung Pendeta Tianmen dan menggunakan tubuhnya untuk menangkis serangan itu sehingga para murid terpaksa menarik pedang mereka. Lelaki itu berkata dengan lantang, "Kalau kalian masih juga tak membuang pedang, akan kupuntir kepala hidung kerbau ini". Seraya berbicara tangan kanannya menjambak konde di ubun-ubun Tianmen. Ilmu silat Tianmen tak ada gunanya, setelah terkena kunciannya ia sama sekali tak bisa berkutik, wajahnya yang merah berubah menjadi pucat pasi. Dalam keadaan itu, lelaki itu hanya tinggal memuntir dengan mengerahkan sedikit tenaga saja, dan batang leher Tianmenpun akan patah. 

Jianchu berkata, "Gexia mendadak menyergap, perbuatan ini bukan perbuatan seorang gagah". Tangan kiri orang itu terangkat dan menampar Pendeta Tianmen, dengan kemalas-malasan ia berkata, "Kalau ada yang kurang ajar pada bapakmu ini, akan kupukul gurumu". Ketika para murid Pendeta Tianmen melihat guru mereka dihina, mereka semua terkejut sekaligus gusar, mereka masing-masing hanya perlu dengan serentak menusukkan pedang mereka dan lelaki berpakaian rami itu akan segera berubah menjadi seekor landak, namun karena Pendeta Tianmen berada di tangannya, mereka takut akan melukainya, siapapun tak ada yang berani bergerak. Seorang pemuda memaki, "Kau anjing......" Lelaki itu mengangkat tangannya, "Plak!", ia menampar Pendeta Tianmen, lalu berkata, "Kenapa murid yang kau ajar omongannya kotor begini?" 

Sekonyong-konyong Pendeta Tianmen mengerang, ia memutar kepalanya sehingga ia berhadapan muka dengan lelaki berpakaian rami itu, mulutnya menyemburkan darah segar. Lelaki itu terkejut, ia hendak melepaskan diri namun sudah terlambat. Dalam sekejap kepala dan wajah lelaki itu telah bersimbah darah segar, tepat pada saat itu, sepasang tangan Pendeta Tianmen berbalik dan mencengkeram lehernya, "Krek!", batang leher orang itupun patah. Tangan kanan Pendeta Tianmen terangkat dan orang itupun melayang dan terjatuh beberapa zhang jauhnya, tubuhnya bergerak-gerak beberapa kali, lalu ia tewas. 

Perawakan Pendeta Tianmen memang tinggi besar, saat ini ia juga sedang mengerahkan ilmu silatnya, wajahnya bersimbah darah sehingga membuat orang yang melihatnya ketakutan. Setelah beberapa saat, ia mengerang, tubuhnya bergeser, lalu roboh ke tanah. Mula-mula ia disergap dengan jurus-jurus aneh oleh lelaki itu, lalu dihina di depan umum, ia tak bisa menahan amarahnya dan lebih suka mengorbankan nyawanya, ia mengerahkan tenaga dalam dan memutuskan pembuluh darahnya sendiri sehingga ia bisa membuka titik jalan darahnya yang tertotok, lalu ia memusatkan segenap tenaganya untuk menyerang dan membunuh musuh, akan tetapi karena pembuluh darahnya telah putus semua, iapun tak bisa hidup lagi. Murid-murid Tianmen serentak berseru, "Guru", mereka buru-buru memapahnya, namun ternyata napasnya sudah putus dan mereka lantas menangis tersedu-sedu. 

Dari tengah kerumunan orang mendadak seseorang berkata, "Ketua Zuo, kau mengundang orang-orang macam si 'Burung Hantu Qinghai' untuk membereskan Tianmen Daozhang, bukankah ini agak keterlaluan?" Semua orang memandang ke arah orang yang berbicara itu, mereka melihat seorang tua yang penampilannya menyedihkan. Ada seseorang yang mengenalinya sebagai He Sanqi, biasanya ia menjual pangsit dengan pikulan di pasar di berbagai kota. Mengenai asal usul orang yang dibunuh oleh Pendeta Tianmen itu, semua orang tak ada yang mengetahuinya, mereka hanya mendengar He Sanqi memanggilnya 'Burung Hantu Qinghai'. Sedangkan orang-orang yang tahu siapa sebenarnya si 'Burung Hantu Qinghai' tak ada yang berbicara. 

Zuo Lengchan berkata, "Lucu sekali, Saudara Ji ini baru pernah bertemu muka dengan caixia hari ini, bagaimana kau bisa berkata bahwa caixia yang mengundangnya?" He Sanqi berkata, "Mungkin Ketua Zuo belum lama kenal dengan si Burung Hantu Qinghai,  tapi kenal baik dengan gurunya, si 'Bintang Pembunuh Putih' ". 

Begitu nama si 'Bintang Pembunuh Putih' itu disebut, para hadirin segera gempar. Linghu Chong samar-samar ingat bahwa beberapa tahun yang lalu, shiniang pernah menyebut nama si 'Bintang Pembunuh Putih' itu. Saat itu Yue Lingshan baru berusia enam atau tujuh tahun, entah kenapa ia menangis tanpa henti, untuk menakut-nakutinya Nyonya Yue berkata, 'Kalau kau masih menangis, 'Bintang Pembunuh Putih' akan menangkapmu'. Linghu Chong bertanya, 'Apa itu 'Bintang Pembunuh Putih'?' Nyonya Yue berkata, ' 'Bintang Pembunuh Putih' adalah seorang penjahat besar, ia paling suka menangkap anak kecil yang suka menangis untuk dimakan. Orang ini tak punya hidung, wajahnya rata, seperti sebuah papan putih'. Yue Lingshan langsung ketakutan dan tak berani menangis lagi. Sambil mengenang masa lalu, pandangan Linghu Chong terpusat pada Yue Lingshan, ia melihat bahwa matanya memandangi gunung-gunung hijau di kejauhan, seakan sedang memikirkan sesuatu, dahinya agak berkerut karena cemas. Jelas bahwa ia tak ingat nama 'Bintang Pembunuh Putih' yang disebut oleh He Sanqi itu, jangan-jangan ia telah melupakan perkataan Nyonya Yue yang didengarnya semasa kecil itu. 

Linghu Chong berpikir, "Xiao shimei baru menikah dengan Lin Shidi yang dicintainya, seharusnya ia sangat gembira, apa yang membuatnya tak bahagia? Apakah sepasang pengantin baru itu bertengkar?" Ia melihat Lin Pingzhi berdiri di sampingnya, raut wajahnya nampak aneh, seakan tersenyum namun tak tersenyum, seakan gusar namun tak gusar. Linghu Chong lagi-lagi terkejut, "Ekspresi macam apa itu? Sepertinya aku sudah pernah melihatnya di wajah seseorang". Namun ia tak ingat dimana ia pernah melihatnya. 

Terdengar Zuo Lengchan berkata, "Yuji Daoxiong, selamat atas pengakatanmu sebagai ketua Taishan. Bagaimana pendapatmu tentang gagasan peleburan Wuyue Jian Pai?" Para hadirin mendengar bahwa Zuo Lengchan tak menjawab pertanyaan He Sanqi secara langsung, namun bahwa ia bergaul dengan si 'Bintang Pembunuh Putih' telah diakuinya secara tak langsung dengan tak menyangkalnya. Reputasi buruk si 'Bintang Pembunuh Putih' telah berkumandang selama dua atau tiga puluh tahun, akan tetapi orang yang benar-benar pernah menjumpainya atau menelan pil pahit di tangannya hanya beberapa orang saja, seakan reputasi buruknya itu hanya muncul karena penampilannya yang buruk. Melihat dari perbuatan muridnya si 'Burung Hantu Qinghai', nampaknya guru dan murid itu tak berasal dari aliran lurus.

Sambil mengenggam pisau besi, dengan amat puas diri Yuji Zi berkata, "Peleburan kelima perguruan menjadi satu, hanya akan membawa kebaikan bagi semua anggota perguruanku, sama sekali tak ada kejelekannya. Hanya saja Pendeta Tianmen terlalu mementingkan diri sendiri, haus akan nama besar dan kedudukan serta tak memperdulikan kebaikan bersama, oleh karenanya ia menentang gagasan itu. Zuo Mengzhu, sebagai pemimpin Taishan Pai, caixia sepenuhnya mendukung urusan penting peleburan kelima perguruan ini. Seluruh Taishan Pai berada dibawah kepemimpinanmu, dan setelah mengikutimu akan mengembangkan Wuyue Pai. Kalau ada orang yang dengan maksud buruk menghalanginya, Taishan Pai kami tak akan membiarkannya". 

Ratusan anggota Taishan Pai berseru dengan riuh rendah, "Seluruh anggota Taishan Pai menyetujui peleburan perguruan, kalau ada yang menentang, Taishan Pai bersumpah akan melawannya". Orang-orang ini serentak bersorak-sorai, walaupun jumlah mereka tak banyak, namun suara mereka tegas mengema di pegunungan itu. Linghu Chong berpikir, "Mereka jelas telah berlatih melakukan hal ini sebelumnya, kalau tidak walaupun semua orang menyetujui peleburan perguruan, tak mungkin semua kata yang mereka ucapkan persis sama". Selain itu mendengar nada bicara Yuji Zi yang amat hormat pada Zuo Lengchan, ia menduga kalau Zuo Lengchan telah memberinya imbalan besar, atau telah menggunakan tipu muslihat kotor untuk menundukkannya. 

Ketika para murid Pendeta Tianmen melihat sang guru mati dengan mengenaskan, mereka sadar bahwa keadaan tidak menguntungkan dan terpaksa diam tak bersuara. Beberapa orang mengertakkan gigi sambil memaki dengan pelan, dan ada yang mengepalkan tangan, wajah mereka penuh rasa marah dan sedih. 

* * * 

Catatan Kaki Penerjemah

[1] Sebutan hormat untuk orang tua. (Hokkian: lojinkeh).
[2]  'Meditasi'. 
[3] Sebuah upacara keagamaan untuk memohon berkah dari langit dan bumi yang dilakukan oleh para kaisar, maksudnya adalah untuk menegaskan legitimasi sang kaisar untuk memerintah. Upacara ini mula-mula dilakukan di Taishan, lalu dipindahkan ke Songshan
[4] Keponakan murid.

Bagian Ketiga

Zuo Lengchan berkata dengan lantang, "Diantara Wuyue Jianpai kita, Heng Shan dan Taishan Pai telah menyetujui peleburan perguruan, nampaknya ini memang kehendak sebagian besar orang, karena peleburan perguruan ini mendatangkan ratusan manfaat dan sama sekali tak ada kejelekannya, Songshan Pai kami akan mengikuti kehendak kalian dan membantu kalian agar urusan penting ini terwujud". 

Dalam hati Linghu Chong tertawa sinis, "Semua hal ini kaulah yang mengaturnya, tapi kau bermulut manis, berkata bahwa kau hanya mengikuti kehendak orang banyak, seakan hal ini adalah gagasan orang lain, dan kau hanya sekedar melaksanakannya". 

Zuo Lengchan kembali berkata, "Diantara kelima perguruan, sudah ada tiga perguruan yang menyetujui peleburan, entah bagaimana pendapat Hengshan Pai? Ketua Hengshan Pai yang terdahulu, Dingxian Shitai, sudah beberapa kali berbicara pada caixia bahwa ia sepenuhnya mendukung peleburan perguruan. Dingjing dan Dingyi Shitai juga mendukung pendapat ini". 

Dari tengah-tengah para murid perempuan berbaju hitam Hengshan Pai, sebuah suara merdu berkata, "Ketua Zuo, perkataan ini tak benar. Sebelum kedua paman guru dan guru kami meninggal dunia, mereka sangat membenci gagasan peleburan perguruan, dan berusaha dengan sekuat tenaga untuk menolaknya. Bahkan beliau bertiga meninggal dunia juga karena menolak peleburan perguruan. Bagaimana kau dapat mengatakan bahwa pendapatmu ini adalah pendapat beliau bertiga?" Semua orang langsung memandang ke arah orang yang sedang berbicara, mereka melihat bahwa ia adalah seorang gadis muda berwajah bulat yang raut wajahnya halus. Nona yang pandai bicara ini adalah Zheng E, karena usianya masih muda, orang-orang dari perguruan lain tak ada yang mengenalinya. 

Zuo Lengchan berkata, "Ilmu silat gurumu Dingxian Shitai tinggi, wawasannyapun juga luar biasa, ia benar-benar seorang tokoh luar biasa di Wuyue Jianpai kita, si tua ini seumur hidupku amat mengaguminya. Namun sayang sekali beliau telah dicelakai oleh orang jahat di Biara Shaolin. Kalau saja beliau masih hidup hari ini, jabatan ketua Wuyue Pai ini tentunya akan menjadi milik beliau". Ia berhenti sejenak, lalu kembali berkata, "Saat itu ketika caixia membicarakan perkara peleburan perguruan ini dengan Dingxian, Dingjing dan Dingyi Shitai bertiga, caixia juga sudah dengan sungguh-sungguh berbicara bahwa tak apa kalau peleburan perguruan tak terlaksana, namun kalau seandainya terlaksana, kedudukan ketua Wuyue Pai harus dijabat oleh Dingxian Shitai. Saat itu dengan rendah hati Dingxian Shitai menampik jabatan itu, namun caixia dengan sungguh-sungguh mendukung beliau, dan setelah itu Dingxian Shitai tak lagi berkeras menolaknya. Ai, sayang sekali, sayang sekali! Seorang pendekar wanita pengikut sang Buddha telah meninggal sebelum menyelesaikan pekerjaan besarnya, tewas di Biara Shaolin, benar-benar membuat orang berduka". Ia secara berturut-turut dua kali menyebut-sebut Biara Shaolin, dengan perkataannya itu ia dengan samar-samar bermaksud untuk melemparkan tanggung jawab atas meninggalnya kedua shitai itu kepada Biara Shaolin. Kalaupun yang mencelakai kedua shitai itu bukan orang Biara Shaolin, namun Biara Shaolin adalah tempat agung di dunia persilatan, kalau ternyata ada orang yang dapat membunuh dua orang jago seperti mereka dalam biara itu, walaupun Biara Shaolin tidak terlibat di dalamnya, namun mereka telah membiarkan pembunuh itu beraksi dan mereka telah lalai karena tak waspada. 

Mendadak sebuah suara yang kasar berkata dengan lantang, "Perkataan Ketua Zuo ini salah. Saat itu Dingxian Shitai berkata kepadaku bahwa beliau hendak memilihmu sebagai ketua Wuyue Pai". 

Hati Zuo Lengchan girang, ia memandang ke arah orang itu, ia melihat bahwa orang itu wajahnya seperti wajah kuda dan matanya seperti mata tikus, raut wajahnya aneh, entah siapa dia. Namun ia memakai pakaian hitam dan tentunya berasal dari Hengshan Pai, di sampingnya berdiri lima orang lain yang wajahnya serupa dan pakaiannya persis sama. Ia tak tahu bahwa keenam orang itu ialah Taogu Liuxian. Walaupun hatinya girang, namun ekspresinya tak berubah, ia berkata, "Siapa nama keenam saudara ini? Kalaupun Dingxian Shitai memang pernah berkata demikian, namun caixia tak pantas dibandingkan dengan beliau". 

Orang yang berbicara itu ialah Taogen Xian, dengan lantang ia berkata, "Aku adalah Taogen Xian, mereka berlima adalah saudara-saudaraku". Zuo Lengchan berkata, "Aku sudah lama mengagumi kalian". Taozhi Xian berkata, "Apa yang kau kagumi dari kami? Apakah kau mengagumi kehebatan ilmu silat kami, atau mengagumi wawasan kami yang luar biasa?" Zuo Lengchan berpikir, "Bicaranya tak keruan, ternyata mereka berenam adalah orang-orang tolol". Namun ia berpikir bahwa Taogen Xian telah menyanjung dirinya, maka ia berkata, "Kehebatan ilmu silat dan wawasan kalian yang luar biasa sama-sama kukagumi". 

Taogen Xian berkata, "Ilmu silat kami tak ada istimewanya, kalau kami berenam bertarung bersama, kami sedikit lebih baik dari Zuo Mengzhu, tapi kalau bertarung satu lawan satu, kami kalah jauh". Taohua Xian berkata, "Akan tetapi kalau bicara tentang wawasan, wawasan kami dibanding Ketua Zuo jauh lebih luas". Zuo Lengchan mengerenyitkan dahi, mendengus, lalu berkata, "Masa?" Taohua Xian berkata, "Sama sekali tak salah. Tempo hari Dingxian Shitai pernah berkata demikian". Taoye Xian berkata, "Saat itu Dingxian Shitai, Dingjing Shitai dan Dingyi Shitai bertiga sedang mengobrol di biara, membicarakan masalah peleburan perguruan. Dingyi Shitai berkata, 'Kalau peleburan perguruan tak jadi, tak apa, tapi kalau terjadi, kita harus minta Tuan Zuo dari Songshan Pai untuk menjadi ketuanya'. Apakah kau mempercayai perkataan ini?" Zuo Lengchan diam-diam merasa girang, katanya, "Dingyi Shitai menilai  caixia terlalu tinggi, aku tak berani menerima penilaian itu". 

Taozhi Xian berkata, "Kau jangan senang dulu. Dingyi Shitai berkata, 'Diantara para orang gagah saat ini, Ketua Zuo dari Songshan Pai terhitung seorang tokoh, kalau ia menjadi ketua Wuyue Pai, ia merupakan pilihan yang tepat. Tapi ia terlalu mementingkan dirinya sendiri, pikirannya terlalu sempit, ia tak bisa bersikap murah hati, kalau ia menjadi ketua, murid-murid perempuanku ini akan banyak menelan pil pahit' ". Taogen Xian menyambung perkataan itu, "Dingxian Shitai berkata, 'Kalau bicara tentang tak mementingkan diri sendiri, sudah ada enam ksatria sejati disini. Ilmu silat mereka tak hanya tinggi, wawasan merekapun luar biasa, pantas untuk menjabat sebagai ketua Wuyue Pai". 

Zuo Lengchan tersenyum dan berkata, "Enam orang ksatria sejati? Enam orang yang mana?" Taohua Xian berkata, "Mereka adalah kami enam bersaudara". 

Begitu perkataan ini diucapkan, ribuan orang yang berada di atas gunung itu tertawa riuh rendah. Walaupun orang-orang ini sama sekali tak mengenal Taogu Liuxian, namun melihat wajah mereka yang aneh, sikap dan omongan mereka yang lucu, apalagi saat ini mereka menyebut diri mereka ksatria sejati dan mengatakan bahwa 'ilmu silat mereka tak hanya tinggi, wawasan merekapun luar biasa' segala, orang-orang itu tak kuasa menahan tawa. 

Taozhi Xian berkata, "Begitu Dingxian Shitai menyebut 'enam orang ksatria sejati', Dingyi dan Dingjing Shitai langsung berpikir tentang kami berenam, mereka segera bertepuk tangan dan bersorak. Saat itu apa yang dikatakan Dingyi Shitai? Adik, apa kau ingat?" Taoshi Xian berkata, "Tentu saja aku ingat, saat itu Dingyi Shitai berkata, 'Taogu Liuxian, wawasan mereka kalau dibandingkan dengan Fang Zheng Dashi dari Biara Shaolin masih kurang sedikit. Dibandingkan dengan Chong Xu Daozhang dari Wudang, ilmu silat mereka masih berada di bawahnya. Namun diantara Wuyue Jianpai tak ada orang yang dapat mengungguli mereka. Shizi berdua, bagaimana pendapat kalian?' Dingjing Shitai berkata, "Kurasa hal itu tak benar. Ilmu silat dan wawasan Dingxian Shimei tidak berada di bawah Taogu Liuxian. Hanya sayang kita kaum hawa dan juga kaum beragama, kalau kita menjadi ketua Wuyue Pai dan harus memimpin ribuan lelaki gagah rasanya tak pantas. Oleh karenanya kita akan memilih Taogu Liuxian' ". Taoye Xian berkata, "Dingxian Shitai segera mengangguk-angguk, lalu berkata, 'Kalau Wuyue Jianpai benar-benar akan dilebur dan jabatan ketua tak dipegang oleh mereka berenam, tentunya akan sulit untuk mengembangkan dan memakmurkan perguruan itu' ".

Makin lama mendengarkan omongan mereka, Linghu Chong makin geli, ia tahu bahwa Taogu Liuxian sengaja mengolok-olok Zuo Lengchan. Zuo Lengchan telah mengarang ucapan orang-orang yang sudah meninggal, maka Taogu Liuxian juga melakukan hal yang sama, mereka memakai cara Zuo Lengchan sendiri untuk mendebatnya, sehingga Zuo Lengchan mati kutu. 

Diantara para pendekar yang hadir di Songshan, kecuali anggota Songshan Pai dan orang-orang luar yang tunduk pada Zuo Lengchan, kebanyakan tidak menyukai gagasan peleburan perguruan. Tokoh-tokoh yang pandangannya jauh ke depan seperti Fang Zheng Dashi, Chong Xu Daozhang dan yang lainnya sangat khawatir kalau Zuo Lengchan dapat melebarkan sayapnya dan menimbulkan bencana bagi dunia persilatan;  ada juga yang setelah melihat Pendeta Tianmen tewas dengan mengenaskan merasa sangat muak terhadap keagresifan Zuo Lengchan; ada juga yang menduga bahwa setelah Wuyue Jianpai dilebur, pamor Wuyue Pai akan makin bersinar, sehingga perguruan mereka sendiri akan ketinggalan; dan ada juga yang, seperti Linghu Chong dan para murid Hengshan Pai, menduga bahwa Dingxian Shitai bertiga telah dicelakai oleh Zuo Lengchan, dan hanya ingin membalas dendam padanya, sehingga rasa permusuhan mereka juga makin berkobar. Ketika mendengar omong kosong Taogu Liuxian yang hampir tak dapat disangkal oleh Zuo Lengchan itu, mereka semua tersenyum-senyum girang, bahkan kaum mudanya tertawa terbahak-bahak. 

Mendadak sebuah suara kasar berkata, "Enam orang aneh Lembah Persik, ketika Dingxian Shitai berkata demikian, siapa yang mendengarnya?" 

Taogen Xian berkata, "Puluhan murid-murid Hengshan mendengarnya dengan telinga mereka sendiri, bagaimana menurutmu Zheng E Shimei?" 

Sambil menahan senyum, dengan sungguh-sungguh Zheng E berkata, "Benar. Ketua Zuo, katamu paman guruku menyetujui peleburan, siapa yang mendengar perkataan itu? Para kakak dan adik seperguruan Hengshan Pai, apa yang dikatakan Ketua Zuo ini apakah kalian pernah dengar dikatakan oleh guru yang terhormat?" Lebih dari seratus murid perempuan serentak menjawab, "Kami belum pernah mendengarnya". Ada seseorang yang berkata dengan lantang, "Kemungkinan besar perkataan itu hanya dikarang oleh Ketua Zuo saja". Ada seorang murid perempuan lain yang berkata, "Dibandingkan dengan Ketua Zuo, guruku masih agak lebih mendukung Taogu Liuxian. Kami bertahun-tahun sudah mengabdi kepada ketiga shitai itu, masa kami tak tahu maksud mereka?" 

Di tengah riuh rendahnya tawa para hadirin, Taogen Xian berkata dengan lantang, "Benar, kami sama sekali tak berbohong, benar tidak? Setelah itu Dingxian Shitai juga berkata, 'Setelah peleburan perguruan, ketuanya harus satu orang, Taogu Liuxian terdiri atas enam orang, siapa yang sebaiknya kita undang menjadi ketua?' Adik, apa jawaban Dingjing Shitai?" Taohua Xian berkata, "Itu......hmm, aku tahu, Dingjing Shitai berkata, 'Walaupun kelima perguruan dilebur menjadi satu, namun kelima puncak Taishan, Heng Shan, Hua Shan, Hengshan, dan Songshan masing-masing terletak di timur, selatan, utara, barat dan tengah, jarak diantara mereka ribuan li,mereka tak dapat digabungkan menjadi satu. Zuo Lengchan juga bukan Yuhuang Dadi[1], apa dia bisa memindahkan lima gunung besar supaya menjadi satu? Kita minta saja lima saudara diantara Taogu Liuxian untuk ditempatkan di setiap gunung itu, lalu seorang sisanya kita jadikan ketua' ". Taoye Xian berkata, "Benar! Dingyi Shitai berkata, 'Pandangan shimei ini benar. Ternyata dahulu ayah ibu Taogu Liuxian telah mempunyai pandangan yang jauh ke depan, mereka tahu bahwa di masa depan Zuo Lengchan akan melebur Wuyue Jianpai, oleh karena itu mereka melahirkan keenam bersaudara itu, bukan hanya lima orang, dan juga bukan tujuh orang, sungguh mengagumkan!" 

Ketika para hadirin mendengarnya, tawa mereka membahana menguncang angkasa. 

Sebenarnya Zuo Lengchan telah merencanakan agar peleburan lima perguruan itu berlangsung dengan khidmat agar disegani oleh semua pendekar di kolong langit ini, tak nyana muncul keenam orang tolol ini yang membuat lelucon yang tak lucu, sehingga upacara yang megah menjadi seperti dagelan saja. Dalam hati amarahnya sukar dilukiskan, namun ia adalah tuan rumah di Songshan ini dan tak bisa melampiaskan amarahnya begitu saja, maka ia terpaksa menahannya dengan sekuat tenaga. Diam-diam ia membuat rencana, "Setelah urusan besar ini selesai, kalau aku tak membunuh lima keparat ini, margaku bukan Zuo". 

Taoshi Xian mendadak menangis keras-keras sambil berseru, "Tak bisa, tak bisa! Kami enam bersaudara sejak keluar dari kandungan ibu selalu bersama, kalau kami menjadi ketua Wuyue Pai, sejak saat ini kami akan terpisah di lima puncak, kami benar-benar tak bisa melakukannya". Ia menangis dengan begitu sungguh-sungguh, seakan kedudukan ketua Wuyue Pai sudah berada di tangan dan mereka enam bersaudara
harus berpisah selamanya. 

Taogan Xian berkata, "Adik keenam tak usah khawatir, kita berenam tak akan berpisah, adik merasa berat untuk berpisah, kakakpun demikian. Namun karena kita telah didukung orang banyak, supaya kita enam bersaudara tak usah menjadi ketua Wuyue Pai, kita terpaksa menentang peleburan kelima perguruan menjadi satu". Taogen Xian dan kelima orang lainnya serentak berkata, "Benar, biarkan saja Wuyue Jianpai tetap seperti sekarang, untuk apa dilebur menjadi satu?" 

Air mata Taoshi Xian berubah menjadi senyuman, "Kalaupun benar-benar hendak dilebur, kita harus menunggu sampai muncul seorang ksatria sejati dari kelima perguruan, yang kalau dibandingkan dengan kita enam bersaudara wawasannya lebih luas, ilmu silatnya lebih tinggi, dan didukung oleh orang banyak seperti kita berenam. Kalau ada orang seperti ini yang dapat menjadi ketua, barulah peleburan dilaksanakan". 

Zuo Lengchan melihat bahwa keenam orang itu masih berbicara dengan berbelit-belit, makin lama makin menimbulkan keonaran, ia harus melakukan sesuatu untuk memutuskan lingkaran setan itu, maka ia memotong pembicaraan mereka, katanya dengan lantang, "Ketua Hengshan Pai apakah kalian berenam atau orang lain? Apakah kalian yang mengurus urusan Hengshan Pai atau tidak?" 

Taozhi Xian berkata, "Kami enam ksatria sejati ini bisa saja menjadi ketua Hengshan Pai. Akan tetapi mengingat kau adalah ketua Songshan Pai, Zuo Laodi, kalau kami disejajarkan denganmu si marga Zuo, hal ini keterlaluan, hehehe, ini.....itu......" Taohua Xian berkata, "Kalau kami disejajarkan dengannya, kami enam pahlawan ini pasti akan kehilangan muka, oleh karenanya kami terpaksa minta Linghu Chong untuk melakukan tugas yang sulit ini". 

Zuo Lengchan murka, dengan dingin ia berkata, "Ketua Linghu, sebagai ketua Hengshan Pai kau tak mendisiplinkan mereka dan membiarkan mereka berbicara sembarangan di depan semua orang gagah di kolong langit ini dan mempermalukan diri sendiri". Linghu Chong tersenyum simpul dan berkata, "Keenam saudara persik ini bicaranya jujur tanpa tedeng aling-aling, terus terang dan tak berbelit-belit, mereka tak mungkin menyebarkan berita yang tidak-tidak, mereka hanya melaporkan perkataan almarhum ketua perguruan kami, Dingxian Shitai, yang tentunya sedikit lebih bisa dipercaya dibandingkan dengan omong kosong orang di luar perguruan kami". 

Zuo Lengchan mendengus, lalu berkata, "Mengenai peleburan perguruan hari ini, apakah perguruanmu yang mulia akan sendirian menolaknya?" 

Linghu Chong menggeleng seraya berkata, "Hengshan Pai tak sendirian menolak peleburan perguruan. Tuan Yue dari Huashan Pai adalah guru terhormat yang pertama mengajarkan kepandaiannya padaku. Walaupun caixia sekarang telah menjadi anggota perguruan lain, namun aku masih tak berani melupakan ajaran guru yang berbudi di masa lalu". Zuo Lengchan berkata, "Kalau begitu, kau masih mendengarkan perkataan Tuan Yue dari Huashan?" Linghu Chong berkata, "Benar, Hengshan Pai kami dan Huashan Pai saling bahu membahu dan bekerja sama dengan sepenuh hati". 

* * * 

Zuo Lengchan berpaling dan memandang ke arah orang-orang Huashan Pai, lalu berkata, "Tuan Yue, Ketua Linghu tak melupakan budimu terhadapnya di masa lalu, hal ini sangat mengembirakan, selamat! Mengenai masalah peleburan perguruan ini, apakah tuan setuju atau tidak, Ketua Linghu hanya akan mengikuti pendapatmu. Tapi entah bagaimana pendapat tuan?" Yue Buqun berkata, "Karena Zuo Mengzhu pernah menanyakannya sebelumnya, walaupun caixia sudah mempertimbangkan hal ini dengan seksama, namun untuk mengambil keputusan yang pantas dan hati-hati tidak lah mudah". 

Seketika itu juga pandangan ribuan pendekar di puncak itu tertuju padanya, banyak orang yang berpikir, "Pamor Heng Shan Pai lemah, Taishan Pai terpecah karena perselisihan internal, keduanya tak bisa melawan Songshan Pai. Namun saat ini Huashan Pai dan Hengshan Pai telah bersekutu, ditambah dengan Heng Shan Pai, mereka akan dapat melawan Songshan Pai". 

Terdengar Yue Buqun berkata, "Huashan Pai kami didirikan lebih dari dua ratus tahun yang lalu, namun di dalam perguruan kami telah terjadi pertentangan diantara Faksi Tenaga Dalam dan Faksi Pedang. Semua qianbei dunia persilatan telah mengetahui hal ini. Kalau caixia mengenang peristiwa mengenaskan ketika kedua faksi itu saling membunuh, sampai sekarang aku masih mengigil ketakutan......" 

Linghu Chong berpikir, "Shifu pernah berkata bahwa pertentangan diantara kedua faksi itu adalah aib perguruan kami yang seharusnya tak diungkapkan pada orang luar, tapi kenapa ia sekarang malah menceritakannya dengan terang-terangan pada semua pendekar di kolong langit ini?" Ia kembali mendengar suara Yue Buqun yang melengking, suaranya terdengar sampai beberapa li jauhnya, setiap kali ia mengucapkan suatu perkataan, gema terdengar dari kejauhan, pikirnya, "Shifu telah berlatih Zixia Shengong sampai ke tingkat yang tinggi, suara dan tenaga dalamnya berbeda dengan dahulu". 

Yue Buqun meneruskan berbicara, "Oleh karenanya caixia merasa bahwa berbagai perguruan dan kelompok di dunia persilatan ini lebih baik bersatu daripada terpecah belah. Beberapa ratus, bahkan ribuan tahun belakangan ini, akibat pembalasan dendam dan pertarungan, entah berapa banyak kawan-kawan seperjuangan kita di dunia persilatan yang telah tewas dengan mengenaskan, ini semua disebabkan karena perbedaan pendapat dan golongan. Caixia sering berpikir, seadainya di dunia persilatan tak ada golongan dan perguruan yang berbeda-beda, semua orang di dunia ini merupakan satu keluarga, bagai saudara kandung saja, maka semua pertumpahan darah dan kematian yang mengenaskan ini dapat dikurangi sembilan bagian. Para pendekar dan orang gagah sepertinya tak akan mati muda, dan di dunia ini para janda dan anak yatim yang tak punya tempat bersandar akan sangat berkurang". 

Perkataannya ini penuh perasaan iba pada nasib manusia, sehingga kebanyakan orang tak bisa tidak menganggukkan kepala. Ada seseorang yang berkata dengan lirih, "Yue Buqun dari Huashan dijuluki si 'Pedang Budiman', ternyata nama besarnya itu tak cuma kosong belaka, budinya memang amat luhur". 

Fang Zheng Dashi menangkupkan tangannya seraya berkata, "Shanzai, shanzai! Perkataan Sastrawan Yue ini sangat luhur dan bijaksana. Andaikan pemikiran orang-orang di dunia persilatan seperti Sastrawan Yue ini, badai dan hujan darah serta segala pertentangan di dunia ini akan sirna tanpa bekas". 

Yue Buqun berkata, "Dashi terlalu memuji. Pandangan caixia yang dangkal ini tentunya sebelumnya telah dipikirkan oleh para biksu agung yang berbudi luhur dari Biara Shaolin selama beberapa generasi. Dengan nama besar dan posisi Biara Shaolin di dunia persilatan, dengan sekali seruan saja semua tokoh yang cemerlang dan bijaksana dari setiap perguruan akan menjawab panggilan itu, dan hal ini tentunya akan sangat bermanfaat dalam beberapa ratus tahun belakangan ini. Akan tetapi sumber ilmu silat setiap perguruan memang tak sama, cara berlatih mereka sangat berbeda, untuk mempersatukan para pendekar dari berbagai perguruan ini memang tidaklah mudah. Namun 'seorang budiman dapat tetap bersahabat tanpa mengorbankan prinsip', ilmu silat boleh tak sama, namun kita masih dapat tetap bersahabat. Akan tetapi sampai hari ini, berbagai perguruan di dunia persilatan masih terus berseteru, baik secara terang-terangan maupun diam-diam, dan mengorbankan entah berapa banyak jiwa dan tenaga dengan sia-sia. Orang-orang bijak tentunya sudah lama tahu bahwa pertentangan antar golongan ini membawa bencana, tapi kenapa mereka tak bertekad untuk menghilangkannya? Caixia sudah bertahun-tahun memikirkan hal ini, dan baru sadar dalam beberapa hari belakangan ini, dan mengerti dimana letak kunci permasalahannya. Masalah ini berkaitan dengan hidup mati dan peruntungan semua kawan-kawan seperjuangan kita di dunia persilatan, oleh karena itu caixia tak berani hanya berdiam diri, maka aku akan dengan hati-hati membicarakan masalah ini, mohon supaya kalian semua memberiku petunjuk". 

Para pendekar berkata dengan susul-menyusul, "Silahkan bicara, silahkan bicara". "Pemikiran Tuan Yue tentunya sangat cemerlang". "Entah apa alasan di balik semua ini?" "Hendak menghilangkan berbagai aliran jangan-jangan sesukar mendaki langit!" 

Yue Buqun menunggu sampai para hadirin tenang, lalu berkata, "Setelah merenungkan masalah ini dengan mendalam, caixia merasa bahwa akar permasalahannya terletak pada perbedaan diantara 'tergesa-gesa' dan 'sedikit demi sedikit'. Orang-orang yang berbudi luhur di dunia persilatan selalu berharap untuk menghilangkan perbedaan antar golongan dan mereka sering melakukan hal ini dengan tergesa-gesa, mereka ingin langsung sama sekali menghilangkan batas diantara semua golongan di dunia ini, tanpa menyadari bahwa kebiasaan lama sulit diubah. Diantara perguruan dan golongan dalam dunia persilatan, yang besar ada beberapa puluh, sedangkan yang kecil ada ribuan jumlahnya, setiap perguruan memiliki tradisi yang sudah berjalan selama puluhan atau bahkan ratusan tahun, kalau semua ini hendak dihilangkan dalam sekejap, memang sesulit mendaki langit". 

Zuo Lengchan berkata, "Dalam pandangan Tuan Yue, apakah perbedaan antar golongan itu sama sekali tak dapat dihilangkan? Kalau begitu, bukankah hal ini membuat orang menjadi putus asa?" 

Yue Buqun menggeleng seraya berkata, "Walaupun amat sulit, namun tidak mustahil. Barusan ini caixia sudah berkata bahwa perbedaannya terletak pada perbedaan diantara melakukannya dengan tergesa-gesa dan dengan sedikit demi sedikit. Kata pepatah, orang yang melakukan sesuatu dengan tergesa-gesa tak akan berhasil. Kita harus merubah prinsip kita, kawan-kawan seperjuangan harus bersama-sama berusaha, dan dalam lima puluh atau seratus tahun kita akan berhasil". 

Zuo Lengchan menghela napas, lalu berkata, "Dalam lima puluh atau seratus tahun, para orang gagah disini kemungkinan besar telah menjadi tulang belulang". 

Yue Buqun berkata, "Kita hanya harus berusaha dengan sekuat tenaga, kita tak usah memperdulikan apakah keberhasilan berada di tangan kita. Angkatan kita menanam pohon dan generasi penerus kita akan menikmatinya. Kita menanam pohon dan keturunan kita akan menikmati keteduhannya, bukankah ini sesuatu yang baik? Lagipula, lima puluh atau seratus tahun adalah jangka waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh masalah ini, namun untuk mencapai sedikit kemajuan, delapan atau sepuluh tahun sudah cukup". 

Zuo Lengchan berkata, "Kalau kita dapat mencapai sedikit kemajuan dalam delapan atau sepuluh tahun, hal ini sangat baik, namun bagaimana kita dapat menyatukan pikiran dan tindakan kita?" 

Yue Buqun tersenyum simpul, lalu berkata, "Sebenarnya apa yang sedang dilakukan Zuo Mengzhu untuk kawan-kawan seperjuangan di dunia persilatan ini adalah suatu hal yang sangat baik. Kita mustahil dapat langsung menghilangkan berbagai perguruan dan golongan. Namun setiap perguruan atau golongan dapat memilih perguruan lain yang letaknya berdekatan, ilmu silatnya mirip dan hubungannya baik untuk lebih dahulu dengan sebisanya bergabung, maka dalam delapan sampai sepuluh tahun, jumlah perguruan akan dapat berkurang dengan drastis. Peleburan Wuyue Jianpai kita menjadi Wuyue Pai akan dapat menjadi teladan bagi perguruan-perguruan lain, peristiwa ini akan menjadi peristiwa besar yang akan terus dibicarakan di dunia persilatan sepanjang masa". 

Begitu ia mengucapkan perkataan ini, para hadirin langsung berseru, "Ternyata Huashan Pai menyetujui peleburan perguruan!" 

Linghu Chong amat terkejut, pikirnya, "Tak nyana guru ternyata menyetujui peleburan perguruan. Aku telah berkata bahwa Hengshan Pai akan mengikuti keputusan Huashan Pai, karena guru sudah menyetujui peleburan perguruan, aku tak dapat menjilat ludahku sendiri". Ia merasa cemas, ketika ia memandang ke arah Fang Zheng Dashi dan Chong Xu Daozhang, ia melihat bahwa mereka berdua menggeleng-gelengkan kepala, raut wajah mereka nampak amat kecewa. 

Zuo Lengchan selalu khawatir kalau-kalau Yue Buqun akan menentangnya, orang ini pandai berbicara, reputasinya di dunia persilatan juga baik, ia tak bisa memaksanya untuk berbuat sesuatu. Ia sama sekali tak menyangka bahwa Yue Buqun akan mendukung peleburan perguruan, maka ia benar-benar merasa amat girang. Ia berkata, "Songshan Pai mendukung peleburan perguruan, sebelumnya aku hanya berpikir kalau bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, namun setelah mendengar alasan Tuan Yue hari ini, aku sadar bahwa peleburan perguruan ini berhubungan dengan masa depan dunia persilatan, dan tak hanya bermanfaat bagi kelima perguruan kita saja". 

Yue Buqun berkata, "Setelah peleburan kelima perguruan, kalau kita ingin memperbesar pengaruh kita dan berebut kekuasaan dengan perguruan-perguruan lain, perbuatan itu hanya akan menimbulkan gelombang di dunia persilatan, belum tentu akan berfaedah bagi Wuyue Pai kita, dan juga akan menimbulkan bencana bagi kawan-kawan seperjuangan kita. Oleh karena itu tujuan peleburan perguruan harus adalah untuk 'menghentikan pertentangan dan menyelesaikan permusuhan'. Aku menduga bahwa banyak kawan-kawan yang berpikir bahwa setelah peleburan Wuyue Pai kami, perguruan-perguruan lain akan dirugikan, mengenai masalah ini kawan-kawan semua tak usah khawatir". 

Ketika para hadirin mendengar perkataannya ini, mereka menghembuskan napas lega, namun masih ada yang setengah percaya setengah tidak. 

Zuo Lengchan berkata, "Kalau begitu Huashan Pai menyetujui peleburan perguruan?" 

Yue Buqun berkata, "Benar sekali". Ia berhenti sejenak, memandang ke arah Linghu Chong, lalu berkata, "Ketua Linghu dari Hengshan Pai sebelumnya adalah murid Huashan Pai, caixia dan dia telah menjadi guru dan murid selama lebih dari dua puluh tahun. Setelah ia meninggalkan perguruan, kami tak putus hubungan dan dia masih selalu mengingat hubungan baik kami di masa silam, serta berharap agar pada akhirnya ia akan dapat bergabung dalam satu perguruan lagi dengan caixia. Hari ini aku telah berjanji padanya bahwa kembali bergabung dalam satu perguruan bukanlah hal yang sulit". Ketika berbicara sampai disini, senyum mengembang di wajahnya. 

Dada Linghu Chong terguncang, ia segera sadar, "Ternyata ketika ia berjanji akan menerimaku kembali, ia bukan akan menerimaku kembali di Huashan Pai, tapi setelah peleburan kelima perguruan, aku, shifu dan shiniang akan kembali bergabung dalam satu perguruan, ini adalah hal yang sangat baik". Ia kembali berpikir, "Guru barusan ini berkata, bahwa tujuan peleburan perguruan adalah 'menghentikan pertentangan dan menyelesaikan permusuhan', kalau begitu, peleburan perguruan adalah hal yang baik, bukan hal yang buruk. Sepertinya masa depan Wuyue Pai dapat mengikuti tujuan yang dikatakan guruku, atau mengikuti tujuan Zuo Lengchan. Kalau Huashan dan Hengshan Pai kami bersatu, ditambah lagi dengan Heng Shan Pai dan kawan-kawan Taois dari Taishan Pai, ketiga perguruan kami ini akan dapat melawan Songshan Pai dan separuh Taishan Pai, dan kami akan dapat menang". 

Berbagai pikiran timbul silih berganti dalam benak Linghu Chong, terdengar Zuo Lengchan berkata, "Selamat kepada Tuan Yue dan Ketua Linghu, sejak hari ini, guru dan murid akan kembali bergabung dalam satu perguruan, hal ini adalah kebahagiaan yang amat besar". Diantara para hadirin ratusan orang bertepuk tangan dan bersorak sorai. 

* * * 

Sekonyong-konyong Taozhi Xian berkata keras-keras, "Urusan ini tak patut, tak patut, sangat tak patut". Taogan Xian berkata, "Kenapa tak patut?" Tao Zhixian berkata, "Jabatan ketua Hengshan Pai ini tadinya seharusnya dijabat oleh kami enam bersaudara, benar tidak?" Taogan Xian berlima serentak menjawab, "Benar!" Tao Zhixian berkata, "Namun setelah itu, karena kami bersikap sopan, maka kami membiarkan Linghu Chong menjabatnya, benar tidak? Kami membiarkan Linghu Chong menjabatnya dengan satu syarat, yaitu bahwa ia harus membalas dendam bagi Dingxian, Dingjing dan Dingyi Shitai bertiga, benar tidak?" Taogan Xian berlima serentak menjawab pertanyaannya ini, "Benar!" 

Taozhi Xian berkata, "Namun orang yang membunuh ketiga shitai itu adalah anggota Wuyue Jianpai, menurut pendapatku, ia kalau bukan bermarga Zuo[2], bermarga You[3], atau kalau tidak bermarga Zuo atau You, ia bermarga Zhong[4]. Kalau Linghu Chong masuk ke Wuyue Jianpai, maka ia akan menjadi saudara seperguruan si marga Zuo, You atau Zhong ini, lalu bagaimana ia dapat mengangkat pedang untuk membalaskan dendam Dingxian Shitai?" Taogu Liuxian serentak berkata, "Perkataanmu ini sama sekali tak salah". 

Zuo Lengchan merasa amat marah, pikirnya, "Kalian berenam ini menjelek-jelekkan aku di muka umum, kalau kalian hidup lebih lama lagi, tentunya akan makin banyak omongan tak keruan yang kalian ucapkan". 

Taogen Xian terdengar kembali berkata, "Kalau Linghu Chong tak membalaskan dendam Dingxian Shitai, ia tak dapat menjabat ketua Hengshan Pai, benar tidak? Kalau ia bukan ketua Hengshan Pai, ia tak bisa mengambil keputusan untuk Hengshan Pai, benar tidak? Kalau ia tak dapat mengambil keputusan untuk Hengshan Pai, keputusan mengenai apakah Hengshan Pai akan masuk Wuyue Pai tak berada di tangannya, benar tidak?" Kelima dewa persik lainnya serentak menjawab, "Benar!" 

Taogan Xian berkata, "Sebuah perguruan tak bisa tak punya seorang ketua, karena Linghu Chong tak bisa menjadi ketua Hengshan Pai lagi, kita harus mencari orang bijak lain, benar tidak? Di Hengshan Pai ada enam orang gagah yang ilmu silatnya tinggi dan wawasannya luar biasa, dahulu Dingxian Shitai telah mengambil keputusan tentang hal ini, bahkan Zuo Mengzhu barusan ini juga berkata, 'kalian berenam ilmu silatnya tinggi dan wawasannya luar biasa, aku sudah lama mengagumi kalian', benar tidak?" 

Begitu Taogan Xian mengucapkan perkataan itu, kelima bersaudara itu serentak berseru, "Benar!" Suara yang bertanya makin lama makin nyaring, dan suara-suara yang menjawabpun makin lama makin bersemangat. Pertama, para pendekar yang mendengarnya menganggapnya lucu, kedua, ketika mereka melihat ada orang yang mengolok-olok Songshan Pai, dalam hati mereka sedikit banyak merasa girang, bahkan ada beberapa orang yang ikut berseru mengejek, dan puluhan orangpun ikut-ikutan berseru bersama kelima dewa persik, "Benar!" 

Setelah Yue Buqun menyetujui peleburan perguruan, hati Linghu Chong terasa galau, saat ini ketika ia mendengar Taogu Liuxian bicara sembarangan dan membuat onar, ia merasa amat girang, karena enam bersaudara itu sepertinya hendak menolongnya keluar dari kesulitan, namun setelah mendengar perkataan mereka untuk beberapa saat, ia mendadak merasa heran, "Perkataan Taogu Liuxian biasanya selalu berbelit-belit, perkataan mereka tak masuk akal, namun sejak tiba di Songshan, setiap perkataan mereka selalu mempunyai arti yang mendalam. Mereka barusan ini seperti hanya bersilat lidah belaka, namun sebelumnya seperti telah dipersiapkan terlebih dahulu, sehingga sulit untuk disanggah, sangat berbeda dengan keadaan mereka sehari-hari yang kacau balau. Apakah diam-diam ada orang pandai yang memberi mereka petunjuk?" 

Terdengar Taohua Xian berkata, "Siapa enam pendekar yang ilmu silatnya tak tertandingi dan wawasannya luar biasa di Hengshan Pai itu? Karena kalian semua bukan orang bodoh, tentunya kalian sudah tahu siapa mereka, benar tidak?" Ratusan orang tertawa dan serentak menjawab, "Ya!" Taohua Xian berkata, "Di dunia ini benar atau salah ditentukan oleh pendapat orang banyak, tergantung pada rasa keadilan dalam hati publik. Coba aku tanya pada kalian semua, siapa keenam pendekar itu?" Lebih dari dua ratus orang berkata sambil tertawa terbahak-bahak, "Tentu saja mereka itu adalah kalian Taogu Liuxian". 

Taogen Xian berkata, "Benar. Kalau begitu kami enam bersaudara ini tak berani menampik kedudukan ketua Hengshan Pai, kami akan melaksanakan tugas berat sebisa kami, berpengaruh dan dihormati semua orang, didukung orang banyak, ketika air pasang, parit akan terbentuk, ketika air surut batu karang akan terlihat, gedor gunung tinggi dan pintu akan terbuka....." 

Mereka memakai peribahasa dengan kacau, makin lama makin tak jelas apa yang mereka katakan, para hadirin semua tertawa terpingkal-pingkal. 

Tak sedikit orang Songshan Pai yang berseru-seru, "Kalian berenam bicara apa? Ayo cepat kabur turun gunung sana!" 

Taogen Xian berkata, "Aneh sekali! Kalian Songshan Pai berusaha dengan seribu satu cara untuk melebur perguruan, tapi ketika kami enam pahlawan besar Hengshan Pai dengan niat baik datang ke Songshan, kalian malah mengusir kami turun gunung. Begitu kami enam pahlawan besar turun gunung, para pahlawan Hengshan Pai lain, termasuk para pahlawan kecil dan wanitanya, tentunya juga akan ikut turun gunung. Peleburan kelima perguruan kalian akan gagal total. Baiklah! Kawan-kawan Hengshan Pai, kita semua turun gunung, biar mereka mengabungkan empat perguruan saja. Kalau Zuo Lengchan suka menjadi ketua Perguruan Empat Puncak, biar saja ia melakukannya. Kita Hengshan Pai tak usah ikut campur". 

Kebencian Yihe, Yiqing pada Zuo Lengchan sampai menembus tulang sumsum, ketika mereka mendengar Taogen Xian berkata demikian, mereka serentak menjawab sambil berseru-seru, "Ayo pergi!" 

Ketika mendengarnya, Zuo Lengchan merasa cemas, pikirnya, "Kalau Hengshan Pai pergi, Perguruan Lima Puncak akan menjadi Perguruan Empat Puncak. Sejak zaman dahulu, di dunia ini selalu ada lima perguruan, tak pernah hanya ada empat perguruan. Kalaupun keempat perguruan bergabung dan aku menjadi ketuanya, namaku tak akan gilang gemilang. Tak cuma pamorku yang turun, aku juga akan jadi bahan tertawaan di dunia persilatan". Ia segera berkata, "Kawan-kawan dari Hengshan Pai, kita bisa membicarakan hal ini dengan perlahan-lahan, untuk apa buru-buru?" 

Taogen Xian berkata, "Gerombolan begundal dan pasukanmu yang tak bergunalah  yang berteriak-teriak mengusir kami turun gunung, bukan kami sendiri yang ingin turun gunung". 

Zuo Lengchan mendengus, lalu berkata kepada Linghu Chong, "Ketua Linghu, bagi kita orang dunia persilatan, perkataan kita bagai emas, kau sudah berkata bahwa kau akan menuruti kehendak Tuan Yue, kau tak bisa mengabaikan perkataanmu sendiri". 

Linghu Chong memandang ke arah Yue Buqun, ia melihat bahwa wajahnya penuh harapan dan terus mengangguk-angguk ke arahnya; Linghu Chong berpaling dan memandang Fang Zheng Dashi dan Pendeta Chong Xu, namun dilihatnya mereka berdua menggeleng-gelengkan kepala, ketika ia sedang tak tahu harus berbuat apa, mendadak ia mendengar Yue Buqun berkata, "Chong er, perasaan diantara kita selalu seperti ayah dan anak saja, shiniangmu juga memperlakukanmu dengan baik, apa kau tak ingin berhubungan baik dengan kami lagi seperti dahulu?" 

Ketika mendengar perkataan itu, air mata hangat mengenangi rongga mata Linghu Chong, tanpa banyak berpikir, ia berkata dengan lantang, "Shifu, shiniang, itulah yang menjadi harapan anak. Kalau kalian menyetujui peleburan perguruan, anak tak berani menentang". Ia berhenti sejenak, lalu kembali berkata, "Tapi hutang darah ketiga shitai......" 

Yue Buqun berkata dengan lantang, "Dingxian, Dingjing dan Dingyi Shitai bertiga dari Hengshan Pai telah tewas karena tipu muslihat orang, semua kawan-kawan seperjuangan kita di dunia persilatan tak ada yang tak menyesalinya. Hari ini kita mengabungkan kelima perguruan, maka masalah yang dihadapi Hengshan Pai adalah juga masalahku si Yue ini. Tugas mendesak yang berada di depan mata ialah menyelidiki pembunuhan ini dengan seksama, lalu dengan kekuatan Wuyue Pai kita dan dengan bantuan kawan-kawan seperjuangan disini, walaupun si pembunuh adalah Jingang[5] yang tubuhnya tak bisa dilukai, kita akan mencincangnya. Chong er, kau tak usah khawatir, walaupun pembunuh ini adalah seorang tokoh penting di Wuyue Pai kita,  kita tak akan melepaskannya". Ia mengucapkan perkataan ini dengan penuh wibawa dan ketegasan, sama sekali tanpa kompromi. 

Para murid wanita Hengshan Pai langsung bersorak-sorai. Yihe berkata dengan suara keras, "Perkataan Tuan Yue benar. Kalau tuan dapat membalaskan dendam ketiga guru kami yang terhormat itu, semua orang di Hengshan Pai akan merasa berhutang budi padamu". 

Yue Buqun berkata, "Aku akan bertanggung jawab atas masalah ini, kalau dalam tiga tahun si Yue ini tak bisa membalaskan dendam ketiga shitai itu, semua kawan seperjuangan di dunia persilatan boleh menyebutku sebagai orang rendah yang tak tahu malu". 

Begitu ia mengucapkan perkataam itu, para murid perempuan Hengshan Pai bersorak-sorai dengan makin keras, orang-orang dari perguruan lainpun mau tak mau ikut bertepuk tangan dan bersorak sorai. 

Linghu Chong berpikir, "Walaupun aku bertekad untuk membalaskan dendam ketiga shitai itu, namun kalau diberi batas waktu, aku tak akan dapat melakukannya. Semua orang curiga kalau Zuo Lengchan adalah pembunuhnya, namun bagaimana cara membuktikannya? Kalaupun kita menanyainya, ia tak akan mengaku. Bagaimana shifu dapat berbicara dengan begitu pasti? Aku tahu, beliau pasti sudah tahu siapa sebenarnya si pembunuh, dan juga telah mendapatkan bukti yang meyakinkan, sehingga dalam tiga tahun ia akan dapat membereskannya". Sebelumnya, ketika ia mengikuti tindakan Yue Buqun menyetujui peleburan perguruan, ia khawatir bahwa para murid Hengshan Pai akan enggan melakukannya, namun saat ini ketika ia melihat mereka bersorak-sorai dengan gembira, dan tak ada seorangpun yang menentang, hatinya terasa lega, maka ia berkata dengan lantang, "Bagus sekali kalau begitu. Guruku Tuan Yue sudah berkata bahwa kita harus menyelidiki siapa yang mencelakai ketiga shitai itu, kalaupun ia adalah seorang tokoh penting Wuyue Pai, kita pasti tak akan melepaskannya. Ketua Zuo, apakah anda menyetujui perkataan ini?" 

Zuo Lengchan berkata dengan dingin, "Perkataan ini amat benar, kenapa aku tak menyetujuinya?"

Linghu Chong berkata, "Hari ini semua orang gagah yang berada disini telah mendengar bahwa setelah kita mengetahui siapa otak pembunuhan ketiga shitai itu, tak perduli apakah ia sendiri yang melakukannya, atau menyuruh para muridnya untuk melakukannya, semua orang harus membunuhnya". Setengah dari para hadirin bersorak sorai ketika mendengar perkataan itu. 

Zuo Lengchan menunggu sampai para hadirin agak tenang, lalu berkata, "Diantara Wuyue Jianpai, Puncak Timur Taishan, Puncak Selatan Heng Shan, Puncak Barat Huashan, Puncak Utara Hengshan dan Puncak Tengah Songshan telah bersepakat untuk menyetujui peleburan perguruan. Sejak saat ini di dunia persilatan tak ada lagi nama Wuyue Jianpai, murid-murid kelima perguruan ini menjadi murid-murid Wuyue Pai yang baru". 

Tangan kirinya melambai, dari kiri dan kanan gunung terdengar letusan mercon yang riuh rendah, menyusul, "Wus, wus, wus!", kembang api melesat ke angkasa untuk merayakan pendirian resmi Wuyue Pai. Para hadirin saling memandang, senyum muncul di wajah mereka, semuanya berpikir, "Zuo Lengchan telah menyiapkan semuanya dengan begitu seksama, rupanya peleburan kelima perguruan memang harus terjadi. Kalau hari ini peleburan perguruan sampai tak terlaksana, di puncak Songshan ini jangan-jangan akan terjadi hujan darah dan pertarungan mati-matian". Asap mesiu memenuhi puncak gunung, serpihan kertas melayang-layang di udara, suara ledakan mercon makin lama makin keras, siapapun tak ada yang dapat berbicara, setelah beberapa saat, suara ledakan mercon itu barulah reda. 

Sejumlah pendekar memberi selamat kepada Zuo Lengchan, orang-orang ini adalah bala bantuan yang sebelumnya didatangkan oleh Songshan Pai, atau orang-orang yang begitu melihat bahwa peleburan perguruan berhasil dan pamor Zuo Lengchan naik, segera menyanjung dan menjilatnya. Mulut Zuo Lengchan tak henti-hentinya mengucapkan perkataan-perkataan merendah, namun di wajahnya yang sedingin es terkadang muncul satu atau dua ulas senyum. 

Sekonyong-konyong Taogen Xian berkata, "Karena Wuyue Jianpai sudah dilebur menjadi satu Wuyue Pai, kami Taogu Liuxian juga akan menyetujuinya, ini namanya orang bijak tahu ke arah mana angin bertiup". 

Zuo Lengchan berpikir, "Sejak tiba disini, perkataan kalian berenam ini barulah masuk di akal". 

Taogan Xian berkata, "Setiap perguruan memiliki seorang ketua. Ketua Wuyue Pai ini sebaiknya dijabat oleh siapa? Kalau semua orang sepakat untuk memilih Taogu Liuxian, kami juga terpaksa tak berani menampik". Taogen Xian berkata, "Barusan ini Tuan Yue berkata, 'Pengabungan kelima perguruan adalah demi kebaikan bersama dunia persilatan, bukan untuk kepentingan pribadi'. Kalau begitu, walaupun tanggung jawab ketua Wuyue Pai ini berat dan pekerjaannya banyak, kami enam bersaudara terpaksa melakukannya sebisa kami". Taoye Xian menghela napas panjang, lalu berkata, "Kita semua begitu bersemangat, kami enam bersaudara mana bisa hanya berpangku tangan saja dan tak berusaha sekuat tenaga bagi kawan-kawan seperjuangan di dunia persilatan?" Mereka berenam saling menyanjung, seakan mereka telah dipilih menjadi ketua Wuyue Pai saja.  

Seorang tua berperawakan tinggi besar dari Songshan Pai berseru, "Siapa yang memilih kalian menjadi ketua Wuyue Pai? Omong kosong gila ini benar-benar tak masuk akal!" Ia adalah adik seperguruan Zuo Lengchan, si Tapak Pengusung Pagoda Ding Mian. Orang-orang Songshan Pai langsung gempar, seseorang berkata, "Kalau saja hari ini bukan hari bahagia peleburan perguruan, aku kan memotong kedua belas kaki kalian enam orang sinting ini". Ding Mian kembali berkata, "Ketua Linghu, enam orang sinting ini jelas-jelas membuat onar disini, tapi kau tak perduli".

Taohua Xian berkata, "Kau memanggil Linghu Chong sebagai 'Ketua Linghu'. Apakah kau mengakui dia sebagai ketua Wuyue Pai? Barusan ini Zuo Lengchan mengatakan bahwa sejak saat ini nama Hengshan dan Huashan Pai tak lagi ada di dunia persilatan, tapi kau memanggilnya Ketua Linghu, ini berarti bahwa dalam hati kau telah mengakuinya sebagai ketua Wuyue Pai". 

Taoshi Xian berkata, "Kalau Linghu Chong menjadi ketua Wuyue Pai, ia masih kalah sedikit dibanding kami enam bersaudara, akan tetapi kalau terpaksa menerima yang kurang baik, ya mau apa lagi". Taogen Xian berkata dengan nyaring, "Songshan Pai mencalonkan Linghu Chong sebagai ketua Wuyue Pai, bagaimana pendapat kalian semua?" Terdengar lebih dari seratus murid perempuan bersorak sorai dengan suara mereka yang merdu, tentunya mereka adalah murid-murid Hengshan Pai. 

Ding Mian telah memanggil 'Ketua Linghu' tanpa sengaja sehingga ia diolok-olok oleh Taogu Liuxian, mau tak mau ia merasa amat jengah, wajahnya menjadi merah padam, ia tak tahu harus berbuat apa dan hanya bisa berkata, "Tidak, tidak! Aku tidak......aku tidak sengaja, aku tak mencalonkan Linghu Chong sebagai ketua Wuyue Pai....." 

Taogan Xian berkata, "Kau berkata bahwa kau tak mau Linghu Chong menjadi ketua Wuyue Pai karena kau tak mau kehilangan Taogu Liuxian, karena tuan begitu cinta pada kami, kami enam bersaudara tak dapat bersikap tak sopan dan terpaksa harus menerimanya". Taogen Xian berkata, "Bagaimana kalau begini? Tak ada jeleknya kalau kami menjabatnya selama sekitar setahun, setelah keadaan menjadi tenang, kami akan turun tahta dan menyerahkannya pada orang yang lebih layak, begitu juga baik". Kelima dewa lembah persik lainnya serentak berkata, "Benar, benar, ini namanya mengambil jalan tengah". 

Zuo Lengchan berkata dengan dingin, "Kalian berenam banyak sekali bicara, mengoceh di puncak Songshan ini, seakan para ksatria di kolong langit ini tak ada artinya, bisa tidak kalian membiarkan orang lain berbicara?" 

Taohua Xian berkata, "Bisa, bisa. Kenapa tak bisa? Kalau ingin bicara silahkan, kalau ingin buang angin juga silahkan". Begitu ia mengatakan 'kalau ingin buang angin juga silahkan', seketika itu juga kaki Panggung Fengshan menjadi sunyi senyap, tak ada seorangpun yang berani berbicara, karena khawatir begitu membuka mulut mereka akan dianggap buang angin. 

Setelah beberapa lama, Zuo Lengchan baru berkata, "Para pendekar sekalian, silahkan memberikan pendapat kalian masing-masing. Keenam orang sinting ini bicara sembarangan, kita tak usah memperdulikan mereka supaya suasana tak terganggu". 

Taogu Liuxian serentak menarik napas panjang, mendengus-dengus, lalu berkata, "Banyak sekali kentutnya, bau sekali". 

Seorang tua kurus kering dari Songshan Pai berkata dengan lantang, "Wuyue Jianpai adalah cabang dari pohon yang sama, kita telah bergabung dan berserikat, dan beberapa tahun belakangan ini ketua perserikatan dijabat oleh Zuo Mengzhu. Ketua Zuo sudah lama memimpin kelima perguruan, wibawanya besar. Kalau hari ini kelima perguruan kita dilebur, tentu saja ketua Wuyue Pai harus dijabat oleh Zuo Mengzhu, kalau dijabat oleh orang lain, siapa yang akan menurut?" Semua orang yang pernah menghadiri upacara cuci tangan di baskom emas Liu Zhengfeng mengenali orang itu sebagai Lu Bai. Ia, Ding Mian dan Fei Bin bertiga telah membantai seluruh keluarga dan murid-murid Liu Zhengfeng dengan darah dingin, mereka benar-benar kejam. 

Taohua Xian berkata, "Salah, salah! Peleburan perguruan adalah kesempatan emas untuk memunculkan generasi muda, dalam memilih ketua ini kita harus membuang yang lama dan menggantinya dengan yang baru, kita harus mengangkat orang baru, supaya semua menjadi baru juga". 

Taoshi Xian berkata, "Benar sekali. Kalau Zuo Lengchan masih menjadi ketua, ini namanya botolnya diganti tapi isinya masih sama saja, arak lama dalam botol baru, sama sekali tak ada angin segar, kalau begitu, untuk apa kelima perguruan ini dilebur?" Taogen Xian berkata, "Walaupun tokonya berganti nama, namun barang-barang yang dijual masih barang lama, hanya berlagak baru saja, tapi klise, dagangannya pasti tak laku. Ketua Wuyue Pai ini dapat dijabat oleh siapa saja, tapi Zuo Lengchan tak dapat menjabatnya". Taogan Xian berkata, "Menurut pendapatku, lebih baik kita bergiliran saja menjabatnya. Setiap orang menjadi ketua selama sehari, hari ini kau yang menjabatnya, dan besok giliranku, semua orang akan mendapat giliran dan tak ada yang pulang dengan tangan hampa. Ini namanya kesepakatan yang adil, tua dan muda tak ada yang dirugikan, ada barang ada harga, semua orang puas. Peleburan kelima perguruan ini, memangnya masalah sembarang? Dengan demikian semua orang di dunia persilatan akan senang!" Perkataannya itu bersajak, enak didengar. Taogen Xian bertepuk tangan dan berkata, "Cara ini sangat bagus. Nona yang paling muda harus mendapat giliran pertama. Aku mencalonkan adik kecil Qin Juan dari Hengshan Pai untuk menjadi ketua Wuyue Pai hari ini". 

Para murid perempuan Hengshan Pai tahu dengan jelas bahwa dengan perkataannya itu, Taogu Liuxian hendak membuat masalah bagi Zuo Lengchan, maka mereka berseru setuju dengan nyaring, bahkan Qin Juan sendiri juga ikut bersorak sorai. 

Karena perkara penting ini tak ada hubungannya dengan diri mereka sendiri, sebagian besar orang merasa makin senang kalau keadaan makin kacau, maka mereka ikut-ikutan bersorak-sorai. Seketika itu juga puncak Songshan menjadi kacau balau. 

Catatan Kaki Penerjemah

[1] Kaisar Kumala (Hokkian : Giok Tee), penguasa langit dalam Taoisme. 
[2] 'Kiri'. 
[3] 'Kanan'.
[4] 'Tengah'. 
[5]  Pengawal sang Buddha. 

No Comment
Add Comment
comment url