Siapakah yang mengubur peti golok pusaka di Flying Fox?

Salah satu yang menjadi tema utama cerita di novel Fox Volant of Snowy Mountain alias Flying Fox  alias si Rase Terbang dari Pegunungan Salju adalah tentang Golok Pusaka yang memiliki petunjuk untuk harta karun besar. Pada awal cerita , dikisahkan ada 3 kelompok bertarung dalam memperebutkannya, tetapi sepanjang cerita tidak diceritakan dengan jelas siapa yang mengubur nya. 


Alkisah, Tian Guinong telah berumur sekitar setengah abad.
Namun karena beberapa hal, ia memutuskan untuk mengumumkan menyimpan pedang, mundur dari dunia persilatan dan mewariskan jabatan ketua perguruan Thian Liong Bun cabang utara yang ia pimpin pada salah satu muridnya.
Kenapa Tian Guinong mundur dari dunia persilatan ?
Salah satunya namun bukan penyebab utama, ia resah atas kematian menyedihkan Lam Nan, istri Miau Renfeng yang ia rebut.
Kematian Lam Nan memang amat mendukakan.
Nyonya cantik ini, berhari hari menolak untuk makan hingga tubuhnya sangat lemah dan sakit sakitan. Namun ia tetap tidak pernah mau makan serta menolak segala obat dari tabib.
Lam Nan, memang telah tidak punya lagi sedikitpun semangat dan keinginan untuk hidup.
Ya. setelah berdosa meninggalkan suami dan anak bayinya, beberapa tahun kemudian Lam Nan merasa amat menyesal. Hal ini pun ditambah karena ia melihat keseharian Tian Guinong yang senantiasa gentar ketakutan akan pembalasan Miau Renfeng. Rasa kagumnya pada lelaki gagah yang dahulu mencurinya dengan bujuk rayu itupun berangsur turun, berganti rasa rindu serta rasa bersalah pada anak buah hati dan suaminya yang telah ia tinggalkan.
Namun, nasi sudah menjadi bubur.
Apa yang sudah kita putuskan untuk kita lakukan memang pasti ada akibatnya, dan hal itu tidak akan bisa diulang atau ditarik kembali.
Layaknya air sungai yang terus mengalir, tak akan bisa kembali berputar ke tempat semula.
Seperti itulah Lam Nan. Ia menyesal telah menghancurkan hidup suaminya, anaknya, dan hidupnya sendiri, namun semua sudah terlanjur.
Kata kata terakhirnya sebelum meninggal adalah, "sebarkan abu jenasahku pada jalanan umum di kota. Biar setiap orang yang lewat akan menginjak injak diriku, karena aku memang seorang wanita yang sangat hina".
meski semula Tian Guinong hanya membawa lari Lam Nan untuk mendapatkan petunjuk harta, namun setelah sekian lama hidup bersama, kematiannya yang dasyat itu pun tak urung membuatnya sedih berduka, resah, ketakutan, serta menyesal karena tujuannya pun sama sekali belum ia didapatkan.
Lalu, sebenarnya masih banyak sekali hal hal rumit di sekitar Tian Guinong yang membuatnya amat merasa susah di masa masa penghujung hidupnya. Namun bila semua itu diulas di sini, akan jadi panjang luar biasa.
Maka langsung saja, ke topik yang menjadi tanda tanya bagi seorang sahabat.
Golok pusaka perguruan Tian Guinong, yang menjadi salah satu penunjuk harta terpendam.
Golok ini dahulunya pernah dipegang oleh Li Zhiceng pada masa lebih seratus tahun sebelumnya. namun karena suatu kesalah pahaman maha mengenaskan yang pun akan sangat panjang bila diulas disini, golok itu akhirnya jatuh ke keluarga Tian. Menjadi pusaka perguruan Tian Guinong.
Pertama golok itu dipegang oleh Tian Guinong. Si ketua perguruan Thian Liong Bun cabang utara.
ketika ia mengumumkan untuk menyimpan pedang alias mengundurkan diri, maka peti berisi golok itu menurut aturan partai seharusnya diberikan pada ketua Thian Liong Bun cabang selatan, yang secara tingkatan lebih senior dari murid Tian Guinong yang diwarisi jabatan ketua cabang utara.
Namun Tian Guinong tentu merasa sayang pada golok yang berharga itu, dan menunda nunda penyerahan golok.
Ketika itulah, justru ketika golok disimpan di kamarnya, golok justru dicuri oleh seorang murid Tian Guinong yang muda. Yang diam diam merasa serakah pada benda pusaka utama perguruan.
Golok kemudian dikubur di tanah, dan kebetulan sekali dilihat oleh anak perempuan Tian Guinong yang sedang mengubur bayi yang ia lahirkan diluar nikah, yang kemudian ia bunuh dengan tangannya sendiri agar kejadian tersebut tidak sampai tersebar luas.
Sementara Tian Guinong yang kaget karena goloknya hilang, ditambah rasa ketakutan pada surat Hu Fei yang bilang bahwa ia akan datang, jadi kebingungan, lalu mencari tumbal.
Ialah calon menantunya yang merupakan anak seorang perampok sahabat Tian Guinong sejak muda.
Pada si calon menantu ini, Tian Guinong berlagak memohon suatu pertolongan, ialah ia memberikan peti beserta pesan, agar peti ini dikuburkan jauh di pegunungan di luar tembok besar.
Si menantu, bingung. Namun ia dan ayahnya adalah orang yang hati hati dan berpengalaman.
Maka mereka lebih dahulu membuka peti, untuk memastikan apa sih isinya, yang begitu dianggap sebagai barang mustika oleh Tian Guinong.
Betapa kaget mereka, karena peti ternyata kosong.
Si menantu jadi berpikiran, "ah, ini sih Tian Guinong mau menjebakku, karena ternyata anak perempuannya telah hamil di luar nikah, padahal belum pernah bersentuhan dengan aku. berarti ini strategi mereka untuk menggagalkan pernikahan, dengan memfitnahku sebagai pencuri".
Maka, si calon menantu, marah sekaligus ketakutan.
Dan dia kemudian memutuskan untuk mengembalikan peti kosong pada Tian Guinong.
Alangkah kagetnya, ia menemukan Tian Guinong telah mati di atas pembaringan.
Dengan anak panah milik si menantu menancap di dadanya, dan golok pusaka yang terbungkus kain panjang beserta mayat bayi tergeletak di sampingnya.
Si menantu pun amat ketakutan, "aduh, berarti tadi dia menyuruh aku untuk mengubur peti, adalah kata kata terakhirnya sebelum mati".
Ketika itulah mendadak ada suara orang datang. Maka reflex, si menantu mengambil golok dan bersembunyi di kolong tempat tidur. Sebab bila ia ditemukan bersama mayat Tian Guinong pastilah ia akan dituduh sebagai pembunuhnya.
Apalagi panah yang menancap di dada Tian Guinong adalah panah berciri khas miliknya.
Betapa kagetnya ia, ketika di kolong tempat tidur telah ada orang yang bersembunyi.
Dia adalah ahli silat keraja'an, salah satu dari 18 jago silat pengawal kaisar.
Untuk apa ahli silat keraja'an datang ? Karena ia memang ada hubungan khusus dengan Tian Guinong, dan ia menyusup ke kamar pun memang bertujuan ingin mencuri golok untuk membantu Tian Guinong, agar golok tidak jatuh ke perguruan cabang selatan.
Dua orang sama sama bersembunyi, maka mereka pun saling membantu.
Si jago silat memadamkan api lilin menggunakan ilmu timpukan, lalu dalam kegelapan mereka berdua bersama sama kabur.
Si ahli silat keraja'an sempat bertempur beberapa jurus dengan saudara seperguruan Tian Guinong, namun ia pun kemudian berhasil kabur.
Sementara si menantu telah lari menjemput ayahnya, dan mereka pun kabur.
Golok sempat dipegang oleh si pesilat keraja'an.
Namun bila ia yang membawa golok, maka ia tentu akan kesulitan ketika beradu jurus melawan saudara seperguruan Tian Guinong, karena golok ketika itu masih terbungkus rapat dalam kain panjang.
yang terjadi adalah, si pesilat keraja'an dan saudara perguruan Tian Guinong sempat beradu jurus silat tangan kosong (maka ketika mereka bertemu lagi di gunung salju, saudara perguruan Tian Guinong dapat mengenali dari gerak jurus jurus silatnya bahwa si pesilat keraja'an inilah yang pernah menyusup ke kamar).
Ya, dalam satu kejadian yang buru buru dimana si menantu dan si pesilat keraja'an berusaha kabur dalam kegelapan, Golok yang semula dipegang si menantu dan sempat direbut oleh pesilat keraja'an, dalam keributan karena dihadang dan dihalangi oleh saudara seperguruan Tian Guinong dan dua muridnya, golok dapat kembali jatuh ke si menantu yang memang juga memang sudah memegang peti tempat goloknya.
Maka, golok pun masuk peti dan dibawa kabur si menantu.
Disini ada beberapa poin poin penting.
Yang mengetahui rahasia golok hanyalah Tian Guinong seorang.
Hanya Tian Guinong lah yang tau secara persis bahwa golok tersebut adalah salah satu alat penunjuk harta yang tak terhitung jumlahnya.
Selain Tian Guinong, mereka semua hanya tau, bahwa isi peti adalah benda pusaka perguruan.
Maka, si menantu yang membawa kabur peti dan golok, mimpi pun tidak bahwa yang ia pegang sebenarnya adalah benda maha berharga.
Lalu, ayah si menantu adalah sahabat Tian Guinong semasa muda.
maka betapa kagetnya ia ketika diberi tau oleh si anak, bahwa sahabatnya itu, Tian Guinong telah mati.
Entah siapa yang membunuh.
Si menantu, seperti umumnya kebiasa'an orang pada jaman tersebut, cukup percaya pada takhayul.
Bahkan ketika ia pertama kali melihat mayat Tian Guinong beserta mayat bayi dan golok, si menantu sempat berfikir, "jangan jangan bayi ini bangkit dari kubur kemudian membunuh kakeknya".
Serta, orang dunia persilatan, umumnya meski dari aliran lurus ataupun dari aliran perampok, tetaplah menghormati sumpah, janji, serta ucapan pesan kematian seseorang yang ia kenal.
Maka siapa yang menguburkan golok di awal cerita Kisah Rase Terbang ?
Jawabnya, To Cu An si menantu, serta To Pek Swee, ayahnya, sahabat sejak muda Tan Guinong.
Mereka melakukan keinginan terakhir Tan Guinong sebelum mati, ialah menguburkan golok di pegunungan salju di luar tembok besar.
Mereka tidak sadar betapa berharga sebenarnya nilai golok tersebut.
Namun setelah terburu buru mengubur golok karena mereka pun sedang dikejar kejar orang orang Thian Liong Bun, setelah merasa aman To Cu An dan sang ayah berpikir pikir ulang.
Kenapa benda pusaka perguruan Thian Liong Bun harus dikubur begitu saja ?
Bila golok dijual, kan lumayan juga pasti harganya.
Sedangkan pesan terakhir pun telah dilaksanakan. golok sudah dikuburkan. Bila sekarang mau digali lagi, kan tidak melanggar janji ?
Pesan Tian Guinong pada To Cu An adalah, 'kuburkan peti ini'. Bukan 'jangan gali lagi peti ini'.
Lagipula keada'an sekarang mereka rasa telah cukup aman, mereka bukan hanya berdua saja, namun telah berkumpul dengan beberapa sahabat mereka sesama perampok. Tidak perlu lagi takut pada kejaran orang orang Thian Liong Bun.
Mendapat pikiran demikian, To Cu An dan sang ayah, membawa beberapa teman yang mereka rasa bisa diandalkan, kembali ke gunung salju untuk mengambil lagi peti yang telah mereka tanam.
Sementara Lauw Goan Ho, pesilat keraja'an yang dari kolong tempat tidur mendengar percakapan antara Tian Guinong dan To Cu An tentang perintah untuk menguburkan golok, pun mengajak saudara perguruan dan beberapa orang orangnya untuk bersembunyi di sekitar pegunungan salju.
Sebab meski bisa menebak dan mengetahui lokasi gunungnya, namun mereka tidak tau tempat persis menguburnya.
Maka mereka bersembunyi dan menunggu untuk mencegat, sudah menebak bahwa To Cu An pasti akan kembali ke tempat tersebut.
Sementara orang orang Thian Liong Bun yang dikomandani Whi Su Tiong, saudara perguruan Tian guinong, dan In Kiat, ketua Thian Liong Bun cabang selatan, pun terus mencari jejak To Cu An yang mereka anggap telah membunuh Tian Guinong dan mencuri pusaka partai.
Maka, tiga kelompok ini, pun bertemu di gunung salju dan kemudian tentu saja saling bertarung memperebutkan peti.


Sumber:https://www.facebook.com/groups/1160979733918084/permalink/2293589250657121/?comment_tracking=%7B%22tn%22%3A%22O%22%7D (Khrisna)
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url