[Pahlawan Shenzhou] Bab 14: Bersulang untuk Tertawa; Di Kota Para Pembunuh

 16 Mei.

Enam naga bersemangat menggoyang energi, anugerah agung dari langit.

Pantangan: bepergian, menggali tanah, mengubur jenazah.

Hari ketujuh, Ji Hai, kayu mengendalikan bumi.

Boleh: menjala ikan.

Malapetaka berkeliaran, burung merah menutupi langit.

Arah yang berbenturan / sial: tanggal 26, arah barat.

*Catatan: Teks ini masih seputar ilmu ramalan kuno Bazi, jadi saya tidak mengerti

---


Begitu melewati Sichuan, mereka masuk ke Guizhou.

Setelah tiba di Guizhou, mereka berencana mengambil jalur Air Terjun Huangguo, menyeberangi Sungai Wu, maka tak lama kemudian akan masuk Guangxi. Dari Guangxi, mereka bisa sampai ke Guilin.

Jika bisa tiba di Guilin, mereka akan dapat bertemu Meng Xiangfeng, Xiao Yiren, Xiao Kaiyan, Tang Peng, Tang Gang, Deng Yuping… Tetapi, apakah segalanya sungguh akan berjalan semulus itu? Apakah cabang Zonghua di Guilin sungguh setenang kelihatannya?

Hari itu, mereka tiba di Paviliun Jiaxiu di Guizhou.

Sepanjang jalan aman, tetapi hati mereka tetap was-was.

Syukurlah, mereka semua berwatak optimis. Terlebih lagi, mereka sedang bersama; meski hati bagai terbakar oleh rasa cemas, tetap saja mereka merasa bahagia. Bahkan andai langit runtuh, mereka akan menganggapnya sekadar selimut untuk menghangatkan badan.

Air mengalir bagaikan keluar dari giok zamrud,
Manusia berjalan seakan di dalam kelopak teratai biru.

Di atas Sungai Nanming berdiri paviliun Jiaxiu yang termasyhur di seluruh negeri.

Benar adanya, paviliun Jiaxiu memang layak disebut “yang pertama dari segala keindahan”. Di seberangnya membentang Jembatan Jihong. Dari atas menara, tampak pulau Fangdu di depan, jembatan Fuyu di utara, kuil Wanfosi dan paviliun Cuiwei di selatan. Segala keindahan berkumpul, sukar dilukiskan dengan kata-kata.

Namun rombongan berempat hanya singgah di sana untuk mengisi perut. Karena urusan mereka bagai api di alis mata, mereka tak punya hati untuk menikmati pemandangan, hanya sempat melontarkan beberapa candaan.

Dari atas jembatan Jihong, bisa melihat kilau gemilang paviliun Jiaxiu, juga memandang aliran jernih Sungai Nanming.

Keempatnya menyeberang.

Deng Yuhan berkata, “Aku lapar.”

Zuo Qiu Chaoran tertawa, “Dalam kisah para pendekar, tokoh-tokohnya selalu gagah berani, duit tak pernah habis, perut tak pernah lapar. Tapi kita… Hei! Perut keroncongan, uang pun habis saat menerobos kepungan. Ha! Ha!” Ia hanya bisa tertawa hambar.

Xiao Qiushui berkata tenang, “Tak heran kalau kisah kita takkan tercatat dalam biografi.”

Tang Fang tiba-tiba berkata penuh semangat, “Tidak, kalian pasti akan tercatat!”

Mereka semua berhenti, menatap heran.

“Kalian sejak muda sudah berani menantang Quanli Bang (Perkumpulan Kekuasaan), berlari keluar dari paviliun pedang minta pertolongan, menghadapi trio Tiga Penjelajah Pedang Berbakat! namun masih bisa memilih untuk tidak membunuh, tubuh sekeping uang pun tak punya, tetapi tetap berani naik ke paviliun Jiaxiu dan makan besar…”

Mata Tang Fang berkilau penuh cahaya. “Kalian memang tidak seperti pahlawan dalam legenda, tapi justru lebih hangat, lebih nyata, lebih manusiawi…”

Mereka semua terdiam.

Deng Yuhan tak tahan berkata, “Tang Fang, meski baru sebentar bersama, kau benar-benar mengerti kami. Padahal banyak orang di jianghu menyebut kami gelandangan tak bermoral.”

Xiao Qiushui berkata lembut, “Tang Fang, jika kami tercatat, maka kau pun akan tercatat.”

Tang Fang tersenyum menahan tawa, akhirnya tertawa lepas, bagaikan bunga mekar penuh pesona.

Zuo Qiu Chaoran menimpali, “Baiklah. Mulai sekarang kita tak perlu panggil kau ‘Nona Tang’ lagi, langsung panggil saja ‘Tang Fang-luo’!” (luo = cerewet, bawel)

Tang Fang tertawa, “Tentu saja. Oh ya, kudengar selain Kang Jiesheng, saudara baik kalian yang lain, Tie Xingyue dan Qiu Nangu, juga akan datang?”

Deng Yuhan mengangguk, “Benar. Tapi biasanya mereka tak pernah ingkar janji. Kini belum muncul, sangat mungkin mereka dihadang oleh orang-orang Quanli Bang…”

Zuo Qiu Chaoran menyahut, “Tidak. Sebelum aku membebaskan Jiesheng, aku minta satu syarat: tanyakan kabar Lao Tie (Tie Xingyue) dan Xiao Qiu (Qiu Nangu). Katanya mereka sudah tiga kali coba menyerbu dari luar, tapi selalu terhalang. Setelah itu, nasib mereka tak diketahui…”

catatan: "Lao" dan "Xiao" sering digunakan untuk panggilan ke sahabat atau yang akrab. 

Xiao Qiushui mendesah, “Lao Tie terlalu gegabah, semoga Xiao Qiu bisa menahan sifat liarnya.”

Zuo Qiu Chaoran menggeleng, “Sayang sekali Xiao Qiu juga agak gila.”

Tang Fang bertanya, “Kudengar kalian lebih dekat dengan Tie Xingyue dan Qiu Nangu dibanding Kang Jiesheng?”

Tiga orang itu hampir serentak menjawab, “Jauh lebih dekat!”

Zuo Qiu Chaoran tertawa, “Lao Tie paling suka kentut…”

Deng Yuhan tertawa, “Xiao Qiu semuanya baik, cuma takut hantu…”

Xiao Qiushui pun tak tahan tertawa, “Mereka berdua sungguh pasangan lawak. Di mana ada mereka, di sana pasti kekacauan!”

Mereka sambil bercanda memasuki paviliun Jiaxiu, memesan beberapa hidangan kecil, lalu makan dengan lahap.

paviliun Jiaxiu sejatinya menara terkenal untuk pemandangan, bukan rumah makan. Tapi ada orang kaya yang membelinya, memasang papan nama, sehingga bisa makan di sana, tentu saja harganya mahal. Mereka bertiga tak punya uang, tapi Tang Fang melepas sebuah tusuk konde emas dari rambutnya.

Tusuk konde itu amat berharga, apalagi di atasnya terukir huruf kecil “Tang”.

Barang milik keluarga Tang selalu bisa dipercaya.

Anehnya, papan nama restoran itu kosong, tak ada satu huruf pun.

Saat hidangan disajikan dan Xiao Qiushui hendak mengangkat sumpit, Tang Fang mencegahnya. Ia mengambil sebatang jarum perak dari rambutnya, lalu mencelupkan ke setiap hidangan.

Konde emas bisa jadi senjata rahasia, jarum perak untuk uji racun.

Tak ada racun di makanan.

Xiao Qiushui tersenyum, “Nona Tang memang hati-hati sekali. Karena Trio Tiga Penjelajah Pedang Berbakat sudah menghadangku di Danau Gui, maka sepanjang jalan menuju Guilin pasti tidak akan tenang. Lebih baik memang berhati-hati.”

Zuo Qiu Chaoran menimpali santai, “Murid inti Iblis Seratus Racun dan murid kesayangan Iblis Satu Gua kemungkinan besar juga akan menyusul.”

Deng Yuhan dingin berkata, “Kalau Nangong Songhuang datang, apapun yang terjadi akan kutebas dia dengan pedang!”

Tang Fang bergumam, “Orang-orang itu tidak seberapa, tapi kalau Kang Chuyu atau Sha Qiandeng datang, itu akan sulit dihadapi.”

Xiao Qiushui berkata, “Tapi kalau mereka mengejar, itu artinya sebagian musuh kuat sekte Huanhua justru teralihkan.”

Mereka makan sambil bicara, matahari siang bersinar hangat, suasana tenang seperti lukisan.

Tiba-tiba seorang pelayan masuk. Kakinya seperti tersandung sesuatu, tubuhnya menubruk meja mereka, tangannya menekan keras di meja.

Xiao Qiushui bermata tajam, membentak: “Orang ini menyamar!”

Orang itu segera melompat bangkit, mundur dengan cepat!

Gerakannya berhasil menghindari satu tebasan pedang Xiao Qiushui, tetapi tak bisa lolos dari cengkeraman Zuo Qiu Chaoran.

Zuo Qiu meraih kerahnya, mencakar wajah dengan jurus cakar harimau!

Orang itu berusaha mengelak, tapi selembar kulit wajah tercabik! Pakaian pun robek, ia berguling hendak kabur lewat jendela.

Di luar jendela terbentang Sungai Nanming!

Xiao Qiushui teringat ibunya, Sun Huishan.

Sun Huishan berasal dari keluarga ternama; ayahnya adalah Sun Tianting, ketua lama sekte Pedang Salib, sedangkan ibunya Fei Gong’e adalah dari keluarga yang menduduki peringkat ketiga di antara para ahli penyamaran terkenal di dunia (keluarga Murong, Shangguan, dan Fei).

Meski perempuan, Sun Huishan suka bermain senjata, dia berlatih ilmu pedang Salib. Kemahiran pedangnya menyaingi ayahnya. Namun terhadap ilmu penyamaran ibunya, ia tak berminat.

Ayahnya senang, ibunya hanya bisa menghela napas. Meskipun begitu, kemampuan penyamarannya tetap mencapai 20-30 persen dari ibunya, sudah cukup untuk menipu tokoh hebat sekalipun.

Xiao Qiushui sendiri lelaki jujur, tak suka menyamar, tapi sejak kecil cerdas dan ingin tahu. Ia belajar sedikit, hanya satu dua bagian dari ibunya, namun bagi orang biasa di dunia persilatan, itu sudah sangat hebat.

Maka begitu melihat pelayan tadi, ia langsung curiga, terutama ketika melihat bekas garis samar di telinga, tanda khas penyamaran murahan.

Xiao Qiushui segera menyerang. Zuo Qiu Chaoran pun bereaksi.

Sebagai ahli Qinna (jurus cengkeraman), ia terbiasa bergerak lebih cepat dari kesadaran. Bahkan dalam sepersekian detik, tangannya sudah melumpuhkan titik-titik vital.

Setelah pakaian dan wajahnya robek, pelayan palsu itu lalu berusaha kabur. Di bawah sinar matahari, saat wajah aslinya terlihat jelas, Deng Yuhan berseru:

“Nangong Songhuang!”

Benar, dia adalah murid inti Iblis Seratus Racun Hua Gufen, Nangong Songhuang!

Mendengar namanya, wajah semua orang berubah.

Deng Yuhan segera mencabut pedang, tapi Nangong Songhuang sudah kabur. Ia tak sempat melepaskan racun, hanya bisa menghindar, lalu melompat keluar jendela.

Tampak Semburan darah di udara, lalu tubuhnya terjatuh ke sungai. Air bening seketika bercampur merah.

Dan pada saat itu, Tang Fang pun mulai bergerak.

Perempuan-perempuan keluarga Tang tidak pernah memiliki kelembutan hati seorang perempuan sampai mau “melepaskan harimau kembali ke gunung”.

Tang Fang laksana seekor walet, melesat menembus langit biru, dari atas ke bawah, menembakkan beberapa titik hitam berkilau yang lenyap seketika, menembus masuk ke dalam sungai. Namun tubuhnya yang ramping dengan cekatan menyamping, seperti walet yang menyambar dengan sayap tipis, lalu kembali melayang ringan ke dalam paviliun Jixiu.

Dari sungai yang memercik, memancar keluar bukan satu semburan darah, melainkan lima hingga enam bercak merah pekat yang meluap ke permukaan.

Semua orang tahu, di dunia ini mulai sekarang, tidak akan pernah ada lagi seseorang bernama Nangong Songhuang.

Tang Fang duduk dengan ringan, Xiaoqiushui menghela napas panjang dan berkata:
“Sekarang aku baru benar-benar merasakan makna kalimat ‘tertawa sambil minum segelas arak, membunuh orang di tengah kota’. Dahulu aku kira itu sikap gagah dan berani, tapi kemudian aku membayangkan perasaan orang yang terbunuh itu… rasanya sungguh berbeda. Kesedihan orang mati justru menjadi kegagahan orang yang membunuh. Sungguh…”

Deng Yuhan terdiam sejenak, lalu berkata pelan:
“Tapi, orang macam Nangong Songhuang memang pantas mati.”

Zuoqiu chaoran berkata:
“Cepatlah makan, makan sampai kenyang supaya kita bisa cepat-cepat melanjutkan perjalanan, lebih cepat sampai di Guilin, lebih baik.”

Tang Fang menggeleng sambil tersenyum:
“Kalian makanlah, aku sudah kenyang.”

Ketiganya masih makan beberapa suap lagi, tiba-tiba terdengar suara tawa dingin seseorang:

“Makanlah, makanlah, makanlah lebih banyak lagi. Jalan menuju Huangquan (alam kematian) tidak jauh. Lebih baik mati kenyang daripada mati kelaparan jadi hantu lapar.”

Xiaoqiushui dan kawan-kawan terkejut, hanya melihat di meja seberang duduk seorang pria besar bertubuh tinggi tujuh chi (sekitar 2,3 meter), otot menonjol, mata melotot, janggut lebat, sedang menyeringai dingin. Di tangannya ia mengeluarkan dua jarum tipis.

Sejak awal masuk, Xiao Qiushui dan yang lain memang sudah memperhatikan orang ini. Meski tubuhnya kekar seperti kerbau, bagi mata orang-orang dari dunia persilatan, ukuran tubuh besar tidak ada artinya. Justru semakin tinggi tingkat ilmu, biasanya penampilan luar seringkali semakin biasa saja.

Kini yang membuat mereka terkejut bukanlah tubuh besar lelaki itu, melainkan senjata yang ia ambil: sepasang jarum sulam!

Seorang pria raksasa semacam ini, tetapi senjatanya justru sepasang jarum sulam, ini jelas tidak biasa.

Tang Fang tiba-tiba teringat seseorang, tak kuasa berseru:
“‘Tak Pernah Lihat Matahari’ Liu Youkong, alias Liu Shuangdong?”

Pria besar itu tertawa terbahak:
“Benar! Akulah si ‘Tak Pernah Lihat Matahari’, hahahaha… Sepasang jarum sulamku ini tidak untuk menyulam bunga atau burung, melainkan untuk menusuk dua lubang mata orang! Gadis manis, setelah aku tusuk mereka bertiga jadi buta, aku akan datang padamu untuk bercinta sampai mati…”

Wajah Tang Fang memucat karena marah, bahunya sedikit bergerak, hendak melancarkan senjata rahasia. Namun dari belakang tiba-tiba terdengar suara angin kencang bercampur pekikan tajam yang ganas, menyerang dengan buas!

Xiaoqiushui tidak bergerak.
Deng Yuhan juga tidak bergerak.
Bahkan Zuoqiu chaoran pun tidak bergerak.

Mengapa?!

Tang Fang tak sempat melepaskan senjata rahasia. Di depan ada meja, di belakang ada serangan mendadak. Ia melompat, tapi jarum Liu Shuangdong secepat kilat menusuk titik “Huantiao” dan “Sibai” di tubuhnya. Tang Fang pun terjatuh.

Rambut hitamnya terurai bagai awan, menyebar di lantai. Liu Shuangdong malah tertegun, menatapnya dengan tatapan tergila-gila. Saat tubuh Tang Fang jatuh ke tanah, barulah ia melihat orang yang menyerangnya dari belakang.

Seorang lelaki gemuk berpakaian saudagar, memegang sebuah tongkat panjang. Aneh, pangkal tongkat itu jauh lebih tebal dari tongkat biasa, sebesar mulut mangkuk, tapi ujungnya makin lama makin kecil, hingga setipis rambut lembu.

Tongkat itu bisa dipakai sebagai tongkat, juga bisa dipakai sebagai pedang.

Orang yang menggunakan senjata semacam ini, di dunia persilatan hanya ada satu: “Tenggorokan Berlubang” Zhong Wuli, alias Zhong Yiku!

Liu Youkong dan Zhong Wuli adalah dua jago utama di bawah “Dewa Iblis Satu Gua” Zuo Changsheng.

Zuo Changsheng sendiri memiliki sebuah lubang besar di perutnya, ia menjadikan cacat itu sebagai senjata pembunuh, sehingga dijuluki “Iblis Satu Gua” (lubang mirip gua).

Sedangkan kedua pengikutnya ini, satu suka menusuk lubang mata orang, satunya menusuk lubang tenggorokan orang, sehingga dikenal sebagai Liu Shuangdong dan Zhong Yiku. Keduanya adalah tokoh berbahaya nan menakutkan di dunia persilatan.

Tang Fang tidak menyangka masih ada orang Quan Li Bang (Perkumpulan Kekuasaan) di dalam rumah makan itu. Sebab ia tak mengira mereka akan membiarkan Nangong Songhuang mati tanpa menolong.

Dengan kemampuan Tang Fang, meski mendapat serangan mendadak dari depan dan belakang, seharusnya tidak mungkin kalah secepat itu. Tetapi ia tak menyangka Xiao Qiushui, Zuoqiu chaoran, dan Deng Yuhan sama sekali tidak menahan kedua orang jahat itu di saat genting!

Mengapa mereka tidak bergerak?

Saat ia melihat jelas, ia pun mengerti.

Xiao Qiushui, Zuoqiu chaoran, dan Deng Yuhan sudah tergeletak di lantai, tangan tak bisa bergerak, mulut tak bisa bersuara, hanya mata mereka yang penuh cemas dan panik.

Mengapa mereka tumbang?

Memikirkan itu, Tang Fang langsung sadar.

Tepukan meja yang dilakukan Nangong Songhuang tadi, saat pura-pura jatuh menabrak meja, pada saat itulah ia sudah menaruh racun ke dalam makanan!

Hanya Tang Fang yang tidak makan, sementara yang lain semua sudah keracunan.

Saat itu Tang Fang marah sampai hampir menangis. Namun ia menggigit bibir bawahnya, sampai pucat, menahan diri agar tidak menangis.

Didikan keluarga Tang selama bertahun-tahun selalu menekankan: harus kuat, tidak boleh menangis di hadapan musuh.

Maka, ia tidak menangis.

Kalimat pertama Zhong Wuli adalah penuh dengan kesombongan luar biasa, angkuh dan congkak, tetapi memang juga menjawab keraguan di dalam hati Tang Fang.

“Kalian memang berhasil membunuh Nangong Songhuang, tapi tidak tahu bahwa saat ia menepuk tangan ke meja ia sudah melepaskan racun. Dia juga tidak menyangka kami akan berdiam diri tanpa menolong, sehingga justru membuat kami berhasil, karena kalian telah keracunan! Hahahaha……”

Liu Youkong juga tertawa sombong: “Tahukah kau racun apa ini? Sebenarnya tak seberapa! Hanya Ruan Ma San (Bubuk Pelemah Otot), sekarang kalian, heh, punya kaki tapi tak bisa berjalan, punya tangan tapi tak bisa memukul, punya mulut tapi tak bisa bicara. Semakin ringan racun, semakin mudah digunakan. Dengan kemampuan Nangong Songhuang si bangkai itu, dalam satu tepukan tangan tidak mungkin ia bisa menurunkan racun yang berat! Heh, heh, heh!”

Zhong Wuli juga tertawa puas sekali: “Dan racun ini, khasiatnya hanya bertahan sekejap waktu secangkir teh saja, lalu hilang. Tapi kami, nah...” ia membungkuk, mengulurkan tangan, sekejap menutup titik “Ya Xue”, “Yuan Ye Xue”, “Jing Men Xue”, “Da Zhui Xue” pada tubuh Xiao Qiushui. Kemudian berbalik, menutup juga titik akupuntur Zuo Qiu Chaoran, sementara di sisi lain Liu Youkong juga menutup titik akupuntur Deng Yuhan, lalu berkata: “Sebentar lagi tenaga kalian pulih, tapi sudah kami tutup titik akupunturnya. Jadi tetap tak bisa bergerak, tak bisa memukul, tak bisa berteriak, tak bisa hidup, tak bisa mati. Hahahaha……”

Tawa itu tiba-tiba ditahan, lalu ia berkata lagi: “Sebenarnya bagaimanapun, kalian takkan bisa lepas dari telapak tangan kami. Sekalipun lolos dari tahap ini, pada tahap berikutnya, kalau Shenjun (Dewa) dari perkumpulan kami turun tangan, bagaimana kalian bisa lolos! Ha! Hahaha!”

Zhong Wuli mengangkat-angkat batang besi, lalu menambahkan: “Kami ingin kalian bagaimana, maka kalian harus begitu! Hahaha……”

Liu Youkong dengan sepasang mata anehnya menatap Tang Fang, menyipitkan mata dan tertawa: “Terutama nona besar ini, cantik bagai bunga dan salju” tiba-tiba melihat wajah Tang Fang pucat pasi, sepasang matanya sebening air jernih memancarkan niat membunuh yang kuat, kecantikan itu justru menampakkan aura maut yang menakutkan hati. Ia tak bisa meneruskan kata-katanya, menoleh, melihat Xiao Qiushui sedang menatap ke arahnya, bibirnya mengalirkan darah, jelas karena terlalu marah hingga menggigit bibirnya sampai berdarah.

Liu Youkong pun mendadak murka: “Baik! Dasar bocah busuk, berani menatapku tidak senang, aku akan mencungkil kedua matamu!”

Sambil bicara ia melangkah maju, mengangkat jarum dan akan menusuk!

Tusukan ini akan membuat wajah Xiao Qiushui tertembus dua lubang darah dan menjadi buta!

Tiba-tiba terdengar suara keras dari bawah loteng:
“Kami dari tadi menyerang tak bisa masuk, sialan, benar-benar bikin sesak dada mau mati!”

Suara lain yang tajam sekali menyahut:
“Mati ya mati, belum tentu benar-benar mati kan!”

Dua suara percakapan itu serak bagai gonggongan, orangnya masih berada di jembatan Jihong, tapi suaranya seakan di loteng, nyaring bagai bunyi gong dan genderang. Zhong Wuli dan Liu Youkong saling pandang, lalu cepat bergerak, menyeret tujuh-delapan lembar taplak meja, menyeret Xiao, Zuo Qiu, Deng, Tang ke bawah salah satu meja, menutup dengan taplak meja, menindih lagi dengan beberapa bangku dan barang lain, sehingga terlihat seperti tempat penyimpanan barang di rumah teh itu.

Zhong Wuli menekan suara berkata: “Kalian tunggu saja dulu, kami lihat dulu asal-usul orang itu, habis itu kami bereskan mereka, lalu baru bersenang-senang dengan kalian.”

Empat orang itu terhimpit bersama di bawah meja, hati mereka sangat pedih. Kepala Tang Fang kebetulan bersandar di dada Xiao Qiushui, rambutnya putih bagai salju, harum bagai anggrek. Hati Xiao Qiushui berguncang, cepat-cepat menenangkan diri, dalam hati memaki dirinya: Ini saat hidup dan mati, mana boleh berpikiran serong begini! Seketika merasa sangat malu pada diri sendiri.

Saat itu orang di bawah bicara lagi:
“Eh, di sini ada rumah teh.”

Orang satunya dengan nada jengkel:
“Buta ya kau! Gedung segede ini, baru sekarang lihat!”

Orang dengan suara berat tadi berkata:
“Hei! Aku sudah lihat sejak tadi! Cuma sengaja ngomong sama kau saja! Aku juga tahu namanya loh! Namanya Paviliun Jiexiu!”

Orang dengan suara tajam menjerit:
“Tentu tahu! Tulisan besar ‘Paviliun Jiexiu’ tertulis di atas, tiga li jauhnya pun bisa lihat! Namanya Paviliun Jiexiu! Kau bilang sama siapa?!”

Orang suara kasar itu marah:
“Aku bukan bilang sama kau!”

Orang suara tajam itu membalas:
“Di sini tidak ada orang lain, kau bilang sama hantu kali!”

Orang suara kasar itu berkata:
“Di sana ada seekor anjing, aku bilang sama anjing!”

Orang suara tajam itu menyahut:
“Oh! Jadi kau bisa bahasa anjing, pasti kau sendiri anjing! Hahaha!”

Orang suara kasar itu mendengus:
“Aku sekarang bicara pada anjing!”

Orang suara tajam itu berkata:
“Bahasa anjingmu mirip sekali dengan bahasa manusia ya!”

Orang suara kasar itu murka:
“Kotoran!”

Orang suara tajam juga membentak:
“Kau kentut anjing!”

Orang suara kasar tak bisa menahan:
“Anjing kentut!”

Orang suara tajam marah:
“Kau kentut anjing!”

Mendadak hening sejenak. Orang suara kasar malah tertawa terbahak-bahak, tertawa sampai hampir putus napas. Semua orang merasa aneh, lalu terdengar orang suara tajam kesal berkata:
“Sialan! Ketawa apa ketawa! Ketawa sampai kau tak punya mulut ya?!”

Orang suara kasar tertawa sampai tersengal, sambil berkata:
“Ha… kau… kau kalah… hahahaha…”

Orang suara tajam sudah tak tahan, berteriak marah. Suara ini membuat empat orang di loteng atas, meski titik akupunturnya tertutup sehingga tak bisa mengerahkan tenaga dalam, tetap bergetar sampai tubuh melompat. Bisa dilihat betapa dalamnya tenaga dalam orang itu.

“Aku kalah apanya?! Kau bilang! Kau bilang!! Cepat katakan!”

Orang suara kasar masih tertawa terguncang, lalu berkata sambil terengah:
“Ha… kentut… mana bisa… kentutkan anjing… kau salah omong. Kita sudah bilang… hahaha… bertengkar boleh, tapi tak boleh tanpa alasan… kau… kau tadi tanpa alasan… ha… jadi kau kalah… hahaha…”

Orang suara tajam tiba-tiba juga tertawa, tertawa sampai langit berguncang bumi bergetar. Bahkan Liu Shuangdong dan Zhong Yihu di loteng atas pun berubah wajah.

Sekarang gantian orang suara kasar berhenti tertawa, bengong sejenak, lalu menghentak kaki dan marah:
“Kau tahu apa?!”

Orang suara tajam terus tertawa. Orang suara kasar tiba-tiba membentak, mengirimkan satu pukulan. Orang suara tajam pun segera membalas pukulan. Terdengar “PENG” sekali. Kedua orang serentak berhenti tertawa.

Di loteng, Zhong dan Liu saling pandang, senjata di tangan mereka tak terasa digenggam makin erat. Dari pukulan dua orang barusan, bisa diketahui tenaga pukulan mereka sangat dahsyat, benar-benar tak tertahan!

Orang suara tajam marah berkata:
“Kenapa aku tak boleh tertawa?!”

Orang suara kasar murka:
“Karena kau tak ada alasan tertawa. Aku tertawa boleh!”

Orang suara tajam heran:
“Kenapa kau tertawa boleh?”

Orang suara kasar tertawa:
“Karena aku punya alasan tertawa, dasar bodoh!”

Orang suara tajam marah:
“Aku juga tentu punya alasan tertawa!”

Orang suara kasar heran:
“Kau sudah kalah, apa alasanmu untuk tertawa?!”

Orang suara tajam mendengus:
“Siapa bilang! Kentut jelas bisa mengeluarkan anjing. Tak percaya, aku keluarkan buat kau lihat!”

Orang suara kasar mendengus:
“Mana bisa kentut dilihat! Kan bukan berarti kau buka celana untuk kentut!”

Orang suara tajam bersuara aneh:
“Kalau tak bisa dilihat, ya bisa didengar. Mari pinjamkan telingamu untukku, dengar baik-baik ya”

Baru sampai situ, tiba-tiba “PENG” sekali, tapi suaranya agak mirip “WANG”, seperti seekor anjing tidur ditendang bangun lalu menggonggong. Suaranya sangat keras, meski mereka masih di ujung jembatan Jihong, di paviliun Jiexiu atas pun terdengar jelas.

Meski sedang dalam bahaya, Tang Fang mendengar itu tak bisa menahan tawa. Dua orang ini begitu polos, bilang kentut ya kentut. Begitu jauh masih bisa terdengar seperti di depan muka, apa-apaan ini!

Ia melirik, melihat Xiao Qiushui, Zuo Qiu Chaoran, Deng Yuhan bertiga. Meski tak bisa bicara atau bergerak, tapi di mata mereka ada tatapan aneh.

Tatapan itu seolah ada senyum, ada rasa lega, bercahaya, tapi juga cemas, lebih-lebih seperti penuh sukacita yang ingin mereka sampaikan padanya, tapi tak bisa keluar lewat kata-kata.

Tang Fang tak habis pikir, tak bisa bertanya, tapi melihat ketiganya tampak sangat memperhatikan percakapan dua orang kasar itu di bawah.

Tang Fang pun tak sadar ikut mendengarkan dengan seksama.

Lalu terdengar orang suara kasar menjerit aneh, sambil mencubit hidungnya berteriak:
“Bau sekali, sialan, benar-benar bau sekali!”

Orang suara tajam tertawa:
“Mana berani, mana berani. Yang paling bau kentutnya di dunia adalah Raja Kentut, bukan aku.”

Orang suara kasar tertegun:
“Siapa Raja Kentut?”

Orang suara tajam tertawa:
“Raja Kentut Tie Xingyue, ya dirimu itu!”

Orang suara kasar bukannya marah malah tertawa:
“Itu baru lumayan. Taring Besi Ayam Qiu Nangu, adu mulut kau masih bisa, tapi kalau soal kentut, kau tetap bukan lawanku.”

Orang suara tajam tertawa:
“Itu tentu saja.”

Hati Tang Fang pun seketika tercerahkan.

Sekarang ia akhirnya mengerti apa maksud sorotan mata Xiao Qiushui dan yang lainnya coba sampaikan padanya.

Ternyata dua orang di bawah itu adalah..

Tie Xingyue!

Qiu Nangu!

Sahabat baik Xiao Qiushui!

Xiao Qiushui dan yang lain, dari melihat sorot mata Tang Fang yang tiba-tiba tercerahkan, juga tahu bahwa ia sudah paham, maka sorot mata mereka semakin berseri-seri penuh kegembiraan.

Namun yang lebih membuat mereka khawatir adalah:

Tie Xingyue yang begitu sembrono, dan Qiu Nangu yang begitu polos dan jujur, sepertinya masih belum tahu kalau mereka sedang ditawan di sini. Sedangkan Zhong Yi dan Liu Shuang sedang mengandalkan kegelapan untuk menipu terang, mungkinkah membuat kedua orang itu juga ikut celaka di tangan mereka?

Tiba-tiba terdengar Qiu Nangu bersenda gurau sambil tertawa:
“Kalau soal kentut, kau bisa disebut raja. Tapi kalau soal berdebat, maka akulah Raja Mulut Qiu Nangu! … Aku tidak hanya bisa membuat mulutmu kalah telak, bahkan bisa membuat telingamu pun tak tahan mendengar ocehanku!”

Tie Xingyue marah berkata:
“Aku akui kentutmu memang bisa menyerupai gonggongan anjing, tapi aku juga bisa! Aku bukan hanya bisa mengeluarkan suara anjing, masih ada suara kucing, babi, buaya, tikus… mau kau dengar?”

Tang Fang hanya merasa geli sekaligus tak tahu harus tertawa atau menangis, bagaimana bisa ada orang yang omongannya begitu tak habis-habis. Untung saja Qiu Nangu di bawah tiba-tiba menjerit:
“Jangan, jangan, jangan… Aku paling takut kalau kau kentut. Begini saja, setengah untukmu, eh, setengah untukku. Satu orang satu bagian, sama-sama tak rugi, bagaimana?”

Tie Xingyue seperti enggan, merenung sejenak, akhirnya berkata:
“Baiklah…” Tiba-tiba ia berseru heran, “Eh? Ternyata gedung ini rumah makan, kenapa papan namanya kosong?”

Tang Fang mendengarnya, dalam hati bergembira, tahu bahwa Tie dan Qiu sudah masuk ke dalam paviliun Jiexiu.

Hanya terdengar Qiu Nangu berkata:
“Papan nama kosong? Tidak bisa, biar aku panjat dan turunkan untuk lihat…”

Lalu terdengar suara gemerisik pakaian, lalu suara tubuh jatuh ke tanah, berat sekali, tapi naik-turun itu setidaknya ada empat atau lima zhang (1 zhang sekitar 3,3m), gerakannya begitu cepat. Ringan tubuh Qiu Nangu ternyata demikian hebat, hingga membuat wajah Liu Shuangdong dan Zhong Yikuo sekali lagi berubah.

Hanya terdengar Tie Xingyue membaca dengan suara keras:
“…Li… apa… Huan… bukan Huan… apa Li… apa Ju…”

Qiu Nangu marah berkata:
“Apa ‘Huan Li Ju’ (Tempat Kegembiraan)? Itu huruf ‘Quan’ (Kekuasaan)!”

Tie Xingyue membantah:
“Tidak masuk akal! Siapa suruh dia menulis huruf Kai Shu (huruf standar) begitu jelek, tak bisa menulis!”

Qiu Nangu balik bertanya:
“Siapa bilang itu Kai Shu?”

Tie Xingyue menjerit aneh:
“Hah! Kalau bukan Kai Shu, lalu apa? Empat Kitab? Zhuan Shu (huruf segel)? Jing Shu (kitab suci)?”

Qiu Nangu berkata:
“Kentut! Itu adalah Cao Shu (huruf kursif)!” 
*huruf kursif = gaya tulisan menyambung huruf-hurufnya

Tie Xingyue balik bertanya:
“Siapa bilang kentut itu huruf kursif? Kentut ya kentut, huruf ya huruf. Kau hanya bisa kentut, masa bisa kentutkan kitab? Kalau kali ini kau bisa kentut mengeluarkan satu jilid Empat Kitab Lima Klasik, aku akan akui kau.”

Kedua orang ini saling bertengkar tanpa ujung, memelintir kata-kata tanpa logika. Liu Youkong dan Zhong Wuli mendengarnya sampai pening kepala. Xiao Qiushui dan yang lain, kalau bukan karena titik akupunturnya ditutup, pasti sudah tertawa terguling-guling di tanah. Tetapi setelah dipikir, saat mereka datang tadi memang melihat papan nama kosong, hanya saja tidak terpikir seperti Tie Xingyue dan Qiu Nangu untuk benar-benar menurunkan papan nama dan melihat sisi belakangnya. Kalau sejak awal mereka sudah melihat sisi belakang papan nama yang bertuliskan “Quan Li Bang” (Perkumpulan Kekuasaan), tentu mereka akan lebih waspada, dan tidak sampai jatuh ke dalam jebakan.

Siapa lagi yang bisa membeli paviliun Jiexiu untuk membuka rumah teh dan rumah makan, selain Perkumpulan Kekuasaan yang begitu kaya dan berkuasa?

Xiao Qiushui dan yang lain benar-benar menyesali kelalaian diri mereka. Namun kini mendengar Tie Xingyue dan Qiu Nangu dua orang tolol itu sama sekali tidak sadar akan bahaya, malah melangkah naik dengan langkah besar.

Suara bicara bagai guntur, kentut bagai ledakan, pukulan bagai kilat, gerakan bagai burung, empat hal ini sudah cukup membuat Zhong Wuli dan Liu Youkong timbul niat membunuh.

Xiao Qiushui dan yang lain terjepit di bawah meja, di atasnya ditindih penuh dengan bangku, taplak, bahkan ada sapu dan tempat sampah. Namun dari celah kecil di bawah tetap bisa mengintip keluar, melihat kaki Zhong dan Liu berdua, serta langkah kaki dua orang yang menaiki tangga dengan suara “gedeng” keras.

Yang pertama terlihat adalah kepala.

Tang Fang penasaran menoleh, dan melihat dua kepala yang sangat aneh.

Yang satu bertubuh besar gagah, tapi kepalanya kecil sekali, seperti buah melon menempel di leher.

Yang satu lagi tubuhnya lebih ramping tapi berisi, giginya mencuat keluar, tapi ia berusaha menutup mulut rapat-rapat, tampak seperti burung yang sedang berkicau.

Si gagah besar itulah si suara kasar, dan si kepala besar itulah si suara tajam. Keduanya sambil bersenang hati berdebat, sambil melangkah lebar naik ke atas.

Itu hanya sekilas pandang, juga merupakan kesan pertama bagi Tang Fang. Kedua orang itu sudah naik ke tangga, dari celah kain meja ia melihat dari kejauhan dua pasang kaki, sepasang sepatu yang bahkan bolong di satu tempat, sehingga jari kaki pun tampak keluar. Jari kaki itu malah bergerak ke arahnya, melambai-lambai. Tang Fang mana pernah melihat hal semacam ini, benar-benar terkejut hingga ketakutan.

Si raksasa gagah yang seperti burung mematuk itu adalah Tie Xingyue.

Si kurus kecil dengan kepala besar itu adalah Qiu Nangu.

Hal ini diingat oleh Tang Fang.
Namun ia sendiri tidak tahu mengapa ia harus mengingat dengan jelas nama-nama saudara angkat Xiao Qiushui.

Ia sendiri tidak menyadari alasannya.

Terdengar Tie Xingyue dengan kesal berkata:
“Eh? Kenapa ada restoran tapi tak ada orang? Ada makanan tapi tak ada pelayan?”

Qiu Nangu justru berseru gembira:
“Mana, mana, mana, bukankah ada dua orang di sana?”

Saat itu langkah kaki Zhong Yiku dan Liu Shuang sudah menuju ke mereka. Zhong Yiku tertawa sambil berkata:
“Tempat ini biasanya jarang ada tamu, hari ini lebih sepi lagi. Dua tuan ini ingin makan apa? Saya pemilik kedai ini. Pelayan tidak ada, tapi saya bisa masakkan beberapa hidangan enak.”

Tie Xingyue berkata:
“Aku sudah lapar parah, pokoknya apa saja yang enak, semuanya bawa ke sini!”

Zhong Wuli menjawab dengan penuh hormat:
“Baik, baik.”

Namun Qiu Nangu berkata:
“Eh, tuan pemilik, orang di sampingmu itu pelayanmu?”

Zhong Wuli menjawab:
“Bukan, bukan, itu adik saya…”

Qiu Nangu berkata:
“Hah! Kenapa wajahnya begitu garang?”

Zhong Wuli menjawab:
“Ah, tuan tidak tahu, adik saya ini orang tolol….”

Qiu Nangu berkata:
“Orang tolol?”

Zhong Wuli menghela napas:
“Iya. Waktu kecil dia suka main senjata, pernah berjumpa seorang ahli silat, lalu dipukul hingga jadi tolol. Jadi bodoh-bodoh begitu, benar-benar seperti kepala manusia dengan otak babi. Empat anggota tubuh kuat, tapi otaknya kosong. Tapi makannya banyak sekali.”

Qiu Nangu heran:
“Dipukul jadi tolol? Wah, ilmu silatnya pasti tinggi sekali!”

Tie Xingyue mencibir:
“Apa hebatnya itu? Aku pernah bertarung dengan seseorang, aku pukul dia sampai jadi seekor babi!”

Qiu Nangu berkata:
“Seekor babi! Mana mungkin memukul orang jadi babi!”

Tie Xingyue dengan bangga menjawab:
“Gampang sekali! Aku pukul dia sampai merangkak di tanah, menjerit di jalanan, langsung buang air besar di tempat. Kalau bukan babi, apa itu?” “Apakah itu kau, Qiu si peramal?!”

Qiu Nangu langsung berteriak:
“Sialan! Aku kan tak ganggu kamu, kenapa maki orang babi!”

Tie Xingyue merasa menang satu ronde, tak peduli lagi padanya, lalu bertanya pada Zhong Wuli:
“Siapa orang yang memukul adikmu itu?”

Zhong Wuli menjawab:
“Aku juga tidak tahu. Tapi orang itu menggunakan jari menotok, menekan kelopak matanya, sejak itu dia jadi begitu.”

Tie Xingyue bergumam:
“Menekan kelopak mata? Kok bisa jadi begini?”

Xiao Qiushui yang mendengar ini tiba-tiba teringat sesuatu, hatinya berteriak tak beres, amat cemas, tapi tak bisa bersuara, tak bisa bergerak.

Apakah Zhong Wuli sengaja hendak memancing Tie Xingyue dan Qiu Nangu memeriksa mata Liu Youkong, sementara jarum ganda Liu Youkong siap menusuk keluar?

Mata itu!

Xiao Qiushui cemas sampai keringat sebesar kacang kedelai bermunculan di kening. Tang Fang yang melihat pun ikut merasa genting, seakan hidup dan mati tinggal sehelai rambut. Namun tak ada yang bisa dilakukan!

Saat itu Tie Xingyue si orang kasar memang berkata:
“Bagaimana bisa begini? Biar kulihat!”

Sepatu rusak itu melangkah dua langkah, berdiri rapat di samping sepasang sepatu lain. Jarak keduanya begitu dekat, hidung hampir bisa saling menyentuh. Jantung Xiao Qiushui nyaris meloncat keluar dari tenggorokannya.

Tiba-tiba Qiu Nangu berkata:
“Kenapa harus kau yang lihat? Kau kira kau tabib? Biar aku lihat… pergi kau!”

Mengintip melalui celah, Xiao Qiushui melihat sepasang sepatu lusuh yang semula terhuyung mundur lima atau enam langkah, digantikan oleh sepasang sepatu serupa di tempat mereka berdiri sebelumnya. Jelas, Qiu Nangu telah mendorong Tie Xingyue ke samping dan bergegas maju untuk memeriksa.

“Bodoh! Tolol!”

Xiao Qiushui di dalam hati cemas dan marah, tak bisa menahan diri mengutuk!

Hanya terdengar Tie Xingyue marah:
“Kenapa kau dorong aku?! Apa kau bisa menyembuhkannya?!”

Sepasang sepatu rusak itu sudah jinjit, jelas-jelas sedang membalik kelopak mata Liu Youkong, menatap dengan seksama.

Saat itu tiba-tiba terdengar suara “huru” keras, disusul suara “cih” yang memecah udara. Itu adalah teriakan marah Tie Xingyue dan bentakan aneh Qiu Nangu!

Mereka akhirnya benar-benar bertarung!

Suara “huru” adalah suara tongkat besi Zhong Wuli.
Sedangkan “cih” adalah suara jarum ganda Liu Youkong.

No Comment
Add Comment
comment url