Pendekar Hina Kelana Bab 29 - ketua Perguruan

      << Bab Sebelumnya - Halaman Utama Pendekar Hina Kelana - Bab Selanjutnya >>

Terjemahan Cersil Pendekar Hina Kelana

oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.


[Empat murid magang senior menyerahkan instrumen agama Buddha satu per satu. Itu adalah buku agama Buddha, ikan kayu, untaian manik-manik, dan pedang pendek. Melihat ikan kayu dan manik-manik itu, Linghu Chong merasa sangat malu.]

Smiling Proud Wanderer Jilid 3

Bab XXIX Ketua Perguruan

Bagian Pertama

Senja hari itu, Linghu Chong tiba di luar Biara Shaolin, ia berbicara kepada biksu penerima tamu mengenai maksud kedatangannya, yaitu untuk membawa pulang jenazah Dingxian dan Dingyi Shitai ke Hengshan. Biksu penerima tamu itu masuk ke dalam untuk melapor, setelah beberapa saat, ia keluar dan berkata, "Kepala biara berkata, 'Jenazah kedua shitai telah diperabukan, para biksu biara kami sedang membaca kitab suci untuk mengantarkan mereka dengan hormat. Kami akan mengutus orang untuk mengantarkan abu mereka berdua ke Hengshan' ".

Linghu Chong berjalan ke aula samping dimana sedang diadakan upacara untuk kedua shitai itu, ia berlutut di hadapan altar tempat abu dan papan nama mereka, dengan hormat ia bersujud beberapa kali, diam-diam ia berdoa, "Selama Linghu Chong masih hidup, aku pasti akan berusaha dengan sekuat tenaga untuk memajukan Hengshan Pai, aku tak akan menyia-siakan kepercayaan yang telah diberikan oleh shitai". 

Linghu Chong tak mohon bertemu dengan Kepala Biara Fang Zheng, ia minta diri pada biksu penerima tamu, lalu langsung keluar dari biara. Sesampainya di kaki gunung, salju masih belum berhenti turun dan ia bermalam di sebuah rumah petani. Keesokan harinya ia terus berjalan ke utara, di sebuah kota kecil, ia membeli seekor kuda dan menungganginya. Setiap hari ia menempuh tujuh atau delapan puluh li, setiap tinggal di penginapan, ia sedikit demi sedikit membuka pembuluhnya sesuai dengan cara yang diajarkan Ren Woxing, tujuh hari kemudian, pembuluh di tangan kirinya telah dapat digerakkan seperti biasanya lagi. 

Setelah beberapa hari menempuh perjalanan, pada suatu siang ia minum arak di sebuah kedai arak, ia melihat orang-orang hilir mudik di jalan, suasananya benar-benar ramai, setiap keluarga sedang bersiap-siap menyambut tahun baru dengan riang gembira. Linghu Chong sendirian menuang arak dan sendirian meminumnya, pikirnya, "Dulu di Huashan, pada saat seperti ini shiniang sudah menyuruh adik-adik seperguruan untuk menyapu, membuat nian gao[1], membeli barang-barang untuk merayakan tahun baru dan menjahit baju baru, xiao shimei juga telah membuat banyak guntingan kertas untuk hiasan tahun baru, suasananya amat ramai. Tapi tahun ini aku malah sendirian disini minum-minum untuk melipur hati". 

Ketika ia sedang bermuram durja, tiba-tiba ia mendengar suara langkah kaki di tangga kedai, seseorang berkata, "Aku haus sekali, tak ada jeleknya kalau kita minum beberapa cawan disini. Seseorang lain berkata, "Walaupun tak haus, minum beberapa cawan apa jeleknya?" Seseorang lain berkata, "Minum arak ya minum arak, haus ya haus, kedua hal itu bagaimana bisa dicampuradukkan?" Seseorang lain berkata, "Makin banyak minum arak kau akan makin haus, kedua hal itu tak cuma tak bisa dicampuradukkan, tapi juga berlawanan". Begitu mendengarnya, Linghu Chong langsung tahu bahwa Taogu Liuxian telah tiba, ia merasa amat girang dan berseru, "Enam Saudara Persik, cepat naik ke atas dan minum arak denganku". 

Mendadak terdengar suara berdesir, Taogu Liuxian serentak melompat ke loteng bagai terbang, memburu ke sisi Linghu Chong dan mencengkeram bahu, tangan dan kakinya, mereka semua berbicara dengan ribut, "Akulah yang duluan melihatnya". "Akulah yang pertama berbicara, dan Linghu Gongzi mendengarku lebih dahulu". "Kalau bukan aku yang berkata ingin kesini, kita mana bisa bertemu dengannya?" 

Linghu Chong merasa amat heran, tanyanya, "Hei, kalian ini sedang apa?" 

Taohua Xian berlari ke tepi jendela kedai arak itu, lalu berseru keras-keras, "Nigu cilik, nigu besar, nigu tua, nigu yang tak tua dan tak muda! Aku Taohua Xian telah menemukan Linghu Gongzhi, ayo cepat beri aku seribu tahil perak". Taozhi Xian ikut berlari mendekat, lalu berseru, "Aku Taozhi Xianlah yang pertama menemukannya, nigu besar kecil, ayo cepat beri aku uang". Taogen Xian dan Taoshi Xian masing-masing memegangi sebuah lengan Linghu Chong sambil terus berteriak-teriak, "Aku yang menemukan dia! Aku! Aku!" 

Dari ujung jalan yang panjang itu terdengar suara seorang perempuan berseru, "Kalian berhasil menemukan Linghu Daxia?" 

Taoshi Xian berkata, "Akulah yang berhasil menemukan Linghu Chong, cepat beri aku uangnya". Taogan Xian berkata, "Ada uang ada barang!" Taogen Xian berkata, "Benar, benar! Kalau nigu cilik ingkar janji, kita sembunyikan saja Linghu Chong dan tak menyerahkannya pada mereka". Taozhi Xian bertanya, "Bagaimana cara menyembunyikan dia? Kita kurung dia disini, supaya nigu cilik tak melihatnya?" 

Terdengar suara langkah kaki di tangga loteng, beberapa perempuan memburu naik ke atas, yang berada di paling depan adalah murid Hengshan Pai Yihe, ia diikuti oleh empat orang biksuni, selain itu terdapat juga dua orang nona, yaitu Zheng E dan Qin Juan. Begitu mereka bertujuh melihat Linghu Chong, wajah mereka kontan berseri-seri, ada yang memanggilnya "Linghu Daxia", ada yang memanggilnya "Linghu Shixiong", dan ada juga yang memanggilnya "Linghu Gongzhi". 

Taogan Xian dan yang lainnya serentak mengangsurkan tangan dan menghadang di depan Linghu Chong seraya berkata, "Kalau tak beri seribu tahil perak, orangnya tak akan kami serahkan". 

Linghu Chong tertawa dan berkata, "Enam Saudara Persik, kenapa bisa ada urusan seribu tahil perak ini?" Tao Zhixian berkata, "Barusan ini kami bertemu dengan mereka, mereka bertanya apa aku pernah melihatmu. Aku bilang untuk sementara ini belum, tapi sebentar lagi kami akan bertemu denganmu". Qin Juan berkata, "Paman ini bohong, dia berkata, 'Linghu Chong punya kaki sendiri, kemungkinan besar sekarang dia ada di ujung dunia, kami mana bisa menemukan dia?" Taohua Xian berkata, "Tidak, tidak. Kami bisa meramal, kami sudah tahu akan bertemu Linghu Chong disini". Taogan Xian berkata, "Benar! Kalau tidak kenapa kami tak pergi ke tempat lain dan malah pergi kesini?" 

Linghu Chong tertawa dan berkata, "Aku tahu. Para shizi dan shimei ini sedang mencariku, dan minta kalian berenam membantu mereka, lalu kalian buka harga minta upah seribu tahil perak, benar tidak?" 

Taogan Xian berkata, "Kami buka harga seribu tahil perak, harga itu memang setinggi langit, tapi kalau mereka mau berdagang, mereka harus punya modal. Ternyata mereka royal sekali, nigu ini berkata, 'Baik, asalkan kalian bisa menemukan Linghu Daxia, kami akan beri kalian seribu tahil perak'. Kalian memang berkata begitu, kan?" Yihe berkata, "Benar, kalau kalian berenam bisa menemukan Linghu Daxia, kami Hengshan Pai akan memberi mereka hadiah seribu tahil perak". 

Enam buah tangan serentak menjulur, Taogu Liuxian serentak berkata, "Ayo berikan". 

Yihe berkata, "Kami ini orang beragama, mana mungkin kami membawa-bawa begitu banyak uang? Mohon kalian berenam ikut kami ke Hengshan untuk mengambilnya". Ia berpikir bahwa Taogu Liuxian benar-benar tak mau bersusah payah, namun ternyata mereka berenam punya pikiran yang sama, dengan serentak mereka berkata, "Bagus sekali, kami akan pergi ke Hengshan bersama dengan kalian, supaya kalian tak ingkar janji". 

Linghu Chong berkata sembari tertawa, "Aku mengucapkan selamat pada kalian berenam yang menjadi kaya raya karena berhasil menjual caixia ini dengan begitu mahal". 

Wajah Taogu Liuxian yang seperti kulit jeruk berseri-seri, mereka merangkap tangan dan berkata, "Terima kasih, terima kasih! Rezeki nomplok, rezeki nomplok!"  

Namun wajah Yihe bertujuh berubah menjadi sedih, mereka serentak berlutut di hadapan Linghu Chong. Dengan terkejut Linghu Chong berkata, "Kenapa kalian menghormatiku seperti ini?" Ia cepat-cepat membalas penghormatan itu. Yihe berkata, "Hormat kami pada ketua". Linghu Chong berkata, "Kalian semua sudah tahu? Mohon berdiri". 

Taogen Xian berkata, "Benar, kalian kan susah berbicara sambil berlutut". Linghu Chong bangkit dan berkata, "Enam Saudara Persik, aku dan keenam murid Hengshan Pai ini harus membicarakan masalah penting, mohon kalian berenam minum arak di sudut sana dan jangan membuat keributan, kalau tidak kalian tak akan mendapatkan seribu tahil perak itu". Tadinya Taogu Liuxian hendak berbicara panjang lebar, namun begitu mendengar perkataan itu, mereka segera menutup mulut mereka, berjalan ke meja yang menghadap jendela, duduk, lalu  berteriak-teriak memesan arak dan makanan. 

Yihe dan yang lainnya bangkit, ketika mereka teringat pada kematian Dingxian Shitai dan Dingyi Shitai yang mengenaskan, mereka semua tak kuasa menahan tangis pilu.

Taohua Xian berkata, "Eh, aneh, kenapa mereka tiba-tiba menangis? Kalau kalian menangis karena melihat Linghu Chong, lebih baik kalian tak usah menemuinya". Linghu Chong memelototinya dengan gusar, Taohua Xian ketakutan dan menutup mulutnya sendiri dengan tangannya.

Yihe berkata sambil tersedu, "Hari itu setelah Linghu Shishu, bukan......ketua naik ke darat untuk minum arak dan tak kembali ke kapal lagi, Tuan Mo Da dari Heng Shan Pai datang dan berkata bahwa kau pergi ke Shaolin untuk menemui zhangmen shishu dan Dingyi Shitai. Kami berunding dan semua orang berkata bahwa kami lebih baik pergi ke Biara Shaolin supaya dapat bertemu dengan shishu berdua dan denganmu. Tak nyana di tengah jalan kami bertemu dengan belasan orang bandit jianghu, mereka membual tentang bagaimana kau memimpin serombongan orang gagah untuk menyerang Shaolin, dan bagaimana kau telah menakut-nakuti ribuan biksu Shaolin sampai mereka melarikan diri. Ada seorang buntak berkepala besar yang katanya bermarga Lao, dan seorang sastrawan setengah umur yang katanya bermarga Zu, mereka berdua......mereka berdua berkata bahwa zhangmen shishu dan Dingyi Shitai telah dibunuh orang di Biara Shaolin. Saat sekarat, zhangmen shishu ingin agar kau.....agar kau mengambil alih jabatan ketua perguruan, dan kaupun telah menyanggupinya. Perkataan ini saat itu didengar sendiri oleh banyak orang......." Ketika berbicara mengenai hal ini, ia menjadi tersedu sedan, keenam murid lainnya juga ikut menangis tersedu-sedu.

Linghu Chong menghela napas dan berkata, "Saat itu Dingxian Shitai memang telah menugasiku untuk memikul beban yang berat ini, akan tetapi mengingat aku adalah seorang lelaki muda yang namanya kurang baik, dan semua orang tahu bahwa aku adalah seorang berandal yang kelakuannya tak pantas, bagaimana aku bisa menjadi ketua Hengshan Pai? Hanya karena keadaan saat itu aku terpaksa menyanggupinya, kalau tidak Dingxian Shitai tak akan dapat menutup mata dengan tenang. Ai, masalah ini sungguh sukar". 

Yihe berkata, "Kami semua......kami semua berharap agar.....agar kau bersedia memimpin Hengshan Pai". Zheng E berkata, "Zhangmen shishu, kau telah memimpin kami melalui keadaan yang sukar dan berulangkali menyelamatkan nyawa para murid kami. Semua murid Hengshan Pai tahu bahwa kau adalah seorang ksatria sejati. Walaupun kau adalah seorang lelaki, dalam peraturan perguruan kami, tak ada larangan bagi seorang lelaki untuk menjabat sebagai ketua". Seorang biksuni setengah baya yang bernama Yiwen berkata, "Ketika kami mendengar kabar bahwa shifu dan shishu meninggal dunia, kami amat berduka, namun ketika kami mendengar bahwa engkau zhangmen shishu akan datang untuk mengambil alih jabatan ketua, kami merasa bahwa Hengshan Pai tak akan hancur lebur dan merasa sangat terhibur". Yihe berkata, "Shifu dan kedua shishu kami telah dibunuh orang, ketiga guru angkatan 'ding' di Hengshan Pai kami dalam waktu beberapa bulan saja telah meninggal dunia semua, bahkan siapa pembunuhnya saja kami tak tahu. Zhangmen shishu, paling baik kalau kau menjabat ketua perguruan kami, karena kau terhitung angkatan 'ding', tak ada jeleknya kalau namamu diubah menjadi Linghu Dingchong. Kalau bukan karena engkau, kami tak akan bisa membalas dendam ketiga guru kami". 

Linghu Chong mengangguk dan berkata, "Tugas berat untuk membalaskan dendam ketiga shitai itu tentu akan kulaksanakan". 

Qin Juan berkata, "Karena kau sudah dikeluarkan dari Huashan Pai, sekarang kau dapat menjadi ketua Hengshan Pai. Puncak Barat dan Puncak Utara kedudukannya sejajar di dunia persilatan. Setelah ini kalau kau berjumpa dengan Tuan Yue, kau tak usah memanggilnya guru, cukup Yue Shixiong saja". 

Linghu Chong hanya bisa tersenyum getir, pikirnya, "Aku mana punya muka untuk menemui 'Yue Shixiong' ini". 

Zheng E berkata, "Setelah kami mendengar berita duka tentang berpulangnya kedua guru kami itu, kami bergegas menuju ke Biara Shaolin, di jalan kami bertemu lagi dengan Mo Da Shibo. Ia berkata bahwa kau sudah tak berada di biara lagi dan minta kami untuk segera mencarimu, zhangmen shishu". Qin Juan berkata, "Mo Da Shibo berkata, makin cepat kami dapat menemukanmu makin baik, kalau terlambat sedikit saja kau akan sudah dibujuk orang masuk Mojiao, sedangkan aliran lurus dan sesat bagai air dan api, dan Hengshan Pai bakal tak punya ketua". Zheng E membelalakkan matanya ke arahnya seraya berkata, "Qin Shimei memang suka asal bicara saja. Masa zhangmen shishu ingin masuk Mojiao?" Qin Juan berkata, "Benar, tapi Mo Da Shibo memang benar-benar pernah berkata demikian". 

Linghu Chong berpikir, "Perhitungan Mo Da Shibo itu memang benar, aku memang hampir saja masuk Riyue Jiao. Saat itu kalau Ren Jiaozhu tidak menggunakan rumus tenaga dalam sebagai umpan dan dengan tulus memintaku untuk masuk agamanya, aku akan sulit menolak, selain itu mengingat peranan Yingying dan Xiang Dage, mungkin aku sudah berjanji akan masuk agama mereka setelah menyelesaikan urusan besar Hengshan Pai ini". Ia berkata, "Oleh karena itu kalian lalu memutuskan untuk menghadiahkan seribu tahil perak untuk menangkap Linghu Chong?" 

Air mata Qin Juan berubah menjadi senyum, katanya, "Menangkap Linghu Chong? Kami mana berani melakukan hal itu?" Zheng E berkata, "Begitu kami mendengar perintah Mo Da Shibo, kami segera membagi diri menjadi kelompok-kelompok yang terdiri dari tujuh orang dan mencari zhangmen shishu, untuk memintamu segera naik ke Hengshan dan menangani urusan besar perguruan. Hari ini kami bertemu Taogu Liuxian dan mereka membuka harga seribu tahil perak untukmu. Asalkan bisa menemukan zhangmen shishu, jangankan seribu tahil, sepuluh ribu tahilpun akan kami berikan". 

Linghu Chong tersenyum, "Aku menjadi ketua kalian, rasanya tak ada faedahnya. Tapi kepandaian kalian dalam meminta sedekah pada pembesar korup dan bajingan kampung akan banyak kemajuannya". Ketujuh murid itu mengenang saat mereka meminta derma pada Bai Baopi di Fujian, rasa sedih mereka berkurang dan senyumpun muncul di wajah mereka. 

Linghu Chong berkata, "Baik, kalian tak usah khawatir, Linghu Chong sudah berjanji pada Dingxian Shitai, perkataan yang sudah kuucapkan pasti akan kutepati. Tapi namaku tak usah diganti menjadi Linghu Dingchong, asalkan kalian tak menentangnya, aku pasti akan menjadi ketua Hengshan Pai. Kita makan dulu sampai kenyang, lalu naik ke Hengshan". Ketujuh murid itu semuanya amat girang, dengan susul menyusul mereka berkata, "Tentu saja kami tak akan menolak". 

Linghu Chong duduk dan minum bersama Taogu Liuxian, ia bertanya pada keenam orang itu untuk apa seribu tahil perak itu. Taogen Xian berkata, "Burung Hantu Malam Ji Wushi sangat melarat, tanpa seribu tahil perak itu ia tak punya ongkos hidup sehari-hari, kami telah berjanji akan mengumpulkan uang untuknya". Taogen Xian berkata, "Hari itu di Biara Shaolin, kami bertaruh dengan Ji Wushi......" Taohua Xian cepat-cepat berkata, "Tentu saja Ji Wushi kalah, bocah cilik itu mana bisa menang terhadap kami?" Dalam hati Linghu Chong berkata, "Kalau kalian bertaruh dengan Ji Wushi, kalianlah yang pasti kalah". Ia bertanya, "Kalian bertaruh apa?" Taoshi Xian berkata, "Taruhan itu ada hubungannya denganmu. Kami bertaruh bahwa kau tak mungkin menjadi ketua Hengshan Pai, eh, bukan......bukan......kami bertaruh bahwa kau pasti akan menjadi ketua Hengshan Pai". Taohua Xian berkata, "Tapi si Burung Hantu Malam bertaruh bahwa kau pasti tak akan menjadi ketua Hengshan Pai, maka kami berkata, perkataan lelaki sejati harus bisa dipercaya, kau sudah berjanji pada biksuni tua itu untuk menjadi ketua Hengshan, semua pendekar di kolong langit ini sudah mendengarnya, mana bisa kau mengingkarinya?" Taozhi Xian berkata, "Burung Hantu Malam berkata, 'Linghu Chong suka bertualang di jianghu, dan tak lama lagi akan menikahi Shengu Mojiao, dia mana mau membuang waktunya dengan biksuni-biksuni tua dan muda itu lagi?" 

Linghu Chong berpikir, "Burung Hantu Malam sangat menghormati Yingying, mana mungkin ia memangilnya orang Mojiao? Pasti Taogu Liuxianlah yang memutarbalikkan masalah ini". Ia berkata, "Jadi kalian mempertaruhkan seribu tahil perak?" 

Taogen Xian berkata, "Benar, saat itu kami berpikir bahwa kami pasti menang. Ji Wushi juga berkata, 'Seribu tahil perak ini harus didapatkan dengan cara yang jujur, tidak boleh didapatkan dengan mencuri atau merampok'. Aku berkata bahwa itu pasti, masa kami Taogu Liuxian mencuri atau merampok?" Taoye Xian berkata, "Hari ini kami bertemu dengan beberapa orang biksuni, mereka menabuh gong untuk mencarimu dimana-mana, katanya mereka ingin memintamu menjada ketua Hengshan Pai, maka kami berjanji akan membantu mereka dengan upah seribu tahil perak". Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Kalian pikir Ji Wushi akan kehilangan seribu tahil perak, kalian kasihan padanya, maka kalian hendak mencari seribu tahil perak itu diberikan kepadanya, supaya ia bisa memberikannya kepada kalian kalau ia nanti kalah?" Taogu Liuxian serentak berkata, "Tepat sekali, tepat sekali. Kau pintar meramal". Taoye Xian berkata, "Dibandingkan dengan kemampuan meramal kami enam bersaudara, tidak terlalu kalah jauh". 

* * * 

Linghu Chong dan yang lainnya berangkat ke Hengshan, tak sampai sehari kemudian, merekapun tiba. 

Murid-murid yang lain sudah terlebih dahulu mendengar kabar, mereka bersama-sama menunggu dengan hormat di kaki gunung, begitu melihat Linghu Chong mereka menghormat. Linghu Chong cepat-cepat membalas penghormatan mereka. Ketika mereka berbicara tentang meninggalnya Dingxian Shitai dan Dingyi Shitai, mereka merasa amat sedih. Linghu Chong melihat Yilin diantara para murid lainnya, wajahnya tirus dan pucat, ia terlihat sangat kurus, maka ia bertanya, "Yilin Shimei, apa akhir-akhir ini tubuhmu tak sehat?" Pelupuk mata Yilin memerah, ia berkata, "Aku tak apa-apa". Setelah berhenti sejenak, ia kembali berkata, "Sekarang kau adalah ketua kami, maka kau tak bisa memanggilku shimei lagi". 

Di sepanjang jalan, Yihe dan yang lainnya memanggilnya 'zhangmen shishu'. Ia minta mereka tak memanggilnya demikian, tapi mereka selalu tak menurutinya. Sekarang setelah mendengar Yilin memanggilnya demikian juga, dengan lantang ia berkata, "Shizi dan shimei sekalian, Linghu Chong telah menerima amanat almarhum shitai ketua perguruan kalian untuk memimpin Hengshan Pai, namun sebenarnya aku tak mempunyai kebajikan atau kemampuan dan tak patut menerimanya". Semua murid berkata, "Adalah keberuntungan besar bagi perguruan kami kalau zhangmen shishu bersedia memikul beban yang berat ini". Linghu Chong berkata, "Tapi kalian harus menjanjikan satu hal padaku". Yihe dan yang lainnya berkata, "Apapun yang diperintahkan ketua, kami para murid akan mematuhinya". Linghu Chong berkata, "Aku hanya akan menjadi zhangmen shixiong kalian, bukan zhangmen shishu". 

Yihe, Yiqing, Yizhen dan Yiwen dan murid-murid senior lain membicarakannya, lalu melapor padanya, "Karena ketua begitu rendah hati, kami akan mematuhi perintahmu". Linghu Chong berkata dengan gembira, "Bagus sekali". 

Mereka segera bersama-sama naik ke Hengshan. Puncak Hengshan amat tinggi, walaupun mereka berjalan dengan cepat, dan walaupun mereka sudah dapat melihat Puncak Jianxing, mereka masih harus berjalan lebih dari setengah hari untuk mencapainya. Biara Wuse, biara utama Hengshan Pai, adalah biara yang amat kecil. Di sisi biara itu terdapat lebih dari tiga puluh rumah beratap genting yang ditinggali oleh para murid. Linghu Chong masuk ke dalam Biara Wuse, yang kalau dibandingkan dengan Biara Shaolin yang megah, bagaikan semut dan gajah. Di dalam aula nampak sebuah patung Guanyin berwarna putih yang dipuja, di sekitarnya sama sekali tak ada setitik debupun, perabotannya sederhana dan kasar, ternyata Hengshan Pai yang namanya menggetarkan dunia persilatan biara utamanya begitu sederhana. 

Setelah Linghu Chong bersujud pada patung Guanyin itu, Yu Sao mengantarnya ke tempat yang sehari-hari digunakan untuk bersemedi oleh Dingxian Shitai, ia melihat bahwa keempat dindingnya kosong, hanya terdapat bantalan-bantalan tua di lantai, selain itu tak ada apa-apa lagi. Linghu Chong paling suka keramaian, suka makan enak dan minum-minum, ia mana bisa bersemedi di ruangan kecil yang begitu sunyi bagai air yang tenang itu? Kalau ia membawa guci arak, paha anjing atau yang semacam itu ke ruangan yang sepi ini, bukankah ia akan menodai kesuciannya? Maka ia berkata pada Yu Sao, "Walaupun aku menjadi ketua, namun aku bukan orang beragama, dan juga bukan seorang biksuni. Semua shizi dan shimei di perguruan ini adalah kaum wanita, tak pantas bagiku yang seorang pria untuk tinggal di biara ini. Mohon siapkan sebuah rumah di tempat kosong yang jauh dari sini, kalau aku dan Taogu Liuxian tinggal disana, hal ini akan cukup pantas". 

Yu Sao berkata, "Baik, di puncak barat ada tiga rumah besar, sebenarnya rumah-rumah itu adalah rumah tamu yang dipakai oleh orang tua murid-murid perguruan kami kalau mereka berkunjung kemari. Kalau ketua setuju, bagaimana kalau kita sekarang pergi kesana? Kami akan membuatkan rumah baru untuk ketua". 

Linghu Chong berkata dengan riang, "Itu sudah cukup, untuk apa membangun rumah baru lagi?" Ia berpikir, "Memangnya seumur hidupku aku akan menjadi ketua Hengshan Pai? Begitu aku dapat memilih orang yang layak di perguruan ini, asalkan semua murid mematuhinya, aku akan memberikan jabatan ketua ini kepadanya, lalu aku akan menepuk-tepuk pantatku dan pergi bertualang dengan bebas merdeka dan riang di dunia persilatan. Kalau Hengshan Pai mengalami kesulitan, aku akan mendukung mereka dengan sepenuh hati". 

Di rumah tamu di puncak barat itu, ia melihat bahwa ranjang, meja dan kursi di dalamnya mirip seperti yang terdapat di rumah seorang petani kaya, walaupun masih sederhana dan kasar, namun rumah itu tak kosong melompong seperti Biara Wuse. 

Yu Sao berkata, "Ketua silahkan duduk, aku akan ambilkan arak". Linghu Chong berkata dengan girang, "Apakah di gunung ini ada arak?" Ia merasa terkejut sekaligus girang. Yu Sao tersenyum dan berkata, "Tak cuma ada arak, tapi juga ada arak bagus, begitu Yilin Xiao Shimei mendengar kabar bahwa ketua akan datang ke Hengshan, ia berkata padaku bahwa kalau tak ada arak bagus, jangan-jangan kau tak akan lama menjadi ketua. Malam itu juga kami menyuruh orang turun gunung untuk membeli belasan guci arak bagus". Linghu Chong merasa agak rikuh, sembari tersenyum ia berkata, "Semua orang di perguruan kita ini miskin, kalian terlalu banyak mengeluarkan uang untukku, sebenarnya hal ini tak perlu". Yiqing tersenyum dan berkata, "Uang sedekah yang waktu itu kami minta dari Bai Baopi, walaupun separuh telah diberikan pada orang miskin, masih banyak yang tersisa; selain itu kami juga menjual kuda-kuda pemerintah itu, kalaupun ketua ingin minum-minum sepuluh atau dua puluh tahun lagi, uang araknya juga masih cukup". 

Malam itu Linghu Chong dan Taogu Liuxian minum-minum sepuasnya. Pagi-pagi keesokan harinya, bersama Yu Sao, Yiqing, Yihe dan yang lainnya, ia berunding tentang bagaimana mereka akan menyambut abu kedua shitai, serta bagaimana mereka dapat membalas dendam bagi mereka berdua.

Yiqing berkata, "Hal zhangmen shixiong menduduki jabatan ini harus diberitahukan kepada seluruh dunia persilatan, dan kita juga harus mengirim orang untuk memberitahukannya kepada mengzhu Wuyue Jianpai Zuo Lengchan". Yihe berkata dengan geram, "Bah, guruku dibunuh oleh pengkhianat-pengkhianat Songshan Pai itu, kedua shishu juga kemungkinan besar dibunuh oleh mereka, untuk apa memberitahu mereka?" Yiqing berkata, "Kita harus tetap menjalankan aturan kesopanan. Kita harus menyelidiki secara jelas dahulu apakah ketiga guru kita itu memang benar-benar dicelakai oleh Songshan Pai, saat itu dibawah pimpinan zhangmen shixiong, kita akan membuat perhitungan dengan mereka". 

Linghu Chong mengangguk, "Perkataan Yiqing Shimei masuk akal. Tapi tentang jabatan ketua ini, aku sudah menjabatnya, tak perlu dirayakan segala". Ia ingat saat kanak-kanak ketika sang guru menjadi ketua Huashan Pai, berbagai upacara yang tak perlu benar-benar tak sedikit, orang-orang dunia persilatan yang naik gunung untuk memberi selamat dan menghadiri upacara tak terhitung jumlahnya; ia juga mengingat upacara 'cuci tangan di baskom emas' Liu Zhengfeng dari Heng Shan Pai ketika para pendekar berkumpul di Kota Heng Shan. Hengshan Pai sama termasyurnya dengan Huashan Pai dan Heng Shan Pai, kalau saat ia memangku jabatan ketua orang yang datang memberi selamat hanya sedikit, mereka akan kehilangan muka, akan tetapi kalau orang yang memberi selamat amat banyak, mereka tentunya akan menertawakan seorang lelaki dewasa yang menjadi pemimpin para biksuni. 

Yiqing tahu isi hatinya, maka ia berkata, "Zhangmen shixiong tak mau menganggu kawan-kawan wulin, kalau begitu ketika saatnya tiba, kita tak akan mengundang tamu-tamu untuk menghadiri upacara, tapi kita harus menentukan hari pengangkatannya secara resmi sebagai ketua, lalu memberitahukannya kepada semua pihak". 

Linghu Chong berpikir bahwa Hengshan Pai adalah salah satu dari Wuyue Jianpai, kalau ia menjabat sebagai ketua dengan sembarangan, ia akan mencoreng reputasi Hengshan Pai, maka iapun mengangguk setuju. 

Yiqing mengambil sebuah almanak, membalik-baliknya untuk beberapa lama, lalu berkata, "Bulan dua tanggal enam belas, tanggal delapan awal bulan tiga, tanggal dua puluh tujuh bulan tiga, ketiga hari ini adalah hari baik semua, hari yang beruntung. Zhangmen shixiong, menurutmu hari apa yang cocok?" 

Linghu Chong selamanya tak percaya pada hari baik atau jelek, ia hanya berpikir makin cepat upacara berlalu dan makin sedikit orang yang naik gunung untuk menghadirinya, ia akan makin dapat menghindari rasa jengah dan terdesak, maka ia berkata, "Di bulan satu apakah ada hari baik?"

Yiqing berkata, "Hari baik di bulan satu tak sedikit, tapi semuanya hari baik untuk melakukan perjalanan, membangun rumah, menikah, membuka toko dan semacam itu, tapi di bulan dua ada hari baik untuk 'menerima stempel, dan menempati yamen' ". Yihe tertawa dan berkata, "Kau bukannya pernah jadi jenderal? Menjadi ketua kan juga menerima stempel". 

Linghu Chong enggan menentang kehendak semua orang, maka ia berkata, "Kalau begitu, kita pilih saja bulan dua tanggal enam belas". Ia segera menyuruh murid-murid pergi ke Biara Shaolin untuk menyambut abu kedua shitai dan menyampaikan pemberitahuan ke perguruan-perguruan lain. Ia memerintahkan para murid yang turun gunung untuk tak menyebarluaskan hal itu, lalu ia kembali berkata, "Kalian harus menerangkan kepada ketua setiap perguruan bahwa kita belum membalas dendam atas meninggalnya Dingxian Shitai, murid-murid Hengshan Pai sedang dalam keadaan berkabung dan tidak mengadakan upacara besar-besaran pengangkatan ketua, mohon tak mengirim orang untuk menghadiri upacara dan mengucapkan selamat". 

Setelah melepas murid-murid yang ditugaskan menyampaikan berita turun gunung, Linghu Chong berpikir, "Sekarang aku telah menjadi ketua Hengshan Pai, maka aku harus berusaha untuk memahami ilmu silat dan pedang Hengshan Pai dengan baik". Ia segera mengumpulkan murid-murid yang masih berada di atas gunung, lalu menyuruh mereka mempertunjukkan ilmu silat dan pedang masing-masing, mulai dari kepandaian dasar murid-murid yang baru masuk perguruan, dan berakhir dengan kedua murid senior Yihe dan Yiqing yang memperagakan jurus-jurus Hengshan Pai yang paling tinggi. 

Linghu Chong melihat bahwa ilmu pedang Hengshan Pai rumit dan penuh disiplin, pertahanannya bagus, dan jurus-jurus mautnya sering muncul di tempat-tempat yang tak terduga, ilmu pedang itu sangat rumit, namun kurang sebat dan ganas, memang ilmu silat yang cocok untuk digunakan oleh kaum wanita. Semua jago dari berbagai angkatan Hengshan Pai adalah kaum hawa dan ilmu silat mereka tak seganas dan sekeras ilmu silat yang digunakan oleh lelaki. Namun boleh dibilang bahwa ilmu pedang Hengshan Pai adalah ilmu pedang yang paling sedikit kelemahannya, kalau bicara tentang pertahanan, hanya kalah dari Taiji Jianfa milik Wudang Pai, tapi dalam melancarkan serangan mendadak, lebih unggul dari Taiji Jianfa. Hengshan Pai adalah sebuah perguruan yang menonjol di dunia persilatan, dan mereka mempunyai keahlian tersendiri. 

Ia berpikir bahwa ia pernah melihat ilmu pedang Hengshan terukir di dinding gua belakang Siguoya di Huashan, perubahan-perubahan jurusnya hebat dan aneh, jauh di atas ilmu pedang yang digunakan oleh Yihe dan Yiqing. Ilmu pedang itu juga telah dipecahkan orang, namun kalau Hengshan Pai ingin berkembang di masa datang, dasar-dasar ilmu pedang mereka jelas masih harus ditingkatkan. Ia juga ingat pernah melihat Dingjing Shitai bertarung dengan seseorang, tenaga dalamnya berlimpah, dan gerakannya lihai dan ganas, jauh diatas kemampuan Yihe dan murid-murid lainnya, kabarnya ilmu silat Dingxian Shitai lebih tinggi lagi. Nampaknya sebagian besar kungfu ketiga shitai senior itu masih tak mampu diwariskan kepada murid-murid mereka. Dalam beberapa bulan ini, ketiga shitai itu berturut-turut meninggal dunia, sehingga jangan-jangan kungfu Hengshan Pai yang lihai itu tak akan dapat diwariskan lagi. 

Yihe melihat bahwa ia sedang termenung-menung dan tak berkomentar apa-apa tentang ilmu pedang para murid, maka ia berkata, "Zhangmen shixiong, tentunya kau melihat bahwa ilmu pedang kami tak sedap dipandang, mohon supaya kau banyak memberi petunjuk pada kami". 

Linghu Chong berkata, "Ada sebuah ilmu pedang Hengshan, entah ketiga shitai telah mengajarkannya pada kalian atau belum?" Ia mengambil pedang dari tangan Yihe, lalu memperagakan jurus-jurus ilmu pedang yang terukir di dinding gua itu satu demi satu. Ia melancarkan jurus-jurus itu dengan amat perlahan, supaya para murid dapat melihatnya dengan jelas. 

Setelah ia melancarkan beberapa jurus, para murid bersorak-sorai, mereka melihat bahwa dalam tiap jurus yang dilancarkannya terkandung intisari ilmu pedang perguruan mereka, namun perubahannya aneh, kalau dibandingkan dengan ilmu pedang yang mereka pelajari sebelumnya, entah berapa kali lebih cemerlang, setiap orang yang melihatnya merasa bangga dan gembira. Jurus-jurus pedang yang diukir di dinding gua itu mati, namun ketika Linghu Chong melancarkannya, ia merangkai jurus-jurus itu menjadi satu kesatuan, dan dalam bagian-bagian yang menghubungkan jurus-jurus itu, mau tak mau ia menambahkan ciptaan barunya sendiri. Begitu ia selesai memperagakan ilmu pedang itu, semua murid bersorak-sorai dengan gegap gempita, mereka semua merasa amat gembira dan serentak menyoja menghormat. 

Yihe berkata, "Zhangmen shixiong, ini adalah jelas jelas ilmu pedang Hengshan Pai kami, tapi kami belum pernah melihatnya, jangan-jangan shifu dan kedua shishu juga tak dapat memainkannya, entah dari mana kau mempelajarinya?" Linghu Chong berkata, "Aku melihatnya di sebuah dinding gua. Kalau kalian ingin mempelajarinya, bagaimana kalau aku mengajarkannya pada kalian?" Semua murid amat girang dan berulang kali mengucapkan terima kasih. 

Hari itu Linghu Chong mengajarkan tiga jurus pada mereka, dan dengan amat teliti menjelaskan hal-hal yang rumit dan mendalam dalam tiap jurus itu, lalu menyuruh setiap murid melatihnya. 

Walaupun hanya tiga jurus, namun tiga jurus itu amat halus dan mendalam, bahkan Yihe, Yiqing dan para murid senior lain memerlukan tempo tujuh atau delapan hari untuk dapat sedikit mengerti intisarinya, sedangkan Zheng E, Yilin, Qin Juan dan yang lainnya lebih sukar lagi memahaminya. Pada hari kesembilan, Linghu Chong mengajarkan dua jurus lagi. Jurus-jurus ilmu pedang yang diukir di dinding gua itu tak terlalu banyak, akan tetapi mereka ternyata harus menghabiskan lebih dari sebulan untuk kurang lebih mempelajari keseluruhannya, sedangkan apakah mereka dapat menguasainya dengan baik adalah tergantung pada kemampuan dan pemahaman masing-masing orang. 

Setelah hampir sebulan berlalu, para murid yang dikirim untuk menyampaikan kabar satu persatu kembali pulang. Wajah mereka semua tak ada yang senang, saat mereka melapor pada Linghu Chong, bicara mereka tergagap-gagap. Linghu Chong tahu persis bahwa mereka telah diejek dan diolok-olok orang yang mengatakan bahwa mereka adalah biksuni, namun mengangkat seorang lelaki sebagai ketua, maka ia tak bertanya lebih lanjut dan hanya bisa menghibur mereka. Ia menyuruh mereka mempelajari ilmu pedang yang diajarkannya dari para shizi mereka, kalau ada bagian yang tak mereka pahami, ia akan memberi petunjuk pada mereka secara pribadi. 

Surat untuk Huashan Pai dikirim oleh Yu Sao dan Yiwen, dua orang murid yang berpengalaman dan hati-hati. Huashan dan Hengshan tidak terpisah jauh, seharusnya mereka dapat pulang lebih cepat, namun ketika para murid yang dikirim ke selatan sudah kembali, Yu Sao dan Yiwen belum pulang. Tak lama lagi tanggal enam belas bulan dua akan tiba, namun Yu Sao dan Yiwen masih tak tampak batang hidungnya, maka ia kembali mengirim dua orang murid yaitu Yikuang dan Yikong untuk membantu mereka. 

Semua murid mengira bahwa tak akan ada perguruan yang mengirim orang naik gunung untuk mengucapkan selamat dan menghadiri upacara, maka mereka tak mempersiapkan tempat menginap dan makanan bagi para tamu, mereka hanya mencabuti alang-alang dan mengepel lantai, serta membereskan belasan ruangan hingga bersih dan rapi. Setiap orang menjahit baju dan sepatu baru. Zheng E dan yang lainnya menjahit sebuah jubah berwarna hitam untuk dipakai Linghu Chong saat serah terima jabatan nanti. Hengshan adalah puncak utara diantara kelima puncak, maka warna seragam mereka adalah hitam. 

* * * 

Catatan Kaki Penerjemah
[1] Kue keranjang yang biasa dipakai untuk merayakan tahun baru.

Bagian kedua

Pagi hari pada tanggal enam belas bulan dua, setelah Linghu Chong bangun dari ranjang dan keluar rumah, ia melihat bahwa di depan setiap rumah di Puncak Jianxing telah tergantung lentera dan berbagai hiasan yang melambai-lambai sehingga suasana nampak meriah. Semua murid telah mengatur semuanya dengan amat teliti, mereka menempelkan kertas-kertas kecil satu demi satu dengan amat rapi. Linghu Chong merasa malu sekaligus berterima kasih, pikirnya, "Karena aku, kedua shitai itu mati dengan mengenaskan, tapi mereka tak hanya tak menyalahkanku dan malah amat menghargaiku. Kalau Linghu Chong tak mampu membalas dendam bagi ketiga shitai itu dan bekerja keras bagi Hengshan Pai, aku memang benar-benar sia-sia menjadi manusia". 

Tiba-tiba terdengar seseorang berseru keras-keras dari lembah belakang, "A Lin, A Lin, ayahmu datang menjengukmu, apa kau baik-baik saja? A Lin, ayah sudah datang!" Suara itu lantang, mengetarkan lembah dan tak henti-hentinya bergema, "A Lin......A Lin......ayahmu......ayahmu......" 

Begitu mendengar suara itu, Yilin cepat-cepat berlari keluar biara sambil berseru, "Ayah, ayah!" 

Dari lembah belakang muncullah seorang biksu berperawakan tinggi besar, memang ialah ayah Yilin, Biksu Bujie, di belakangnya juga ada seorang biksu lagi. Kedua orang itu berjalan dengan sangat cepat, dalam sekejap mereka telah berjalan mendekat. Biksu Bujie berkata dengan lantang, "Linghu Gongzhi, kau terluka parah tapi akhirnya tak mati, dan sekarang malah menjadi ketua perguruan putriku, bagus sekali". 

Linghu Chong berkata sembari tertawa, "Ini semua karena keberuntungan dashi". 

Yilin maju ke depan dan menarik tangan sang ayah dengan sangat akrab, katanya, "Ayah, apa kau tahu bahwa hari ini adalah hari baik pengangkatan Linghu Shixiong sebagai ketua Hengshan Pai, maka kau datang untuk memberi selamat?" 

Bujie tertawa dan berkata, "Tak usah memberi selamat segala, aku datang kesini untuk masuk Hengshan Pai. Kita semua adalah orang sendiri, untuk apa saling memberi selamat?" 

Linghu Chong agak terkejut, ia bertanya, "Dashi ingin masuk Hengshan Pai?" Bujie berkata, "Benar, putriku murid Hengshan Pai, sedangkan aku adalah bapaknya, tentu saja aku juga anggota Hengshan Pai. Neneknya, kudengar orang-orang menertawakanmu, katanya kau seorang lelaki dewasa tapi menjadi ketua para biksuni dan nona-nona. Neneknya, mereka tak tahu kau adalah seorang ksatria yang berhati tulus, sama sekali tak berniat jahat......" Matanya seakan tertawa, rupanya ia sangat senang, ia melirik ke arah putrinya, lalu kembali berbicara, "Bapakmu ini memukuli dia sampai giginya copot semua, lalu berkata, 'Kau bocah tengik tahu apa? Masa Hengshan Pai isinya cuma biksuni dan nona-nona saja? Bapakmu ini juga anggota Hengshan Pai, walaupun bapakmu ini mencukur gundul rambutnya, tapi masa menurutmu aku ini juga biksuni? Bapakmu buka celana, ya, supaya kau bisa lihat!' Aku baru saja hendak buka celana, tapi bocah itu sudah ketakutan dan lari terbirit-birit, hahaha, hahaha!" Linghu Chong dan Yilin ikut tertawa. Yilin tersenyum dan berkata, "Ayah, kelakuanmu begitu kasar, kau juga tak takut ditertawakan orang!" 

Bujie berkata, "Kalau aku tak memperlihatkannya dengan jelas padanya, jangan-jangan  bocah itu tak tahu bapakmu ini biksuni atau biksu. Linghu Shixiong, aku masuk Hengshan Pai dengan membawa seorang cucu murid. Buke Bujie, ayo cepat menghadap Ketua Linghu". 

Selagi ia berbicara, biksu yang mengikutinya naik gunung itu selalu memunggungi mereka, tak mau bertatap muka dengan Linghu Chong dan Yilin, sekarang ia berbalik, wajahnya penuh rasa rikuh, ia meringis ke arah Linghu Chong. 

Linghu Chong merasa bahwa wajah biksu itu amat akrab dengannya, namun untuk sesaat tak terpikir olehnya siapa dia, setelah tertegun sesaat, tak nyana ia mengenalinya sebagai si Kelana Tunggal Selaksa Li Tian Boguang, ia tak kuasa menahan rasa herannya dan menyeletuk, "Tian......Tian Xiong?" 

Biksu itu memang Tian Boguang. Ia tersenyum getir, lalu menyoja memberi hormat pada Yilin seraya berkata, "Terimalah.....terimalah hormat murid". 

Yilin juga tercengang, tanyanya, "Kau......kau kenapa menjadi orang beragama? Apa kau sedang menyamar?" 

Bujie Dashi nampak amat bangga, ia berkata sembari tertawa, "Seratus persen tulen, sama sekali tak menipu orang, benar-benar seorang biksu. Buke Bujie, siapa nama agamamu, beritahukanlah pada gurumu". Tian Boguang tersenyum getir dan berkata, "Shifu, taishifu[1] memberiku nama agama, yaitu 'Buke Bujie'[2] ". Yilin berkata dengan heran, "Buke Bujie apa? Mana ada nama yang begitu panjang?" 

Bujie berkata, "Kau tahu apa? Dalam kitab suci Buddha nama Bodhisatwa itu juga panjang-panjang. 'Bodhisatwa Guan Shiyin Yang Maha Pengampun Dan Pemurah Penolong Orang Miskin Dan Kesusahan', nama itu apa tidak panjang? Sedangkan namanya cuma empat huruf, masa panjang?" Yilin mengangguk dan berkata, "Ternyata begitu. Kenapa dia menjadi orang beragama? Ayah, apa kau yang menerimanya sebagai murid?" Bujie berkata, "Bukan, dia adalah muridmu, aku adalah leluhur pendiri perguruannya. Tapi kau adalah seorang biksuni cilik, kalau dia menjadi muridmu dan tidak menjadi biksu, nama baik Hengshan Pai akan tercemar. Oleh karena itu aku menasehatinya supaya ia menjadi biksu". Yilin tersenyum dan berkata, "Menasehatinya bagaimana? Ayah, kau pasti memaksa dia jadi biksu, benar tidak?" Bujie berkata, "Dia melakukannya dengan sukarela, menjadi orang beragama itu tak dapat dipaksakan. Orang ini baik, cuma ada satu sisi dalam dirinya yang tidak baik, makanya dia kuberi nama agama 'Buke Bujie'. 

Wajah Yilin merona merah, ia tahu apa maksud sang ayah. Tian Boguang ini adalah seorang hidung belang pemetik bunga, entah bagaimana ia bisa ditangkap oleh sang ayah dan diampuni jiwanya, namun dikenai berbagai hukuman aneh, rupanya kali ini ia memaksanya menjadi biksu. 

Bujie berkata dengan lantang, "Nama agamaku Bujie, aku sama sekali tak menaati perintah agama dan pantangan apapun. Akan tetapi Tian Boguang ini sudah terlalu banyak melakukan kejahatan di dunia persilatan, kalau ia tak berpantang melakukan segala kejahatan, ia mana bisa menjadi muridmu di perguruan ini? Linghu Gongzhi juga tak akan menyukainya. Kelak dia akan menjadi ahli warisku, oleh karena itu dalam nama agamanya harus ada perkataan 'bujie' itu". 

Sekonyong-konyong terdengar suara seseorang berkata, "Kalau Bujie dan Buke Bujie masuk Hengshan Pai, kami Taogu Liuxian juga akan masuk Hengshan Pai". Rupanya Taogu Liuxian telah datang, yang berbicara adalah Taogan Xian. 

Taogen Xian berkata, "Kami adalah yang pertama bertemu dengan Linghu Chong, maka kami berenam adalah da shixiong, sedangkan Biksu Bujie adalah murid cilik". 

Linghu Chong berpikir, "Karena di Hengshan Pai sudah ada Bujie Dashi dan Tian Boguang, tak ada jeleknya kalau aku sekalian menerima Taogu Liuxian, supaya orang dunia persilatan tak lagi berkata bahwa Linghu Chong adalah ketua para biksuni dan nona-nona". Ia berkata, "Enam saudara persik ikut masuk ke Hengshan Pai, bagus sekali. Akan tetapi untuk menentukan siapa yang shixiong dan shidi sangat merepotkan, maka kita tak usah melakukannya saja!" 

Taoye Xian mendadak berkata, " Murid Bujie namanya Buke Bujie, kalau Buke Bujie menerima murid, nanti namanya siapa?" Taoshi Xian berkata, "Nama agama murid Buke Bujie harus ada perkataan Buke Bujienya, ia bisa dipanggil 'Dangran Buke Bujie'[3]". Taozhi Xian berkata, "Murid si 'Dangran Buke Bujie' ini nanti namanya siapa?" 

Linghu Chong melihat bahwa Tian Boguang terlihat amat rikuh, maka ia menarik tangannya seraya berkata, "Aku ingin menanyakan beberapa hal kepadamu". Tian Boguang berkata, "Baik". Mereka berdua mempercepat langkah mereka, setelah berjalan beberapa zhangjauhnya, mereka masih mendengar Taogan Xian berkata di belakang punggung mereka, "Nama agamanya bisa 'Lisuo Dangran Buke Bujie'[4]". Taohua Xian berkata, "Nama agama murid 'Lisuo Dangran Buke Bujie' siapa?" Taogen Xian berkata, "Di depannya sudah tak bisa ditambahi lagi, terpaksa di belakangnya, jadi namanya 'Lisuo Dangran Buke Bujie Zhizhi'[5]". 

Tian Boguang berkata, "Linghu Zhangmen, tempo hari aku dipaksa taishifu pergi ke Huashan untuk membawamu menemui xiao shifu[6], namun peristiwa yang sebenarnya terjadi benar-benar sukar untuk diceritakan". Linghu Chong berkata, "Aku cuma tahu ia memaksamu minum racun, dan juga menipumu dengan mengatakan bahwa ia telah menotok titik jalan darah mautmu". 

Tian Boguang berkata, "Aku akan menceritakan peristiwa ini dari awal mulanya lagi. Tempo hari di luar Wisma Kumala di Heng Shan ketika aku berkelahi dengan si cebol Yu, aku berpikir bahwa jago-jago aliran lurus di Hunan terlalu banyak dan aku tak bisa berlama-lama tinggal disana, maka aku pergi ke utara, yaitu ke Henan. Sekarang aku malu mengatakannya, tapi saat itu kelemahan lamaku muncul lagi. Di Prefektur Kaifeng, di tengah malam, aku menyelinap ke dalam kamar tidur seorang nona keluarga kaya. Aku membuka kelambu dan meraba-raba ke dalamnya, tapi tak nyana aku meraba sebuah kepala gundul". 

Linghu Chong tertawa dan berkata, "Ternyata seorang biksuni". Tian Boguang tersenyum getir, "Bukan, seorang biksu". Linghu Chong tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Di balik selimut bersulam sang nona, tidur seorang biksu. Tak disangka-sangka nona ini ternyata mencuri seorang lelaki, dan lelaki itu adalah seorang biksu". 

Tian Boguang menggeleng, "Bukan! Biksu itu adalah taishifu. Ternyata taishifu terus mencariku, akhirnya ia mendapat petunjuk dan menemukanku di Kaifeng. Siang harinya aku mengendap-endap di sekitar rumah keluarga itu dan dilihat oleh taishifu. Beliau menduga bahwa aku bermaksud jahat, maka ia memberitahu keluarga itu dan menyuruh mereka menyembunyikan si nona, lalu beliau tidur di ranjangnya menunggu aku". 

Linghu Chong berkata sembari tertawa, "Kali ini Tian Xiong benar-benar minum pil pahit". Tian Boguang tersenyum getir dan berkata, "Hal itu apa perlu dikatakan lagi? Begitu aku meraba kepala taishifu, aku langsung tahu bahwa keadaannya runyam. Lalu lenganku terasa kesemutan, aku telah kena totokan. Taishifu meloncat turun dari ranjang, menyalakan lampu, lalu bertanya padaku apa aku mau hidup atau mati. Aku tahu bahwa seumur hidupku aku telah terlalu banyak melakukan perbuatan jahat, dan pada suatu hari aku harus menerima pembalasan yang setimpal, maka aku segera berkata, "Aku ingin mati!" Taishifu tercengang, ia bertanya, "Kenapa kau ingin mati?" Aku berkata, 'Aku tak berhati-hati sehingga tertangkap olehmu, masa masih ingin hidup?' Wajah taishifu tak berekspresi, dengan geram ia berkata, 'Katamu kau tak berhati-hati sehingga tertangkap olehku, jadi maksudmu kalau kau berhati-hati sedikit, kau tak akan tertangkap olehku. Baiklah!' Ketika mengucapkan kata 'baik' ini, ia membuka totokanku". 

"Aku duduk dan bertanya, 'Apa perintahmu?' Ia berkata, 'Di ikat pinggangmu ada golok, kenapa kau tak membacokku? Kau punya kaki, kenapa tak melompat keluar jendela dan kabur saja?' Aku berkata, 'Marga Tian ini adalah seorang lelaki sejati, mana bisa menjadi seorang penjahat rendah seperti itu?' Ia tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, 'Kau bukannya seorang penjahat rendah? Kau telah berjanji akan mengangkat putriku sebagai guru, kenapa kau mengingkarinya?' Aku amat heran dan bertanya, 'Putrimu?' Ia berkata, 'Di kedai arak, kau bertaruh dengan pemuda dari Huashan Pai itu, katamu kalau kau kalah kau akan mengangkat putriku sebagai guru, masa itu semua hanya dibuat-buat saja? Ketika aku naik ke Hengshan untuk menemui putriku, ia memceritakan semuanya dengan terperinci, ia menceritakan semuanya padaku dari awal sampai akhirnya'. Aku berkata, 'Ternyata begitu. Biksuni kecil itu adalah putrimu, biksu agung, aneh'. Ia berkata, 'Apanya yang aneh?' Tentu saja aku tak bisa mengatakannya". 

Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Peristiwa ini memang agak aneh. Orang lain baru jadi biksu setelah punya anak, tapi Bujie Dashi malah jadi biksu dahulu baru mempunyai seorang putri, nama agamanya Bujie, maksudnya dia tak menaati segala peraturan maupun pantangan agama". 

Tian Boguang berkata, "Benar. Saat itu aku berkata, 'Pertaruhan itu cuma lelucon saja, mana bisa dianggap sungguhan? Aku kalah dalam pertaruhan itu, itu benar, maka setelah itu aku tak lagi menganggu xiao shitai'. Taishifu berkata, 'Tak bisa. kau sudah berjanji akan berguru, maka kau harus mengangkatnya sebagai guru. Kau tak bisa tak mengangkat putriku sebagai guru. Aku tak bisa membiarkan putri kandungku dianiaya orang. Selama aku mencarimu, kungfumu benar-benar sudah banyak berubah. Kau si bocah ini sangat licin, kalau saja kau tidak melakukan kegiatan memetik bunga ini, sungguh tak mudah untuk menangkapmu'. Kulihat dia sedang bingung, maka aku mengerahkan jurus Langkah Tiga Awanku dan melompat keluar dari jendela. Caixia menganggap bahwa qinggongku hebat, taishifu pasti tak bisa mengejarku, tapi tak nyana aku mendengar suara langkah kaki di belakangku, taishifu sudah berhasil menyusulku. Aku berseru, 'Biksu agung, karena kau tadi tak membunuhku, aku juga tak akan membunuhmu. Kalau kau masih mengejarku juga, aku tak akan segan-segan lagi' ". 

"Taishifu tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, 'Bagaimana kau mau tak segan-segan lagi padaku?' Aku menghunus golok dan berbalik, lalu membacok ke arahnya. Namun ilmu silat taishifu memang benar-benar lihai, dengan sepasang tangannya, ia bertukar jurus denganku, golok kilatku tak berdaya menyerangnya, setelah empat puluh jurus lebih, ia mencengkeram tengkukku, lalu merampas golok pendekku dan bertanya padaku, 'Menyerah?' Aku berkata, 'Menyerah, bunuh saja aku'. Ia berkata, 'Untuk apa aku membunuhmu? Apakah bisa menghidupkan putriku lagi?' Aku terkejut dan bertanya, 'Apakah xiao shitai sudah mati?' Ia berkata, 'Sekarang belum, tapi sebentar lagi ia akan mati. Ketika aku menjenguknya di Hengshan, ia begitu kurus seperti tengkorak saja, begitu melihatku ia lantas menangis, aku perlahan-lahan mencari tahu apa masalahnya, ternyata kaulah yang mencelakainya'. Aku berkata, 'Kalau kau mau membunuhku, bunuh saja. Seumur hidupku Tian Boguang selalu jujur dan terus terang, tak pernah berdusta. Aku memang bermaksud berbuat kurang ajar pada nonamu, tapi ia diselamatkan oleh Linghu Chong dari Huashan Pai, si Tian ini tak menodai putrimu, dia masih seorang gadis yang suci murni, eh bukan, masih seorang biksuni yang suci murni'. Taishifu berkata, 'Nenekmu, suci murni apa gunanya? Anak gadisku sakit rindu, kalau Linghu Chong tak menikahinya, dia tak ingin hidup lagi. Tapi setiap kali aku menyinggung masalah ini, anak gadisku selalu menegurku, katanya bagaimanapun juga orang beragama tak boleh tergoda hal duniawi, kalau tidak bodhisatwa akan menyalahkannya dan setelah mati nanti ia akan masuk neraka'. Setelah berbicara beberapa saat, ia tiba-tiba mencengkeram tengkukku sambil memakiku, 'Bocah tengik, ini semua gara-garamu. Saat itu kalau kau tak berbuat kurang ajar pada putriku, Linghu Chong tak akan menyelamatkannya, dan anak gadisku itu tak akan menjadi kurus kering seperti sekarang ini'. Aku berkata, 'Belum tentu. Xiao shitai cantik bak seorang dewi, kalaupun hari itu aku tak berbuat kurang ajar padanya, Linghu Chong pasti akan mencari-cari alasan lain untuk dapat berhubungan dengannya' ".

Linghu Chong mengkerenyitkan dahinya seraya berkata, "Tian Xiong, perkataanmu ini terlalu berlebihan". 

Tian Boguang tertawa dan berkata, "Mohon maaf, aku telah menyinggungmu. Saat itu keadaan sedang genting, kalau aku tak berkata begitu, taishifu pasti tak akan melepaskanku. Benar saja, begitu mendengarnya, amarahnya kontan berubah menjadi sukacita, katanya, 'Eh bocah tengik, coba kau pikir-pikir, kau seumur hidupmu sudah melakukan berapa perbuatan jahat? Kalau bukan karena kau berbuat kurang ajar pada putriku, bapakmu ini sudah dari dulu meremas kepalamu sampai hancur'. Linghu Chong berkata dengan heran, "Kau berbuat kurang ajar pada putrinya, tapi dia malah senang?" Tian Boguang berkata, "Dia bukannya gembira, tapi memuji pandangan kedepanku". Linghu Chong tak kuasa menahan senyum.

Tian Boguang berkata, "Tangan kiri taishishu mengangkatku tinggi-tinggi, sedangkan tangan kanannya menampariku tujuh atau delapan belas kali, dia memukuliku sampai aku pingsan. Setelah itu ia merendamku di sebuah kali kecil sampai aku sadar, lalu berkata, 'Kau kuberi waktu sebulan untuk pergi ke Huashan dan mengajak Linghu Chong menemui putriku, kalaupun untuk sementara ini ia tak bisa menikahinya, asalkan mereka berdua dapat berbicara dari hati ke hati juga tak apa, nyawa putriku akan dapat diselamatkan. Gurumu sedang kesusahan, masa kau sebagai muridnya tak menolongnya?' Ia menotok beberapa titik jalan darahku, yang katanya adalah titik-titik maut, ia juga memaksaku menelan obat beracun. Ia berkata bahwa kalau dalam waktu sebulan aku dapat mengundangmu menemui xiao shitai, ia akan memberiku obat pemunah, kalau tidak racun akan mengamuk dan tak ada obat yang dapat menyembuhkannya". 

Sekarang Linghu Chong baru sadar, bahwa ketika Tian Boguang datang ke Huashan untuk mengajaknya turun gunung, pikirannya penuh dengan berbagai hal yang sulit untuk diceritakan, karena ia tak mau menceritakan semuanya dengan jelas, ia tak tahu bahwa ternyata begitu banyak kerumitan di dalamnya.

Tian Boguang terus berbicara, "Aku datang ke Huashan untuk mengundangmu, tapi aku malah kalah hingga terkapar di tanganmu, kupikir aku akan sulit mempertahankan nyawaku, tapi ternyata taishifu merasa tak enak hati dan membawa xiao shitai naik ke Huashan sendiri untuk mencarimu, lalu ia memberiku obat pemunah. Aku mematuhi nasehatmu dan sejak saat itu tak lagi memperkosa dan berbuat mesum. Tapi dasar watak Tian Boguang memang gemar paras cantik dan tak bisa hidup tanpa wanita, apalagi aku juga punya emas dan perak, maka untuk mencari pelacur dan gadis penyanyi sama sekali tak sukar. Setengah bulan yang lalu, taishifu menemukanku, katanya kau akan menjadi ketua Hengshan Pai, tapi diam-diam ditertawakan orang, namamu di jianghu jadi rusak, beliau mencintai semuanya, cinta pada putrinya dan juga cinta pada menantunya...." 

Linghu Chong mengerenyitkan dahinya dan berkata, "Tian Xiong, perkataan yang konyol seperti ini setelah ini tak boleh keluar dari mulutmu lagi". 

Tian Boguang berkata, "Iya, iya. Aku cuma melaporkan perkataan taishifu saja, kok. Ia berkata bahwa ia akan masuk Hengshan Pai, dan dia menyuruhku ikut dengannya, hal pertama yang ingin dilakukannya adalah mewakili putrinya untuk menerimaku sebagai murid. Aku tak setuju, tapi ia lantas memukuliku, aku tak bisa melawannya dan juga tak bisa kabur, maka aku terpaksa menjadi muridnya". Ketika berbicara sampai disini, wajahnya menjadi muram, ekspresinya amat malu. 

Linghu Chong berkata, "Kalaupun kau menjadi muridnya, kau tak harus menjadi biksu. Bukankah Biara Shaolin juga punya banyak murid dari kalangan awam?" 

Tian Boguang menggeleng, "Taishishu juga punya alasan lain". Ia berkata, 'Kau ini terlalu suka main perempuan, kalau kau masuk Hengshan Pai, semua shibo dan shishumu adalah para biksuni yang berparas cantik, hal ini sangat tak pantas. Akar permasalahannya harus dicabut, ini adalah hal yang terbaik yang harus dilakukan'. Ia memukulku hingga jatuh, menarik celanaku, mengangkat golok, lalu, "Sret!", ia memotong anuku hingga tinggal separuh". 

Linghu Chong terkejut, "Oh!", ujarnya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya. Walaupun ia merasa bahwa perbuatan itu amat kejam, namun mengingat bahwa Tian Boguang seumur hidupnya telah menodai terlalu banyak wanita baik-baik, kejadian itu merupakan hukuman yang setimpal baginya. 

Tian Boguang menggeleng-gelengkan kepalanya seraya berkata, "Saat itu aku jatuh pingsan, ketika aku siuman, taishishu telah mengoleskan obat mujarab dan membalut lukaku, lalu menyuruhku menyembuhkan luka selama beberapa hari. Setelah itu ia memaksaku mencukur rambutku menjadi seorang biksu dan memberiku sebuah nama agama, yaitu 'Buke Bujie'. Ia berkata, 'Aku telah memotong anumu, sehingga kau tak lagi bisa melakukan kejahatan memetik bunga. Sebenarnya kau tak perlu menjadi biksu. Aku menjadikanmu seorang biksu dan memberimu nama 'Buke Bujie' supaya semua orang tahu, demi menjaga nama baik Hengshan Pai. Sebenarnya orang yang menjadi biksu sangat tak pantas bercampur dengan para biksuni, tapi karena kau sudah pasang merek 'Buke Bujie', maka hal ini sudah tak berarti lagi". 

Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Taishifumu sangat hati-hati dan penuh perhatian". Tian Boguang berkata, "Taishifu berkata, 'Demi putriku yang tercinta, kau harus berusaha sebisamu untuk menyelamatkan nyawanya'. Taishifu ingin aku menjelaskan hal ini padamu, dan juga memohon agar kau tak menyalahkan shifuku". Linghu Chong berkata dengan heran, "Kenapa aku menyalahkan gurumu? Ia sama sekali tak tahu apa-apa tentang hal ini". 

Tian Boguang berkata, "Taishifu berkata bahwa setiap kali ia bertemu dengan shifuku, ia selalu bertambah kurus, wajahnya juga makin lama makin pucat, setiap kali ia menanyainya, air matanya selalu meleleh, dan ia tak mau mengucapkan sepatah katapun. Taishifu berkata, 'Pasti dia memarahinya' ". Linghu Chong berkata dengan terkejut, "Tak pernah! Aku selamanya tak pernah memarahi shifumu. Lagipula, dia begitu baik, untuk apa aku menegurnya?" 

Tian Boguang berkata, "Justru karena kau tak pernah menegurnya, shifuku jadi menangis". Linghu Chong berkata, "Aku tak mengerti". Tian Boguang berkata, "Gara-gara masalah ini juga, taishifu memukuliku habis-habisan". 

Linghu Chong mengaruk-garuk kepalanya, ia berpikir bahwa Bujie Dashi ini bicaranya berbelit-belit tak keruan, tak ada bedanya dengan Taogu Liuxian.

Tian Boguang berkata, "Taishifu berkata, 'Dahulu setelah ia dan taishimu[7] menjadi suami istri, mereka sering berkelahi, makin sengit mereka memaki-maki, makin dalamlah cinta mereka berdua. Kau tak menegur shifuku, itu berarti bahwa kau tak ingin menikahinya". 

Linghu Chong berkata, "Hal ini.....gurumu orang beragama, aku selamanya tak pernah memikirkan hal ini". Tian Boguang berkata, "Aku juga berkata begitu, tapi taishifu marah besar, lalu memukuliku, katanya taishimuku juga dulunya seorang biksuni, untuk menikahinya, ia menjadi biksu. Kalau orang beragama tak boleh mejadi suami istri, di dunia ini mana ada shifuku? Kalau di dunia ini tak ada shifuku, mana bisa ada aku?" Linghu Chong tak kuasa menahan tawa, ia berpikir bahwa Tian Boguang jauh lebih tua dari Yilin Shimei, bagaimana kedua hal ini bisa dicampuradukkan seperti itu? Tian Boguang kembali berkata, "Taishifu juga berkata, kalau kau tak mau mengambil shifuku sebagai istri, untuk apa kau jadi ketua Hengshan Pai? Katanya walaupun di Hengshan banyak biksuni, namun tak ada yang kecantikannya melebih shifuku, semua orang kalah jauh darinya! Kalau kau tak melakukannya demi shifuku, kau melakukannya demi biksuni yang mana?" 

Diam-diam Linghu Chong mengeluh, ia tak tahan lagi, pikirnya, "Demi menikahi seorang biksuni, dahulu Bujie Dashi menjadi biksu, ia pikir semua orang di dunia ini pikirannya sama dengannya. Kalau perkataan ini sampai tersebar keluar, apa keadaan tak akan jadi runyam?"

Tian Boguang tersenyum getir dan berkata, "Taishifu menanyaiku, apakah shifuku adalah perempuan yang paling cantik di muka bumi ini. Aku berkata, 'Kalaupun tidak yang paling cantik sedunia, tapi ia sangat cantik'. Ia malah memukuliku sampai dua gigiku copot, ia naik pitam dan berkata, 'Kenapa bukan yang paling cantik? Kalau ia tidak cantik, waktu itu kenapa kau ingin melecehkannya? Kenapa si bocah Linghu Chong itu mempertaruhkan nyawanya untuk menyelamatkannya?' Aku cepat-cepat berkata, 'Ia paling cantik, paling cantik. Mana mungkin putri kandung taishifu bukan wanita yang tercantik di jagat ini?' Begitu mendengar perkataan ini, ia merasa amat senang dan memuji-muji pandanganku yang cemerlang". 

Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Wajah Yilin Shimei memang amat jelita, memang sudah sepantasnya Bujie Dashi membanggakannya". Tian Boguang berkata, "Nah, kau juga bilang wajah shifuku amat cantik, bagus sekali". Linghu Chong berkata dengan heran, "Kenapa bagus sekali?" Tian Boguang berkata, "Taishifu memberiku sebuah tugas, ia ingin aku mencari akal supaya dapat menjadikanmu......menjadikanmu ....." Linghu Chong berkata, "Menjadikanku apa?" Tian Boguang berkata sembari tersenyum, "Menjadikanmu shigongku[8]". 

Linghu Chong tertegun, lalu berkata, "Tian Xiong, Bujie Dashi sangat mencintai putrinya. Tapi kau jelas tahu bahwa hal ini tak mungkin terlaksana". Tian Boguang berkata, "Benar. Aku berkata bahwa hal ini sangat sulit, aku berkata bahwa demi Ren Da Xiaojie dari Mojiao, kau telah memimpin serombongan orang menyerang Biara Shaolin. Aku berkata, 'Walaupun wajah Ren Da Xiaojie tak lebih cantik dari guruku, namun Linghu Gongzhi dan dia telah ditakdirkan untuk bersama, ia sudah terpesona olehnya dan orang lain tak dapat mengubahnya'. Linghu Gongzhi, di depan taishifu, aku tak punya pilihan lain dan harus berkata begitu untuk menyelamatkan gigi yang kuperlukan untuk makan, kau jangan tersinggung". Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Tentu saja aku mengerti". 

Tian Boguang berkata, "Taishifu berkata bahwa ia sudah tahu tentang masalah ini, katanya masalah ini sangat mudah dibereskan, tinggal memikirkan cara untuk membunuh Ren Da Xiaojie tanpa sepengetahuanmu, bereslah semuanya. Aku cepat-cepat berkata bahwa ia tak boleh melakukannya, kalau Ren Da Xiaojie tewas, Linghu Gongzhi pasti akan bunuh diri. Taishifu berkata, 'Katamu itu benar. Kalau si bocah Linghu Chong ini mati, putriku akan jadi janda muda, bukankah ini celaka? Begini saja, kau bicaralah pada si bocah Linghu Chong itu, putriku akan menikahinya sebagai selir, begitu juga tak apa'. Aku berkata, 'Taishifu, bagaimana kau dapat memperlakukan putrimu yang tercinta seperti itu?' Ia menghela napas dan berkata, 'Kau tak tahu, kalau anak gadisku ini tak menikah dengan Linghu Chong, cepat atau lambat ia akan mati, usianya pasti tak akan panjang'. Ketika ia berbicara sampai disini, air matanya meleleh. Ai, inilah watak ayah beranak itu, secara tak sadar memperlihatkan perasaan mereka yang sebenarnya, tak bisa berpura-pura".

Kedua orang itu saling memandang, mereka sama-sama merasa rikuh. Tian Boguang berkata, "Linghu Gongzhi, aku telah mengatakan semua yang diperintahkan taishifu kepadamu. Aku tahu bahwa ada beberapa hal yang sulit dilakukan, bahkan termasuk tabu, terutama karena kau adalah ketua Hengshan Pai. Tapi aku sarankan supaya kau mengucapkan beberapa pujian untuk shifuku supaya ia senang, hal yang lainnya akan kita lihat nanti". 

Linghu Chong mengangguk dan berkata, "Baiklah". Ia ingat bahwa beberapa hari belakangan ini, setiap kali bertemu dengan Yilin, ia memang melihatnya dari hari ke hari makin kurus saja, ternyata hal itu disebabkan oleh cinta yang tak terbalas. Perasaan Yilin kepadanya amat mendalam, bagaimana dirinya sampai tak menyadarinya? Namun Yilin adalah seorang beragama, dan usianya juga masih sangat muda, ia berharap bahwa perasaan itu akan sedikit berkurang bersama dengan berlalunya waktu, dan akhirnya menghilang. Setelah kembali bertemu dengannya di Pegunungan Xianxia, dari Fujian sampai Jiangxi, ia tak pernah berbicara sendirian dengannya. Sejak tiba di Hengshan, ia lebih-lebih lagi menghindari melakukan segala sesuatu yang dapat menimbulkan kecurigaan. Namanya sendiri memang sudah tak baik, pujian atau hujatan orang tak dimasukkannya dalam hati, namun ia tak boleh sampai mencoreng nama baik Hengshan Pai yang murni, selain mengajarkan ilmu pedang pada murid-murid Hengshan Pai, sehari-hari ia amat jarang mengobrol dengan siapapun. Dirinya yang dahulu suka melucu dan berlagak sinting telah banyak berubah. Saat ini ketika ia mendengarkan Tian Boguang berbicara tentang kejadian-kejadian yang sudah lampau, dan perasaan cinta Yilin kepadanya, mendadak berbagai perasaan membanjiri hatinya.

* * * 

Catatan Kaki Penerjemah
[1] 'Kakek Guru'.
[2] 'Bujie' berarti 'Tak Berpantang'. 'Buke Bujie' berarti 'Tak Bisa Tak Berpantang'.
[3] 'Pasti Tak Bisa Berpantang'.
[4] 'Tentu Saja Tak Bisa Berpantang'.
[5] 'Paling Tentu Saja Tak Bisa Berpantang'.
[6] 'Guru Kecil'.
[7] 'Nyonya Guru Besar'.
[8] 'Suami Guru', plesetan dari shiniang yang berarti 'istri guru'.


Bagian ketiga

Ia memandangi salju putih yang menyelimuti puncak-puncak gunung di kejauhan, ketika sedang termenung-menung, mendadak ia mendengar suara riuh rendah serombongan orang dari jalan yang menuju ke atas gunung. Biasanya Puncak Jianxing selalu sunyi, tak ada orang yang membuat keributan seperti ini, ketika ia sedang terheran-heran, terdengarlah suara langkah kaki, ratusan orang berbondong-bondong menghampiri, di barisan depannya ada seseorang yang berkata, "Selamat untuk Linghu Gongzhi, hari ini adalah hari bahagiamu!" Orang ini pendek dan gemuk, dia adalah Lao Touzi. Di belakangnya ada Ji Wushi, Zu Qianqiu, dan juga Huang Boliu, Sima Da, Lan Fenghuang, You Xun, Sepasang Beruang Gurun Utara dan orang-orang lain yang ternyata juga ikut datang. 

Linghu Chong terkejut sekaligus girang, ia cepat-cepat menyambut mereka seraya berkata, "Caixia telah menerima amanat terakhir Dingxian Shitai dan harus memimpin Hengshan Pai, tapi aku sungkan merepotkan kawan-kawan sekalian. Kenapa kalian semua datang kesini?" 

Orang-orang ini sebelumnya telah mengikuti Linghu Chong menyerang Biara Shaolin, mereka telah melewati pertempuran hidup dan mati bersamanya, mereka adalah kawan sejati yang telah teruji kesetiaannya. Semua orang berebut maju ke depan dan mengerumuninya dengan sangat akrab. Lao Touzi berkata dengan lantang, "Kami semua mendengar bahwa gongzhi telah berhasil menjemput Shengu dan semua orang merasa sangat gembira. Kabar mengenai gongzhi menjabat ketua Hengshan Pai sudah tersebar di seluruh dunia persilatan, kalau hari ini kami tak naik gunung untuk mengucapkan selamat, kami benar-benar pantas mati". Orang-orang ini lugas dan jujur, setelah berbicara dengan singkat, mereka lantas bersenda gurau. 

Sejak Linghu Chong naik ke Hengshan, terhadap semua biksuni dan nona-nona, ia selalu menjaga perkataannya agar selalu sopan, sekarang ia tiba-tiba bertemu dengan kawan-kawan lama ini, maka iapun merasa amat girang. 

Huang Boliu berkata, "Kami adalah tamu-tamu yang tak diundang, Hengshan Pai belum tentu mempersiapkan makanan dan penginapan bagi orang-orang kasar seperti kami ini. Kami sudah membawa perbekalan sendiri ke atas gunung". Linghu Chong berkata, "Bagus sekali kalau begitu". Ia berpikir, "Keadaan ini mirip dengan pertemuan besar para pendekar di Wubagang tempo hari". Ketika mereka sedang berbicang-bincang, beberapa ratus orang lain ikut naik gunung. Ji Wushi berkata sembari tertawa, "Gongzhi, kita orang sendiri dan tak usah segan-segan. Murid-murid perempuanmu yang lembut dan anggun itu tak usah menyambut kami orang-orang kasar ini. Lebih baik kami berbincang-bincang dengan bebas sendiri saja". 

Saat itu Puncak Jianxing sudah ramai. Para murid Hengshan tak menyangka akan begitu banyak tamu datang untuk memberi selamat, maka mereka semua merasa gembira. Namun beberapa murid yang sudah lebih tua dan berpengalaman merasa bahwa para tamu yang datang memberi selamat ini tak jelas asal usulnya, walaupun diantara mereka terdapat tak sedikit tokoh-tokoh terkenal, tapi mereka semua adalah jago-jago xiepai, selain itu beberapa diantara mereka adalah tokoh-tokoh rimba hijau dan para bandit. Tata tertib Hengshan Pai ketat, setiap murid selalu menjaga kehormatan diri mereka, sekalipun dengan tokoh-tokoh aliran lurus, merekapun jarang bergaul. Tokoh-tokoh aliran sesat ini biasanya sama sekali tak memperdulikan mereka, namun hari ini tak nyana mereka berbondong-bondong naik gunung bagai sekawanan lebah. Mereka juga melihat bahwa sang ketua ternyata sangat dekat dengan orang-orang itu, raut wajah mereka terlihat penuh rasa persahabatan, maka mau tak mau para murid merasa tak enak hati. 

Saat tengah hari tiba, beberapa lelaki memikul ayam, bebek, sapi dan kambing, arak, sayur mayur, nasi dan mi ke atas gunung. Linghu Chong berpikir, "Karena Jianxing sudah disucikan bagi Guanyin berbaju putih, kalau aku sebagai ketua makan ikan dan daging, dan menyembelih babi dan kambing, aku akan menyinggung para leluhur Hengshan Pai". Maka ia segera memerintahkan para lelaki itu untuk memasak di lereng gunung, akan tetapi wangi arak dan masakan masih menyeruak ke atas gunung, sehingga para biksuni semuanya diam-diam mengerenyitkan dahi. 

Setelah para pendekar itu makan siang, mereka duduk di tanah lapang yang luas di depan biara Puncak Jianxing. Linghu Chong duduk di sebelah barat, beberapa ratus murid perempuan berdiri di belakangnya sesuai dengan urutan senioritas mereka, mereka sedang menunggu saat baik tiba untuk melakukan upacara serah terima jabatan. 

Sekonyong-konyong terdengar suara seruling, serombongan orang naik gunung sambil meniup seruling. Diantara mereka dua orang tua berbaju hitam berjalan dengan langkah-langkah lebar, seruan "Ah!" dan "Oh!" muncul dari rombongan para pendekar, bahkan tak sedikit orang yang berdiri. 

Orang tua berpakaian hitam di sebelah kiri kulit wajahnya kekuningan, dengan lantang ia berkata, "Dongfang Jiaozhu dari Riyue Shenjiao menugaskan kedua tetua yaitu Jia Bu dan Shangguan Yun untuk datang kemari dan memberi selamat atas diangkatnya Linghu Daxia sebagai ketua Hengshan Pai. Kami berharap agar Hengshan Pai dapat maju pesat dan wibawa Ketua Linghu dapat menggetarkan dunia persilatan". 

Begitu perkataan ini diucapkan, para pendekar berseru, "Ah!", lalu bersorak-sorai. 

Kebanyakan dari para pendekar aliran sesat ini mempunyai hubungan dengan Mojiao, diantara mereka juga terdapat orang-orang yang telah minum Sanshi Naoshen Dan dari   Dongfang Bubai, begitu mereka mendengar nama 'Dongfang Bubai' mereka langsung gemetar ketakutan. Kalaupun para pendekar itu tak mengenal kedua tetua itu, mereka sudah lama mendengar nama mereka berdua, orang yang berada di sebelah kiri itu adalah si 'Duta Berwajah Kuning' Jia Bu, sedangkan orang yang berada di sebelah kanan bermarga kembar Shangguan dan bernama tunggal Yun, julukannya adalah si Pendekar Elang. Ilmu silat kedua orang itu tinggi, kabarnya jauh melebihi ilmu silat ketua perguruan atau kepala perkumpulan biasa. Kedudukan dan jasa mereka di Riyue Shenjiao tak terlalu luar biasa, namun dalam beberapa tahun belakangan ini telah terjadi perubahan besar dalam sekte mereka, para anggota senior seperti Xiang Wentian dikeluarkan atau mengundurkan diri, sehingga saat ini Jia Bu dan Shangguan Yun adalah tokoh-tokoh yang paling berkuasa dan berpengaruh dalam sekte mereka, bahkan mereka mempunyai wibawa sebagai tokoh-tokoh kelas satu. Kalau saat ini Dongfang Bubai mengutus mereka, boleh dibilang bahwa Dongfang Bubai memberi cukup banyak muka kepada Linghu Chong. 

Linghu Chong maju ke dapan dan menyambut mereka seraya berkata, "Caixia dan Tuan Dongfang belum pernah bertemu, aku malu telah merepotkan tuan-tuan berdua dan tak berani menerima penghormatan ini". Ia melihat bahwa wajah si 'Duta Berwajah Kuning' itu kurus dan berwarna kuning seperti lilin, kedua pelipisnya amat menonjol, seakan di dalamnya terdapat buah kenari. Si 'Pendekar Elang' Shangguan Yun kaki dan tangannya panjang, sepasang matanya bersinar-sinar dan ia nampak amat berwibawa, dari penampilan mereka nampak bahwa tenaga dalam mereka berdua amat hebat. 

Jia Bu berkata, "Hari ini adalah hari bahagia Linghu Daxia, Dongfang Jiaozhu berkata bahwa seharusnya beliau datang secara pribadi untuk memberi selamat. Hanya saja beliau harus mengurus urusan sehari-hari agama kami sehingga beliau tak punya waktu, mohon agar Linghu Daxia tak menyalahkan kami". 

Linghu Chong berkata, "Aku tak berani". Ia berpikir, "Kalau melihat keangkuhan utusannya ini, nampaknya Ren Jiaozhu belum berhasil merebut kembali kedudukan ketua, entah bagaimana keadaannya, Xiang Dage dan Yingying bertiga sekarang?" 

Jia Bu memiringkan tubuhnya dan melambaikan tangan kirinya seraya berkata, "Hadiah kecil ini adalah tanda mata dari Dongfang Jiaozhu, mohon supaya Ketua Linghu sudi menerimanya". Di tengah suara musik, lebih dari seratus orang lelaki mengusung empat puluh peti berlak merah ke atas. Setiap peti diusung oleh empat orang lelaki kekar, melihat langkah-langkah kaki mereka yang berat, benda-benda yang terdapat dalam kotak itu benar-benar tidaklah ringan. 

Linghu Chong cepat-cepat berkata, "Bahwa tuan-tuan berdua sudi berkunjung kemari sudah merupakan kehormatan bagi Linghu Chong, hadiah yang begitu banyak ini tak berani kuterima. Mohon sampaikan pada Tuan Dongfang bahwa Linghu Chong mengucapkan banyak terima kasih. Kediaman murid-murid Hengshan di gunung ini sederhana dan tak memerlukan benda-benda mewah seperti ini". 

Jia Bu berkata, "Kalau Ketua Linghu tak sudi menerima hadiah-hadiah ini, caixia dan Shangguan Xiongdi akan mengalami kesulitan besar". Ia sedikit berpaling dan berkata ke arah Shangguan Yun, "Shangguan Xiongdi, menurutmu perkataan ini benar tidak?" Shangguan Yun berkata, "Tepat sekali!" 

Dalam hati Linghu Chong merasa serba salah, "Hengshan adalah perguruan aliran lurus, dengan kalian Mojiao adalah bagai air dan api, kalaupun kedua belah pihak tak bertempur, kita juga tak bisa berteman. Lagipula, Ren Jiaozhu dan Yingying masih akan membuat perhitungan dengan Dongfang Bubai, aku mana bisa menerima hadiahmu?" Maka ia berkata, "Mohon agar saudara berdua sampaikan pada Tuan Dongfang bahwa aku sama sekali tak berani menerima hadiah ini. Kalau kalian berdua tak bersedia untuk menarik kembali hadiah ini, caixia akan terpaksa menyuruh orang untuk mengirim kembali hadiah ini ke markas besar agama anda yang mulia". 

Jia Bu tersenyum kecil, lalu berkata, "Apakah Ketua Linghu tahu benda apa yang terdapat dalam keempat puluh peti ini?" Linghu Chong berkata, "Tentu saja caixia tak tahu". Jia Bu tersenyum dan berkata, "Setelah Ketua Linghu melihatnya, tentunya Ketua Linghu tak akan menolaknya. Benda-benda yang terdapat dalam keempat puluh peti ini sebenarnya tak semua merupakan hadiah dari Dongfang Jiaozhu, sebagian diantaranya adalah milik Ketua Linghu, kami membawanya kesini untuk mengembalikannya kepada yang empunya". Linghu Chong amat heran, katanya, "Bagaimana bisa ada benda-benda milikku? Benda-benda apa itu?" Jia Bu maju selangkah, lalu berbisik, "Sebagian besar adalah pakaian, perhiasan dan benda-benda keperluan sehari-hari Ren Da Xiaojie yang masih tertinggal di Heimuya, Dongfang Jiaozhu memerintahkan caixia untuk mengantarnya kemari supaya dapat digunakan oleh Ren Da Xiaojie. Selain itu masih ada sedikit hadiah dari Dongfang Jiaozhu untuk Linghu Daxia dan Ren Da Xiaojie. Begitu banyak barang tercampur menjadi satu dan tak dapat dipisah-pisahkan, Ketua Linghu tak usah segan-segan. Hahaha, hahaha!" 

Watak Linghu Chong periang dan suka berbuat sekehendak hatinya, ia tak pernah memperdulikan hal-hal sepele, ketika melihat bahwa Dongfang Bubai memberikan hadiah-hadiah itu dengan tulus, apalagi di dalamnya juga terdapat benda-benda milik Yingying, ia tidak meolaknya dengan tegas, ia ikut tertawa terbahak-bahak, lalu berkata, "Kalau begitu, banyak terima kasih". 

Terlihat seorang murid perempuan menhampiri mereka dengan cepat, ia melapor, "Chong Xu Daozhang dari Wudang Pai datang secara pribadi untuk mengucapkan selamat". Linghu Chong terkejut, ia cepat-cepat berjalan ke lereng gunung untuk menyambutnya. Terlihat Pendeta Chong Xu bersama delapan orang muridnya sedang mendaki gunung. Linghu Chong menyoja memberi hormat, lalu berkata, "Mohon maaf karena telah merepotkan tuan-tuan, Linghu Chong merasa amat berterima kasih". Pendeta Chong Xu berkata sembari tertawa, "Anak muda, kau telah dianugerahi jabatan ketua Hengshan Pai, begitu mendengarnya, pindao amat girang. Fang Zheng dan Fang Sheng Dashi dari Biara Shaolin juga akan datang kemari untuk memberimu selamat, entah mereka berdua sudah tiba disini atau belum?" Linghu Chong makin tercengang. 

Tepat pada saat itu, di jalan itu nampak serombongan biksu sedang berjalan mendekat, dua orang yang berada paling depan lengan jubahnya melambai-lambai, mereka adalah Kepala Biara Fang Zheng dan Fang Sheng Dashi. Fang Zheng menyapa, "Zhong Xu Daoxiong, kau berjalan dengan cepat, kalian sudah tiba lebih dahulu".  
Linghu Chong turun gunung untuk menyambut mereka, serunya, "Kedua dashi telah sudi datang sendiri kesini, Linghu Chong mana berani menerima kehormatan ini?" Fang Sheng tersenyum dan berkata, "Saoxia, kau telah tiga kali memasuki Shaolin, tapi kami baru sekali ini berkunjung ke Hengshan, kami hanya membalas kunjunganmu saja". 

Linghu Chong membawa para biksu dan pendeta Tao itu ke puncak gunung. Ketika para pendekar yang berada di puncak gunung melihat bahwa ketua dua perguruan besar, yaitu Shaolin dan Wudang, datang secara pribadi, mereka semua tercengang, mereka tak berani berbicara keras-keras lagi. Wajah setiap murid Hengshan berseri-seri, mereka semua berpikir, "Muka zhangmen shixiong akan sangat cemerlang". 

Jia Bu dan Shangguan Yun saling memandang, mereka berdiri di samping, seakan tak melihat Fang Zheng, Fang Sheng, Chong Xu dan orang-orang lain yang sedang naik ke gunung itu. 

Linghu Chong mempersilahkan Fang Zheng Dashi dan Pendeta Chong Xu duduk, pikirnya, "Aku ingat ketika dahulu shifu menjadi ketua Huashan, ketua Shaolin dan Wudang Pai sama sekali tak datang dan hanya mengirim orang untuk menyampaikan ucapan selamat. Saat itu aku masih kecil dan tak mengenali tamu-tamu yang datang, namun setiap kali shifu dan shiniang bercerita pada para murid tentang upacara serah terima jabatan ketua itu, mereka tak pernah berkata bahwa ketua Shaolin dan Wudang menghadirinya. Hari ini mereka berdua serentak datang, apakah mereka benar-benar datang untuk mengucapkan selamat padaku, atau apakah mereka punya maksud lain?" 

Saat itu para tamu berbondong-bondong naik ke puncak gunung tanpa henti, kebanyakan adalah para pendekar yang dahulu ikut menyerbu Biara Shaolin. Selain itu, Kunlun Pai, Tianchang Pai, Emei Pai, Kongdong Pai, Qingcheng Pai, Gaibang dan berbagai perguruan dan partai besar lainnya juga mengirim orang untuk mewakili ketua mereka menyampaikan selamat dan memberikan hadiah. Ketika Linghu Chong melihat bahwa orang yang memberi selamat banyak jumlahnya, ia merasa lega, "Mereka semua memandang wajah Hengshan Pai serta Dingxian Shitai dan datang memberi selamat, bukan karena memandang wajahku". 

Namun Songshan, Huashan, Heng Shan dan Taishan sama sekali tak mengirim orang untuk mengucapkan selamat. 

"Dor, dor, dor!", terdengar suara tembakan tiga kali, saat yang baik telah tiba. Linghu Chong melangkah ke tengah lapangan, menyoja sambil merangkap tangan dan menghormat kepada semua orang, lalu ia berkata dengan lantang, "Sangat disayangkan bahwa ketua Hengshan Pai yang terdahulu, Dingxian Shitai, telah terkena tipu muslihat keji dan wafat bersama dengan Dingyi Shitai. Si bocah Linghu Chong telah menerima amanat terakhir Dingxian Shitai untuk mengetuai Hengshan Pai. Adalah kehormatan besar bagi Hengshan Pai karena para qianbei dan kawan-kawan sekalian telah sudi hadir disini, kami merasa amat berterima kasih". 

Di tengah suara gemerincing bel dan gembrengan, para murid Hengshan berbaris dalam dua kelompok, lalu berbaris maju satu demi satu, yang berada di tengah ialah keempat murid senior yaitu Yihe, Yiqing dan Yizhen dan Yizhi. Keempat murid senior itu membawa alat-alat peribadatan, mereka melangkah ke hadapan Linghu Chong, lalu menyoja memberi hormat. Linghu Chong membungkuk sambil menyilangkan tangan di depan dadanya untuk membalas penghormatan itu. 

Yihe berkata, "Keempat alat peribadatan ini diwariskan oleh leluhur pendiri Hengshan Pai, Xiaofeng Shitai, untuk diambil alih oleh para ketua perguruan kami. Mohon agar ketua yang baru diangkat Linghu Shixiong menerimanya". Linghu Chong menjawab, "Baik". 

Keempat murid senior Hengshan Pai itu berturut-turut menyerahkan alat-alat peribadatan itu, yaitu sebuah kitab suci, sebuah ikan-ikanan kayu, sebuah tasbih, dan sebuah pedang pendek. Begitu melihat ikan-ikanan kayu dan tasbih itu, mau tak mau Linghu Chong merasa rikuh, ia terpaksa mengangsurkan tangannya untuk menerima benda-benda itu, namun sepasang matanya memandang ke tanah, tak berani menyambut pandangan mata para hadirin. 

Yiqing membuka sebuah gulungan dan berkata, "Para anggota Hengshan Pai harus menaati pantangan-pantangan dalam Agama Buddha, dan juga Lima Pantangan Besar perguruan kita: Pertama, pantang menentang atasan, kedua, pantang saling melukai diantara saudara seperguruan, ketiga, pantang membunuh orang tak berdosa, keempat, pantang bersikap tak pantas, kelima, pantang bergaul dengan kaum sesat. Ajaran yang diwariskan oleh para leluhur pendiri Hengshan Pai ini harus diteladankan oleh ketua dan ditaati oleh para murid". Linghu Chong menjawab, "Baik!" Ia berpikir, "Ketiga pantangan pertama tak apa-apa, tapi Linghu Chong tak seberapa pantas sikapnya, sedangkan larangan bergaul dengan kaum sesat itu lebih merepotkan lagi. Tamu-tamu yang hari ini datang ke puncak gunung ini malah sebagian besar terdiri dari tokoh-tokoh aliran sesat". 

* * * 

Mendadak di jalan terdengar suara seseorang berkata, "Zuo Mengzhu dari Wuyue Jianpai memerintahkan, Linghu Chong tak boleh menduduki jabatan ketua Hengshan Pai". 

Di tengah suara-suara teriakan, lima orang berlari bagai terbang menghampiri mereka, di belakang mereka ada beberapa puluh orang. Lima orang yang berada di barisan paling depan masing-masing membawa sebuah bendera, bendera itu adalah bendera komando Wuyue Jianpai. Kelima orang itu berhenti berlari dan berdiri beberapa zhang di depan para hadirin, diantara kedua belah pihak berdiri seorang lelaki tinggi besar yang berumur limapuluhan tahun lebih. 

Linghu Chong mengenali orang yang bermarga Ding dan bernama Mian itu, ia dijuluki 'Tapak Pengusung Pagoda', ia adalah adik seperguruan Mengzhu Zuo dari Songshan Pai, pelindung nomor satu diatara 'Tiga Belas Pelindung Songshan', tempo hari ia sudah pernah melihatnya di luar kuil dewa obat, maka ia segera merangkap tangan seraya berkata, "Ding Qianbei, bagaimana kabarmu?". 

Ding Mian membeberkan bendera yang berada di tangannya, lalu berkata, "Hengshan Pai adalah salah satu dari Wuyue Jianpai dan harus mematuhi perintah Zuo Mengzhu". 

Linghu Chong berkata, "Mungkin Ding Qianbei sudah lupa, bahwa pada hari itu di Lembah Pandai Pedang di Longquan di Zhejiang selatan, kawan-kawan Songshan Pai telah menyamar sebagai orang Riyue Shenjiao dan mengepung Dingxian dan Dingyi Shitai berdua, serta melukai atau membunuh banyak shizi dan shimei Hengshan Pai. Dingxian Shitai telah menyatakan, bahwa sejak saat itu Hengshan Pai tak lagi mematuhi perintah Zuo Mengzhu. Perkataan itu tentunya telah dilaporkan kepada Zuo Mengzhu oleh kawan-kawanku yang bermarga Zhao, Zhang dan Sima ini. Linghu Chong menerima jabatan ketua Hengshan Pai berdasarkan amanat terakhir Dingxian Shitai, sejak saat ini kami tidak lagi berserikat dengan Wuyue Jianpai". 

Pada saat itu belasan orang yang lainnya telah naik ke puncak itu, mereka adalah murid-murid keempat perguruan lainnya, yaitu Songshan, Huashan, Heng Shan dan Taishan. Delapan orang yang berasal dari Huashan Pai adalah bekas adik-adik seperguruan Linghu Chong, namun Lin Pingzhi tak berada diantara mereka. Puluhan orang itu membagi diri mereka menjadi empat barisan yang masing-masing terdiri atas sepuluh orang, tangan mereka menekan gagang pedang, diam seribu bahasa. 

Ding Mian berkata dengan lantang, "Hengshan Pai harus dipimpin oleh seorang biksuni, 
Linghu Chong adalah seorang lelaki, bagaimana ia bisa melanggar peraturan Hengshan Pai yang sudah ratusan tahun umurnya?" 

Linghu Chong berkata, "Peraturan dibuat oleh manusia, dan juga bisa diubah oleh manusia, lagipula, Hengshan Pai sudah tak berada di bawah perintah Zuo Mengzhu, urusan Hengshan Pai sama sekali tak ada hubungannya dengam Songshan Pai". 

Diantara para pendekar, sudah ada orang-orang yang memaki Ding Mian, "Urusan Hengshan Painya untuk apa dicampuri oleh Songshan Paimu?" "Nenekmu, cepat pergi sana!" "Wuyue Mengzhu apa? Mengzhu kentut, dasar tak punya malu!" 

Tempo hari ketika Liu Zhengfeng dari Heng Shan Pai hendak mencuci tangan di baskom emas dan mengundurkan diri dari dunia persilatan, Zuo Lengchan mengirim Ding Mian, Lu Bai, Fei Bin dan jago-jago Songshan Pai lain untuk memimpin Shi Dengda dan murid-murid lainnya untuk menghentikannya dengan membawa bendera komando. Karena semua sudah direncanakan dengan hati-hati sebelumnya, dan karena mereka menggunakan kekuatan yang besar, semua pemimpin perguruan Taishan, Huashan dan Hengshan tak berdaya melawan mereka. Akhirnya Liu Zhengfeng tak cuma hanya harus membatalkan upacara cuci tangan di baskom emasnya, murid-murid dan anggota keluarganyapun harus tewas dengan mengenaskan. Dingyi Shitai bermaksud untuk menyelesaikan masalah itu dengan adil, lalu mendamaikan pihak-pihak yang bertikai, namun ia malah dilukai oleh Ding Mian sehingga ia menjadi kesal dan menarik diri. Tindakan Songshan Pai hari ini mirip dengan perbuatan mereka saat Liu Zhengfeng mencuci tangan di baskom emas, mereka mengirim pasukan yang selain terdiri dari anggota Songshan Pai, juga beranggotakan murid-murid perguruan Huashan, Heng Shan dan Taishan, kekuatan mereka sekarang kalau dibandingkan dengan 'operasi pengepungan Liu di Heng Shan' itu jauh lebih besar. 

Mau tak mau jantung Yihe,Yiqing dan murid-murid Hengshan lain berdebar-debar, namun tamu yang datang untuk memberi selamat amat banyak, tak hanya ketua Wudang dan Shaolin yang datang secara pribadi, selain itu masih ada ribuan orang gagah yang datang dari berbagai penjuru. Kalau Songshan Pai ingin memakai siasat lama mereka dan memaksa Linghu Chong untuk tak menjadi ketua Hengshan Pai, sepertinya hal itu akan sulit terlaksana. Nampaknya semangat rombongan orang gagah itu amat tinggi, maka hati mereka seketika itu menjadi tenang, mereka merasa bahwa kalau orang-orang ini hendak membuat kekacauan, maka hal ini malah akan sangat bermanfaat bagi pihak mereka. 

Ding Mian berkata kepada Linghu Chong, "Orang-orang yang mulutnya kotor ini untuk apa berada disini?" 

Linghu Chong berkata, "Saudara-saudara ini adalah teman-temanku, mereka naik gunung untuk menghadiri upacara". Ding Mian berkata, "Baiklah. Diantara Lima Pantangan Besar Hengshan Pai, pantangan kelima bunyinya bagaimana?" Linghu Chong berkata dalam hati, "Kau sengaja ingin mempermalukanku, maka aku akan berdebat denganmu". Ia berkata, "Diantara Lima Pantangan Besar Hengshan Pai, pantangan kelima berbunyi pantang bergaul dengan kaum sesat. Dengan orang seperti Ding Xiong ini, dan juga murid-murid Songshan Pai lain yang licik dan jahat, Linghu Chong sudah pasti tak akan bergaul dengan mereka".

Ketika para pendekar mendengarnya, mereka semua tertawa keras-keras, lalu serentak berkata, "Hei murid-murid yang licik dan jahat, enyahlah sana!" 

Ketika Ding Mian beserta murid-murid perguruan Songshan dan Huashan melihat unjuk kekuatan ini, mereka sadar bahwa musuh berjumlah banyak, sedangkan pihak mereka sedikit, kalau lawan tiba-tiba mengambil sikap bermusuhan dan menyerang mereka, keadaan mereka akan runyam. Ding Mian kembali berpikir, "Kali ini Zuo Shige salah perhitungan. Ia mengira Puncak Jianxing ini akan sunyi senyap dan hanya akan ada para biksuni dan nona-nona Hengshan Pai saja, puluhan jago-jago dari keempat perguruan kita sudah cukup untuk menghentikan mereka. Walaupun ilmu pedang Linghu Chong hebat, namun kita dapat mengambil kesempatan saat ia tak memegang pedang, kita lima bersaudara akan mengepungnya dengan menggunakan ilmu pukulan dan tentunya kita akan berhasil mencabut nyawanya. Namun ternyata tamu-tamu yang datang memberi selamat begitu banyak, bahkan kedua ketua agung Shaolin dan Wudang juga ikut datang". Ia segera berbalik ke arah Fang Zheng dan Chong Xu, lalu berkata, "Ketua berdua adalah Gunung Taishan dan bintang utaranya dunia persilatan saat ini yang dikagumi orang, hari ini aku mohon kalian menilai masalah ini dengan adil. Linghu Chong telah mengundang begitu banyak iblis sesat ke Hengshan, apakah ia telah melanggar pantangan tak boleh bergaul dengan kaum sesat Hengshan Pai? Hengshan Pai adalah sebuah perguruan lurus yang mempunyai sejarah panjang dan sudah lama memiliki reputasi yang baik, namun di tangan Linghu Chong, dalam sekejap telah hancur lebur, apakah kalian berdua hanya akan duduk diam saja dan tak berbuat apa-apa?" 

Fang Zheng terbatuk, lalu berkata, "Hal ini......hal ini......hmm......" Ia berpikir bahwa perkataan orang ini memang masuk akal, disini memang banyak orang dari aliran sesat, namun bagaimana ia bisa meminta Linghu Chong mengusir mereka semua turun gunung?

Mendadak dari jalan terdengar suara seorang wanita yang nyaring dan merdu, "Riyue Shenjiao Da Xiaojie telah tiba!" 

Linghu Chong terkejut sekaligus girang, ia tak kuasa menahan dirinya dan berseru tanpa banyak berpikir lagi, "Yingying datang!" Ia cepat-cepat berlari ke lereng gunung, ia melihat dua orang lelaki kekar mengusung sebuah tandu kecil berwarna hijau dengan cepat ke atas gunung. Empat orang gadis pelayan berpakaian hijau mengikuti di belakang tandu itu. 

Begitu para pendekar aliran sesat mendengar bahwa Yingying telah tiba, mereka segera berlari turun gunung untuk menyambutnya, sorak sorai gembira bergemuruh mengelilingi tandu itu sampai mereka tiba di puncak gunung. 

Tandu kecil itu berhenti, tirai penutup tandu tersibak, seorang gadis cantik bergaun hijau muda melangkah keluar, dialah Yingying.

Para pendekar bersorak sorai dengan gegap gempita, "Shengu! Shengu!" Mereka serentak menyoja menghormat. Melihat air muka orang-orang ini, terhadap Yingying mereka merasa segan, sekaligus merasa kagum dan gembira, perasaan mereka ini muncul dari lubuk hati mereka yang terdalam. 

Linghu Chong melangkah ke depan, lalu berkata sembari tersenyum, "Yingying, kau datang juga!"

Yingying tersenyum dan berkata, "Hari ini adalah hari bahagiamu, masa aku tak datang?" Pandangan matanya menyapu ke segala penjuru, lalu ia melangkah ke depan dan menghormat pada Fang Zheng dan Chong Xu seraya berkata, "Dashi kepala biara, daozhang zhangmen, terimalah salam hormatku". Fang Zheng dan Chong Xu membalas menghormat, dalam hati mereka berpikir, "Walaupun kau akrab dengan Linghu Chong, seharusnya kau tak datang hari ini, kau hanya membuat posisi Linghu Chong makin sulit saja". 

Ding Mian berkata dengan lantang, "Nona ini adalah seorang tokoh penting Mojiao. Linghu Chong, benar tidak?" Linghu Chong berkata, "Kalau benar, memangnya kenapa?" Ding Mian berkata, "Lima Pantangan Besar Hengshan Pai melarang kau bergaul dengan kaum sesat. Kalau kau tidak memutuskan hubungan dengan tokoh sesat seperti ini, kau tak boleh menjadi ketua Hengshan Pai". Linghu Chong berkata, "Kalau tak boleh, ya tak boleh, memangnya kenapa?" 

Yingying memandanginya, dalam sinar matanya terkandung rasa cinta yang tak terperi, pikirnya, "Demi aku, kau tak perduli apapun". Ia bertanya, "Mohon tanya Ketua Linghu, kawan ini berasal dari mana? Atas dasar apa ia mencampuri urusan Hengshan Pai?"  

Linghu Chong berkata, "Katanya ia diutus oleh Ketua Zuo dari Songshan Pai, yang dipegangnya itu adalah bendera komando Ketua Zuo. Jangankan bendera kecil Ketua Zuo, kalau Ketua Zuo datang sendiripun, dia mana bisa mencampuri urusan Hengshan Pai kami?" 

Yingying mengangguk seraya berkata, "Benar". Ia ingat hari itu saat pertandingan di Biara Shaolin, Zuo Lengchan memakai seribu satu macam cara untuk mempersulit mereka, Hanbing Shenqinya juga telah membuat sang ayah terluka parah hingga hampir saja nyawanya melayang, maka ia tak kuasa menahan rasa geramnya dan berkata, "Kata siapa ini bendera komando Wuyue Jianpai? Dia membohongi orang......" Sebelum ia menyelesaikan perkataannya, tubuhnya sedikit bergoyang-goyang, tangan kirinya sudah mengenggam sebuah pedang pendek yang berkilau-kilau dingin, dengan sebat ia menikam ke dada Ding Mian. 

Walaupun ilmu silat Ding Mian tinggi, namun ia sama sekali tak menyangka bahwa seorang gadis cantik yang nampak lemah lembut dapat menyerang seperti itu, sebelumnya sama sekali tak ada tanda-tandanya, gerakannya secepat kilat, begitu mengangkat pedang langsung menikam, ia sudah tak sempat menangkis serangan itu dengan pedangnya lagi, maka ia terpaksa mengegos untuk menghindar. Ia lebih-lebih tak menyangka lagi bahwa jurus Yingying ini hanyalah jurus kosong belaka, ketika tubuhnya sedikit miring, genggaman tangan kanannya menjadi agak longar hingga benderanya berhasil dirampas oleh nona itu. Yingying tak berhenti bergerak, ia  menyerang lima kali berturut-turut dan berhasil merampas kelima bendera itu. Gerakan yang digunakannya persis sama, kelima jurus itu tak ada bedanya. Keempat orang lain dari Songshan Pai adalah adik-adik seperguruan Ding Mian, ilmu silat tangan kosong mereka semuanya tinggi, Zuo Lengchan mengirim mereka untuk menghindari jurus-jurus pedang Linghu Chong, dan menyerangnya secara tiba-tiba dengan tangan kosong. Akan tetapi serangan Yingying memang terlalu cepat, dalam sekejap, mereka telah tersergap dan sama sekali tak sempat bersiap-siap. Boleh dikatakan bahwa mereka bukan kalah dalam beradu jurus, melainkan kalah karena serangan kilat yang penuh tipu muslihat. 

Yingying mengambil bendera-bendera itu, lalu melangkah ke belakang tubuh Linghu Chong, dengan lantang ia berkata, "Ketua Linghu, ternyata bendera-bendera ini palsu. Ini bukan bendera komando Wuyue Jianpai, melainkan bendera lima racun Wudu Jiao". 

Ia membeberkan kelima bendera yang berada di tangannya, semua orang dapat melihat dengan jelas, bahwa di masing-masing bendera itu tersulam gambar lima hewan berbisa, yaitu ular hijau, kelabang, laba-laba, kalajengking dan kodok, warna warninya cerah, seakan benar-benar hidup, mana ada bendera komando Wuyue Jianpai?" 

Ding Mian dan yang lainnya terpana sampai tak kuasa berbicara. Lao Touzi, Zu Qianqiu dan para pendekar lain malah bersorak sorai dengan gegap gempita. Semua orang tahu bahwa setelah merampas bendera komando itu, Yingying segera menukarnya dengan bendera lima racun, hanya saja gerakannya begitu cepat sehingga tak ada orang yang bisa melihat dengan jelas bagaimana ia menukarnya. 

Yingying berseru, "Lan Jiaozhu!" Dari kerumunan orang seorang wanita cantik yang berpakaian adat Miao berdiri, sambil tersenyum ia berkata, "Siap! Apa perintah Shengu?" Ia adalah ketua Wudu Jiao, Lan Fenghuang. Yingying bertanya, "Bendera Lima Racun agamamu bagaimana bisa sampai jatuh ke tangan Songshan Pai?" Lan Fenghuang tertawa, "Murid-murid Songshan itu adalah teman baik murid-murid perempuan agama kami, mungkin mereka bermulut manis, sehingga Bendera Lima Racun agama kami dapat mereka bawa lari". Yingying berkata, "Ternyata begitu. Kelima bendera ini akan kukembalikan padamu". Sambil berbicara, ia melemparkan kelima bendera itu. Lan Fenghuang tersenyum dan berkata, "Banyak terima kasih". Ia menyambut bendera-bendera itu. 

Dengan amat geram Ding Mian membentak, "Perempuan siluman yang rendah, di depan bapakmu ini kau berani-beraninya menggunakan ilmu sihirmu, cepat kembalikan bendera itu". Yingying tersenyum dan berkata, "Kalau kau ingin Bendera Lima Racun, kenapa kau tak memintanya dari Lan Jiaozhu?" Ding Mian kehabisan akal, ia berkata kepada Fang Zheng dan Chong Xu, "Dashi Kepala Biara, Chong Xu Daozhang, mohon qianbei berdua yang terhormat memutuskan perkara ini dengan adil". 

Fang Zheng berkata, "Hal ini......hmm......tak boleh bergaul dengan kaum sesat, dalam peraturan Hengshan Pai memang ada larangan seperti itu......tapi hari ini kawan-kawan dunia persilatan datang untuk menghadiri upacara, Ketua Linghu tak bisa menutup pintu untuk mereka, perbuatan itu terlalu tak sopan....." 

Tiba-tiba Ding Mian menunjuk seseorang yang berada di kerumunan, dengan lantang ia berkata, "Dia......aku mengenalinya sebagai si maling cabul pemetik bunga Tian Boguang, kenapa dia berpakaian seperti seorang biksu, apa dia mau mengelabuiku? Orang semacam ini adalah teman Linghu Chong?" Ia membentak, "Tian Boguang, untuk apa kau datang ke Hengshan?" Tian Boguang berkata, "Aku datang untuk mengangkat guru". Ding Mian berkata, "Mengangkat guru?" Tian Boguang berkata, "Benar sekali". Ia melangkah ke hadapan Yilin, lalu bersujud seraya berseru, "Shifu, terimalah hormat murid. Murid dengan tulus hendak bertobat, nama agamaku adalah 'Buke Bujie' ". Wajah Yilin menjadi merah padam, ia bergeser untuk menghindar sambil berkata, "Kau......kau......" 

Yingying tersenyum, lalu berkata, "Tuan Tian hendak membuka lembaran baru dan masuk ke perguruan lurus, ini adalah hal yang sangat baik. Ia telah menjadi seorang beragama, nama agamanya 'Buke Bujie', jelas bahwa niatnya tulus. Fang Zheng Dashi, orang yang telah mencapai pencerahan akan meletakkan goloknya dan langsung menjadi Buddha. Selama seseorang bertekad untuk mengubah diri menjadi baik, gerbang sang Buddha terbuka lebar untuknya dan dapat memberinya jalan untuk membuka lembaran baru, benar tidak?" 

Fang Zheng berkata, "Tepat sekali! Buke Bujie masuk ke dalam Hengshan Pai dan sejak ini akan menaati peraturannya, ini adalah keberuntungan bagi dunia persilatan". 

Yingying berkata dengan lantang, "Kalian semua dengarlah, hari ini kita semua datang untuk masuk Hengshan Pai. Selama Ketua Linghu mau menerima kita, kita semua adalah murid-murid Hengshan Pai. Murid-murid Hengshan, mana bisa dianggap sebagai kaum sesat?" 

Mendadak Linghu Chong sadar, "Ternyata Yingying sudah menduga bahwa kalau aku menjadi ketua murid-murid wanita, hal ini akan membuatku amat rikuh, namun kalau di dalam perguruan ada banyak murid lelaki, tak akan ada orang yang menertawakanku. Oleh karena itu ia secara khusus menyuruh begitu banyak orang ini untuk masuk Hengshan Pai". Maka ia segera berkata dengan lantang, "Yihe Shizi, apakah ada larangan dalam perguruan kita untuk menerima murid lelaki?" 

Yihe berkata, "Larangan menerima murid lelaki sih tidak ada, tapi.....tapi......" Untuk sementara otaknya tak dapat bekerja, ia merasa bahwa kalau tiba-tiba ada begitu banyak murid lelaki dalam perguruan mereka, hal ini adalah sesuatu yang sangat tak pantas. 

Linghu Chong berkata, "Kalau kalian ingin masuk Hengshan Pai, ini adalah hal yang sangat baik. Tapi kalian tak usah mengangkat guru. Hengshan Pai akan mendirikan sebuah....hmm.....sebuah 'Cabang Khusus Hengshan Pai' untuk ditempati oleh kalian semua. Lembah Tongyuan disebelah sana adalah tempat yang sangat baik". 

Lembah Tongyuan itu berada di sebelah Puncak Jianxing, konon, pada zaman Dinasti Tang, Dewa Zhang Guolao[1] pernah membuat pil hidup abadi disana. Di Hengshan ada sebuah batu besar yang penuh dengan jejak-jejak kaki keledai, menurut legenda, jejak-jejak kaki itu dibuat oleh keledai yang ditunggangi Zhang Guolao. Di atas batu granit yang begitu keras ternyata terdapat jejak-jejak kaki keledai, kalau bukan dibuat oleh seorang dewa, bagaimana jejak itu dapat berada disana? Tang Xuanzhong[2] memberi gelar Zhang Guolao 'Tuan Tongyuan', inilah asal mula nama Lembah Tongyuan. Walaupun Lembah Tongyuan tidak terpisah jauh dari Puncak Jianxing, dimana biara utama berada, namun jalan yang menghubungkan lembah dengan puncak itu amat berbahaya. Linghu Chong menempatkan para bandit dunia persilatan itu di Lembah Tongyuan untuk memisahkan pria dan wanita, guna menghindari omongan yang tidak-tidak. 

Fang Zheng mengangguk-angguk seraya berkata, "Bagus sekali. Setelah kawan-kawan ini masuk Hengshan Pai, mereka harus mematuhi peraturan Hengshan Pai, hal ini adalah sesuatu yang sangat baik bagi dunia persilatan". 

Ketika Ding Mian mendengar bahwa Fang Zheng Dashi sudah berkata demikian, dan pihak lawan juga jumlahnya jauh lebih banyak, ia merasa bahwa sepertinya hari ini ia sudah tak dapat mencegah Linghu Chong menjadi ketua Hengshan Pai lagi. Ia terpaksa hanya bisa menyiarkan perintah kedua Zuo Lengchan, ia terbatuk, lalu berkata dengan lantang, "Zuo Mengzhu dari Wuyue Jianpai memerintahkan : pagi hari tanggal lima belas bulan tiga semua guru dan murid-murid kelima perguruan pedang harus berkumpul di Songshan, untuk memilih ketua Wuyue Pai[3], semua harus hadir tepat pada waktunya, tak boleh terlambat". 

Linghu Chong bertanya, "Pengabungan kelima perguruan ini ide siapa?" 

Ding Mian berkata, "Keempat perguruan yaitu Songshan, Taishan, Huashan dan Heng Shan semua sudah sepakat. Kalau Hengshan Pai kalian sendirian menolak, dan dengan terang-terangan mempersulit keempat perguruan lain, kalian akan mengundang masalah bagi diri kalian sendiri". Ia berbalik ke arah orang-orang Taishan Pai dan yang lainnya, lalu berkata, "Kalian setuju tidak?" Puluhan orang yang berdiri di belakangnya serentak berseru, "Setuju!" Ding Mian tertawa sinis, lalu berbalik dan melangkah pergi. Setelah berjalan beberapa langkah, ia tak dapat menahan diri dan menoleh untuk melirik ke arah Yingying, pikirnya, "Bagaimana caranya mendapatkan kembali bendera-bendera itu?" 

Lan Fenghuang tertawa dan berkata, "Guru Ding, kau sudah kehilangan benderamu. Bagaimana kau akan menjelaskannya pada Ketua Zuo setelah kau pulang nanti? Lebih baik kukembalikan dahulu padamu". Sambil berbicara tangan kanannya mengayun dan melemparkan sebuah bendera sutra. 

Ding Mian melihat bendera kecil itu terbang ke arahnya dengan kesiuran angin yang keras, ia berpikir, "Ini Bendera Lima Racunmu bukan bendera komando Wuyue Jianpai, apa gunanya untukku?" Selagi ia berpikir, bendera itu telah melayang ke hadapannya dan hendak menusuk ke arah tenggorokannya, maka ia cepat-cepat mengangsurkan tangan untuk menangkapnya. Mendadak ia menjerit dan melemparkan bendera itu, ia merasa telapak tangannya seakan terbakar api, ketika ia memeriksanya, ia melihat bahwa telapak tangannya telah berubah menjadi keunguan, ia baru sadar bahwa tiang bendera itu mengandung racun, ia telah terkena tipu muslihat Wudu Jiao, ia terkejut dan juga marah, dengan gusar ia memaki, "Perempuan siluman...."

Lan Fenghuang tertawa dan berkata, "Kau panggil beliau 'Ketua Linghu', dan mohonlah belas kasihannya, maka aku akan memberimu obat pemunah, kalau tidak seluruh telapak tanganmu ini akan membusuk". 

Ding Mian tahu benar bahwa racun Wudu Jiao amat lihai, selagi bimbang untuk sesaat, ia merasa telapak tangannya menjadi kebas dan sedikit demi sedikit mati rasa, ia sadar bahwa kekuatan kungfu yang telah dilatihnya seumur hidup seluruhnya terdapat pada kedua telapak tangannya itu, kalau telapak tangannya membusuk, ia akan menjadi seorang cacat. Hal itu membuatnya amat cemas, maka ia terpaksa memanggil, "Ketua Linghu, mohon.......mohon agar kau........berikan obat pemunahnya". 

Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Nona Lan, Ding Xiong ini hanya menjalankan perintah Ketua Zuo, mohon berikan obat pemunah kepadanya!" 

Lan Fenghuang tersenyum, ia melambaikan tangan memberi isyarat pada seorang perempuan Miao yang berdiri di sampingnya. Perempuan Miao itu mengambil sebuah bungkusan kertas putih dari saku dadanya, melangkah ke depan beberapa langkah, lalu melemparkannya ke Ding Mian. Ding Mian menyambutnya, lalu cepat-cepat turun gunung di tengah tawa riuh rendah para pendekar. Puluhan orang lainnya juga mengikutinya. 

Linghu Chong berkata dengan lantang, "Kawan-kawan sekalian, kalau kalian ingin tinggal di halaman sebelah Hengshan, kalian harus menaati pantangan perguruan kita.Pantangan ini tidak sukar untuk ditaati, hanya pantangan keempat yaitu dilarang bergaul dengan kaum sesat yang agak merepotkan. Tapi sejak hari ini, kalian semua dianggap sebagai orang Hengshan Pai, dan murid Hengshan Pai tentu saja bukan kaum sesat. Namun saat kalian berteman dengan orang luar, kalian harus sedikit berhati-hati". Para pendekar berseru-seru menyetujuinya. Linghu Chong kembali berkata, "Kalau kalian ingin minum arak dan makan daging, kalian tetap dapat melakukannya, tapi mereka yang makan daging, sejak hari ini tak boleh naik ke Puncak Jianxing lagi". 

Fang Zheng menangkupkan tangannya seraya berkata, "Shancai, shancai! Ketenangan  dan kedamaian tempat suci Buddha tak boleh dicemari". 

Linghu Chong tersenyum dan berkata, "Baiklah, anggaplah aku telah diangkat menjadi ketua. Perut semua orang sudah lapar, ayo cepat siapkan hidangan makanan tak berjiwa, aku akan menemani kepala biara Shaolin, Ketua Wudang dan para qianbei menyantap hidangan. Besok aku akan menemani kalian minum arak". 

Setelah selesai meyantap hidangan makanan tak berjiwa, Fang Zheng berkata, "Ketua Linghu, laona dan Chong Xu Daoxiong[4] berdua ingin merundingkan beberapa hal dengan ketua". 

Linghu Chong menjawab, "Baik". Ia berpikir, "Hari ini ketua dua perguruan terbesar di dunia persilatan telah datang secara pribadi ke Hengshan, tentunya ada hal penting yang hendak mereka bicarakan. Di Puncak Jianxing orang baik dan jahat bercampur baur, tak perduli dimanapun kami berbicara, kami tak bisa menghindari orang mencuri dengar pembicaraan kami". Ia segera memerintahkan Yihe, Yiqing dan yang lainnya untuk masing-masing menyambut para tamu, lalu ia berkata kepada Fang Zheng dan Chong Xu, "Di bawah puncak ini, di sebelah Lembah Ciyao[5] ada sebuah bukit yang bernama Cuiping Shan[6] yang tebingnya seperti cermin. Di atas bukit itu terdapat Kuil Xuankong[7], yang merupakan salah satu tempat di Hengshan yang indah pemandangan alamnya. Kalau qianbei berdua sedang ingin melihat pemandangan indah, bagaimana kalau wanbei menemani kalian berdua berpesiar kesana?" 

Chong Xu berkata dengan girang, "Aku sudah lama mendengar bahwa Kuil Xuankong di Bukit Cuiping didirikan pada masa Dinasti Wei Utara[8], pohon cemara tak bisa tumbuh disana, dan monyetpun tak bisa memanjatnya, dengan usaha yang luar biasa, mereka berhasil mendirikan kuil yang tergantung di udara. Kuil itu adalah pemandangan yang luar biasa di dunia ini, pindao sudah lama mengaguminya, aku ingin ingin memperluas wawasanku dengan melihatnya". 


Catatan Kaki Penerjemah
[1] Salah satu dari Delapan Dewa (Ba Xian). (Hokkian: Pat Sian).
[2] Kaisar ketujuh Dinasti Tang (685-762 M).
[3] 'Perguruan Lima Puncak'.
[4] 'Saudara Taois' (Hokkian: Toheng).
[5] 'Lembah Tungku Porselen'.
[6] 'Bukit Layar Zamrud'.
[7] 'Kuil Yang Melayang di Udara'.
[8] Dinasti Wei Utara (386-534 M) adalah dinasti yang didirikan oleh Bangsa Xianbei di China utara. Pada masa kekuasaan dinasti ini, agama Buddha mulai masuk ke China.

No Comment
Add Comment
comment url