Kenapa Jin Yong Selalu Membuat Lama TIbet Orang Jahat?

Lama Tibet


Jin Yong merupakan seorang penulis wuxia yang hebat, hasil-hasil karyanya menjadi legenda cerita silat dari dulu sampai sekarang, tidak terkekang oleh waktu.

Ibarat di dunia barat ada batman superman, di Jepang ada Son Goku di dragon ball, maka di China ada para pendekar dari novel cersil Jin Yong seperti tokoh-tokoh trilogi rajawali (trilogy condor heroes). Mereka menjadi ikonik yang tidak akan termakan oleh zaman.

Dalam novel-novelnya Jin Yong menyisip berbagai sejarah dan budaya dalam ceritanya. Salah satunya adalah Tibet (dalam hal ini bisa berarti negara, kerajaan, etnis, dan wilayah). Tibet sebagai sebuah entitas muncul dalam beberapa novelnya.

Dalam novel cerita silatnya, terdapat orang baik dan orang jahat, yang pahlawan dan si kejam, yang lemah dan kuat. Tetapi yang mengherankan adalah tokoh Tibet pada cerita Jin Yong selalu digambarkan menjadi orang jahat dan licik, karakter antagonis. Kenapa bisa begitu? Apakah Jin Yong tidak menyukai Tibet?


Novel Jin Yong yang Terdapat Tokoh Tibet

Beberapa novel Jin Yong di mana ada tokoh asal Tibet muncul:

Return of the Condor Heroes

Yang paling terkenal tentu saja dari cerita Kembalinya Pendekar Rajawali (Rajawali dan Pasangannya, Return of the Condor Heroes). Tokoh Jinlun Fawang, yang di Indonesia lebih dikenal dengan nama Hakim Roda Emas, adalah tokoh yang berasal dari Tibet, kemudian bekerja untuk Mongol sebagai penasihat kerajaan.

Legend of the condor Heroes

Biksu atau lama Lingzhi adalah salah satu anak buah dari Wanyan Honglie. Dia terkenal menggunakan racun saat adu tapak dengan Wang Chungyi yang menyebabkan pendeta Wang hampir melayang nyawanya karena ganasnya racun.

Demi Gods and Semi Devils - Jiumozhi

Judul Indonesia Pendekar Negeri Tayli. Tokoh tibet yang muncul, siapalagi kalau bukan Jiumozhi. Tibet di sini masih menggunakan nama lama yaitu Tubo. Tubo adalah kerajaan tibet lama yang wilayah kekuasaannya saat itu agak berbeda dengan Tibet yang sekarang, saat itu pun masih jauh lebih luas wilayahnya dibanding yang sekarang.

The Deer and the Cauldron

Judul Indonesia Kaki Tiga Menjangan. Setelah mendengar rahasia keberadaan mantan kaisar, lama agung Tibet memerintahkan seorang utusan bernama Bayan / Bayen bersama dengan lama di pegunungan Wutai untuk mencari dan menculik mantan kaisar (ayah dari kangxi) dengan alasan politik untuk dijadikan sandera dan juga merampas sutra.

The Book and the Sword

Merupakan suruhan dari ibu suri untuk menjaga sebuah "barang" yang disinyalir dapat menjatuhkan kaisar Qianlong. Sang Kaisar kemudian menyogok kepala lama untuk berbalik di pihaknya dengan dijanjikan sebagai "Buddha hidup ketiga", tugasnya adalah memerangkapi prajurit khusus dari ibu suri dan menjebak mereka untuk terbakar sampai tewas di dalam kuil Tibet di ibukota.

Fox Volant of the Snow Mountain

Seorang pendeta taoisme yang berasal dari sebuah perguruan di daratan tinggi Tibet, biarpun bukan 'lama', diundang oleh Baoshu ke atas gunung salju untuk ikut menghabisi Miao Renfeng.


Sampul novel The Deer & the Cauldron

Apakah Jin Yong Membenci Tibet?

Setelah mendapat berbagai kritikan dan pertanyaan dari para pembaca novelnya, Jin Yong kemudian melakukan revisi terhadap beberapa ceritanya soal Tibet pada edisi ketiga novel.

Jinlun Guoshi & Lingzhi direvisi

Jinlun Fawang berubah nama menjadi Jinlun Guoshi. Fawang adalah sebuah gelar yang terkait dengan buddhisme aliran Tibet. Kemudian asal usul Jinlun pun berubah, dia sekarang adalah orang Mongol yang belajar buddhisme di Tibet, kemudian balik dan bekerja di bawah pemerintahan Mongol. Jinlun mengajarkan buddhisme aliran Tibet (lamaism) kepada rakyat kerajaan Mongol dan di situ cukup berkembang ajarannya.

Lingzhi di Legend of the condor Heroes, direvisi latar belakangnya, sekarang berasal dari wilayah Qinghai.

Saya belum menemukan wawancara atau kutipan dari Jin Yong yang mengatakan secara langsung dirinya tidak menyukai atau berpandangan negatif terhadap Tibet. 

Menurut pandangan saya, dari tindakan revisi di atas yang dilakukan Jin Yong, rasanya dia tidak membenci umat Tibet.

Jin Yong lahir dari keluarga cendekiawan di Zhejiang, kakeknya adalah seorang Jinshi (degree tertinggi dalam ujian negara) pada zaman dinasti Qing. Ayahnya juga kaum terpelajar yang nasibnya kurang baik dijebloskan dan dieksekusi oleh pemerintah komunis karena masalah politik.

Karena latar belakangnya itu, sejak kecil Jin Yong telah dibekali dengan pengetahuan akan ilmu sejarah. Sedangkan Tibet dalam sejarah Tiongkok kurang begitu positif. Tibet memiliki aliran buddhisme sendiri yang berbeda dengan buddhisme China yang lebih ke aliran mahayana. Aliran buddhisme tibet biasa disebut Vajrayana / Tantrayana.

Ajaran buddhisme Tibet dianggap sebagai ajaran dari pihak asing yang berusaha masuk, dan memiliki perbedaan budaya dan ajaran yang dianggap berbeda, sehingga mengalami penolakan oleh orang-orang China. Saat tibet berusaha memperluas ajaran alirannya, tidak sedikit terjadi pertentangan dan perang aliran agama. Selain itu, Tibet dan China sejak dulu telah banyak mengalami berbagai konflik dan pertikaian yang menyebabkan perang di suatu wilayah. 

Secara tidak langsung, itu membuat pandangan dan imajinasi negatif bagi setiap penduduk China yang mempelajari sejarah. Hal ini pun tanpa disadari oleh Jin Yong saat menulis novel cerita silatnya.


Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url