[Cek Fakta] Chu Liuxiang Ahli Ilmu Jari Menjentik Ilahi (Divine Flicking Finger)


Huang Yaoshi Divine Flicking Finger
Huang Yaoshi (oey yok su) saat menjentik / menyentil

 Ilmu Jari Peluru / Ilmu Jari Menjentik Ilahi (inggris: Divine Flicking Finger) merupakan sebuah ilmu yang sangat populer dalam dunia wuxia (cerita silat). Salah satu penggunanya yang paling terkenal adalah si sesat timur Huang Yaoshi (oey yok su). Saduran Indonesia menggunakan nama Selentikan Jari Sakti.

Ilmu 'Divine Flicking Finger' ini bisa dalam tiga bentuk; yang pertama LDA atau serangan jarak jauh dengan tenaga dalam, kedua menggunakan benda kecil seperti kelereng atau batu, ketiga sentuhan fisik dari jarak dekat.

Selain Huang Yaoshi, orang lain yang ga kalah tenar dalam menggunakannya adalah si pendekar harum Chu Liuxiang (Coh Liu-hiang / chor lau heung) yang merupakan karya novel cersil karangan Gu Long (khu lung).

Tapi apakah kamu tahu, jika sebenarnya di novel chu liuxiang (pendekar harum), dia bukanlah seorang yang terkenal ahli dalam menggunakan ilmu jari menjentik ilahi (atau jari peluru) ini?

Di novel, bahkan Chu liuxiang tidak pernah dibilang bisa ilmu Divine Flicking Finger, malahan yang pernah dibilang menguasainya dan menggunakannya adalah sahabat merangkap musuhnya di novel pertama, biksu Wuhua dari Shaolin (ya, di sini adalah ilmu Shaolin). 

Seri pendekar harum resmi terdapat delapan novel cerita. Chu Liuxiang bahkan hanya pernah menggunakan gerakan teknik jentikan jari sebanyak tiga kali dari total 8 biji novel. 


Pertama kali dia melakukannya teknik menjentik ini adalah pada novel pertama saat untuk berjudi / bertaruh (manusia), dengan  menembakkan beberapa biji dadu yang saling bertabrakan, jadi dadu pertama itu lebih lambat dari dadu kedua, dan dadu ketiga itu lebih lambat dari dadu kedua, seterusnya sampai dadu kelima, sehingga mereka saling bertabrakan dan hancur. Biarpun kejadian itu spektakuler, bukan berarti dia seorang pendekar yang terkenal ahli dalam gerakan menjentik (flicking finger) di dunia persilatan. Apalagi dalam karya Gu Long, banyak tokoh utamanya serba sempurna, melakukan apapun sempurna. Kemudian, Chu Liuxiang juga tidak memiliki julukan terkait jentikan.
 
Yang ke-2x dia lakukan di novel kedua, malahan dia gunakan bukan untuk bertarung, tetapi untuk menotok perempuan (dan bukan jentikan serangan jarak jauh, tetapi ada sentuhan fisik untuk menotok), dan melakukan hal tidak pantas ke wanita, sesuatu yang tidak berguna. Yang ke-3x ada di novel ketujuh, Chu Liuxiang menjentik cincin untuk menotok wanita.

Tidak tahu apakah masih ada yang lain karena saya hanya ingat tiga ini, saya ada cek ulang semua novelnya tetapi hanya sekilas cek, mungkin ada yang saya lupa, tetapi intinya dia sangat jarang menggunakan teknik menjentik, dan tidak pernah dibilang sama sekali menguasai ilmu Divine Finger Flick atau Flicking Finger (ilmu jari peluru / ilmu jari menjentik ilahi).

Lalu kenapa Chu Liuxiang sangat identik dengan ilmu Divine Flicking Finger? ternyata asal muasal sebabnya bisa kita salahkan ke pihak adaptasi Film dan drama!

Ketrampilan ilmu divine flicking finger pada Chu Liuxiang pertama kali dibahas pada adaptasi pendekar harum adalah yang tahun 1979 versi Adam Cheng. Dan jika tidak salah, ada cross-cerita dengan tokoh si sesat timur (biarpun beda pengarang, tapi ya namanya sutradara bebas-bebas saja).

Di Film atau adaptasi TV, sutradara memang kerap membuat dia ahli dan terkenal dalam ilmu flicking finger, bahkan ada satu judul film yang menggunakan judul divine flicking finger,  yaitu adaptasi Chu Liuxiang tahun 1982. 

Saya rasa karena setelah adaptasi film-nya yang populer pada zaman dulu itu, yaitu adaptasi tahun 1979 versi Adam Cheng, kemudian adaptasi-adaptasi selanjutnya pada mengikuti jejak itu, semua ikut-ikutan menyebut ilmu jari menjentik ilahi adalah ilmu utama dan andalan Chu Liuxiang yang paling terkenal, trademarknya Chu Liuxiang si pendekar harum.

Bahkan banyak para pembaca novel pendekar harum, juga tidak sadar akan hal ini. Itu tidak mengherankan karena terkadang memory bisa salah, namanya juga manusia. Bayangkan sumber informasi itu bisa datang darimana saja; dari novel, adaptasi serial drama, film, komik, game, grup sosial media, forum, blog/situs, wiki, diskusi perbincangan, dll. Dengan beragam sumber informasi, kadang jadi campur aduk dan kita lupa mana yang asli ada di novel dan bukan, belum lagi terkadang novel ada beda versi revisi dan bahkan beda penerbit atau penerjemah bisa juga beda isi. Jadi terpaksa kita harus lebih teliti.
Next Post Previous Post
No Comment
Add Comment
comment url