Pendekar Hina Kelana - Bab 6: Mencuci Tangan di Baskom Emas

 <<  Bab Sebelumnya - Halaman Indeks - Bab Selanjutnya >>

Terjemahan Cersil Balada Kaum Kelana

oleh Grace Tjan
Cerita asli oleh Jin Yong (Chin Yung / Louis Cha)
Berdasarkan novel edisi ketiga.

Smiling Proud Wanderer Jilid 1

[Dengan senyum cerah di wajahnya, Liu Zhengfeng menarik lengan bajunya dan bersiap untuk memasukkan tangannya ke dalam baskom emas, ketika tiba-tiba seseorang berteriak dengan keras di luar, "Berhenti!"]


Bab 6: Mencuci Tangan

Bagian 1

Setelah Yue Buqun menerima Lin Pingzhi sebagai murid, ia beristirahat selama sehari, lalu besoknya langsung memimpin para muridnya untuk pergi berkunjung ke Wisma Liu. Ketika Liu Zhengfeng menerima pesannya, ia terkejut sekaligus gembira. Ketua Perguruan Huashan, 'Pedang Budiman' yang namanya termasyur di dunia persilatan secara tak disangka-sangka sudi datang secara pribadi. Ia cepat-cepat datang menyambut dan berulang-ulang mengucapkan terima kasih. Yue Buqun sangat ramah dan rendah hati, wajahnya penuh senyum ketika ia memberi selamat, sambil bergandengan tangan, ia dan Liu Zhengfeng masuk ke pintu gerbang. Pendeta Tianmen, Biksuni Dingjing, Yu Canghai, Tuan Wen, He Sanqi dan yang lain-lain semua ikut menyambut.

Dalam hatinya Yu Canghai menyimpan pikiran lain, "Ketua Perguruan Huashan datang sendiri secara pribadi, kurasa reputasi Liu Zhengfeng sendiri tak cukup untuk mengundang dia, tentunya dia datang karena aku. Walaupun Perguruan Pedang Lima Puncak mereka punya banyak orang, namun Perguruan Qingcheng kami juga tak bisa dipandang remeh. Kalau Yue Buqun berani mengucapkan perkataan yang kasar, aku akan lebih dahulu menanyai dia tentang perbuatan hina Linghu Chong yang tidur dengan pelacur. Kalau masalah sudah tak bisa diselesaikan dengan berbicara, kita berkelahi saja". Namun ternyata ketika Yue Buqun bertemu dengannya, ia malah menjura dalam-dalam dan berkata, "Ketua Yu, setelah bertahun-tahun tak bertemu, kau makin gagah saja, sungguh luar biasa!" Yu Canghai membalas menjura seraya berkata, "Tuan Yue, bagaimana kabarmu? Ilmu sakti Tuan Yue benar-benar hebat, makin lama tuan makin muda".

Sementara kedua orang itu berbasa-basi, tamu-tamu dari jalan mulai berdatangan ke Wisma Liu. Hari ini adalah hari baik dimana Liu Zhengfeng akan melakukan upacara 'Cuci Tangan Di Baskom Emas', sejam sebelum tengah hari, Liu Zhengfeng kembali masuk ke ruangan dalam dan menyuruh murid-muridnya untuk menyambut para tamu.

Ketika tengah hari hampir tiba, lima atau enam ratus tamu yang datang dari jauh mengalir masuk bagai air bah. Wakil ketua Gaibang Zhang Jinao, Guru Xia dari Perguruan Liuhe di Zhengzhou yang membawa ketiga menantunya, Nenek Tie dari Puncak Dewi di Tiga Jurang[1], ketua Partai Pasir Laut dari Lautan Timur Pan Hou, dua sahabat dari Sungai Qu, yaitu si Golok Sakti Bai Ke dan si Pena Sakti Lu Xisi, dan orang-orang lain telah tiba. Beberapa dari mereka sudah saling kenal, ada juga yang hanya pernah mendengar namanya dari jauh tapi belum pernah bertemu muka. Saat itu mereka sibuk memperkenalkan diri dan mengobrol di aula besar, suaranya sangat ramai.

Pendeta Tianmen dan Biksuni Dingjing beristirahat di ruangan masing-masing di sayap rumah, tidak bergabung untuk mengobrol dengan orang-orang lain. Mereka berdua berpikir, "Diantara para tamu yang datang hari ini, ada orang-orang yang terkenal dan punya kedudukan di dunia persilatan, namun ada juga yang tak jelas asal-usulnya. Liu Zhengfeng adalah seorang jago Perguruan Heng Shan, mengapa ia tak menjaga martabatnya, malah bergaul dengan sembarang orang seperti ini, bukankah ia akan menjatuhkan reputasi Perguruan Pedang Lima Puncak kita?" Walaupun nama Yue Buqun mengandung perkataan 'bu qun'[2], namun ia sangat gemar berteman. Bahkan tamu-tamu yang tak terkenal maupun mereka yang reputasinya kurang baik bisa mengobrol dengannya, Yue Buqun juga bisa berbicara dan bergurau dengan mereka, ia tak sedikitpun bersikap angkuh karena dirinya adalah ketua Perguruan Huashan atau seorang jago kelas wahid.

Para murid Liu memimpin para pelayan dan pembantu untuk meyiapkan lebih dari dua ratus kursi di luar dan di dalam aula untuk menjamu para tamu. Sanak saudara, bawahan, juru tulis, dan para murid Liu Zhengfeng seperti Xiang Danian dan Mi Weiyi mengundang para tamu untuk duduk di tempat masing-masing. Berdasarkan kedudukan dan pamornya  di dunia persilatan, dan juga berdasarkan usia, ketua Perguruan Taishan Pendeta Tianmen seharusnya duduk di kursi kehormatan, namun karena Perguruan Pedang Lima Puncak telah berserikat, maka Pendeta Tianmen, Yue Buqun dan Biksuni Dingjing berkedudukan sebagai tuan rumah juga, sehingga mereka tak bisa duduk di kursi kehormatan. Para senior yang bernama besar saling mengalah, tak ada yang bersedia duduk di kursi kehormatan itu.

Tiba-tiba dari balik pintu terdengar dua kali suara tembakan, diikuti dengan suara musik dan genderang yang ramai, terdengar juga suara gong yang ditabuh pembuka jalan, rupanya seorang pejabat telah tiba di muka pintu gerbang. Semua orang terkejut. Mereka melihat Liu Zhengfeng yang mengenakan jubah sutra baru bergegas keluar dari dalam rumah. Para hadirin memberinya selamat dengan gegap gempita, namun Liu Zhengfeng hanya menjura sebentar, lalu segera melangkah keluar. Setelah beberapa saat, dengan penuh hormat ia menemani seorang pejabat yang memakai jubah kebesaran masuk ke dalam. Para hadirin semua merasa sangat heran, "Apakah pejabat ini juga seorang jago dunia persilatan?" Walaupun pakaiannya mewah, namun matanya buram, dari raut wajahnya nampaknya ia adalah seseorang yang suka mengejar kesenangan, jelas bahwa ia tidak mahir ilmu silat. Yue Buqun dan orang-orang lain berpikir, "Liu Zhengfeng adalah seorang tokoh terpandang dari Perguruan Heng Shan, mau tak mau ia harus berteman dengan para pembesar, hari ini adalah hari besar yang penuh kebahagiaan baginya, kalau para pejabat setempat ikut memberi selamat sebagai suatu kepantasan, hal ini bukanlah sesuatu yang aneh".

Nampak pejabat itu dengan jumawa masuk ke dalam, ia berdiri di tengah ruangan, seorang opsir yamen[3] yang mengikutinya menekuk kaki kanannya dan berlutut, sepasang tangannya diangkat tinggi-tinggi di atas kepalanya, mempersembahkan sebuah baki yang diselimuti sehelai kain satin kuning. Di atas baki tersebut ada sebuah gulungan kertas. Pejabat itu menyoja dan mengambil gulungan kertas itu, lalu berkata dengan lantang, "Titah kekaisaran tiba, harap Liu Zhengfeng menyambutnya".

Ketika mendengarnya, para hadirin terkejut, "Upacara cuci tangan di baskom emas, menyegel pedang dan mengundurkan diri, adalah urusan dunia persilatan, apa hubungannya dengan pemerintah? Mengapa kaisar mengirimkan titahnya? Apakah Liu Zhengfeng memberontak dan telah diketahui oleh pihak istana? Ini adalah kejahatan besar yang dapat mengakibatkan seluruh keluarganya sampai tujuh turunan dihukum pancung dan harta bendanya disita. Para tamu sampai pada kesimpulan yang sama dan segera berdiri, mereka yang tak sabar sudah mengambil senjata yang mereka bawa. Mereka berpikir bahwa karena pejabat itu telah membacakan titah kekaisaran, Wisma Liu tentunya telah dikepung oleh para prajurit dan pertempuran akan sulit dihindari. Karena mereka berhubungan dekat dengan Liu Zhengfeng, tentunya mereka tak mungkin hanya berpangku tangan. Lagipula mereka telah kepalang basah, karena mereka telah hadir di pertemuan di Wisma Liu, mereka juga akan dianggap pemberontak, bagaimana mereka bisa tak ikut terkena getahnya? Mereka hanya menunggu aba-aba dari Liu Zhengfeng, lalu mereka akan menghunus pedang dan mencacah-cacah pejabat itu.

Tak nyana ternyata Liu Zhengfeng tetap tenang seperti biasanya, ia berlutut, bersujud tiga kali di hadapan pejabat itu, lalu berkata dengan lantang, "Hamba Liu Zhengfeng menyambut titah, hidup yang mulia".

Ketika para hadirin mendengarnya, mereka tertegun.

Pejabat itu membuka gulungan kertas dan membacakannya, "Sri Baginda bertitah: Menurut laporan inspektur kekaisaran dari Propinsi Hunan, warga Kabupaten Hengshan Liu Zhengfeng telah berbakti bagi kepentingan umum di tempat asalnya, ia mahir berkuda dan memanah, dan patut diangkat sebagai perwira berpangkat can jiang[4]. Sejak hari ini, untuk membalas budi kebaikan yang mulia, kau akan berbakti pada negara".

Liu Zhengfeng bersujud lagi, lalu berkata, "Hamba Liu Zhengfeng mengucapkan terima kasih, hidup yang mulia". Ia bangkit, lalu menyoja di hadapan pejabat itu dan berkata, "Banyak terima kasih pada Pembesar Zhang yang telah membimbingku sehingga aku dapat menerima jabatan ini". Pejabat itu memelintir jenggotnya sambil tersenyum kecil, "Selamat, selamat. Sejak saat ini jenderal Liu dan aku akan bersama-sama berbakti pada negara, untuk apa banyak peradatan?" Liu Zhengfeng berkata, "Aku ini orang biasa yang tak tahu apa-apa, hari ini aku menerima titah untuk menjabat pertama-tama adalah berkat kebaikan budi yang mulia, hingga aku bisa mengharumkan nama para leluhurku, namun juga berkat jasa Inspektur Zhou dan Pembesar Zhang". Pejabat itu tersenyum dan berkata, "Ah, jangan sebut-sebut hal itu".

Liu Zhengfeng menoleh ke arah adik iparnya Fang Qianju dan berkata, "Adik Fang, apa kau sudah menghaturkan hadiah untuk Pembesar Zhang?" Fang Qianju berkata, "Dari tadi sudah kupersiapkan disini". Ia berbalik dan mengambil sebuah baki bulat, di atas baki itu ada sebuah bungkusan yang dibungkus kain brokat. Liu Zhengfeng membawa baki itu dan berkata sembari tersenyum, "Ini ada sedikit hadiah yang sebenarnya tak cukup untuk menunjukkan rasa terima kasih kami. Mohon agar Pembesar Zhang sudi menerimanya".

Pembesar Zhang itu tertawa dan berkata, "Kita bersaudara, jenderal Liu tak usah banyak peradatan". Ia mengedipkan mata untuk memanggil seorang jurusita yang berada di sampingnya. Ketika sang jurusita menerima baki itu, kedua lengannya tertekan ke bawah, jelas bahwa benda yang ada di baki beratnya tidak ringan, tentunya bukan perak melainkan emas. Pembesar Zhang itu mengangkat alisnya dan tersenyum, "Adik masih ada urusan, tak bisa tinggal lama disini. Mari, mari, mari, tuangkan tiga cawan arak untuk memberi selamat atas pengangkatan jenderal Liu hari ini. Semoga dalam waktu dekat ini kau akan menerima kenaikan pangkat berkat kebaikan yang mulia". Para pelayan telah menuang arak. Pembesar Zhang susul menyusul minum ketiga cawan arak itu sampai habis, menjura, lalu berbalik menuju ke pintu. Wajah Liu Zhengfeng penuh senyum, ia terus mengantar sampai ke gerbang utama. Terdengar suara gong pembuka jalan, Wisma Liu membalas penghormatan dengan menembakkan senapan.

Adegan ini sama sekali tak diduga oleh para hadirin, semua orang saling pandang dengan cemas, mereka tak bisa berkata apa-apa, wajah setiap orang nampak jengah bercampur heran.

Walaupun tamu-tamu yang datang di Wisma Liu bukan dari golongan hitam, dan juga bukan pemberontak, namun mereka semua punya nama di dunia persilatan, semua menganggap diri mereka sendiri sebagai tokoh terkemuka, mereka memandang sebelah mata pada pejabat setempat. Saat ini mereka telah melihat bagaimana Liu Zhengfeng merendahkan dirinya di hadapan seorang pejabat demi memperoleh pangkat 'can jiang', sebuah jabatan militer kacangan dari kaisar, dengan cara yang begitu memuakkan, dan bahkan terang-terangan menyuap seorang pejabat. Dalam hati mereka memandang rendah padanya, bahkan ada beberapa orang yang tak bisa menyembunyikan ekspresi menghina di wajah mereka. Para tamu yang sudah berumur semua berpikir, "Sepertinya, ia telah membeli jabatan dengan uang, entah berapa banyak emas dan perak yang telah dikeluarkannya untuk memperoleh rekomendasi dari inspektur kekaisaran itu. Selama ini Liu Zhengfeng dikenal sebagai orang yang jujur, bagaimana mungkin saat ia telah berumur ia malah menjadi kemaruk pangkat dan harta, sampai ia dengan cara yang tidak jujur membeli jabatan?

Liu Zhengfeng melangkah ke hadapan para hadirin, wajahnya berseri-seri, ia menjura dan minta para tamu duduk. Belum ada orang yang mau duduk di kursi kehormatan, maka kursi yang ada di tengah masih kosong. Yang duduk di sebelah kiri adalah yang berumur paling tua, yaitu Guru Xia dari Perguruan Liuhe, di sebelah kanan duduk wakil ketua Gaibang Zhang Jinao. Walaupun ilmu silat Zhang Jinao tidak luar biasa, namun Gaibang adalah perkumpulan terbesar di dunia persilatan, baik reputasi maupun ilmu silat ketuanya Jie Feng sama-sama tinggi, maka semua orang agak jeri padanya.

Para hadirin duduk di tempat masing-masing, para pelayan berdatangan untuk menghidangkan  makanan dan menuang arak. Mi Weiyi membawa sebuah meja teh yang ditutupi kain brokat. Kedua tangan Xiang Danian membawa sebuah baskom emas  mengkilat yang garis tengahnya sekitar setengah chi, lalu menaruhnya di atas meja teh. Baskom itu sudah penuh terisi air jernih. Dari balik pintu terdengar tiga kali suara tembakan, diikuti dengan delapan kali ledakan petasan. Di belakang aula utama, para murid dan orang-orang muda yang duduk di ruang tamu semua berkerumun untuk menonton keramaian di aula besar.

Sambil tersenyum lebar, Liu Zhengfeng melangkah masuk ke dalam aula besar, lalu menjura ke segala penjuru. Para hadirin berdiri untuk membalas menghormat.

Liu Zhengfeng berkata dengan lantang, "Para sesepuh dan pendekar, para sahabat baik dan sahabat muda sekalian, kalian telah datang dari jauh untuk mengunjungiku, wajah Liu Zhengfeng seakan dilabur emas, aku sangat berterima kasih. Hari ini adik akan mencuci tangan di baskom emas, sejak saat ini aku tak akan ikut campur dalam masalah-masalah dunia persilatan lagi. Mungkin saudara-saudara semua sudah tahu apa alasannya. Adik telah menerima anugrah dari istana kekaisaran, yaitu sebuah jabatan rendahan. Kata pepatah, makan gaji raja, maka setialah pada raja. Dunia persilatan mengutamakan sikap ksatria; namun dalam urusan negara, kita harus menaati hukum untuk membalas kebaikan budi yang mulia. Kedua hal ini sepertinya berlawanan, dan membuat kesulitan bagi Liu Zhengfeng. Sejak saat ini, Liu Zhengfeng mundur dari dunia persilatan, dan juga tak terhitung sebagai murid Perguruan Heng Shan lagi. Kalau murid-muridku ingin pindah ke perguruan atau perkumpulan lain, aku akan mempersilahkannya. Si Liu ini mengundang anda sekalian datang ke sini, untuk mohon para sahabat menjadi saksi. Setelah ini kalau kalian datang ke Kota Hengshan, kalian akan tetap menjadi sahabat si Liu ini. Namun segala hutang budi dan dendam serta permusuhan dunia persilatan tak akan diperdulikan oleh si Liu ini, dan ia juga tak akan ikut campur di dalamnya". Sambil berbicara, ia menjura ke segala penjuru.

Para hadirin sebelumnya telah menduga bahwa ia akan berbicara semacam itu, mereka semua berpikir, "Ia bertekad untuk menjadi pejabat, semua orang punya cita-cita, tak ada orang yang bisa memaksanya. Karena dia tak pernah menyinggungku, sejak saat ini kuanggap saja ia tidak ada di dunia persilatan". Ada juga yang punya pikiran lain, "Perbuatan ini benar-benar akan membuat nama Perguruan Heng Shan tenggelam, sepertinya ketua Perguruan Heng Shan Tuan Mo Da marah, oleh karena itu ia tidak datang". Ada lagi orang yang berpikir, "Dalam beberapa tahun belakangan ini Perguruan Pedang Lima Puncak berlaku ksatria dan membela keadilan di dunia persilatan sehingga mereka sangat dihormati orang, tapi sekarang Liu Zhengfeng malah berbuat seperti ini. Di depannya orang lain tak berani bicara, tapi di belakang punggungnya mau tak mau orang akan menertawakannya". Ada juga orang yang senang melihat orang lain kesusahan, mereka berpikir, "Bagaimanapun juga, Perguruan Pedang Lima Puncak adalah perguruan pembela keadilan, tapi begitu ada kesempatan untuk mendapatkan pangkat dan harta, ia langsung bersujud menyembah pejabat itu. Bagaimana bisa disebut 'pembela keadilan'?"

Para hadirin sibuk dengan pikiran masing-masing, untuk beberapa saat, aula besar itu sunyi senyap bagai kuburan. Seharusnya, dalam keadaan seperti itu, para tamu sudah memberi selamat Liu Zhengfeng dengan gegap gempita, memberi pujian seperti "pensiun dengan bahagia dan panjang umur", "pensiun di puncak karir", "bijaksana dan pemberani" dan lain-lain, namun diantara begitu banyak orang yang berkumpul di bawah satu atap itu, tak satu pun yang membuka mulutnya.

Liu Zhengfeng berbalik ke arah luar dan berkata dengan lantang, "Murid Liu Zhengfeng berhutang budi pada guru yang telah berbaik hati menerimaku ke dalam perguruan dan mengajariku ilmu silat, aku sangat malu karena aku tak mampu membesarkan nama Perguruan Heng Shan. Untungnya ada Kakak Mo Da yang mengurus perguruan kami, kemampuan Liu Zhengfeng biasa-biasa saja dan tidak ada artinya. Setelah mencuci tangan di baskom emas, aku si Liu akan memusatkan perhatian pada urusan pemerintahan, dan tak akan menggunakan ilmu silat ajaran guru lagi, dengan harapan agar aku bisa memperoleh kenaikan pangkat. Segala hutang budi dan dendam serta pertengkaran, perselisihan antar perguruan di dunia persilatan sama sekali tak akan diperdulikan atau dicampuri oleh Liu Zhengfeng. Kalau aku mengingkari perkataanku ini, aku akan menjadi seperti pedang ini". Tangan kanannya berbalik dan menghunus sebilah pedang dari balik jubahnya, kedua tangannya lantas menarik mata pedang itu kebawah, "Krek!", pedang itu putus menjadi dua. Setelah mematahkan pedang itu, dengan enteng ia membiarkan dua potongan pedang itu jatuh ke lantai, dengan suara berdenting, potongan-potongan pedang itu menancap di ubin.

Ketika para hadirin melihatnya, mereka semua terkejut, karena suara yang ditimbulkan ketika potongan-potongan pedang itu menancap di ubin enak didengar, jelas bahwa pedang itu adalah jenis pedang bagus yang dapat memotong emas dan batu kumala. Bagi seorang tokoh seperti Liu Zhengfeng, tidaklah aneh kalau ia bisa mematahkan pedang baja biasa, tapi kalau ia bisa mematahkan pedang pusaka seperti ini dengan enteng, kekuatan jarinya pasti telah terlatih dengan baik, dan ia benar-benar telah mencapai taraf seorang jago kelas satu di dunia persilatan. Kalau melihat bagaimana ia hidup enak, dan penampilannya yang seperti orang kaya yang tak bisa berkelahi, sulit dipercaya bahwa ilmu silatnya ternyata begitu tinggi. Tuan Wen menghela napas dan berkata, "Sayang sekali, sayang sekali!" Tak jelas apakah ia menyayangkan pedang pusaka yang patah itu, atau menyayangkan Liu Zhengfeng yang ilmunya begitu tinggi namun hanya ingin menjadi pejabat rendahan.

Senyum mengembang di wajah Liu Zhengfeng, ia menggulung lengan bajunya, lalu menjulurkan kedua tangannya untuk dimasukkan ke dalam baskom emas, namun tiba-tiba dari balik pintu terdengar suara teriakan yang bengis, "Berhenti!"

* * *

Liu Zhengfeng agak terkejut, tangannya tak jadi dimasukkan ke dalam air, ia berbalik dan mengangkat kepalanya, ingin melihat siapa gerangan yang menyuruhnya berhenti dengan suara keras itu. Ia melihat bahwa dari pintu masuklah empat orang lelaki berpakaian warna kuning, setelah masuk, mereka memisahkan diri menjadi dua kelompok yang masing-masing berdiri di kedua sisi ruangan itu, dari antara keempat orang itu, seorang lelaki berbaju kuning yang sosoknya sangat tinggi maju ke depan sambil mengangkat kepalanya tinggi-tinggi. Orang ini membawa sebuah bendera sutra panca warna yang diangkatnya tinggi-tinggi, bendera itu penuh sulaman yang bertahtakan mutiara dan batu permata, sehingga begitu dibuka, terpancarlah sinar yang berkilauan. Banyak orang yang mengenali bendera itu, pikiran mereka terguncang, "Bendera komando ketua perserikatan Perguruan Pedang Lima Puncak telah tiba!"

Orang itu melangkah ke hadapan Liu Zhengfeng dan mengangkat bendera itu, lalu berkata, "Paman Guru Liu, terimalah perintah Ketua Zuo, ketua perserikatan Perguruan Pedang Lima Puncak: Paman Guru Liu mohon supaya menunda upacara cuci tangan di baskom emas untuk sementara waktu". Liu Zhengfeng menyoja dan berkata, "Tapi apa maksud perintah ketua perserikatan itu?"  Lelaki itu berkata, "Murid hanya melaksanakan perintah, benar-benar tidak tahu apa maksud ketua perserikatan, mohon maaf pada Paman Guru Liu".

Liu Zhengfeng tersenyum kecil, "Tak usah terlalu sopan, bukankah keponakan adalah 'Cemara Seribu Zhang' Keponakan Shi?" Walaupun wajahnya tersenyum, namun suaranya sedikit gemetar, jelas bahwa ia tak menduga bahwa akan timbul masalah semacam ini, walaupun ia adalah orang yang sudah mengalami berbagi macam kejadian, namun mau tak mau ia juga terguncang.

Lelaki itu memang adalah murid Perguruan Songshan si 'Cemara Seribu Zhang' Shi Dengda, ketika ia mendengar bahwa Liu Zhengfeng tahu nama dan julukannya, mau tak mau ia merasa bangga, ia sedikit menjura dan berkata, "Murid Shi Dengda menghadap Paman Guru Liu". Ia bergegas maju beberapa langkah, dan menghormat pada Pendeta Tianmen, Yue Buqun, Biksuni Dingjing dan yang lain-lain, lalu berkata, "Murid-murid Perguruan Songshan menghadap kepada paman guru sekalian". Keempat lelaki berbaju kuning lainnya ikut menjura memberi hormat.

Biksuni Dingjing sangat senang, ia berdiri dari kursinya sambil menghormat dan berkata, "Ada baiknya gurumu menghentikan upacara ini. Menurut aku, kita orang yang mempelajari ilmu silat, selalu menekankan sikap ksatria dan hidup dengan bebas-merdeka di dunia persilatan, untuk apa membuat repot diri sendiri dengan menjadi pejabat? Hanya saja aku lihat Adik Liu sudah mengatur semuanya secara rapi dari dahulu dan pasti tak mau mendengarkan perkataan biksuni tua ini, oleh karena itu aku tak mau banyak bicara".

Dengan wajah serius, Liu Zhengfeng berkata, "Dahulu ketika kita Perguruan Lima Puncak setuju untuk berserikat, kita setuju untuk saling membantu apabila kita diserang atau menyerang, dan untuk menegakkan keadilan di dunia persilatan, dalam hal-hal yang berhubungan dengan kelima perguruan, kita harus mematuhi perintah ketua perserikatan. Bendera komando panca warna ini dibuat oleh kelima perguruan kita bersama, melihat bendera komando adalah sama dengan melihat ketua perserikatan, itu memang benar. Tapi upacara cuci tangan di baskom emas hari ini adalah urusan pribadi si Liu ini, upacara ini tidak bertentangan dengan peraturan dunia persilatan tentang moral dan keadilan, dan juga sama sekali tak ada hubungannya dengan Perguruan Pedang Lima Puncak, oleh karena itu tidak berada dibawah kewenangan bendera panca warna ketua perserikatan. Mohon supaya Keponakan Shi sampaikan kepada gurumu yang terhormat bahwa si Liu ini tak menerima perintahnya, mohon maaf karena telah menyinggung Kakak Zuo". Sambil berbicara ia melangkah menuju ke baskom emas.

Tubuh Shi Dengda berkelebat, dengan cepat menghadang di depan baskom emas, tangan kanannya mengangkat bendera komando seraya berkata, "Paman Guru Liu, guruku terus menerus memintaku untuk memastikan supaya Paman Liu menunda upacara cuci tangan di baskom emas. Guruku berkata bahwa Perguruan Pedang Lima Puncak adalah satu pohon dengan banyak cabang, kita semua seperti saudara sendiri. Guruku mengirimkan bendera komando ini untuk menjaga persahabatan diantara Perguruan Pedang Lima Puncak, dan juga untuk menegakkan keadilan di dunia persilatan, dan pada saat yang sama juga untuk kebaikan Paman Guru Liu sendiri".

Liu Zhengfeng berkata, "Aku tak mengerti. Kartu undangan untuk upacara cuci tangan di baskom emas si Liu ini sudah jauh-jauh hari diantarkan dengan hormat oleh orang perguruan kami ke Gunung Song, selain itu aku juga melaporkannya melalui sebuah surat panjang kepada Kakak Zuo. Kalau Kakak Zuo benar-benar punya maksud baik, kenapa ia tidak terlebih dahulu mencegahku? Menunggu sampai saat ini dan baru mengeluarkan bendera komando untuk menghalangiku, bukankah ini jelas-jelas mau membuat si Liu ini mengingkari perkataannya sendiri di hadapan semua pendekar di kolong langit ini, sehingga aku akan ditertawakan oleh semua orang gagah di dunia persilatan?"

Shi Dengda berkata, "Guruku selalu berkata kepada semua murid bahwa Paman Guru Liu adalah seorang gagah dari Perguruan Heng Shan yang berpendirian kuat, sifat ksatrianya terkenal di seantero jagad, semua orang di dunia persilatan selalu menghormati Paman Guru Liu, guruku juga sangat mengagumi paman, murid sama sekali dilarang untuk berbuat tidak sopan, kalau tidak maka akan dihukum berat. Nama besar Paman Guru Liu terkenal di dunia persilatan, paman tak usah terlalu khawatir".

Liu Zhengfeng tertawa kecil dan berkata, "Itu cuma pujian kosong dari Ketua Zuo saja, si Liu ini mana punya nama besar seperti itu?"

Biksuni Dingjing melihat bahwa kedua orang itu sama sekali tak mau mengalah, ia tak bisa menahan diri untuk menyela, "Adik Liu, kenapa kita tidak kesampingkan masalah ini dahulu. Semua orang yang ada di sini hari ini adalah teman baik, siapa yang akan menertawakanmu? Kalaupun ada satu dua orang bodoh yang mengejekmu, meskipun Adik Liu tak mau berdebat dengan mereka, biksuni ini tak akan melepaskan mereka". Sambil berbicara pandangan matanya menyapu wajah semua orang dengan sikap menantang, ia ingin melihat siapa yang punya nyali menyinggung seorang anggota Perguruan Pedang Lima Puncak mereka.

Liu Zhengfeng mengangguk, "Karena Biksuni Dingjing sudah berkata demikian, aku akan menunda upacara cuci tangan di baskom emas sampai besok siang. Mohon agar teman-teman yang tidak mau pergi, tinggal di Kota Hengshan sehari lagi, sambil menunggu aku minta penjelasan lebih lanjut dari para keponakan dari Perguruan Songshan ini".

Tepat pada saat itu, tiba-tiba dari ruangan belakang terdengar suara seorang perempuan berseru, "Hei, untuk apa kau melakukan hal itu? Aku suka main dengan siapa, itu bukan urusanmu". Para hadirin terkejut, dari suaranya mereka tahu bahwa ia adalah gadis kecil yang kemarin bertengkar mulut dengan Yu Canghai, Qu Feiyan.

Terdengar suara seorang lelaki berkata, "Biarkan aku duduk dengan tenang, jangan bergerak dan bicara sembarangan, sebentar lagi aku pasti akan melepaskanmu". Qu Feiyan berkata, "Eh, ini aneh sekali. Apa ini rumahmu? Aku ingin ikut kakak dari keluarga Liu ini pergi ke kebun belakang, kenapa kau menghalangi jalanku?" Orang itu berkata, "Baiklah! Kalau mau pergi, pergilah sendiri. Mohon Nona Liu tinggal disini sebentar lagi". Qu Feiyan berkata, "Kata Kakak Liu ia muak melihatmu. Cepat pergilah jauh-jauh. Kakak Liu juga tak kenal padamu, siapa yang mau kau mengacau disini?". Terdengar suara seorang gadis lain yang berbicara, "Adik, ayo kita pergi, jangan perdulikan dia". Lelaki itu berkata, "Nona Liu, mohon tunggu disini sebentar".

Makin lama mendengarkan percakapan itu Liu Zhengfeng makin geram, pikirnya, "Orang ini beraninya datang ke rumahku dan berbuat kurang ajar, sampai berani berbuat kasar kepada Jing erku?"

Begitu mendengar suara itu, murid kedua Liu Mi Weiyi bergegas pergi ke ruangan belakang, ia melihat adik seperguruannya sedang bergandengan tangan dengan Qu Feiyan, berdiri di halaman, seorang pemuda berbaju kuning sedang merentangkan kedua tangannya, menghalangi jalan mereka berdua. Begitu melihat pakaiannya, Mi Weiyi mengenali orang itu sebagai seorang murid Perguruan Songshan, ia tak bisa menahan rasa geram di hatinya, ia pura-pura batuk, lalu berkata dengan suara keras, "Bukankah kau murid Perguruan Songshan? Kenapa kau tidak duduk di aula?"

Orang itu berkata dengan jumawa, "Tak perlu. Aku dapat perintah dari ketua perserikatan untuk mengawasi anggota keluarga Liu supaya tak satu pun dari mereka bisa melarikan diri".

Suaranya ketika mengucapkan perkataan itu sama sekali tidak keras, namun cara berbicaranya sangat angkuh, para hadirin di aula besar mendengarnya, tanpa kecuali semua merasa marah.

Liu Zhengfeng murka, ia berkata pada Shi Dengda, "Apa-apaan ini?" Shi Dengda berkata, "Adik Wan, keluarlah, kalau bicara hati-hati sedikit. Paman Guru Liu sudah berjanji untuk tidak mencuci tangan". Lelaki yang berada di ruangan belakang itu menjawab, "Benar! Lebih baik begitu".

Sambil berbicara, ia keluar dari ruangan belakang, ia sedikit menyoja dan berkata, "Murid Perguruan Songshan Wan Daping menghadap Paman Guru Liu".

Liu Zhengfeng begitu marah hingga tubuhnya agak gemetar, dengan lantang ia berkata, "Berapa murid Perguruan Songshan yang datang, mohon sekarang semua keluar!"

Baru saja ia menyelesaikan perkataannya, tiba-tiba terdengar di atap rumah, di balik pintu gerbang, di sudut aula, di kebun belakang, di mana-mana puluhan orang serentak menjawab, "Baik, para murid Perguruan Songshan menghadap Paman Guru Liu!" Suara teriakan puluhan orang serentak terdengar, keras dan sama sekali tak terduga. Para hadirin semua terkejut, mereka melihat bahwa di atas atap berdiri lebih dari sepuluh orang, semuanya memakai baju kuning. Di aula besar juga telah ada beberapa orang yang tak sama pakaiannya, rupanya mereka dari tadi telah masuk dan berbaur dengan para hadirin, diam-diam mengawasi Liu Zhengfeng. Di tengah lebih dari seribu orang, tak ada yang mengetahui keberadaan mereka.

Biksuni Dingjing adalah orang pertama yang tak bisa menahan amarahnya, ia berkata dengan suara keras, "Apa.......apa maksudnya semua ini? Sungguh keterlaluan!"

Shi Dengda berkata, "Maafkan kami, Biksuni Dingyi. Guru kami memberi perintah, bahwa dengan cara apapun kami harus menasehati Paman Guru Liu agar ia tidak mencuci tangan di baskom emas, kami khawatir kalau Paman Liu tidak mau menaati perintah, oleh karena itu kami terpaksa melakukan perbuatan yang membuat orang tersinggung".

Tepat pada saat itu, dari ruangan belakang keluar lebih dari sepuluh orang, mereka adalah istri Liu Zhengfeng, kedua anaknya yang masih kecil, dan juga tujuh orang muridnya. Di belakang setiap orang ada seorang murid Perguruan Songshan, tangan mereka masing-masing mengengam sebilah pisau yang ditodongkan di belakang punggung Nyonya Liu dan yang lain-lain.

Liu Zhengfeng berkata dengan lantang, "Teman-teman sekalian, si Liu ini bukan orang yang keras kepala, tapi hari ini Kakak Zuo telah memaksaku seperti ini. Kalau si Liu ini takluk pada kekuasaan, bagaimana aku bisa punya muka untuk berdiri di muka bumi ini? Kakak Zuo tidak memperbolehkan si Liu ini untuk mencuci tangan di baskom emas, hei hei, kepala si Liu ini boleh dipotong, tapi kemauanku tak bisa dibelokkan". Sambil berbicara ia maju selangkah ke depan dan mengangsurkan kedua tangannya untuk dicelupkan ke dalam baskom emas.

Shi Dengda berteriak, "Tunggu dulu!" Ia membuka bendera komando dan menghadang di depannya. Tangan kiri Liu Zhengfeng dengan cepat bergerak ke depan, kedua jarinya menusuk ke mata Shi Dengda. Shi Dengda mengangkat kedua lengannya untuk menangkis, tangan kiri Liu Zhengfeng ditarik mundur, sedangkan kedua jari tangan kanannya sekarang menusuk ke arah mata Shi Dengda. Shi Dengda tak bisa melawan, ia hanya mundur ke belakang. Setelah Liu Zhengfeng memaksanya mundur dengan dua jurus itu, ia kembali mengangsurkan kedua tangannya ke arah baskom emas. Ia mendengar suara angin berkesiuran di belakang punggungnya, rupanya ada dua orang yang menyerang dari belakang, namun Liu Zhengfeng sama sekali tak berpaling, hanya kaki kirinya yang menendang ke belakang. "Buk!" Ia menendang murid Perguruan Songshan itu sampai jauh. Tangan kanannya mencengkeram dada seorang murid Perguruan Songshan lain, lalu melemparkannya ke arah Shi Dengda. Kaki kirinya menyepak ke belakang, tangan kanannya berbalik mencengkeram dengan begitu tepat sasaran, seakan ia punya mata di punggungnya. Gerakannya yang sangat cepat hanya bisa dilakukan oleh seorang jago papan atas, benar-benar luar biasa.

Para murid Perguruan Songshan terkejut, untuk sesaat tak ada seorang pun yang berani maju. Murid Perguruan Songshan yang berdiri di belakang putra Liu Zhengfeng berseru, "Paman Guru Liu, berhentilah, kalau tidak aku akan bunuh tuan mudamu".

Liu Zhengfeng berpaling dan memandang putranya, ia berkata dengan dingin, "Di sini begitu banyak pendekar, kalau kau berani menyentuh selembar pun rambut putraku, kalian murid-murid Songshan akan jadi daging cacah". Perkataan ini bukan cuma gertak sambal, kalau murid Songshan itu benar-benar melukai putranya, kejadian itu pasti akan membangkitkan amarah semua orang, yang akan serentak menyerang. Murid-murid Songshan akan sulit melarikan diri. Liu Zhengfeng berbalik, lagi-lagi ia mengangsurkan kedua tangannya ke arah baskom emas.

Nampaknya kali ini tak ada orang yang bisa menghentikannya, namun sekonyong-konyong seberkas sinar perak berkelebat, sebuah senjata rahasia yang sangat kecil membelah udara. Liu Zhengfeng mundur dua langkah, ia hanya mendengar suara denting yang perlahan, ternyata senjata rahasia itu telah menghantam pinggiran baskom emas. "Prang!" Baskom emas itu terbalik dan jatuh ke lantai hingga dasarnya menghadap ke atas. Air bersih yang memenuhi baskom itu tertumpah di lantai.

Pada saat yang sama nampak sebuah sosok berpakaian kuning berkelebat, seseorang melompat turun dari atap, ia mengangkat kaki kanannya dan menginjak-injak baskom yang terbalik itu. Baskom emas itu langsung menjadi gepeng. Orang itu berusia empat puluhan lebih, tingginya sedang, tubuhnya sangat kurus, bibir atasnya ditumbuhi sepasang kumis yang seperti kumis tikus, ia menjura dan berkata, "Paman Guru Liu, menurut perintah ketua perserikatan, kau tak boleh cuci tangan di baskom emas".

Liu Zhengfeng mengenali orang ini sebagai Fei Bin, adik seperguruan keempat ketua Perguruan Songshan Zuo Lengchan, Tapak Songyangnya termasyur di dunia persilatan. Rupanya Perguruan Songshan hari ini datang untuk menghadapinya tidak hanya dengan murid-murid generasi kedua saja. Karena baskom emas telah diinjak-injak olehnya sampai hancur, upacara cuci tangan di baskom emas tidak dapat dilaksanakan, apakah sekarang sebaiknya ia melawan mati-matian, atau untuk sementara waktu menerima penghinaan? Dalam sekejap, sebuah ide muncul di benaknya, "Walaupun Perguruan Songshan memegang bendera perserikatan Lima Gunung, namun mereka sangat semena-mena memaksa orang melakukan kehendak mereka. Apakah diantara lebih dari seribu pendekar dan orang gagah disini, tak ada satu orang pun bersedia untuk bangkit membela keadilan?" Ia segera menjura dan berkata, "Kakak Fei baru tiba, kenapa kau tidak datang untuk minum secawan arak? Kenapa kau malah bersembunyi di atap, terpanggang sinar matahari di sana? Kemungkinan besar masih ada jago-jago Perguruan Songshan lain yang sudah datang, mohon supaya kalian semua menunjukkan diri. Kalau hanya untuk menghadapi aku si Liu, Kakak Fei seorang sudah lebih dari cukup. Tapi kalau mau menghadapi semua pendekar dan orang gagah disini, jangan-jangan seluruh kekuatan Perguruan Songshan masih tak cukup".

Fei Bin tersenyum kecil dan berkata, "Untuk apa Kakak Liu mengadu domba kami? Bahkan kalau aku bertarung dengan Kakak Liu, aku tak akan bisa melawan jurus 'Angsa Kecil Gugur' Kakak Liu. Perguruan Songshan sama sekali tak berani mempermalukan Perguruan Heng Shan, dan juga tak berani menyinggung para pendekar yang ada disini. Bahkan kami juga tak berani menyinggung Kakak Liu. Hanya demi kebaikan puluhan ribu orang dunia persilatanlah kami datang untuk mohon Kakak Liu untuk tidak cuci tangan di baskom emas".

Begitu perkataan ini dikeluarkan, para hadirin di aula itu semuanya sangat terkejut, mereka berpikir, "Kalau Liu Zhengfeng tidak cuci tangan di baskom emas, apa hubungannya dengan kebaikan puluhan ribu orang dunia persilatan?"

Benar saja, terdengar Liu Zhengfeng menyanggah, "Perkataan Kakak Fei Bin agak terlalu menyanjung adik kecil. Si Liu ini adalah murid Perguruan Heng Shan yang biasa-biasa saja, putra putriku semua masih kecil, aku hanya menerima delapan atau sembilan orang murid yang tak berguna, aku benar-benar tak ada artinya. Perbuatan si Liu ini bagaimana bisa berpengaruh bagi kebaikan puluhan ribu orang dunia persilatan?"

Biksuni Dingjing menyela, "Benar. Kalau Adik Liu ingin cuci tangan di baskom emas dan jadi pejabat kacangan, jujur saja, si biksuni tua ini tidak suka. Tapi setiap orang punya cita-cita sendiri, dia suka pangkat dan kekayaan, selama dia tidak merugikan rakyat kebanyakan, dan tidak melanggar prinsip keksatriaan di dunia persilatan, orang lain tidak bisa memaksanya untuk tak melakukannya. Menurutku Adik Liu juga tidak punya kemampuan yang begitu hebat sampai bisa mencelakai banyak orang di dunia persilatan".

Fei Bin berkata, "Biksuni Dingjing, kau adalah seorang pendeta Buddha yang telah mencapai pencerahan, tidak heran kalau kau tidak mengerti tipuan kotor yang digunakan oleh orang lain. Kalau rencana jahat ini berhasil, hal ini tak hanya akan mencelakai orang-orang dunia persilatan yang tak terhitung jumlahnya, tapi juga akan meracuni rakyat kebanyakan yang baik dan jujur. Kita semua harus memikirkan hal ini, Tuan Ketiga Liu dari Perguruan Heng Shan namanya termasyur di dunia persilatan, kenapa dia malah merendahkan diri seperti ini, rela menerima kebaikan pejabat anjing yang hina itu? Harta keluarga Tuan Ketiga Liu sudah bertumpuk-tumpuk, untuk apa ia mencari pangkat dan kekayaan lagi? Di dalam masalah ini pasti ada sesuatu alasan yang tak diberitahukan kepada orang lain".

Para hadirin berpikir, "Perkataan ini ada benarnya juga, aku sudah curiga dari dahulu terhadap tingkah laku Liu Zhengfeng ini. Untuk apa dia menjadi pejabat militer rendahan seperti itu? Perbuatannya ini tak jelas apa maksudnya".

Liu Zhengfeng tak marah, ia malah tersenyum dan berkata, "Kakak Fei Bin, kalau kau mau menfitnah aku, paling tidak buatlah cerita yang agak masuk akal. Saudara-saudara Perguruan Songshan yang lain, silahkan menunjukkan diri!"

Terdengar dari sisi barat dan timur atap suara dua orang serentak menjawab, "Baik!" Bayangan kuning berkelebat, dua orang muncul di tengah-tengah aula. Ilmu ringan tubuh mereka persis sama dengan yang dipakai Fei Bin untuk melompat turun barusan  ini. Yang berdiri di sebelah timur adalah seorang gemuk, perawakannya tinggi besar, Biksuni Dingjing dan yang lain-lain mengenalinya sebagai adik seperguruan kedua ketua Perguruan Songshan yaitu Tapak Pengusung Pagoda Ding Mian. Orang yang berdiri di sebelah barat sangat tinggi dan sangat kurus, ia adalah orang yang menduduki posisi ketiga di Perguruan Songshan, si Tapak Bangau Lu Bai. Kedua orang itu serentak menjura dan berkata, "Hormat kepada Tuan Ketiga Liu, hormat kepada para pendekar sekalian".

Ding Mian dan Lu Bai berdua punya nama besar di dunia persilatan, para hadirin semua berdiri untuk membalas menghormat. Tak lama kemudian jago-jago Perguruan Songshan lain mulai berdatangan, dalam hati semua orang merasa bahwa urusan hari ini akan sulit untuk diselesaikan secara baik-baik, nampaknya Liu Zhengfeng akan kalah telak.

Biksuni Dingjing berkata dengan geram, "Adik Liu, kau tak usah khawatir, semua urusan di kolong langit ini harus berjalan sesuai satu kata, yaitu 'kebenaran'. Jangan takut melihat mereka mengerahkan banyak orang, masa semua kawan-kawan dari Perguruan Taishan, Huashan dan Hengshan hanya bisa enak-enak makan saja dan tak memperdulikan urusan ini?"

Liu Zhengfeng tertawa pahit, "Biksuni Dingjing, urusan ini memang sangat memalukan untuk dibicarakan, tadinya ini adalah masalah dalam Perguruan Heng Shan kami sendiri, tapi sekarang malah membuat repot kawan-kawan semua. Si Liu ini sudah mengerti dengan jelas bahwa kemungkinan besar Kakak Pertama Mo Da yang pergi ke Perguruan Songshan dan mengadukan aku kepada Ketua Perserikatan Zuo, melaporkan bahwa aku berbuat macam-macam. Oleh karena itu saudara-saudara Perguruan Songshan lantas datang kesini dan mengecam aku dengan sangat keras. Baiklah, memang si Liu ini yang kurang sopan pada Kakak Mo Da, biar aku mohon maaf kepada Kakak Mo Da saja".

Pandangan mata Fei Bin menyapu ke segenap penjuru aula itu, ia memicingkan matanya, namun sinar matanya jernih dan terang, jelas bahwa tenaga dalamnya sangat  hebat. Ia berkata, "Bagaimana masalah ini bisa ada hubungannya dengan Tuan Mo Da? Mohon supaya Tuan Mo Da keluar untuk menjelaskan masalah ini kepada kami semua". Setelah ia mengucapkan kata-kata itu, suasana di aula besar sunyi senyap, namun setelah beberapa lama, masih tak terlihat 'Hujan Malam Di Xiaoxiang' Tuan Mo Da menunjukkan diri. 

Liu Zhengfeng tertawa getir, "Tentang hal aku tak akur dengan kakak seperguruanku, semua teman-teman di dunia persilatan sudah tahu, hal ini tak dapat disembunyikan. Adik kecil beruntung dapat bergantung pada warisan leluhur, sehingga keluargaku boleh dibilang makmur. Akan tetapi keluarga Kakak Mo melarat. Sebenarnya, diantara kawan saja kita harus saling menolong, apalagi diantara sesama saudara seperguruan? Tapi hal ini malah membuat Kakak Mo merasa tak senang dan tak mau datang ke rumah adik kecil. Kami walaupun saudara seperguruan sudah beberapa tahun tak pernah berhubungan, tak pernah bertemu muka, tentunya hari ini Kakak Mo tidak bisa mengunjungiku. Tapi dalam hatiku ada satu hal yang aku belum bisa terima, yaitu bagaimana Ketua Perserikatan Zuo dengan hanya mendengar perkataan Kakak Mo secara sepihak, lantas mengirim begitu banyak saudara-saudara seperguruan kesini untuk menghadapi adik kecil, dan juga menawan anak istri si Liu ini, ini......ini bukankah membesar-besarkan masalah kecil?"

Fei Bin berkata kepada Shi Dengda, "Kibarkan bendera komando". Shi Dengda berkata, "Baik!" Ia mengusung bendera komando tinggi-tinggi dan berdiri di sisi Fei Bin. Dengan jumawa Fei Bin berkata, "Kakak Liu, urusan hari ini sama sekali tak ada hubungannya dengan Ketua Perguruan Heng Shan Tuan Mo Da, kau tak usah membawa-bawa dia. Ketua Perserikatan Zuo memerintahkan kami untuk menyelidikimu; ada persengkongkolan rahasia apa diantara kau dan ketua Sekte Iblis Dongfang Bubai? Rencana jahat apa yang sedang kau susun untuk menghadapi Perguruan Pedang Lima Puncak kami dan juga orang-orang aliran lurus lain di dunia persilatan?"

Begitu perkataan ini diucapkan, air muka para hadirin kontan berubah karena merasa sangat terkejut, tak sedikit orang yang berseru kaget. Sekte Iblis dan para pendekar golongan putih adalah musuh bebuyutan, mereka sudah bermusuhan lebih dari seratus tahun lamanya, terus menerus bertempur tanpa ada yang menang atau kalah. Diantara lebih dari seribu orang yang ada di aula itu, paling tidak separuhnya telah dicelakai Sekte Iblis, ada yang saudara-saudara seperguruannya terbunuh, ada yang gurunya tewas, maka begitu Sekte Iblis disebut-sebut, tak ada yang tak mengertakkan gigi dengan penuh kebencian. Alasan utama Perguruan Pedang Lima Puncak berserikat ialah untuk menghadapi Sekte Iblis. Sekte Iblis mempunyai banyak anggota, ilmu silat mereka juga tinggi, walaupun perguruan-perguruan aliran lurus mempunyai ilmu-ilmu yang luar biasa, namun mereka sering tidak bisa menandingi Sekte Iblis. Apalagi ketua Sekte Iblis  Dongfang Bubai disebut sebagai 'Jago Nomor Satu Zaman Ini', namanya pun 'tak terkalahkan' [5] memang setelah selesai mempelajari ilmu silat, ia belum pernah kalah sekali pun, hal ini benar-benar tak bisa dipandang remeh. Ketika para hadirin mendengar Fei Bin menuduh Liu Zhengfeng bersekongkol dengan Sekte Iblis, suatu hal yang erat hubungannya dengan soal hidup-mati mereka semua, simpati mereka terhadap Liu Zhengfeng langsung sirna.

Liu Zhengfeng berkata, "Seumur hidupku aku belum pernah bertemu muka dengan ketua Sekte Iblis Dongfang Bubai, apalagi berkomplot atau bersekongkol, dari mana datangnya ini semua?"

Fei Bin menelengkan kepalanya dan melirik Kakak Ketiga Lu Bai, menunggu ia berbicara. Lu Bai berkata dengan suara yang pelan dan lembut, "Kakak Liu, aku khawatir kata-katamu itu tidak sepenuhnya benar. Di Sekte Iblis ada seorang tetua pelindung agama yang bernama Qu Yang, entah Kakak Liu mengenal dia atau tidak?"

Sejak tadi Liu Zhengfeng bersikap tenang, tapi ketika ia mendengar dua kata "Qu Yang" itu disebut-sebut, wajahnya menjadi pucat pasi dan bibirnya mengatup erat, sama sekali tak bisa menjawab.

Si gemuk Ding Mian sejak masuk ke dalam aula sama sekali belum mengucapkan sepatah kata pun, saat ini ia sekonyong-konyong bertanya, "Kau kenal atau tidak dengan Qu Yang?" Suaranya sangat lantang, setelah ketujuh kata itu diucapkannya, telinga semua orang berdenging. Ia berdiri di tempatnya tanpa bergerak, sosoknya yang memang sudah tinggi besar, di mata semua orang seakan bertambah tinggi satu chi, jelas bahwa ia sangat kuat dan pemberani.

Liu Zhengfeng masih tak bisa menjawab, lebih dari seribu pasang mata terpusat memandang wajahnya. Semua orang merasa bahwa kalau ia tak bisa menjawab, maka ia secara diam-diam telah mengakui tuduhan itu. Setelah cukup lama, Liu Zhengfeng mengangguk, "Benar! Qu Yang, Kakak Qu Yang, tak hanya aku kenal tapi juga satu-satunya sahabat yang mengerti isi hatiku[6], dia adalah sahabatku yang paling baik".

Seketika itu juga, suasana di aula besar itu menjadi gegap gempita, para hadirin sibuk berkomentar dengan ribut. Para hadirin sama sekali tak menduga bahwa Liu Zhengfeng
akan mengucapkan perkataan itu, sebelumnya mereka mengira bahwa kalau ia tidak menyangkal telah mengenalnya, setidaknya ia akan mengatakan bahwa ia hanya pernah sekali saja bertemu muka dengan Qu Yang secara kebetulan, mereka sama sekali tak menyangka bahwa ia akan berkata bahwa tetua Sekte Iblis itu adalah sahabat akrabnya.

Senyum kecil mengembang di wajah Fei Bin, ia berkata, "Kau sendiri telah mengaku, bagus sekali. Seorang lelaki sejati berani berkata berani menanggung akibatnya. Liu Zhengfeng, Ketua Perserikatan Zuo memberikan dua pilihan, terserah kau mana yang akan kau pilih".

Liu Zhengfeng seakan tak mendengar perkataan Fei Bin itu, wajahnya tampak tanpa ekspresi, perlahan-lahan ia duduk di kursi, tangan kanannya mengangkat cawan arak, ia menuang arak, mengangkat cawan itu ke bibirnya, lalu meminumnya dengan perlahan-lahan. Para hadirin melihat bahwa lengan baju sutranya tetap lurus tanpa bergetar sedikitpun, dari hal ini bisa terlihat bahwa penguasaan dirinya sangat luar biasa. Pada saat genting seperti ini tak nyana ia masih bisa tetap tenang, hal ini berarti bahwa baik keberanian maupun ilmu silatnya sama-sama kelas satu, keduanya tak bisa dipisahkan satu sama lain. Orang lain tak bisa tidak mengaguminya.

Fei Bin berkata dengan suara lantang, "Ketua Perserikatan Zuo berkata: Di Perguruan Heng Shan, Liu Zhengfeng adalah seorang tokoh yang jarang ditemui, pada suatu saat ia tak sengaja berteman dengan orang jahat, tersesat ke jalan yang salah. Kalau ia dapat menyadari kesalahannya, kami semua adalah sahabat baik yang bercita-cita menegakkan keadilan, tentunya sebagai teman kami akan memberinya kesempatan untuk membuka lembaran baru. Ketua Perserikatan Zuo juga memerintahkan adik untuk memberitahu Kakak Liu: kalau kau memilih jalan ini, dalam waktu sebulan, kau harus membunuh tetua Sekte Iblis Qu Yang, lalu datang membawa kepalanya, semua yang telah terjadi akan dilupakan, dan setelah itu kita semua akan menjadi sahabat dan saudara seperguruan yang baik lagi".

Para hadirin berpikir, "Yang baik dan yang jahat tak dapat hidup berdampingan, setiap kali orang-orang pengikut aliran sesat dari Sekte Iblis bertemu muka dengan orang-orang aliran lurus, mereka selalu bertarung mati-matian. Kalau Ketua Perserikatan Zuo minta Liu Zhengfeng untuk membunuh Qu Yang, ini bukanlah suatu permintaan yang berlebihan".

Tiba-tiba di wajah Liu Zhengfeng muncul sebuah senyuman getir, ia berkata, "Kakak Qu dan aku begitu bertemu langsung seperti sahabat lama, lalu kami menjadi sangat akrab. Dia dan aku telah lebih dari sepuluh kali berbagi ranjang dan bercakap-cakap sampai malam, kadang-kadang kami membicarakan masalah berbagai macam perguruan dan sekte yang berbeda. Ia selalu menghela napas panjang, menurutnya perselisihan kedua pihak tak ada artinya. Aku dan Kakak Qu berteman untuk mendalami ilmu musik, dia ahli memainkan kecapi berdawai tujuh[7], aku gemar meniup seruling. Begitu kami berdua bertemu, kami sangat sering bermain kecapi dan seruling bersama-sama, tak pernah membicarakan ilmu silat". Ketika ia berbicara tentang hal ini, senyum kecil muncul di wajahnya, lalu ia meneruskan berbicara, "Mungkin kalian tak percaya bahwa di dunia saat ini, dalam hal memetik kecapi, tidak ada orang yang lebih hebat dari Kakak Qu. Dalam hal meniup seruling, aku juga dianggap bukan kelas dua. Walaupun Kakak Qu adalah orang Sekte Iblis, tapi saat mendengar permainan kecapinya, aku tahu bahwa sifatnya luhur dan jujur, terus terang dan berwawasan luas. Liu Zhengfeng tak hanya menghargainya, tapi juga mengaguminya. Walaupun si Liu ini seorang bodoh, tapi aku sudah memutuskan bahwa aku tidak bisa mencelakai seorang budiman seperti dia".

Para hadirin makin lama mendengarkan makin heran, mereka sama sekali tak menduga bahwa persahabatannya dengan Qu Yang disebabkan oleh kecintaan mereka pada musik. Melihatnya berbicara dengan begitu tulus, dengan sama sekali tak dibuat-buat, mau tak mau mereka menjadi percaya. Mereka semua berpikir bahwa di dunia persilatan sangat banyak orang yang aneh, musik selalu membuat manusia terpesona,  kalau Liu Zhengfeng keranjingan musik, ini bukanlah sesuatu hal yang aneh. Orang yang tahu seluk beluk Perguruan Heng Shan juga berpikir, "Jago-jago Perguruan Heng Shan dari generasi yang lalu juga gemar bermusik, ketuanya pada saat ini Tuan Mo Da dijuluki 'Hujan Malam di Xiaoxiang', rebabnya tak pernah meninggalkan gengamannya, ia juga memiliki julukan lain yang terdiri dari enam kata, yaitu 'rebab menyembunyikan pedang, pedang bersuara rebab', adalah sangat mungkin kalau Liu Zhengfeng gemar meniup seruling dan lalu bersahabat dengan Qu Yang".

Fei Bin berkata, "Bahwa kau bersahabat dengan si iblis Qu itu karena musik sudah dari dahulu diketahui dengan jelas oleh Ketua Perserikatan Zuo. Ketua Perserikatan Zuo berkata, "Sekte Iblis menyembunyikan maksud jahat, mereka tahu bahwa dalam beberapa tahun belakangan ini Perguruan Pedang Lima Puncak mengalami kemajuan pesat, Sekte Iblis sulit untuk melawan, maka mereka berusaha dengan seribu satu cara untuk menghancurkan kita dari dalam, mengadu domba, menghalalkan segala cara. Ada yang dipancing dengan harta, ada yang dipancing dengan wanita cantik. Kakak Liu selalu menjaga moralitas pribadinya, maka mereka mencari cara yang cocok denganmu, lalu menyuruh Qu Yang untuk mendekatimu lewat musik. Kakak Liu, kau harus berpikir dengan jernih, berapa orang kita yang telah dicelakai oleh Sekte Iblis? Bagaimana kau bisa dibuat bingung oleh tipuan kotor mereka? Bagaimana kau bisa sama sekali tak menyadarinya?"

Biksuni Dingjing berkata, "Benar. Perkataan Adik Fei tidak salah. Sekte Iblis tidak  ditakuti karena keganasan ilmu silat mereka, tapi karena berbagai tipuan keji mereka yang sulit dihindari orang. Adik Liu, kau adalah seorang budiman yang jujur, 
kau telah ditipu oleh seorang penjahat, memangnya kenapa? Kau cepat bunuh iblis Qu Yang itu dengan sekali sabetan pedang, maka semua urusan akan jadi beres. Kita Perguruan Pedang Lima Puncak senasib dan sepenanggungan, kita tak boleh diadu domba oleh Sekte Iblis sehingga kita menciderai rasa setia kawan diantara teman-teman kita". Pendeta Tianmen mengangguk dan berkata, "Adik Liu, kesalahan yang diperbuat seorang budiman adalah seperti gerhana yang menutupi wajah bulan purnama. Kalau seseorang menyadari kesalahannya dan memperbaikinya, tentunya akan sangat baik. Kau hanya perlu membunuh iblis bermarga Qu itu saja, maka semua kawan-kawan dari aliran lurus akan mengacungkan jempol dan serentak berkata, 'Ternyata Liu Zhengfeng dari Perguruan Heng Shan adalah seorang lelaki yang tahu bedanya kebaikan dan kejahatan'. Muka kami teman-temanmu ini juga akan menjadi gilang-gemilang".

Liu Zhengfeng sama sekali tak menjawab, pandangan matanya beralih ke wajah Yue Buqun, ia berkata, "Kakak Yue, kau adalah seorang budiman yang tegas membedakan kebaikan dan kejahatan, disini banyak jago dunia persilatan yang memaksaku untuk menjual teman sendiri, apa pendapatmu?"

Yue Buqun berkata, "Adik Liu, demi sahabat sejati, kita orang dunia persilatan kalau harus mati pun tak akan mengerutkan dahi. Tapi orang bermarga Qu dari Sekte Iblis ini jelas-jelas menyembunyikan pisau dibalik senyumnya, bermulut manis tapi hatinya berbisa, ia menggunakan segala cara untuk mendekatimu, ia adalah seorang musuh yang sangat berbahaya. Untuk menghancurkan nama baikmu dan mencerai beraikan keluargamu, ia menyimpan rencana jahat yang sangat kejam. Kalau orang semacam ini dianggap teman, bukankah ini mencemarkan kata 'teman' itu sendiri? Leluhur kita menempatkan kebenaran diatas keluarga sendiri, keluarga saja bisa dikorbankan, apalagi iblis pengkhianat yang tak pantas dianggap sebagai teman itu?"

Ketika para hadirin mendengar ia berbicara dengan lugas dan penuh percaya diri, semua orang bersorak-sorai, mereka masing-masing ramai berkomentar, "Perkataan Tuan Yue ini sudah jelas. Terhadap teman tentunya kita harus punya rasa setia kawan, namun terhadap musuh kita harus bertindak tanpa ampun. Bagi mereka rasa setia kawan tidak berlaku".

Liu Zhengfeng menghembuskan napas panjang, ia menunggu sampai suara orang-orang yang ramai berbicara reda, lalu ia berbicara dengan perlahan-lahan, "Pada saat aku mulai bersahabat dengan Kakak Qu, aku sudah menduga bahwa akan terjadi sesuatu seperti yang terjadi hari ini. Melihat keadaan akhir-akhir ini, aku kira tak lama lagi akan terjadi pertempuran besar diantara Perguruan Pedang Lima Puncak kita dan Sekte Iblis. Di satu pihak ada para saudara seperguruan dari perserikatan kita, di pihak lain ada sahabat akrabku, si Liu ini tak bisa membantu kedua belah pihak, oleh karena itu aku membuat rencana yang bodoh ini, yaitu upacara cuci tangan di baskom emas yang sedianya akan berlangsung hari ini. Sejak hari ini si Liu ini akan mundur dari dunia persilatan, dan tak lagi ambil pusing tentang hutang budi dan dendam kesumat di dunia persilatan. Aku cuma berharap agar dapat tidak terlibat dalam masalah-masalah itu lagi.
Dengan membeli jabatan militer kacangan ini dan merendahkan diriku sendiri, aku berharap untuk dapat mengelabui orang banyak. Ternyata Ketua Perserikatan Zuo seperti mempunyai mata di belakang kepalanya, setiap langkah yang diambil oleh si Liu ini tak dapat disembunyikan darinya".

Begitu para hadirin mendengarnya, mereka langsung menyadari apa yang sedang terjadi sebenarnya, dalam hati mereka berkata, "Ternyata diam-diam ada maksud lain di balik upacara cuci tangan di baskom emasnya. Sebelumnya aku juga telah berkata bahwa seorang jago papan atas dari Perguruan Heng Shan seperti ini, tak mungkin sudi menjadi pejabat rendahan". Setelah Liu Zhengfeng memberi penjelasan, setiap orang merasa bahwa mereka sudah terlebih dahulu mengetahui tentang hal itu.

Fei Bin, Ding Mian dan Lu Bai bertiga saling memandang, semuanya merasa bangga akan dirinya sendiri, "Kalau saja Kakak Zuo tidak membongkar rencana jahatmu, dan menghentikanmu tepat pada waktunya, tentunya rencanamu akan berhasil".

Liu Zhengfeng melanjutkan bicaranya, "Sekte Iblis dan aliran lurus kita sudah berseteru selama lebih dari seratus tahun, siapa yang benar dan salah tidak bisa diketahui secara pasti. Si Liu ini hanya berharap agar bisa menghindari angin busuk dan hujan darah ini, dan sejak saat ini kembali ke pertapaan, meniup seruling dan mengajar, menjadi orang kebanyakan yang taat hukum. Aku pikir keinginan semacam ini sama sekali tidak melanggar peraturan perguruan sendiri dan perjanjian perserikatan Perguruan Pedang Lima Puncak".

Fei Bin tertawa dingin, ia berkata, "Kalau semua orang seperti kau ini, begitu bahaya menghadang, langsung lari menyembunyikan diri, bukankah Sekte Iblis akan meraja lela di dunia persilatan dan mengacaukan kehidupan manusia? Kau mau cuci tangan dari semua masalah, tapi kenapa iblis bermarga Qu itu tidak ikut mencuci tangannya?"

Liu Zhengfeng tersenyum kecil dan berkata, "Di depan mataku sendiri, Kakak Qu telah bersumpah di hadapan para leluhur Sekte Iblis bahwa sejak saat itu, walaupun Sekte Iblis dan aliran lurus bertempur, ia pasti tidak akan melibatkan diri atau mengambil bagian, kalau orang tidak mengusik aku, aku juga tak akan mengusik orang!"

Fei Bin tertawa sinis, "Bagus sekali perkataaan itu, "kalau orang tidak mengusik aku, aku juga tak akan mengusik orang"! Bagaimana kalau kami dari aliran lurus mengusik dia?"

Liu Zhengfeng berkata, "Kakak Qu berkata bahwa ia akan berusaha sebisanya untuk menahan diri, tak akan berkelahi dengan orang demi kemenangan semata, dan juga berusaha sekuat tenaga untuk berusaha meluruskan salah paham diantara kedua belah pihak yang saling berseteru. Pagi hari ini Kakak Qu baru saja mengirim orang untuk memberitahu aku bahwa murid Perguruan Huashan Linghu Chong terluka dan hidupnya dalam bahaya. Dialah yang turun tangan menyelamatkan nyawanya".


Catatan Kaki

[1] Kawasan Tiga Jurang (san xia), atau Three Gorges dalam Bahasa Inggris, adalah kawasan yang terkenal indah dan bersejarah di sepanjang Sungai Yangtse. 
[2] Bu qun berarti 'bukan (dalam) kawanan atau rombongan', atau 'bukan orang biasa'.
[3] Kantor pemerintahan di daerah, biasanya juga berfungsi sebagai pengadilan.
[4] Kurang lebih setara dengan seorang sersan.
[5] Dongfang Bubai berarti 'timur (Asia) tak terkalahkan'.
[6] Terjemahan dari 知己 (zhi ji) yang berarti 'sahabat yang mengerti isi hati seseorang', hubungan diantara zhi ji jauh lebih mendalam dari sekedar teman biasa.
[7] Nama lain dari quqin. 

Bagian 2

Setelah perkataan itu dikeluarkan, para hadirin kembali ramai berbicara, terutama di kalangan Perguruan Huashan, Hengshan dan juga Perguruan Qingcheng, mereka saling berbisik di telinga masing-masing. Yue Lingshan dari Perguruan Huashan tak dapat menahan diri untuk bertanya, "Paman Guru Liu, dimana kakak pertama kami? Benarkah......benarkah orang bermarga Qu itu......sesepuh bermarga Qu itu yang menyelamatkan nyawanya?"
 
Liu Zhengfeng berkata, "Karena Kakak Qu sudah berkata demikian, tentunya pasti benar. Kalau kau bertemu Keponakan Linghu nanti, kau bisa bertanya sendiri padanya".
 
Fei Bin tersenyum sinis, "Apa anehnya? Orang Sekte Iblis selalu berusaha untuk mengadu domba, cara apa yang tidak mereka pakai? Mereka memakai seribu satu cara untuk menarikmu ke pihak mereka, tentunya mereka juga bisa memakai seribu satu cara untuk menarik seorang murid Perguruan Huashan ke pihak mereka. Mungkin setelah ini, Linghu Chong akan merasa berhutang budi, ingin membalas jasanya menyelamatkan nyawanya, lalu kita akan mempunyai lebih banyak lagi pengkhianat di dalam Perguruan Pedang Lima Puncak kita". Ia berpaling ke arah Yue Buqun dan berkata, "Kakak Yue, adik berbicara begini hanya untuk memberi contoh saja, mohon jangan dimasukkan ke dalam hati". Yue Buqun tersenyum kecil dan berkata, "Aku tak akan menyalahkanmu!"
 
Kedua alis Liu Zhengfeng terangkat naik, dengan dagu terangkat dan dada membusung ia berkata, "Kakak Fei, katamu ada seorang pengkhianat lagi, "seorang pengkhianat" ini apa maksudnya?" Fei Bin tertawa dingin dan berkata, "Seorang bisu makan pangsit, dalam hati ia tahu persis apa yang terjadi, untuk apa lagi dijelaskan?" Liu Zhengfeng berkata, "Hah, kau menuduh si Liu ini sebagai pengkhianat perguruan sendiri. Si Liu ini berteman dengan siapa, itu adalah urusan pribadiku, orang lain tak berhak mencampurinya. Liu Zhengfeng tak berani menipu guru dan leluhur serta mengkhianati perguruan sendiri. Kata 'pengkhianat' itu kukembalikan kepadamu". Sebelum itu ia bersikap sopan, seperti seorang hartawan atau bangsawan, agak bersikap seperti seseorang yang mempunyai pangkat dan kekayaan, namun juga agak seperti seorang desa, tapi saat ini tiba-tiba ia menunjukkan sikap seorang ksatria yang gagah berani, sangat berbeda dengan sikapnya sebelumnya. Para hadirin melihat bahwa keadaannya sangat runyam, tapi masih bisa melayani Fei Bin berdebat dengan tangkas, ia sama sekali tak mau mengalah, maka semua orang mau tak mau mengagumi keberaniannya.
 
Fei Bin berkata, "Kalau begitu, Kakak Liu tidak mau mengambil pilihan pertama, sudah memutuskan untuk tidak mau membasmi kejahatan dan membunuh iblis besar Qu Yang itu?"
 
Liu Zhengfeng berkata, "Kalau Ketua Perserikatan Zuo telah memberi perintah, Kakak Fei lebih baik mulai bekerja saja, bunuh seluruh keluarga si Liu ini!"
 
Fei Bin berkata, "Kau jangan berbesar hati karena kau merasa ada banyak orang di belakangmu. Apa kau kira karena para pendekar dan orang gagah di kolong langit ini sedang bertamu di rumahmu, kami Perguruan Pedang Lima Puncak lantas tak berani membersihkan perguruan sendiri?" Ia melambaikan tangan ke arah Shi Dengda dan berkata, "Kemari!" Shi Dengda menjawab, "Ya!" Ia maju ke depan tiga langkah. Fei Bin mengambil bendera panca warna dari tangan Shi Dengda, mengangkatnya tinggi-tinggi dan berkata, "Liu Zhengfeng, dengar: Ketua Perserikatan Zuo memerintahkan, kalau kau tidak mau membunuh Qu Yang dalam waktu satu bulan, Perguruan Pedang Lima Puncak akan terpaksa mengadakan pembersihan perguruan untuk menghindari masalah di masa depan, memotong rumput dan mencabut akarnya, sama sekali tak akan memberi ampun. Mohon supaya kau memikirkannya baik-baik!"
 
Liu Zhengfeng tersenyum pilu dan berkata, "Si Liu ini menjalin persahabatan dengan penuh ketulusan, bagaimana aku bisa membunuh sahabat untuk menyelamatkan diri sendiri? Karena Ketua Perserikatan Zuo sudah tak mau memaafkanku, Liu Zhengfeng sendirian dan tak punya kekuatan, bagaimana aku bisa melawan Ketua Perserikatan Zuo? Perguruan Songshan kalian sudah mengatur semuanya dari jauh hari sebelumnya, jangan-jangan peti mati si Liu ini juga sudah kalian belikan. Kalau kalian mau turun tangan, langsung saja bekerja, tunggu apa lagi?"
 
Fei Bin mengibarkan bendera komando dan berkata dengan lantang, "Kakak Tianmen dari Perguruan Taishan, Kakak Yue dari Perguruan Huashan, Biksuni Dingjing dari Perguruan Hengshan, saudara-saudara seperguruan dari Perguruan Heng Shan, Ketua Perserikatan Zuo memerintahkan: Dari dahulu kebaikan dan kejahatan tak bisa hidup berdampingan, permusuhan diantara Sekte Iblis dan Perguruan Pedang Lima Puncak kita sedalam lautan, kita tak bisa hidup di bawah langit yang sama. Liu Zhengfeng bersahabat dengan orang jahat, mematuhi perintah musuh. Kita murid-murid Perguruan Pedang Lima Puncak harus turun tangan untuk menghukumnya. Yang menerima perintah ini mohon berdiri di sebelah kiri".
 
Pendeta Tianmen berdiri dan berjalan dengan langkah lebar ke sebelah kiri, ia sama sekali tak melihat ke arah Liu Zhengfeng. Bertahun-tahun yang lampau, guru Pendeta Tianmen tewas di tangan seorang tetua perempuan Sekte Iblis, kebenciannya kepada Sekte Iblis seakan telah meresap ke dalam sumsumnya. Begitu ia berjalan ke sebelah kiri, para muridnya mengikutinya.
 
Yue Buqun berdiri dan berkata, "Adik Liu, kau hanya perlu menganggukkan kepalamu, maka Yue Buqun akan membereskan Qu Yang untukmu, bagaimana? Kau berkata bahwa seorang lelaki sejati harus bersikap adil kepada sahabat, apakah di kolong langit ini hanya Qu Yang seorang yang menjadi sahabatmu? Perguruan Pedang Lima Puncak kita dan para pendekar yang hadir disini, apakah mereka bukan temanmu juga? Disini ada lebih dari seribu kawan-kawan kita, begitu mereka dengar bahwa kau mau cuci tangan di baskom emas, mereka segera datang dari jauh kemari untuk memberi selamat padamu dengan penuh ketulusan, bukankah mereka pantas disebut sahabat sejati? Apakah hidup seluruh anggota keluargamu, tua dan muda, budi baik diantara para guru dan murid Perguruan Pedang Lima Puncak, persahabatan diantara ribuan kawan-kawan yang hadir disini, semuanya ini, apakah tak lebih berharga dari Qu Yang seorang?"
 
Liu Zhengfeng perlahan-lahan menggelengkan kepalanya dan berkata, "Kakak Yue, kau adalah seorang terpelajar, tentunya kau tahu bahwa ada hal-hal tertentu yang tak bisa dilakukan oleh seorang lelaki sejati. Si Liu ini berterima kasih atas nasehatmu yang baik ini. Walaupun orang memaksa aku untuk membunuh Qu Yang, aku sama sekali tak dapat melakukannya. Sama seperti kalau ada orang yang memaksa aku untuk membunuh Kakak Yue, atau memaksa aku untuk membunuh salah satu teman yang hadir disini. Walaupun seluruh keluarga si Liu ini akan tertimpa bencana, namun aku tetap tak bisa menganggukkan kepala. Kakak Qu adalah sahabat terbaikku, itu memang benar, tapi Kakak Yue bukankah juga teman baik si Liu ini? Kalau Kakak Qu pernah mengucapkan sepatah kata pun bahwa ia hendak mencelakai teman-teman dari Perguruan Pedang Lima Puncak si Liu ini, si Liu ini akan memandangnya sebagai seorang manusia rendah dan tak akan tetap menganggapnya sebagai seorang sahabat". Ia mengucapkan perkataan ini dengan sangat tulus sehingga para hadirin mau tak mau merasa tergugah. Kesetiakawanan sangat dihargai di dunia persilatan, melihat bagaimana Liu Zhengfeng begitu keras berusaha untuk mempertahankan persahabatannya dengan Qu Yang, walaupun para pendekar ini tak bisa membenarkannya, namun diam-diam mereka mau tak mau memujinya.
 
Yue Buqun menggeleng, "Adik Liu, perkataanmu ini tidak benar. Adik Liu ingin memelihara rasa setia kawan, ini sangat mengagumkan, tapi Adik Liu tidak membedakan diantara yang baik dan yang jahat, tidak mempertanyakan siapa yang benar dan yang salah. Sekte Iblis sudah membuat banyak perbuatan jahat, mencelakai para ksatria di dunia persilatan dan orang biasa yang tak berdosa. Untuk sesaat, Adik Liu merasa cocok dalam bermain kecapi dan seruling dengannya, namun kalau Adik Liu mengorbankan seluruh keluargamu demi dia, ini berarti bahwa Adik Liu telah salah mengartikan kata "setia kawan" itu".
 
Liu Zhengfeng tertawa dingin, "Kakak Yue, kau tak suka musik, dan karena itu tak mengerti maksud adik. Orang bisa berbohong dalam berbicara atau menulis, namun suara seruling dan kecapi adalah suara hati, sama sekali tak dapat dipalsukan. Adik dan Kakak Qu bersahabat, ketika kami berduet memainkan kecapi dan seruling hati kami bersatu. Adik berani bertaruh dengan seluruh keluargaku sebagai jaminannya, bahwa walaupun Kakak Qu adalah orang Sekte Iblis, namun dia sedikitpun tak punya maksud jahat".
 
Yue Buqun menghela napas panjang, lalu mengambil tempat di sebelah Pendeta Tianmen. Lao Denuo, Yue Lingshan, Lu Dayou dan murid-murid lain mengikutinya.
 
Biksuni Dingjing memandang Liu Zhengfeng seraya bertanya, "Sejak saat ini, apakah aku harus memanggilmu Adik Liu atau Liu Zhengfeng?" Senyum getir muncul di wajah Liu Zhengfeng, "Hidup Liu Zhengfeng akan segera berakhir, setelah ini biksuni tak bisa memanggilku lagi". Biksuni Dingjing mengatupkan kedua belah tangannya dan berkata berulang-ulang, "Amituofo!" Ia melangkah ke sebelah Yue Buqun dan berkata, "Iblis sungguh jahat, kejahatan merajalela, dosa, dosa". Murid-muridnya pun mengikutinya.
 
Fei Bin berkata, "Masalah Liu Zhengfeng ini tak ada hubungannya dengan orang lain. Murid-murid Perguruan Heng Shan yang tak ingin terlibat supaya berdiri di sebelah kiri".
 
Dalam sekejap suasana di aula besar itu menjadi sunyi senyap. Seorang pemuda berkata, "Paman Guru Liu, kami para murid mohon maaf". Lebih dari tiga puluh orang murid Perguruan Heng Shan mengambil tempat di sisi para biksuni Perguruan Hengshan, para murid ini semuanya adalah keponakan murid Liu Zhengfeng, bukan murid-murid Liu Zhengfeng sendiri. Tokoh-tokoh generasi pertama Perguruan Heng Shan tidak ada yang hadir.
 
Fei Bin berkata, "Murid-murid keluarga Liu juga mohon berdiri di sebelah kiri".
 
Xiang Danian berkata dengan suara lantang, "Kami banyak berhutang budi pada guru, murid-murid keluarga Liu sehidup semati akan tetap bersama guru kami yang kami hormati".
 
Air mata panas berlinangan di mata Liu Zhengfeng, "Bagus, bagus! Danian, kata-katamu itu membuktikan bahwa kau pantas menjadi muridku. Kalian pergilah. Guru sendirilah yang bersahabat dengan orang, tak ada hubungannya dengan kalian".
 
"Sret!" Mi Weiyi menghunus pedangnya dan berkata, "Keluarga Liu bukan tandingan Perguruan Pedang Lima Puncak, urusan hari ini hanya dapat diselesaikan dengan kematian. Siapa yang ingin mencelakai guruku, harus melangkahi mayat si marga Mi ini dulu". Sambil berbicara ia berdiri di depan tubuh Liu Zhengfeng, menghadang di depannya.
 
Tangan kiri Ding Mian berayun. "Wus!" Seberkas sinar perak kecil melesat ke depan. Liu Zhengfeng terkejut, ia mendorong lengan kanan Mi Weiyi sambil mengerahkan  tenaga dalam. Mi Weiyi terdesak ke sebelah kiri, sinar perak itu sekarang menuju ke dada Liu Zhengfeng. Xiang Danian buru-buru melompat untuk menghadang di depan sang guru, terdengar ia berteriak, ternyata jarum perak itu telah menancap di jantungnya, ia pun langsung tewas.
 
Dengan tangan kirinya, Liu Zhengfeng mengangkat jasadnya dan mencari-cari hembusan napasnya, lalu ia berpaling ke arah Ding Mian dan berkata, "Saudara Kedua Ding, Perguruan Songshan kalian telah membunuh muridku!" Ding Mian berkata dengan jumawa, "Benar, memang akulah yang tadi turun tangan, memangnya kenapa?"
 
Liu Zhengfeng mengangkat mayat Xiang Danian, seakan hendak melemparkannya ke arah Ding Mian. Ketika Ding Mian melihat caranya bergerak, ia tahu bahwa ilmu tenaga dalam Perguruan Heng Shan itu unik, Liu Zhengfeng adalah jago kelas satu di Perguruan Heng Shan, tenaga yang digunakannya untuk melempar itu tentunya tak dapat dipandang remeh, maka ia segera mengerahkan tenaga dalamnya, bersiap untuk menangkap mayat itu, lalu melemparkannya kembali ke arah Liu Zhengfeng. Liu Zhengfeng mengangkat mayat itu, sepertinya hendak melemparnya ke depan, akan tetapi tiba-tiba ia melompat dan berkelit ke samping, sepasang tangannya terangkat sedikit, ternyata ia melemparkan tubuh Xiang Danian ke dada Fei Bin. Gerakannya kali ini sangat cepat, Fei Bin sama sekali tak menyangkanya, ia hanya bisa mengangsurkan kedua telapaknya ke depan untuk mendorong mayat itu. Tepat pada saat itu, kedua sisi tubuhnya mati rasa, titik-titik jalan darahnya telah ditotok oleh Liu Zhengfeng.
 
Liu Zhengfeng melambaikan tangannya, tangan kirinya melesat mengambil bendera komando yang digenggam Fei Bin, sedangkan tangan kanannya mencabut pedang, lalu melintangkannya di leher Fei Bin, menyusul siku kirinya menotok tiga titik di punggungnya. Jasad Xiang Danian dibiarkan jatuh ke tanah. Dengan beberapa gerakan dan perubahannya yang sangat cepat ini, ia telah berhasil melumpuhkan Fei Bin dan merampas bendera komando panca warna. Para hadirin baru menyadari bahwa Liu Zhengfeng menggunakan kepandaian khusus Perguruan Heng Shan yang bernama 'Tiga Belas Jurus Kabut Heng Shan Dengan Seratus Perubahan Dan Seribu Ilusi'. Semua orang sudah lama mendengar tentang ilmu ini, sekarang mereka baru melihatnya untuk pertama kalinya dengan mata kepala sendiri.
 
Bertahun-tahun yang lalu, Yue Buqun pernah mendengar gurunya berkata bahwa 'Tiga Belas Jurus Kabut Heng Shan Dengan Seratus Perubahan Dan Seribu Ilusi' itu diciptakan oleh seorang jago Perguruan Heng Shan dari generasi sebelumnya. Jago ini mengembara di dunia persilatan dan mencari makan dengan bermain sulap. Ilmu sulap yang dipakainya di dunia persilatan itu mengandalkan kemampuan untuk mengalihkan perhatian dan menciptakan ilusi. Pada masa senjanya, ilmu silatnya menjadi lebih tinggi, begitu juga dengan ilmu sulapnya. Secara mengejutkan, ia memakai tenaga dalam dan kungfu dalam ilmu sulapnya sehingga ketika para penonton di jalanan menyaksikannya, mereka semua memujinya. Setelah itu terjadi sebuah perubahan lagi, sekarang ilmu sulapnya yang mempengaruhi ilmu silatnya, berupa-rupa ragamnya, mengalir seakan tanpa henti. Jago ini bersifat jenaka, ia menciptakan ilmu silat ini untuk menghibur dirinya sendiri, tak nyana setelah diajarkan pada generasi selanjutnya, ilmu ini malah menjadi salah satu dari tiga ilmu istimewa Perguruan Heng Shan. Hanya saja walaupun perubahan-perubahan jurus ilmu silat ini sangat aneh, tapi kalau dipakai untuk menghadapi musuh ilmu ini tidak terlalu berguna. Apabila para jago bertarung, setiap orang akan menjaga dirinya dengan sangat hati-hati, melindungi seluruh bagian tubuhnya dengan ketat, jurus-jurus kembangan yang penuh ilusi ini kemungkinan besar tidak akan bisa digunakan, oleh karena itu Perguruan Heng Shan tidak menekankan pengajaran ilmu ini. Kalau sang murid nampaknya jenis yang suka pamer, ilmu itu tak akan diajarkan padanya, supaya ia tidak bergantung pada jurus-jurus tipuan saja dan melalaikan dasar-dasar ilmu silat yang penting untuk dikuasai.
 
Liu Zhengfeng selalu bersikap tenang dan pendiam, sejak ia mempelajari kungfu ini dari gurunya ia belum pernah menggunakannya. Saat ini, ketika ia menggunakannya dalam keadaan mendesak, hanya dengan sekali serang ia telah menuai hasil, secara tak disangka-sangka berhasil menaklukkan 'Tapak Songyang Besar' Fei Bin, seorang jago terkenal dari Perguruan Songshan yang ilmu silatnya sebenarnya tidak berada dibawahnya. Tangan kirinya mengangkat bendera komando Perguruan Pedang Lima Puncak, pedang di tangan kanannya menempel di tenggorokan Fei Bin, dengan suara berat ia berkata, "Kakak Fei, Kakak Lu, si Liu ini memberanikan diri untuk mengambil bendera komando Lima Puncak, aku tak berani memaksa kalian berdua, aku hanya mohon kelonggaran saja dari kalian berdua".
 
Ding Mian dan Lu Bai saling melirik, mereka berdua berpikir, "Adik Fei telah dikalahkan dengan tipuannya, lebih baik kita dengarkan dahulu perkataannya". Ding Mian berkata, "Kau mau minta kelonggaran apa?" Liu Zhengfeng berkata, "Minta kalian berdua menyampaikan pada Ketua Perserikatan Zuo supaya keluargaku diperbolehkan untuk mengasingkan diri, sejak saat ini kami tak akan lagi mencampuri urusan dunia persilatan. Sejak saat ini si Liu ini tak akan lagi menemui Kakak Qu, Qu Yang, terhadap para saudara dan kawan-kawan sekalian aku juga......juga mengucapkan selamat tinggal. Si Liu ini akan membawa keluarga dan murid-muridku pergi jauh, hidup dalam pertapaan di luar negeri, seumur hidup tak akan menginjak satu cun pun tanah dataran tengah lagi".
 
Ding Mian agak ragu, ia berkata, "Aku dan Adik Lu tidak bisa memberi keputusan tentang hal ini, kami harus memberitahu Kakak Zuo dan minta petunjuknya".
 
Liu Zhengfeng berkata, "Disini ada kedua ketua Perguruan Taishan dan Huashan, Perguruan Hengshan mempunyai Biksuni Dingyi, yang bisa mewakili kakak seperguruannya, ketua Perguruan Hengshan, selain itu, para pendekar dan orang gagah yang hadir disini semua bisa menjadi saksi". Pandangan matanya menyapu ke wajah semua orang, dengan suara berat ia berkata, "Si Liu ini mohon kelonggaran dari kawan-kawan sekalian, mohon biarkan aku tetap memelihara rasa setia kawan dan sekaligus melindungi keluarga dan murid-muridku".
 
Biksuni Dingyi kelihatannya bersifat keras, namun hatinya sebenarnya lembut, walaupun wataknya berangasan, namun hatinya baik, ia yang pertama berkata, "Itu sangat baik, dengan demikian kita bisa menghindari mencederai persahabatan diantara kita. Kakak Ding, Kakak Lu, mari kita setujui permintaan Adik Liu. Karena ia tak akan bergaul dengan orang Sekte Iblis lagi, dan juga jauh dari dataran tengah, maka seakan-akan dia tidak ada di muka bumi ini lagi, untuk apa kita harus membunuh lebih banyak orang lagi?" Pendeta Tianmen mengangguk, "Begini juga baik, Adik Yue, apa pendapatmu?" Yue Buqun berkata, "Perkataan Adik Liu kokoh bagai gunung, karena ia sudah berkata begitu, semua orang harus mempercayainya. Mari, mari, kita ubah permusuhan menjadi persahabatan, Adik Liu lepaskanlah Adik Fei. Mari kita semua minum secawan arak perdamaian, besok pagi, bawalah keluarga dan murid-muridmu meninggalkan Kota Hengshan!"
 
Namun Lu Bai berkata, "Ketua Perguruan Taishan dan Huashan telah berkata demikian,  Biksuni Dingjing juga sudah berusaha sekuat tenaga untuk membebaskan Liu Zhengfeng dari tuduhan, bagaimana kami berani menentang kemauan orang banyak? Tapi Adik Fei sekarang terkena tipuan Liu Zhengfeng, kalau kami langsung setuju, orang-orang di dunia persilatan akan berkata bahwa Perguruan Songshan telah disandera oleh Liu Zhengfeng, terpaksa menunduk mengakui kekalahan, begitu perkataan itu tersebar, akan ditaruh dimana muka Perguruan Songshan?"
 
Biksuni Dingjing berkata, "Adik Liulah yang minta kelonggaran pada Perguruan Songshan, dan ia juga tidak mengancam atau memaksa kalian, kalau ada yang bisa dikatakan "menunduk mengakui kekalahan" maka orang itu adalah Liu Zhengfeng, bukan Perguruan Songshan. Lagipula kalian sudah membunuh seorang murid keluarga Liu".
 
Lu Bai mendengus dan berkata, "Di Xiu, bersiap!" Murid Perguruan Songshan Di Xiu menjawab, "Baik!" Pedang pendek yang ada di tangannya di dorong ke depan sedikit hingga menyentuh otot punggung putra tertua Liu Zhengfeng. Lu Bai berkata, "Liu Zhengfeng, kalau kau ingin minta kelonggaran, ikut kami ke Gunung Song untuk bertemu dengan Ketua Perserikatan Zuo, mintalah kelonggaran dengan mulutmu sendiri. Kami hanya menjalankan perintah, tak bisa membuat keputusan sendiri. Kembalikan bendera komando sekarang juga, dan bebaskanlah Adik Fei".
 
Liu Zhengfeng tersenyum sedih dan berkata pada putranya, "Nak, kau takut mati atau tidak?" Tuan muda Liu menjawab, "Anak menurut pada ayah, anak tidak takut!" Liu Zhengfeng berkata, "Anak baik!" Lu Bai berkata dengan lantang, "Bunuh!" Pedang pendek Di Xiu mengangsur ke depan, menikam punggung Tuan Muda Liu sampai menembus jantungnya, lalu pedang pendek itu ditarik kembali. Tuan Muda Liu membungkuk dan tersungkur ke lantai, darah menyembur dari luka di punggungnya.
 
Nyonya Liu menjerit dan menerkam jasad putranya. Lu Bai berseru, "Bunuh dia!" Di Xiu menusukkan pedang pendeknya ke depan dan menikam punggung Nyonya Liu.
 
Biksuni Dingyi murka, "Wus!" Dengan telapaknya ia memukul Di Xiu sambil memaki, "Binatang!" Ding Mian menerjang ke depan dan menyambut dengan telapaknya juga. Ketika kedua telapak itu bertemu, Biksuni Dingjing mundur tiga langkah, dadanya terasa sakit, darah segar muncrat dari tenggorokan ke dalam mulutnya. Ia selalu ingin menang, maka ia segera menelan darah di mulutnya itu kembali ke dalam perut. Ding Mian tersenyum kecil dan berkata, "Maaf!"
 
Biksuni Dingjing bukan ahli menggunakan telapak, lagipula ketika ia memukul ke arah Di Xiu, ia adalah seorang senior yang menyerang seorang junior, maka ia tidak memakai seluruh tenaganya, ia tidak ingin membunuhnya dengan pukulan telapaknya itu. Ia tak menduga bahwa Ding Mian tiba-tiba turun tangan dengan memusatkan seluruh tenaganya pada pukulan telapaknya. Ketika kedua telapak tiba-tiba beradu, Biksuni Dingjing cepat-cepat mengerahkan tenaga dalamnya, namun sudah terlambat, kekuatan pukulan Ding Mian yang bagai topan badai penguncang gunung telah melibasnya. Biksuni Dingjing terluka dan memuntahkan darah, dengan murka, ia memukul untuk kedua kalinya, namun ketika ia sedang mengerahkan tenaga, daerah dantiannya terasa amat nyeri seperti diiris-iris pisau, ia sadar bahwa luka yang dideritanya tidak ringan, saat ini ia tak punya daya untuk melawan, maka ia melambaikan tangannya dan berkata dengan geram, "Ayo kita pergi!" Dengan langkah-langkah lebar ia menuju ke luar gerbang, para biksuni perguruannya mengikutinya keluar.
 
Lu Bai berseru, "Bunuh lagi!" Dua orang murid Perguruan Songshan menghunus pedang pendek mereka dan membunuh dua orang murid keluarga Liu lagi. Lu Bai berkata, "Murid-murid keluarga Liu, dengarlah, kalau kalian ingin hidup, berlututlah dan minta ampun, lalu kutuklah kesalahan Liu Zhengfeng, maka kalian tak usah mati".
 
Putri Liu Zhengfeng, Liu Jing, memaki dengan geram, "Pengkhianat, kalian Perguruan Songshan jauh lebih jahat dari Sekte Iblis!" Lu Bai berseru, "Bunuh!" Wan Dengping mengangkat pedangnya dan menebas ke bawah, membelah bahu kanan Liu Jing sampai ke pinggangnya. Shi Dengda dan murid-murid Perguruan Songshan lain juga menghunus pedang masing-masing dan membunuh semua murid-murid keluarga Liu yang sebelumnya telah ditotok jalan darahnya.
 
Walaupun semua orang yang hadir di aula besar itu adalah jenis orang yang seumur hidupnya berkutat di ujung senjata, ketika mereka menyaksikan pembantaian yang mengerikan itu, mau tak mau mereka merasa ngeri. Beberapa pendekar sepuh tadinya ingin berbicara untuk menghentikannya, namun Perguruan Songshan turun tangan dengan amat cepat, mereka hanya ragu-ragu sejenak, namun mayat-mayat sudah terlanjur bergelimpangan di aula itu. Setiap orang juga lalu berpikir, "Sejak dahulu yang jahat dan yang baik tak bisa hidup berdampingan, Perguruan Songshan mengambil langkah ini bukan karena permusuhan pribadi dengan Liu Zhengfeng, melainkan utnuk menghadapi Sekte Iblis. Walaupun harus turun tangan dengan kejam, namun mereka tak bisa sepenuhnya dipersalahkan. Lagipula, saat ini Perguruan Songshan telah menguasai keadaan, dan Biksuni Dingjing dari Perguruan Hengshan telah mundur teratur. Sekarang Pendeta Tianmen, Yue Buqun dan para jago lain tidak ada yang bersuara, ini adalah urusan Perguruan Pedang Lima Puncak mereka sendiri, kalau orang luar ikut campur dan membuat masalah, ia akan mengundang bencana bagi dirinya sendiri, lebih baik aku diam saja supaya selamat".
 
Setelah membunuh sekian banyak orang, pada saat itu dari antara keluarga dan murid-murid keluarga Liu hanya tinggal putra bungsu kesayangan Liu Zhengfeng yang berusia lima belas tahun, Liu Qin. Lu Bai berkata pada Shi Dengda, "Tanyai anak ini, apa dia mau mohon ampun atau tidak? Kalau dia tak mau minta ampun, potong hidungnya, lalu potong kupingnya, lalu cungkil bola matanya, biar dia menderita sedikit demi sedikit". Shi Dengda berkata, "Baik!" Ia berpaling ke arah Liu Qin dan bertanya, "Kau mau minta ampun atau tidak?"
 
Wajah Liu Qin pucat pasi, sekujur tubuhnya gemetar. Liu Zhengfeng berkata, "Anak baik, kakak-kakakmu begitu berani, kalau mati ya lantas mati saja, kau takut apa?" Liu Qin berkata dengan suara bergetar, "Tapi.......ayah, mereka mau......mau memotong hidungku, mencungkil......mencungkil mataku......" Liu Zhengfeng tertawa terbahak-bahak, "Setelah semua ini terjadi, apa kau masih berpikir mereka akan melepaskanmu?" Liu Qin berkata, "Ayah, kau......kau berjanjilah akan membunuh Qu......Paman Qu Yang......" Liu Zhengfeng murka, ia membentak, "Kentut! Binatang kecil, kau bilang apa?"
 
Shi Dengda mengangkat pedangnya, ujung pedangnya diayun-ayunkan di depan hidung Liu Qin, dan ia berkata, "Bocah kecil, kalau kau tak berlutut minta ampun, aku akan menebas. Satu......dua......" Sebelum kata "tiga" itu terucap, sambil menggigil ketakutan, Liu Qin berlutut di lantai dan memohon, "Jangan......jangan bunuh aku......aku......" Lu Bai tertawa dan berkata, "Bagus sekali. Tidak susah untuk mengampunimu. Tapi kau harus mengutuk kesalahan Liu Zhengfeng di hadapan seluruh pendekar di kolong langit ini". Mata Liu Qin memandang ayahnya, dalam sinar matanya terkandung permohonan minta belas kasihan.
 
Sampai saat itu Liu Zhengfeng selalu tenang, walaupun ia melihat istri dan putra putrinya mati di depan matanya sendiri, otot-otot wajahnya sama sekali tak bergerak, akan tetapi saat ini amarahnya sulit dibendung, ia membentak, "Binatang kecil, apa kau pantas jadi putra ibumu?"
 
Liu Qin memandang jasad ibu dan kakak-kakaknya yang bergelimpangan di dalam kolam darah, dan juga melihat pedang Shi Dengda yang terus berayun-ayun di depan wajahnya, ia ketakutan setengah mati dan berkata pada Lu Bai, "Ampuni, ampuni aku, ampuni juga......ampuni juga ayahku". Lu Bai berkata, "Ayahmu berkomplot dengan orang jahat dari Sekte Iblis, menurutmu itu benar atau tidak?" Liu Qin berkata dengan lirih, "Tidak......tidak benar!" Lu Bai berkata, "Orang seperti ini, pantas dibunuh atau tidak?" Liu Qin menundukkan kepalanya, tak berani menjawab. Lu Bai berkata, "Bocah kecil ini tak menjawab, bunuh dia dengan sekali tebas".
 
Shi Dengda berkata, "Baik!" Ia tahu bahwa Lu Bai mengucapkan kata-kata itu hanya untuk menakut-nakuti saja, maka ia mengangkat pedangnya dan berpura-pura seakan hendak menebas.
 
Liu Qin berkata, "Pantas......pantas dibunuh!" Lu Bai berkata, "Bagus sekali! Sejak saat ini, kau bukan lagi murid Perguruan Heng Shan, dan juga bukan lagi putra Liu Zhengfeng, aku ampuni nyawamu". Liu Qin berlutut, ia begitu takut hingga lututnya lemas, tak bisa berdiri.
 
Ketika para hadirin melihat penampilannya yang seperti itu, mereka tak bisa tidak merasa malu untuknya, mereka memalingkan kepala, tak kuasa memandangnya.
 
Liu Zhengfeng menghela napas panjang dan berkata, "Marga Lu, kau menang!" Tangan kirinya mengayun dan melemparkan bendera komando Lima Puncak ke arahnya, ia mengangkat kaki kirinya dan mendepak Fei Bin seraya berseru, "Si Liu ini mohon diri, tak usah membunuh lebih banyak orang lagi". Ia melintangkan pedangnya, hendak menggorok lehernya sendiri.
 
Tepat pada saat itu, dari teritisan atap berkelebat sebuah bayangan berbaju hitam, gerakannya secepat angin, ia menjulurkan lengannya dan mencengkeram pergelangan kiri Liu Zhengfeng sembari berkata, "Bagi seorang ksatria, membalas dendam sepuluh tahun lagi pun belum terlambat, ayo pergi!" Tangan kanannya bergerak melingkar ke belakang, lalu menyeret Liu Zhengfeng keluar sambil berlari cepat.
 
Liu Zhengfeng berkata dengan kaget, "Kakak Qu......kau......"
 
Ketika para hadirin mendengar dia mengucapkan dua kata "Kakak Qu" itu, mereka tahu bahwa orang berbaju hitam itu memang adalah tetua Sekte Iblis Qu Yang, mereka semua sangat terkejut.
 
Qu Yang berseru, "Tak usah banyak omong!" Ia berusaha untuk lari lebih cepat, setelah maju tiga langkah, keempat telapak Ding Mian dan Lu Bai serentak memukul punggung keduanya. Qu Yang berseru kepada Liu Zhengfeng, "Cepat lari!" Ia mendorong punggung Liu Zhengfeng dengan telapaknya, pada saat yang sama ia mengumpulkan tenaga di punggungnya dan menerima pukulan bersama Ding Mian dan Lu Bai, dua orang jago papan atas. "Buk!" Tubuh Qu Yang melayang keluar, lalu ia memuntahkan darah, segengam jarum hitam menyebar turun bagai hujan.
 
Ding Mian berkata, "Jarum Darah Hitam Sakti, cepat menghindar!" Ia cepat-cepat mengegos ke samping. Para hadirin melihat segenggam jarum hitam itu, mereka sudah lama mendengar tentang kesaktian Jarum Darah Hitam Sakti Sekte Iblis, semuanya merasa jeri dan berusaha untuk menghindar, keadaan menjadi kacau balau. Terdengar suara lebih dari sepuluh orang serentak berteriak-teriak, "Aiyo!" "Gawat!" Orang-orang di aula itu bergerombol bersama, namun Jarum Darah Hitam Sakti itu amat cepat dan banyak jumlahnya, sehingga tidak sedikit orang yang tertusuk jarum beracun itu.
 
Di tengah kekacauan itu, Qu Yang dan Liu Zhengfeng telah lari jauh-jauh.

No Comment
Add Comment
comment url